Anda di halaman 1dari 19

KECAKAPAN PENCAPAIAN RANAH KOMPETENSI

(KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Evaluasi
Pendidikan pada Jurusan Tadris Bahasa Inggris (TBI) Semester V.

Oleh

Kelompok V

Siti Karina : 180110014

Marlina : 180110034

Dosen Pembimbing :

Indirwan, S.Pd.I, M.Pd.I

TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH SINJAI

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
ِ‫الر ِح ْي ِم‬
َّ ِ‫الر ْح َمن‬
َّ ‫الله‬
ِ ‫ــــــــــــــــــم‬
ِ ‫س‬
ْ ‫ِب‬

Segala puji kita panjatkan atas rahim dan berkat Allah swt. yang telah
melimpahkan segala Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kecakapan Pencapaian Ranah Kompetensi (Kognitif, Afektif, dan
Psikomotorik)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Pendidikan.

Beberapa isi makalah ini diantaranya konsep – konsep mengenai tiga ranah
kompetensi yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Diharapkan dengan
makalah ini baik penulis maupun pembaca dapat lebih memahami seputar konsep
kometensi tersebut dalam melakuan pembelajaran dan pengevaluasian. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca.

Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar


pada makalah ini. Oleh karna itu kami mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangan positif bagi
kita semua.

Sinjai, 21 Oktober 2020


PENYUSUN

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. Konsep kecakapan pencapaian kompetensi kognitif .......................................... 2
B. Konsep Kecakapan Pencapaian Kompetensi Psikomotorik ............................... 5
C. Konsep Kecakapan Pencapaian Kompetensi Afektif ......................................... 8
BAB II PENUTUP............................................................................................... 15
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Karena sebelumnya kita telah membahas bagaimana standar kompetensi
dasar, indikator dan TPU dan TPK. Dan bagaimana cara menentukan metode
pemilihan bahan evaluasi, jenis tagihannya yang digunakan dalam
mengevaluasi siswa agar hasilnya sesuai dengan kompetensi siswa nantinya.

Sekarang ini banyak pengajar yang melakukan kegiatan evaluasi, tetapi


tidak mempunyai pemahaman terhadap kecakapan kompetensi sebelumnya.
Hal ini tentunya akan menimbulkan masalah dalam proses pendidikan pada
umumnya, dan proses pembelajaran pada khususnya. Karena pemahaman
kecakapan tidak mempunyai syarat kompetensi sebagai suatu konsep
pendidikan.

Oleh karena itu guru atau calon guru harus dibekali kemampuan yang
cakap dalam melakukan pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan
yang telah dirumuskan. Karena pembelajaran dan evaluasi bukan hanya suatu
proses untuk mengklasifikasikan keberhasilan atau kegagalan dalam belajar,
tetapi juga sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pengajaran bagi pengajar dan pada sisi lain untuk siswa akan baik pula.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep kecakapan pencapaian kompetensi kognitif?
2. Bagaimana konsep kecakapan pencapaian kompetensi psikomotorik?
3. Bagaimana konsep kecakapan pencapaian kompetensi afektif?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kecakapan pencapaian kompetensi kognitif.
2. Untuk mengetahui konsep kecakapan pencapaian kompetensi
psikomotorik.
3. Untuk mengetahui konsep kecakapan pencapaian kompetensi afektif.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep kecakapan pencapaian kompetensi kognitif
1. Pengertian kompetensi kognitif
Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau
prinsip yang telah dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir,
kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman,
konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Tujuan pembelajaran dalam ranah
kognitif (intelektual) atau yang menurut Bloom merupakan segala aktivitas
yang menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang
terendah sampai tertinggi yang dilambangkan dengan C (Cognitive).1
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Jadi kompetensi kognitif berfokus pada bagaimana pengembangan intelektual
peserta didik yang dimana kemampuan siswa harus dijadikan berpengetahuan
yang luas.

2. Tingkatan ranah kognitf


Terdapat 6 tingkatan yaitu :
a. Pengetahuan; Kemampuan mengingat/menghafal fakta, istilah, Prinsip,
teori, Proses dan pola Struktur.
b. Pemahaman; Kemampuan mengungkapkan kembali dengan bahasa
sendiri tetang teori, prinsip-prinsip, konsep, sistem, struktur sehingga
melahirkan ide dan gagasan.
c. Penerapan; Kemampuan mengaplikan ide dan gagasan dari teori-teori,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, abstrak kesituasi yang konkrit.
d. Analisis; Kemampuan menguraikan, mengidentifikasi,
keseluruhan/suatu system yang berhubungan dari ede dangagasan yang
telah diaplikasikan.

1
Benyamin Bloom, Taxonomy of Educational Objectives. Handbook 1 : Cognitive Domain,( New
York: McKey, 1956), h 3.

2
3

e. Sintesis; Kemampuan menyatukan komponen-komponen sehingga


dapat ditarik kesimpulan (suatu hasil yang baru).
f. Evaluasi; Kemampuan untuk mengembangkan suatu ide, situasi, nilai-
nilai dan metode (sintesis) berdasarkan berdasarkan kriteria (PAP dan
PAN). 2
3. Kata kerja operasional ranah kognitif
Ada beberapa kata kerja yang bersangutan dengan ranah ini yakni:
a. Pengetahuan (C1): Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan,
Menggambar, Membilang, Mengidentifikasi, Mendaftar, Menunjukkan,
Memberi label, Memberi indeks, Memasangkan, Menamai, Menandai,
Membaca, Menyadari, Menghafal, Meniru, Mencatat, Mengulang,
Mereproduksi, Meninjau, Memilih, Menyatakan, Mempelajari,
Mentabulasi, Memberi kode, Menelusuri, Menulis.
b. Pemahaman (C2): Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan,
Mencirikan, Merinci, Mengasosiasikan, Membandingkan, Menghitung,
Mengkontraskan, Mengubah, Mempertahankan, Menguraikan,
Menjalin, Membedakan, Mendiskusikan, Menggali, Mencontohkan,
Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan, Memperluas,
Menyimpulkan, Meramalkan, Merangkum, Menjabarkan.
c. Penerapan (C3: Menugaskan, Mengurutkan, Menerapkan,
Menyesuaikan, Mengkalkulasi, Memodifikasi, Mengklasifikasi,
Menghitung, Membangun, Membiasakan, Mencegah, Menentukan,
Menggambarkan, Menggunakan, Menilai, Melatih, Menggali,
Mengemukakan, Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan,
Mempersoalkan, Mengkonsepkan, Melaksanakan, Meramalkan,
Memproduksi, Memproses, Mengaitkan, Menyusun, Mensimulasikan,
Memecahkan, Melakukan, Mentabulasi, Memproses, Meramalkan.
d. Analisis (C4): Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan,
Mendeteksi, Mendiagnosis, Menyeleksi, Merinci, Menominasikan,

2
Muhamad Afandi, Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar,( Semarang: UNISSULA Press, 2013),
h 37.
4

Mendiagramkan, Megkorelasikan, Merasionalkan, Menguji,


Mencerahkan, Menjelajah, Membagankan, Menyimpulkan,
Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan, Mengedit,
Mengaitkan, Memilih, Mengukur, Melatih, Mentransfer.
e. Sintesis (C5): Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi,
Mengumpulkan, Mengkategorikan, Mengkode, Mengombinasikan,
Menyusun, Mengarang, Membangun, Menanggulangi,
Menghubungkan, Menciptakan, Mengkreasikan, Mengoreksi,
Merancang, Merencanakan, Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas,
Memfasilitasi, Membentuk, Merumuskan, Menggeneralisasi,
Menggabungkan, Memadukan, Membatas, Mereparasi, Menampilkan,
Menyiapkan Memproduksi, Merangkum, Merekonstruksi.
f. Penerapan (C6): Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai,
Mengarahkan, Mengkritik, Menimbang, Memutuskan, Memisahkan,
Memprediksi, Memperjelas, Menugaskan, Menafsirkan,
Mempertahankan, Memerinci, Mengukur, Merangkum, Membuktikan,
Memvalidasi, Mengetes, Mendukung, Memilih, Memproyeksikan. 3

Tingkatan evaluasi yaitu menggunakan kriteria untuk mengukur nilai suatu


gagasan, karya dan sebagainya, misalnya menimbangnimbang dan memutuskan
mencakup kemampuan untuk membuat penelitian dan keputusan tentang nilai
suatu gagasan, metode, produk, atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
Kata-kata operasional yang biasa digunakan ialah: menimbang, mengkritik,
membandingkan, memberi alasan, menyim-pulkan, memberi dukungan, dan yang
sejenis.

Contoh: Setelah membaca karya al-Manfaluthi dan karya Hamka dalam


novelnya „Tenggelamnya Kapal Vanderwijk’, siswa dapat mengemukakan
sekurang-kurangnya 3 alasan bahwa novel Hamka itu bukan plagiat.4

3
Muhamad Afandi, Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar,( Semarang: UNISSULA Press, 2013),
h 38.
4
Asrul, dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media, 2014), h 101.
5

Pencapaian ranah kognitif dapat dengan mudah melakukan pengevaluasian


dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut di atas.

B. Konsep Kecakapan Pencapaian Kompetensi Psikomotorik


1. Pengertian Kompetensi Psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berorientasi pada keterampilan
motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action)
yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Dalam literatur tujuan ini
tidak banyak ditemukan penjelasannya, dan lebih banyak dihubungkan
dengan latihan menulis, berbicara, dan olahraga serta bidang studi berkaitan
dengan keterampilan.5
Lebih lanjut W.S. Winkel menjelaskan bahwa dalam belajar keterampilan
motorik terdapat dua fase, yakni fase kognitif dan fase fiksasi;
Selama pembentukan prosedur diperoleh pengetahuan deklaratif
(termasuk pengetahuan prosedural seperti konsep dan kaidah dalam bentuk
pengetahuan deklaratif) mengenai urutan langkah-langkah opersional atau
urutan yang harus dibuat. Inilah yang di atas yang disebut “fase kognitif”
dalam belajar keterampilan motorik. Kemudian rangkaian gerak-gerik mulai
dilaksanakan secara pelan-pelan dahulu, dengan dituntun oleh pengetahuan
prosedural, sampai semua gerakan mulai berlangsung lebih lancar dan
akhirnya keseluruhan urutan gerak-gerik berjalan sangat lancar. Inilah yang
disebut “fase fiksasi”, yang baru berakhir bila program gerak jasmani berjalan
otomatis tanpa disertai taraf kesadaran yang tinggi. 6
Ranah ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan
anggota badan serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik)
yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta ekspresif dan interperatif.

5
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gunung Persada Press,
2005), h. 37
6
Hadi Agung Kurniawan, Pengaruh Kemampuan Kognitif Terhadap Kemampuan Psikomotorik
Mata Pelajaran Produktif Alat Ukur Siswa Kelas X Jurusan Teknik Kendaraan Ringan Di Smk
Muhammadiyah Prambanan, Juli 2012, h 15
6

Jadi Keterampilan motorik tidak hanya menuntut kemampuan untuk


merangkaian gerak jasmaniah tetapi juga memerlukan aktivitas
mental/psychis (aktivitas kognitif) supaya terbentuk suatu koordinasi gerakan
secara terpadu, sehingga disebut kemampuan psikomotorik.

2. Tingkatan ranah psikomotorik


Terdapat 4 tingkatan yaitu :
a. Menirukan: Kemampuan menirukan apa yang diajarkan oleh guru.
b. Memanipulasi: Kmampuan menambah tindakan-tindakan yang
diajarkan pendidik.
c. Artikulasi/ ketepatan waktu: Kemampuan mengkoordinasikan
tindakan-tindakan secara tepat dan teratur.
d. Naturalisasi: Kemampuan melakukan tindakan secara alami dengan
tidak menggunakan tenaga lebih .7

Meniru (immitation), pada pada tingkat ini mengharapkanpeserta didik


untuk dapat meniru suatu prilaku yang dilihatnya. Manipulasi
(manipulation), pada tingkat inipeserta didikdiharapkan untuk melakukan
suatu prilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru.
Peserta didik diberi petunjuk berupa tulisan atau instruksi verbal, dan
diharapkan melakukan tindakan (perilaku) yang diminta. Contoh kata kerja
yang digunakan sama dengan untuk kemampuan meniru. Ketetapan gerakan
(precision), pada tingkat inipeserta didik diharapkan melakukan suatu
perilaku tanpa menggunakan Contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan
melakukannya dengan lancar, tepat dan akurat. Artikulasi (artikulation),
pada tingkat inipeserta didikdiharapkan untuk menunjukkan serangkaian
gerakan dengan akurat,urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat.
Naturalisasi (naturalization) Pada tingkat ini peserta didik diharapkan
melakukan gerakan tertentu secara spontan atauotomatis. Peserta didik

7
Muhamad Afandi, Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar,( Semarang: UNISSULA Press, 2013),
h 40
7

melakukan gerakan tersebut tanpa berfikir lagi cara melakukannya dan


urutannya.8

3. Kata kerja operasional ranah psikomotorik


Kata kerja operasional untuk ranah psikomotor yaitu:
a. Menirukan: Mengaktifkan, Menyesuaikan, Menggabungkan, Melamar,
Mengatur, Mengumpulkan, Menimbang, Memperkecil, Membangun,
Mengubah, Membersihkan, Memposisikan, Mengonstruksi.
b. Memanipulasi: Mengoreksi, Mendemonstrasikan, Merancang,
Memilah, Melatih, Memperbaiki, Mengidentifikasikan, Mengisi,
Menempatkan, Membuat, Memanipulasi, Mereparasi, Mencampur.
c. Pengalamiahan: Mengalihkan, Menggantikan, Memutar, Mengirim,
Memindahkan, Mendorong, Menarik, Memproduksi, Mencampur,
Mengoperasikan, Mengemas, Membungkus.
d. Artikulasi: Mengalihkan, Mempertajam, Membentuk, Memadankan,
Menggunakan, Memulai, Menyetir, Menjeniskan, Menempel,
9
Menseketsa, Melonggarkan, Menimbang.

Harrow menyusun tujuan psikomotor secara hierarkhis dalam lima


tingkat sebagai berikut: (1) Meniru. Tujuan pembelajaran pada tingkat ini
diharapkan peserta didik dapat meniru suatu perilaku yang dilihatnya, (2)
Manipulasi. Tujuan pembelajaran pada tingkat ini menuntut peserta didik
untuk melakukan suatu perilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana pada
tingkat meniru. Tetapi diberi petunjuk berupa tulisan atau instruksi verbal,
(3) Ketepatan Gerakan. Tujuan pembelajaran pada level ini peserta didik
mampu melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual
maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang
dan akurat, (4) Artikulasi. Tujuan pembelajaran pada level ini peserta didik
mampu menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang
benar, dan kecepatan yang tepat, dan (5) Naturalisasi. Tujuan pembelajaran
8
Asrul, dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media, 2014), h 112.
9
Muhamad Afandi, Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar,( Semarang: UNISSULA Press, 2013),
h 41
8

pada tingkat ini peserta didik mampu melakukan gerakan tertentu secara
spontan tanpa berpikir lagi cara melakukannya dan urutannya.10

Pada ranah psikomotorik ini segala bentuk tingkah laku peserta didik
bersumber dari pengetahuan aspek kognitif yang telah mereka dapatkan
sebelumnya makanya ranah kognitif merupakan dasar dalam memiliki
kecakapan psikmotorik.

C. Konsep Kecakapan Pencapaian Kompetensi Afektif

1. Pengertian Kompetensi Afektif


Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat
tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam
berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran
pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran
agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai
pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya
terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya. 11

Dalam Islam pendidikan dalam aspek sikap atau akhlak sangat


ditegaskan dan diharapkan pemberian dan penerapaannya seperti yang
ditegskn dalam ayat – ayat yang ada dalam alquran salah satunya ayat dalam
surah Al-Ahzab pada ayat 21 yaitu :

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
10
Asrul, dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media, 2014), h 111.
11
Dwi Ivayana Sari, Buku Diktat Evaluasi Pembelajaran, September 2015, h 60
9

Dalam ayat tersebut di atas dijelaskan bahwa suri tauladan yang baik bagi
umat adalah dengan mengikuti akhlak Nabi dimana seperti yang kita ketahui
bersama bahwasanya nabi diutus untuk menyemournakan akhlah manusia.

Mengenai metode keteladanan, senada dengan konsep pendidikan Ki


Hajar Dewantara secara keseluruhan adalah ing ngarso sung tulodo, ing
madyo mangun karso, tut wuri handayani.

Bahasa tersebut adalah berasal dari bahasa jawa, secara arti perkata dapat
diartikan sebagai berikut:

a. Ing ngarso sung tulodo artinya jika pendidik sedang berada di “depan”
maka hendaklah memberikan contoh teladan yang baik terhadap anak
didiknya.
b. Ing madyo mangun karso artinya jika pendidik berada di “tengah-
tengah” anak didiknya, hendaklah ia dapat mendorong kamauan atau
kehendak mereka. Ing madyo= di tengah; mangun= membangun,
menimbulkan dorongan; karso= kehendak/kemauan.
c. Tut wuri handayani artinya, tut wuri berarti mengikuti dari belakang,
handayani berarti mendorong, memotivasi atau membangkitkan
semangat.12

Konsep pendidikan di atas ditujukan kepada guruPengubahan sikap


seseorang memerlukan waktu yang relatif lama, demikian juga
pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai. Pengukuran afektif
berguna untuk mengetahui sikap dan minat siswa ataupun untuk
mengetahui tingkat pencapaian kompetensi afektif pada setiap tingkat
(level). Pada mata pelajaran tertentu, misalnya seorang siswa mendapatkan
nilai tertinggi pada mata pelajaran tertentu belum tentu menyenangi mata

12
Hajar Ki Dewantara, Deskripsi Pintar Ki Hajar Dewantara : Pendidikan Dan Budaya [ASLI],
(Jakarta: Majelis Luhur Persatuan taman siswa, 2011), h 20
10

pelajaran tersebut. Maka dari itu perlu kecakapan yang baik dalam ranah
afektif ini khusunya bagi si pengajar.

Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya


yaitu :

a) Sikap

Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka


atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara
mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui
penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati
dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan
konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang
dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran,
kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.

b) Minat

Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang


mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian.
Penilaian minat dapat digunakan untuk: mengetahui minat peserta didik
sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran, mengetahui bakat
dan minat peserta didik yang sebenarnya, pertimbangan penjurusan dan
pelayanan individual peserta didik, menggambarkan keadaan langsung di
lapangan/kelas, Mengelompokkan didik yang memiliki peserta minat sama,
acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan
memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi, mengetahui tingkat
minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik, bahan
pertimbangan menentukan program sekolah, meningkatkan motivasi belajar
peserta didik.
11

c) Konsep Diri

Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap


kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas
konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri
biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri
bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu
daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini
penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif
karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting
bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.

d) Nilai

Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau


perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya
dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan
sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu
seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif.
Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung
pada situasi dan nilai yang diacu.

e) Moral

Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan


orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri.
Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang
lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan
agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan
12

berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan


seseorang.13

Ranah afektif lain yang penting adalah: Kejujuran: peserta didik harus
belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.
Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya
moral dan artistik. Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua
orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis
memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada
semua orang.

2. Tingkatan ranah kompetensi Afektif


Terdapat 5 tingkatan yaitu :
a. Penerimaan; Kemampuan menerima dan memahami apa yang
disampaikan oleh pendidik.
b. Responsive; Kemampuan menanggapi atau melibatkan diri terhadap
materi yang diberikan dan siswa mampu berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran.
c. Penghargaan/penilaian; Kemampuan memberi nilai terhadap stimulus,
informasi respon / materi yang diberikan yang informasinya
bermanfaat.
d. Pengorganisasian/ mengelola; Kemampuan mengorganisasikan
stimulus, materi, informasi ke dalam system yang dimiliki.
e. Karakterisasi; Kemampuan mengintregasikan nilai menjadi bagian
yang terpadu.14
3. Kata kerja operasional untuk ranah afektif
Berikut kata operasional yang dapat digunakan dalam ranah
kompetensi afektif seperti :

13
Dwi Ivayana Sari, Buku Diktat Evaluasi Pembelajaran, September 2015, h 62-63.
14
Muhamad Afandi, Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar,( Semarang: UNISSULA Press,
2013), h 39
13

a. Menerima : Memilih, Mempertanyakan, Mengikuti, Memberi,


Menganut, Mematuhi, Meminati.
b. Menanggapi: Menjawab, Membantu, Mengajukan, Mengompromika,
Menyenangi, Menyambut, Mendukung, Menyetujui, Menampilkan,
Melaporkan, Memilih, Mengatakan, Memilah, Menolak.
c. Menilai: Mengasumsikan, Meyakini, Melengkapi, Meyakinkan,
Memperjelas, Memprakarsai, Mengimani, Mengundang,
Menggabungkan, Mengusulkan, Menekankan, Menyumbang.
d. Mengelola: Menganut, Mengubah, Menata, Mengklasifikasikan,
Mengombinasikan, Mempertahankan, Membangun, Membentuk
pendapat, Memadukan, Mengelola, Menegosiasi, Merembuk.
e. Karakterisasi: Mengubah perilaku, Berakhlak mulia, Mempengaruhi,
Mendengarkan, Mengkualifikasi, Melayani, Menunjukkan,
15
Membuktikan, Memecahkan.

Guru memiliki 3 peran dalam proses pembelajaran. Peran guru tidak


hanya sebagai pentransfer of knowledge (menyampaikan ilmu pengetahuan)
saja, namun lebih dari itu, seperti yang sudah dijelaskan oleh konsep
pendidikan Ki Hajar Dewantara guru itu jika di depan hendaknya dapat
menjadi contoh teladan bagi murid baik segi perkataan, perbuatan maupun
dalam bertingkah laku. Selain itu, guru hendaklah memberikan bimbingan,
memotivasi membangkitkan semangat sehingga siswa yang tidak memiliki
motivasi dalam belajar, siswa yang acuh tak acuh terhadap pelajaran, siswa
yang tidak memiliki keterampilan menjadi termotivasi dan semangat dalam
belajar. Jika dirangkum, guru hendaklah melakukan: pertama, transfer of
knowledge (memberikan ilmu pengetahuan), kedua, transfer of value
(menunjukkan sikap baik, membimbing sikap siswa ke arah yang lebih
baik), ketiga, transfer of activity (membimbing psikomotoriknya
/keterampilannya). Pribadi dan sikap guru yang baik tercermin dari sikapnya

15
Muhamad Afandi, Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar,( Semarang: UNISSULA Press,
2013), h 40
14

yang ramah tamah, lemah lembut, penuh kasih sayang, membimbing dengan
penuh perhatian, tidak cepat marah, tanggap terhadap keluhan atau kesulitan
siswa, antusias dan semangat dalam bekerja dan mengajar, memberikan
penilaian yang objektif, rajin, disiplin, serta bertanggung jawab dalam
segala tindakan yang ia lakukan.Sikap guru akan menjadi contoh bagi siswa.
Oleh karena itu, untuk membimbing sikap siswa seorang guru harus
mencerminkan sikap yang baik agar siswa mencontoh/meniru sikap baik
guru dan bukan sikap yang tidak baik. Selain metode tegur langsung dan
teladan, metode atau cara yang dilakukan guru dalam aspek afektif adalah
dengan metode nasehat. Metode nasehat dijelaskan dalam surah Lukman
ayat 12-19. Seorang ayah (Lukman) memberikan nasehat kepada anaknya
agar tidak mensekutukan Allah Swt, agar selalu bersyukur apa yang telah
diberikan Allah Swt.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Jadi
kompetensi kognitif berfokus pada bagaimana pengembangan intelektual
peserta didik yang dimana kemampuan siswa harus dijadikan
berpengetahuan yang luas.
2. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berorientasi pada keterampilan
motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action)
yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.
3. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi.

B. Saran
Kami menyadari dalam makalah kecakapan pencapaian ranah kompetensi
(kognitif, afektif, dan psikomotorik) ini membahas hanya sebagian dari luasnya
materi yang bersangkutan dengan tiga ranah kompetensi itu sendiri maka dari itu
kami menyarankan kepada pembaca untuk terus mencari tambahan referensi lain
mengenai topik pembahasan dalam makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Benyamin Bloom, Taxonomy of Educational Objectives. Handbook 1 : Cognitive


Domain, New York: McKey, 1956.

Muhamad Afandi, Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar, Semarang:


UNISSULA Press, 2013.

Asrul, dkk, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Citapustaka Media, 2014.

Hajar Ki Dewantara, Deskripsi Pintar Ki Hajar Dewantara : Pendidikan Dan


Budaya [ASLI], Jakarta: Majelis Luhur Persatuan taman siswa, 2011.

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gunung


Persada Press, 2005.
Hadi Agung Kurniawan, Pengaruh Kemampuan Kognitif Terhadap Kemampuan
Psikomotorik Mata Pelajaran Produktif Alat Ukur Siswa Kelas X Jurusan
Teknik Kendaraan Ringan Di Smk Muhammadiyah Prambanan, Juli 2012.

Dwi Ivayana Sari, Buku Diktat Evaluasi Pembelajaran, September 2015.

Arikunto Suharsimi , Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara,


2014.
Nurmawati, Evaluasi Pendidikan Islami, Bandung : Citapustaka Media, 2016.
Zainal Arifin, evaluasi pembelajaran,Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012.

16

Anda mungkin juga menyukai