Anda di halaman 1dari 3

COGNITIVE DISSONANCE

Cognitive Dissonance adalah perasaan tidak nyaman saat menghadapi dua nilai yang
berbeda atau ketika melakukan hal yang tidak sesuai dengan kepercayaan yang dianut. Cognitive
artinya kognitif, yang berhubungan dengan pengartian. Sedangkan, Dissonance artinya
disonansi, ketidaksesuaian. Adapun cara penyebutan dari kata Cognitive Dissonance menurut
kamus Meriam-Webster yaitu / ‘kag-ne-tiv / /’di-se-nen(t)s /. Istilah Cognitive Dissonance
pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikolog bernama Leon Festinger pada tahun 1957 dan
berkembang pesat sebagai pendekatan dalam memahami proses pesan komunikasi. Festinger
mendefinisikan Cognitive Dissonance sebagai kesenjangan antara sikap dan perbuatan, sehingga
menciptakan ketidaknyamanan psikologis. Selaras dengan Festinger, Vaughan & Hogg
menyatakan Cognitive Dissonance adalah suatu kondisi yang tidak nyaman akibat dari tidak
konsistennya antara sikap dan perbuatan. Sementara, Wibowo mendefinisikan teori Cognitive
Dissonance sebagai keadaan tidak nyaman, akibat adanya pertentangan antara sikap dan
perilaku. Dari beberapa penjelasan mengenai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa teori
Cognitive Dissonance merupakan teori yang membahas tentang ketidaknyamanan perasaan
seseorang akibat sikap, pemikiran dan perilaku yang saling bertentangan satu sama lain.

Sebuah iklan anti-merokok terbaik pada tahun 2012 versi cannes dengan judul “Smoking
Kid” dapat dijadikan contoh kasus yang sesuai dengan Teori Cognitive Dissonance. Video
pendek ini menceritakan banyak perokok dewasa yang tahu dampak buruk dari merokok, seperti:
gangguan hati, kanker paru-paru, wajah terlihat tua, dan bahkan menyebabkan kematian. Namu,
mereka tetap saja merokok. Uniknya, ketika seorang anak laki-laki dan anak perempuan hendak
meminjam korek api untuk menyalakan rokok mereka, orang-orang dewasa tersebut
menolaknya, dan menasehati mereka bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan. Terlihat jelas,
bagaimana teori Cognitive Dissonance berlaku dalam iklan ini, dimana perokok dewasa sadar
akan bahaya merokok (sikap kognitif), namun tetap saja melakukannya (perilaku).
Ketidaksesuaian antara kognisi dan perilaku pun terjadi.

Teori yang dicetuskan oleh seorang psikolog sosial Amerika, Leon Festinger, kerap
terjadi ketika seorang sudah memiliki sikap terhadap suatu isu, namun sikap tersebut
bertentangan dengan sebagian informasi beredar di masyarakat yang memengaruhi
keyakinannya. Ketika kondisi disonansi kognitif ini trjadi, orang tersebut akan berupaya
mengaling informasi lainya untuk menakar validitas antara sikap dan keyakinanya. Kemudian,
ada dua pilihan yang akan di lakukan yakni tetap pada sikap tersebut dan menyesuaikan
keyakinan agar sejalan dengan sikap, atau menganti sikap tersebut agar sejalan dengan
keyakinanya.

Teori Cognitive Dissonance memiliki sejumlah anggapan atau asumsi dasar diantaranya
adalah sebagai berikut : (1) Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan,
sikap, dan perilakunya. Teori ini menekankan sebuah model mengenai sifat dasar dari manusia
yang mementingkan adanya stabilitas dan konsistensi. (2) Dissonance diciptakan oleh
inkonsistensi biologis. Teori ini merujuk pada fakta-fakta harus tidak konsisten secara psikologis
satu dengan lainnya untuk menimbulkan Cognitive Dissonance. (3) Dissonance adalah perasaan
tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan dengan dampak-dampak
yang tidak dapat diukur. Teori ini menekankan seseorang yang berada dalam disonansi
memberikan keadaan yang tidak nyaman, sehingga ia akan melakukan tindakan untuk keluar dari
ketidaknyamanan tersebut. (4) Dissonance akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi
dan usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi. Teori ini
beranggapan bahwa rangsanagan disonansi yang diberikan akan memotivasi seseorang untuk
keluar dari inkonsistensi tersebut dan mengembalikannya pada konsistensi.

Festinger (1957) menyebutkan empat sumber penyebab Cognitive Dissonance adalah


sebagai berikut :
a. Inkonsistensi logika (logical inconsistency), yaitu logika berpikir yang mengingkari logika
berpikir orang lain.
b. Nilai budaya (ciltural mores), yaitu bahwa kognisi yang dimiliki seseorang di suatu budaya
kemungkinan akan berbeda di budaya lainnya.
c. Opini umum (opinion generality), yaitu disonansi mungkin muncul karena sebuah pendapat
yang berbeda dengan yang menjadi pendapat umum.
d. Pengalaman masa lalu (past experience), yaitu disonansi akan muncul bila sebuah kognisi
tidak konsisten dengan pengalaman masa lalunya.

Menurut Festinger, teori Cognitive Dissonance memiliki implikasi penting dalam banyak
situasi spesifik yaitu sebagai berikut :
 Keputusan (decisions) bahwa disonansi merupaka konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan
dari keputusan. Hal tersebut didasari oleh kenyataan bahwa seorang individual harus
berhadapan dengan sebuah situasi konflik sebelum sebuah keputusan dapat dibuat.
 Forced Compliance merupakan suatu permintaan dari luar diri seseorang yang dipaksakan
kepada seorang individu. Aplikasi dari teori disonansi pada Forced Compliance terbatas pada
permintaan public tanpa disertai oleh perubahan pendapat pribadi.
 Pencarian Informasi (Exposure to Information) bahwa pencarian informasi aktif berkorelasi
dengan kekuatan disonansi. Disonansi menyebabkan pencarian informasi menjadi selektif,
yaitu individu akan lebih mencari informasi yang menyebabkan konsonan dan menghindari
informasi yang menyebabkan disonansi.
 Dukungan Sosial (social support) berperan dalam mengurangi kondisi disonan. Cognitive
Dissonance akan dihasilkan oleh seseorang yang mengetahui bahwa orang lain memiliki opini
yang berlawanan dengan opininya. Dalam hal ini akan dilihat seberapa stigma, yang
merupakan keyakinan atau pendapat yang dimiliki oleh masyarakat.

SUMBER :
https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-disonansi-kognitif-konflik-batin-yang-sering-terjadi-
dalam-hidup/amp#aoh=16109430481183&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251%24s (Arif Putra)
https://khairullahbinmustafa.blogspot.com/2018/05/cognitive-dissonance-theory-teori.html?m=1
(Khairullah. M.I.Kom)
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-disonansi-kognitif-cognitive-
dissonance/4297 (Wahyu Musa Gunawan dan Calandre Kei Ashana)
https://www.alinea.id/kolom/justiceforaudrey-dan-disonansi-kognitif-warga-net-b1Xew9jaP
(Irwan Saputra)
https://www.kompasiana.com/naftalia/5952cd00771117781d2d03d3/disonansi-kognitif-makin-
lebar-makin-menderita (Naftalia Kusumawardhani)

Anda mungkin juga menyukai