Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Komunikasi, Vol. 01 (02), 2016.

71-80

KomunikasI
J U R N A L

E-ISSN: 2503-0795
I KATAN SARJAN A KOMUNIKASI INDONESIA

DISONANSI KOGNITIF PADA PERILAKU SEKS PRANIKAH

Inge Hutagalung
Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana
Jl. Meruya, Kembangan, Jakarta
inge_hutagalung@yahoo.com

Abstrak
Survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tahun 2015 tentang perilaku seks pranikah di kalangan
remaja menunjukkan, 30 persen responden telah melakukan hubungan seksual sampai tahap penetrasi. Kenyataan
akan perkembangan perilaku seks pranikah ini membentuk sikap permisif yakni sikap positif terhadap perilaku
seks pranikah. Fokus penelitian adalah disonansi kognitif pada sikap permisif terkait perilaku seks pranikah di
kalangan remaja. Metode penelitian yang digunakan adalah Interpretative Phenomenological Analyses (IPA) atau
Analisis Fenomenologis Interpretatif. Hasil penelitian memperlihatkan, pada informan yang tidak mengalami
disonansi maka proses komunikasi berbentuk tindakan untuk tidak melakukan perubahan apapun pada salah satu
elemen disonansi, seperti merubah keyakinan/kepercayaan atau merubah tindakan; tidak menambahkan elemen
kognitif konsonan baru dalam hal ini termasuk upaya secara aktif untuk mencari informasi lain yang mendukung
keyakinan yang dimiliki. Pada informan yang mengalami disonansi, dalam upaya mencapai konsistensi kognitif
maka individu akan mencari informasi lain yang dapat mendukung tindakannya untuk menjauhi perilaku seks
pranikah.
Kata Kunci: Sikap Permisif, Disonansi, Elemen Kognitif Konsonan, Seks Pranikah.

PENDAHULUAN fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui


Filsuf Belanda, Baruch Spinoza, 300 tahun yang sesuatu. Dalam pandangan Piaget, skema mencakup
lalu menyatakan manusia adalah mahluk sosial yang baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan
cenderung selalu hidup bermasyarakat dan ber­ pengetahuan tersebut.
perilaku selaras dengan lingkungannya. Manusia Konsep konsistensi dalam kognisi manusia Jean
adalah bagian dunia keteraturan yang alamiah dan Piaget, dikembangkan dalam konsistensi perilaku
rasional sehingga mempunyai tanggung jawab satu oleh Kurt Lewin, melalui teorinya yang terkenal yaitu
dengan yang lain, dan secara bersama mengejar teori lapangan (field theory). Dengan teorinya, Lewin
keharmonisan (David Schneider, dalam Sarwono, menjelaskan apa yang terjadi dalam jiwa seseorang
1999:37). sehingga membentuk persepsi dan perilaku yang
Jean Piaget, seorang psikolog Swiss (1896- bersifat menyeluruh. Menurut Lewin, perilaku
1980) melalui teori perkembangan kognitif juga (behavior) merupakan fungsi dari keadaan diri sendiri
menyatakan bahwa seorang individu dalam hidupnya (personality) dan lingkungan. Faktor-faktor dari
akan selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan dalam maupun luar pribadi akan terpetakan dalam
berinteraksi, seseorang akan memperoleh skema lapangan kesadaran manusia, dan berpengaruh
(schemata). Skema berupa kategori pengetahuan pada pembentukan persepsi dan perilaku. Lapangan
yang membantu individu dalam menginterpretasi kesadaran ini digambarkan Lewin sebagai lapangan
dan memahami lingkungannya. Skema juga meng­ yang terbagi-bagi dalam berbagai wilayah. Tiap
gambarkan tindakan baik secara mental maupun wilayah mewakili sesuatu dari dalam diri (aku,

71
72 Inge Hutagalung / Jurnal Komunikasi, Vol. 01 (02), 2016. 71-80

tubuhku) dan dari luar (ibuku, rumahku, temanku, disepakati oleh kedua belah pihak atau ”mau sama
makananku, dan sebagainya). Makin banyak mau” (Clayton & Bokemeier, 1980; Faturochman,
pengalaman seseorang makin majemuk keadaan 1992; Damayanti, 2007; Sarwono, 2007).
lapangan psikologiknya (Sarwono, 1999:82-84; Hall Sikap permisif yang timbul di kalangan
& Lindzey, 1978:275-279). remaja terkait perilaku seks pranikah, merupakan
Pada tahap selanjutnya, pemikiran Lewin gambaran upaya manusia mencari konsistensi
dikembangkan oleh Festinger dan menjadi dalil antara sikap-perilaku dipandang dari kondisi
utama teori disonansi kognitif, yaitu bahwa dimana proses perilaku memengaruhi sikap.
jika terjadi konflik dalam lapangan kesadaran Sikap ini juga merupakan upaya pembenaran
(kognisi) seseorang maka keadaan ini akan dari perilaku remaja terkait seks pranikah. Dalam
menim­ bulkan ketidaknyamanan psikologis. istilah psikoanalisis dari Freud dinamakan
Ketika ada ketidaknyamanan psikologis ataupun rasionalisasi (Sarwono, 2001:262; Sears et all,
ketidaksesuaian (inkonsistensi) dalam kognisi, maka 1985:155-156). Maraknya sikap permisif ini
akan timbul disonansi. menim­ bulkan pertanyaan: “Apakah sikap
Teori disonansi kognitif (cognitive dissonance permisif tidak menimbulkan konflik bathin
theory) merupakan salah satu teori kognitif yang dalam diri remaja mengingat sikap permisif ter­
mempelajari sikap dengan penekanan pada konsis­ kait seks pranikah sangat bertentangan dengan
tensi kognitif, lebih khusus tentang bagaimana norma yang ada dalam masyarakat di Indonesia”.
perilaku memengaruhi sikap, yang diperkenalkan Dalam budaya masyarakat Indonesia perilaku seks
oleh Leon Festinger pada tahun 1957. Hingga kini yang dilakukan sebelum pernikahan yang resmi
teori ini menurut sejumlah ahli disebut sebagai teori merupakan suatu larangan yang ditetapkan secara
konsistensi kognitif yang telah menghasilkan jumlah normatif (agama maupun kesusilaan). Masyarakat
data empiris terbesar, dan paling berpengaruh da­ dituntut untuk menghormati norma yang berlaku,
lam kajian psikologi sosial (Brehm & Cohen, dalam termasuk kalangan remaja. Tidak ada satupun agama
Bem 1967:183; Zajonc, 1990:661; Littlejohn & Foss, yang berlaku di Indonesia menghalalkan perilaku
2005:77; Griffin, 2006:239; Perloff, 2010:256; Tankard seks pranikah, melainkan menistakan perilaku
dan Werner, 2008:165). Para ahli psikologi sosial tersebut sebagai tindakan yang terlarang.
umumnya sependapat dengan Festinger bahwa Dengan kata lain, sikap permisif dan norma
manusia pada dasarnya bersifat konsisten, dan masyarakat menjadi dua elemen kognitif (pikiran
orang akan berbuat sesuatu sesuai dengan sikap­ atau keyakinan) yang tidak selaras atau inkonsistensi.
nya, sedangkan berbagai tindakannya pun akan Jika pembenaran pada salah satu elemen kognitif
bersesuaian satu dengan lain. Ada kecenderungan tidak dapat dilakukan, maka ketegangan (disonansi)
pada manusia untuk tidak mengambil sikap-sikap akibat pertentangan dua elemen kognitif akan tetap
bertentangan satu sama lain, dan kecenderungan berlangsung.
untuk menghindari tindakan yang tidak sesuai Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas,
dengan sikap yang diyakininya. maka rumusan masalah penelitian adalah bagaimana
remaja melakukan proses komunikasi persuasif
KERANGKA TEORITIS untuk mencapai kondisi konsistensi dalam skema
Berbagai keadaan di luar diri remaja terkait kognitif terkait sikap permisif terhadap perilaku seks
perilaku seks pranikah, seperti pola asuh orang pranikah. Untuk lebih memudahkan penelitian maka
tua yang cenderung men-tabukan informasi sek­ rumusan masalah adalah: (1) bagaimana pengalaman
sual, lingkungan sosial perkotaan yang semakin remaja melakukan proses komunikasi dalam upaya
individualistis, rangsangan dari media elektronik mencapai kondisi konsitensi kognitif terkait sikap
dan cetak, pengaruh kelompok sebaya serta mitos permisif terhadap perilaku seks pranikah?; (2) mana
hubungan seks, kemudian terakumulasi pada diri yang paling berperan antara norma kelompok
remaja dalam bentuk sikap permisif. Yang dimaksud acuan dan norma masyarakat dalam menimbulkan
dengan sikap permisif adalah sikap positif terhadap disonansi terkait sikap permisif terhadap perilaku
perilaku seks pranikah yang ditunjukkan dalam gaya seks pranikah?
berpacaran yang ”serba boleh”, mulai dari berciuman Untuk melakukan penelitian terkait konstruksi
hingga akhirnya bersenggama, dimana sikap tersebut yang terbangun terhadap pesan yang diterima akan
Inge Hutagalung / Jurnal Komunikasi, Vol. 01 (02), 2016. 71-80 73

digunakan perspektif komunikasi berdasarkan timbul karena pengambilan keputusan. Dalam hal
disiplin ilmu psikologi dengan aliran kognitif. Yaitu terjadinya disonansi maka akan timbul ketegangan
suatu aliran dalam psikologi yang mempelajari psikologis, atau ketidaknyamanan (Festinger, 1957:3;
bagai­mana arus informasi yang ditangkap oleh indra Sears, et.al, 1985:156-157; Littlejohn & Foss, 2005:77;
diproses dalam jiwa seseorang sebelum diendapkan Griffin, 2006:228,237; Perloff, 2010:238; Tankard dan
dalam kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk Werner, 2008:165).
tingkah laku.
Dalam teori komunikasi, teori-teori kognitif Gambar 2.2. Cognitive Dissonance Theory
utamanya dipakai dalam kaitannya dengan produksi
dan penafsiran pesan. Teori kognitif, memfokuskan
pada karakter individual dan bagaimana karakter
individual tersebut dihubungkan dengan berbagai
perilaku pesan, efek situasi atas perilaku pesan, dan
berkonsentrasi pada proses aktual pada produksi
maupun pemrosesan dan penilaian pesan.
Salah satu teori yang berbicara mengenai
organisasi sikap yang didasarkan pada prinsip Sumber: Festinger (1957)
konsis­tensi, lebih khusus berkaitan dengan pengaruh
perilaku terhadap sikap, adalah teori disonansi Pengalaman disonansi (sikap dan tindakan
kognitif (Cognitive Dissonance Theory). yang tidak sesuai atau dua keyakinan yang tidak
Teori disonansi kognitif dipopulerkan Leon selaras) merupakan kondisi kejiwaan yang tidak
Festinger yang terkenal dan berpengaruh dalam menyenangkan, dan mengakibatkan tekanan inter­
sejarah psikologi sosial (Littlejohn, 2002:126). Teori nal yang memotivasi individu untuk melakukan
disonansi kognitif adalah salah satu teori yang upaya menghindari peningkatan disonansi. Ada
banyak dipakai dalam persuasi, terutama untuk tiga proses komunikasi yang dapat dilakukan untuk
memperkirakan apakah pesan-pesan persuasi mengurangi disonansi, yaitu cara pertama dengan
sampai kepada khalayak penerima atau tidak. Teori melakukan perubahan pada salah satu elemen
ini berguna bagi para perancang pesan persuasi disonansi, seperti merubah elemen kognitif ling­
dalam merancang strategi persuasi agar pesan kungan (merubah keyakinan/kepercayaan, sikap,
tersebut sampai pada khalayak tanpa menimbulkan pendapat), atau merubah elemen kognitif peri­
disonansi (lihat West and Turner, 2007). laku (merubah tindakan). Namun, kadangkala
Dalam bukunya “A Theory of Cognitive perubahan lingkungan atau perubahan perilaku
Disonance”, Leon Festinger (1957) mengemukakan tidak menurunkan disonansi. Menyikapi kondisi
bahwa teorinya banyak dipengaruhi oleh pemikiran ini individu akan menghadapkan diri pada cara
teori psikologi lapangan (field theory) dari Kurt kedua, yaitu penambahan beberapa elemen kognitif
Lewin, yang merupakan pengembangan dari konsep konsonan baru, dalam hal ini termasuk upaya secara
konsistensi dalam kognisi manusia yang dikenalkan aktif untuk mencari informasi-informasi baru.
oleh Jean Piaget. Adapun cara ketiga, yaitu menurunkan arti penting
Pada tahap selanjutnya, inti pemikiran Lewin dari elemen-elemen yang mempunyai hubungan
dikembangkan oleh Festinger dan menjadi dalil dengan elemen kognitif disonan (trivialization).
utama teori disonansi kognitif. Disonansi kognitif (Leon Festinger, 1957:19; Roger Brown, 1965; Baron
di deskripsikan sebagai suatu kondisi yang mem­ & Byrne, 1994; Sarwono, 1999:112-114; Littlejohn &
bingungkan, yang terjadi ketika individu ”mene­ Foss, 2005:78; O’Keefe, 2002:79).
mukan diri melakukan sesuatu yang tidak sesuai Upaya untuk mengurangi disonansi juga men­
dengan apa yang diketahui, atau mempunyai dorong proses perilaku komunikasi persuasif, yaitu
pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang individu akan mencari informasi yang konsonan
diyakini”. Dengan kata lain, teori disonansi kognitif dengan keyakinan atau sikap diri. Untuk itu individu
berkaitan dengan dua jenis inkonsistensi perilaku- secara aktif akan mencari dan melakukan pilihan
sikap tertentu, yang timbul karena dilakukannya terhadap materi informasi maupun situasi yang ’sama
perilaku-yang-tidak-sesuai dengan sikap dan yang dan sebangun’ dengan sikap mereka. Dan, menolak
74 Inge Hutagalung / Jurnal Komunikasi, Vol. 01 (02), 2016. 71-80

serta menghindari (avoidance) semua materi infor­ Data dan informasi yang diperoleh dari hasil
masi yang bertentangan dengan keyakinan atau wawancara dikumpulkan lalu dianalisis melalui
sikap mereka (Festinger, 1957:13; O’Keefe, 2002:85- proses reduksi data atas seluruh pernyataan hasil
86; Griffin, 2006:229-230; Tankard dan Werner, wawancara, dan dirumuskan menjadi esensi
2008:167-171). penga­laman. Terdapat dua tahapan dalam mela­
kukan reduksi data, yaitu: (1) melakukan editing,
METODE PENELITIAN pengelompokan, dan meringkas data; dan (2)
Pada penelitian ini, paradigma yang digunakan menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai
adalah post-positivistik. Alasan peneliti memilih berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan
paradigma post-positivistik dikarenakan teori aktivitas serta proses-proses dan menyusunnya
disonansi kognitif adalah konsep positivistik namun menjadi kategori serta merangkumnya menjadi
untuk mendalaminya dibutuhkan analisa kualitatif. pola dan susunan yang sederhana. Setelah proses
Penelitian dengan paradigma post-positivistik dalam reduksi, dilakukan tahapan pengorganisasian data
penelitian ini membantu untuk mengeksplorasi secara sistematis, yaitu menjalin data yang satu
dan memahami apa yang ada dibalik fenomena, dengan kelompok data yang lain sehingga seluruh
latar belakang pemikiran individu atau subjek data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam
penelitian yang terlibat di dalamnya. Jadi, penelitian satu kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data
ini dalam rangka mengeksplorasi fenomena atau sangat mungkin bertumpuk.
pengalaman seseorang terhadap sikap permisif yang
timbul di kalangan remaja terkait perilaku seks HASIL PENELITIAN
pranikah, sebagai gambaran upaya manusia mencari Informan dalam penelitian ini berjumlah delapan
konsistensi antara sikap-perilaku dipandang dari orang. Dalam sajian hasil penelitian ini, kedelapan
kondisi dimana proses perilaku memengaruhi informan menggunakan nama inisial sesuai dengan
sikap. Adapun objek penelitian ini adalah remaja di kesepakatan dengan para informan. Ke delapan
Kelurahan Rawa Buaya, Jakarta Barat. informan merupakan remaja yang tergabung dalam
Metode penelitian yang digunakan dalam kelompok sebaya (peer group) tertentu, seperti kelom­
penelitian adalah Interpretative Phenomenological pok tari, kelompok pengajian, kelompok diskusi,
Analyses (IPA) atau Analisis Fenomenologis Inter­ kelompok hobby.
pretatif. Menurut Smith and Osborn (2009:97), 1. Disonansi Kognitif terkait Sikap Permisif
tujuan dari Analisis Fenomenologis Interpretatif terhadap Perilaku Seks Pranikah
adalah mengukur secara detail bagaimana par­ Pada konteks penelitian ini, disonansi kognitif
tisipan memaknai dunia personal dan sosialnya. umumnya dihadapi oleh para informan dikarenakan
IPA merupakan pendekatan yang cocok ketika adanya konflik bathin dalam diri remaja mengingat
seseorang berusaha mengetahui bagaimana indi­ sikap permisif terhadap perilaku seks pranikah
vidu mempersepsi situasi-situasi tertentu yang sangat bertentangan dengan kepercayaan (belief)
dihadapinya. Ketika seseorang berhadapan dengan yang dimiliki, khususnya yang berasal dari nilai-
kompleksitas, proses, atau sesuatu yang baru. nilai pendidikan keluarga.
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini Dari delapan informan, satu informan mengaku
akan menganalisis bagaimana proses komunikasi mengalami kebingungan, kebimbangan, dan
yang dilakukan remaja dalam upaya mencapai ketidak­nyamanan terkait sikap permisif terhadap
kondisi konsistensi kognitif terkait sikap permisif peri­
laku seks pranikah. Namun, tujuh informan
terhadap perilaku seks pranikah. Oleh karena itu, lainnya tidak mengalami hal serupa. Mereka dari
peneliti menggunakan metode wawancara semi- awal sudah yakin dengan keyakinan (belief) yang
terstruktur sebagai metode untuk mengumpulkan dimiliki. Yaitu, bahwa sikap permisif terhadap
data. Wawancara semi terstruktur sebagai instrumen perilaku seks pranikah adalah bertentangan dengan
pengumpulan data yang fleksibel. Wawancara jenis norma, baik agama maupun sosial masyarakat.
ini memungkinkan peneliti dan informan melakukan Perbedaan ini dapat dilihat sebagai upaya masing-
dialog, dan pertanyaan-pertanyaan yang telah masing informan dalam mengolah informasi atau
disusun sebelumnya dapat dimodifikasi menurut pesan yang diperoleh terkait perilaku seks pranikah.
respons informan (Smith and Osborn, 2009:105). Hal ini dapat digambarkan sesuai dengan apa yang
Inge Hutagalung / Jurnal Komunikasi, Vol. 01 (02), 2016. 71-80 75

Tabel Deskripsi Umum Informan

DESKRIPSI 1: AN 2: FD 3: AR 4: SS
Jenis Kelamin Pria Perempuan Perempuan Pria

Pendidikan S1 S1 SMA S1
Usia 19 tahun 19 tahun 20 tahun 19 tahun

Keterlibatan - Kelompok Futsal - Kelompok Tari - Remaja - Kelompok


dalam kelompok Tradisional Mesjid Pecinta
sebaya - Remaja Mesjid Alam

- Remaja
Mesjid

DESKRIPSI 5: LK 6: YS 7: PI 8: WA
Jenis Kelamin Pria Perempuan Pria Perempuan
Pendidikan S1 S1 SMA SMA
Usia 19 tahun 18 tahun 17 tahun 17 Tahun

Keterlibatan - Kelompok - Kelompok - Kelompok - Kelompok


dalam kelompok Pecinta Alam Kuliner Futsal Tari
sebaya
- Kelompok - Kelompok - Ketua OSIS - Osis bidang
Sepak Bola Pengajian Olahraga

diucapkan oleh informan. sikap permisif sebagai hal tidak boleh dilakukan
Informan PI mengaku bingung terkait sikap karena bertentangan dengan agama dan ajaran orang
permisif terhadap perilaku seks pranikah. Hal ini tua”.
dikarenakan banyaknya teman-teman yang mela­ Informan AN: ”Sebagai anggota Genre (Generasi
kukan seks bebas, dan membuat informan PI ingin Berencana), saya tidak bingung sama sekali meng­
melakukan perilaku seks pranikah. hadapi perilaku seks bebas ini. Karena saya meng­
”Jujur, ya sempat bingung, karena saya kerap amati hal tersebut tidak memberikan dampak yang
melihat teman saya pacaran dan banyak yang ter­ positif untuk diri saya pribadi, dan bertentangan
jerumus dalam seks bebas. Hal ini membuat saya dengan nasehat dari orang tua saya”.
ingin melakukannya, namun takut untuk melakukan
ketika saya mengingat di mana saya hidup dalam 2. Proses Komunikasi dalam Pencapaian
keluarga yang agamis”. Konsistensi Kognitif
Sementara tujuh informan dengan tegas menya­ Pada konteks penelitian ini, proses komunikasi
takan bahwa mereka tidak bingung terkait sikap yang dilakukan oleh para informan dalam mencapai
permisif terhadap perilaku seks pranikah. Hal ini konsistensi kognitif dapat dijelaskan dalam tiga
dikarenakan dasar agama yang kuat dan pendidikan, bentuk, yaitu: (1) melakukan perubahan pada salah
nasehat maupun saran orang tua yang telah tertanam satu elemen disonansi, seperti merubah keyakinan/
dalam keluarga sejak kecil. kepercayaan atau merubah tindakan; (2) Penambahan
Beberapa pernyataan para informan, antara lain: beberapa elemen kognitif konsonan baru, dalam
Informan WA: “Saya sebagai seorang remaja hal ini termasuk upaya secara aktif untuk mencari
yang notabene beragama Islam, yang dari kecil sudah informasi lain yang mendukung keyakinan yang
dididik dengan adat dan istiadat yang kuat, melihat dimiliki, dan (3) menurunkan arti penting dari
76 Inge Hutagalung / Jurnal Komunikasi, Vol. 01 (02), 2016. 71-80

elemen-elemen yang mempunyai hubungan dengan PERAN KELOMPOK TERHADAP SIKAP


elemen kognitif disonan (trivialization).Yaitu, mem­ PERMISIF
pertimbangkan kembali bahwa disonansi yang Menjawab pertanyaan terkait norma kelompok
terjadi bukanlah sesuatu yang penting. mana yang berperan dalam menimbulkan disonansi
Pada informan yang mengalami kebingungan, terkait sikap permisif terhadap perilaku seks pra­
proses komunikasi untuk mencapai konsisten kog­ nikah, tujuh informan informan menyatakan
nitif dilakukan dengan mencari informasi lain untuk bahwa norma keluarga/masyarakat memiliki peran
mendukung sikap menolak sikap permisif terhadap yang sangat penting. Hal ini berarti norma dari
perilaku seks pranikah. kelompok sebaya memiliki kecenderungan kurang
”Saat dalam kebingungan, saya akan mencari berperan dibandingkan norma keluarga yang telah
dukungan informasi lain yang akan menguatkan diri membentuk keyakinan (belief) pada para informan.
saya bahwa sikap permisif adalah perbuatan yang Sementara satu informan menyatakan bahwa norma
terkutuk dan harus dijauhi”. kelompok memegang peranan penting terhadap sikap
Adapun tujuh informan lainnya dalam mencapai permisif terhadap perilaku seks pranikah. Beberapa
konsistensi kognitif telah menurunkan arti penting pernyataan berikut akan memberikan gambaran
dari sikap permisif terhadap perilaku seks pranikah akan peran norma kelompok terkait sikap permisif
dengan menyatakan bahwa sikap permisif terhadap terhadap perilaku seks pranikah.
perilaku seks pranikah adalah sesuatu yang tidak Informan PI: ”Menurut saya norma dari keluarga
perlu diperhatikan dan dihiraukan karena berpotensi lebih berperan karena ikatan bathin saya lebih kuat ke
merusak kehidupan masa depan. Beberapa per­ keluarga dan agama...., dibanding dengan kelompok
nyataan informan yang menegaskan proses teman2 saya. Saya dapat membentengi diri saya dari
komunikasi ini adalah sebagai berikut: hal-hal yang buruk karena saya selalu ingat ajaran ibu
Informan YS: ”Jujur, saya dikelilingi dengan saya. Saya juga takut pada Allah, karena menurut ibu
teman-teman yang berperilaku seks bebas, namun saya, perilaku seks pranikah adalah hal yang dilarang
menurut saya semua balik kepada diri kita sendiri. oleh agama”.
Kalau saya pribadi, tidak beranggapan bahwa Informan AR: ”Kelompok dari teman-teman
perilaku seks bebas adalah hal yang perlu serius dicer­ saya tidak mempengaruhi sikap saya terhadap seks
mati. Biar pun lingkungan saya seperti itu, namun bebas, karena jaran agama dan orang tua tidak
saya yakin akan keyakinan saya bahwa hal itu adalah memperbolehkan kegiatan seperti itu. Saya mengikuti
sesuatu yang dapat merusak kehidupan dan masa aturan tersebut dengan tidak mengikuti seks bebas
depan saya”. yang marak terjadi di kalangan remaja saat ini”.
Informan SS: ”Perilaku seks bebas itu.......ter­ Informan WA: ”Kelompok teman sangat tidak
gantung pada bagaimana remaja menyikapinya. mempengaruhi tentang penolakan saya mengenai
Kalau dasar agama dan pendidikan orang tua nya perilaku seks bebas. Dikarenakan memang suatu
kuat, saya percaya pasti remajanya akan cuek aja perilaku seks bebas merupakan suatu sikap yang
menghadapi perilaku itu”. menyimpang dan agama juga melarang perilaku
Informan WA: ”Saya pribadi memiliki peng­ tersebut”.
alaman di mana teman-teman banyak yang mela­ Informan SS: ”Menurut saya yang lebih berperan
kukan perilaku seks bebas. Saya tidak ambil pusing adalah kepercayaan diri sendiri. Kepercayaan ini
dengan mereka. Jika saya tahu teman ada yang saya dapatkan dari pendidikan dalam keluarga saya.
berperilaku seperti itu, maka saya cukup tahu. Saya Keputusan yang saya ambil akan saya jalani dan
berjilbab dan sangat menjaga diri. Karena bagai­ lakukan sendiri. Resiko dan konsekuensi yang akan
manapun yang dapat menjaga dan melindungi didapat akan hanya dirasakan oleh saya sendiri. Oleh
kehormatan diri adalah diri kita sendiri. Jadi saya karena itu, buat saya norma dan ajaran dari keluarga
tegas dalam hal perilaku seks pranikah. Buat saya akan saya perhatikan. Waaupun saya sadar kalau
masih banyak hal yang harus dipikirkan daripada saya mengikuti ajaran ibu saya, ada resiko dijauhi
memikirkan sikap permisif”. ataupun dikucilkan dari kelompok teman-teman
saya. Dalam perilaku seks bebasm menurut saya
kepercayaan agama, pendapat orang tua itu lebih
utama. Jadi norma kelompok teman tidak terlalu
Inge Hutagalung / Jurnal Komunikasi, Vol. 01 (02), 2016. 71-80 77

perperan. Saya lebih memilih kepercayaan agama, lingkungannya. Manusia adalah agen yang secara
yaitu meninggalkan perlkau seks bebas tanpa menilai aktif menerima, menggunakan, memanipulasi,
norma kelompok teman saya”. dan mengalihkan informasi. Manusia secara aktif
Adapun pernyataan satu informan yang menya­ berpikir, membuat rencana, memecahkan masalah,
takan bahwa norma kelompok memegang peranan dan mengambil keputusan. Manusia memproses
penting terhadap sikap permisif terhadap perilaku informasi dengan cara tertentu melalui struktur
seks pranikah adalah sebagai berikut: kognisi yang diberi istilah schema. Struktur kognisi
Informan LK: ”Menurut saya pengaruh norma (schema) bisa membantu manusia mencapai
kelompok pada lingkungan remaja di era sekarang keterpaduan dengan lingkungan, dan membantu
sangatlah berperan besar dan mengambil andil yang untuk menyusun realitas sosial. Sistem ingatan
besar pula pada diri dan psikologis diri seorang remaja. yang dimiliki oleh manusia diasumsikan terdiri atas
Karena pada faktanya sebagian waktu seorang remaja struktur pengetahuan yang tak terhitung jumlahnya,
yang masih mencari jati diri terpakai/digunakan dan merupakan hasil dari proses informasi yang
untuk bersosialisasi dengan teman di lingkungan datang dari lingkungan ke dalam struktur mental.
sekitar. Saat teman-teman sepergaulan melakukan Jadi untuk memperoleh informasi yang bisa dipercaya
sesuatu atau mengatakan sesuatu ada pemikiran maka proses mental seseorang merupakan hal utama
bahwa yang dilakukannya benar atau bisa juga salah. yang bisa menjelaskan perilaku sosial seseorang
Namun pada saat ini banyak remaja yang hanya ingin (Fiske and Taylor, 1991 dalam Littlejohn dan Foss
berteman dengan orang-orang tertentu yang dianggap 2009).
asyik untuk bergaul. Sehingga kadang banyak yang Pendekatan individualistis merupakan ciri
menanggapi setuju dengan apa yang teman dalam tradisi sosiopsikologis. Hal ini dapat dipahami
kelompok katakan.......agar dia masih bisa berteman karena teori-teori tradisi ini muncul dan berkembang
dengan kelompok tersebut dan melakukan perubahan dalam lingkup budaya Barat. Individu telah
pola pikir agar dapat selalu diterima oleh teman mendominasi pemikiran Barat sejak pencerahan
sepergaulannya”. abad ke-18, dan merupakan unit analisis utama
Teori disonansi kognitif merupakan teori yang dalam kebanyakan pemikiran Barat. Individu
dipengaruhi ilmu psikologi. Sesuai dengan pemetaan dalam tradisi sosiopsikologis dilihat sebagai pelaku
tujuh tradisi Craig, Griffin mengelompokkan teori komunikasi sekaligus mahluk sosial. Pandangan
disonansi kognitif dalam tradisi socio-psychological psikologis ini melihat manusia sebagai kesatuan
(tradisi sosio-psikologis) (Griffin, 2006:22). lahiriah dengan karakteristik yang mengarahkannya
Tradisi sosiopsikologis adalah sebuah tradisi yang kepada perilaku mandiri. Pandangan ini juga
berasal dari kajian psikologi sosial. Kajian individu melihat pikiran individu sebagai tempat memproses
sebagai mahluk sosial merupakan tujuan dari tradisi dan memahami informasi serta menghasilkan
sosiopsikologis. Tradisi ini memiliki tradisi yang kuat pesan, sekaligus juga mengakui kekuatan yang
dalam komunikasi, dan melihat komunikasi sebagai dapat dimiliki oleh individu melebihi individu lain,
pengaruh interpersonal. Tradisi ini juga membantu serta efek informasi pada pikiran manusia. Tradisi
untuk memahami individu manusia sebagai pelaku sosiopsikologis memberikan pemahaman apa yang
komunikasi. Yaitu, bagaimana dan mengapa setiap ada di balik perilaku. Oleh karena itu, hampir tidak
individu berperilaku seperti yang mereka perbuat, mengejutkan jika penjelasan-penjelasan psikologis
serta memusatkan perhatian pada hubungan sebab- begitu menarik bagi para ahli komunikasi, seperti
akibat yang terjadi pada proses komunikasi dengan apa yang menentukan gaya komunikasi seseorang,
mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi situasi komunikasi semacam apa yang disukai dan
sebab akibat. Di sisi lain, tradisi sosiopsiklogis meno­ yang dihindari, apakah seseorang sama atau berbeda
lak pendapat yang menyatakan bahwa orang itu dengan orang lain dalam hal komunikasi, dan
rasional, bahwa individu tahu apa yang dipikirkan sebagainya (Littlejohn dan Foss, 2005:43; 2009:63,
dan persepsi itu dapat dilihat dengan jelas (Littlejohn, Samovar, et all, 2010:231).
2002:97-98, Littlejohn dan Foss, 2009:97). Berbeda dengan Griffin, Littlejohn dan Foss
Manusia tidak menanggapi lingkungannya menempatkan teori disonansi kognitif yang tergolong
secara otomatis. Perilaku manusia tergantung pada dalam teori pelaku komunikasi (komunikator) dalam
bagaimana mereka berpikir dan mempersepsi tradisi sibernetika, yaitu tradisi yang menekankan
78 Inge Hutagalung / Jurnal Komunikasi, Vol. 01 (02), 2016. 71-80

hubungan timbal balik di antara semua bagian dari berupa kebingungan, kebimbangan, dan ketidak­
sebuah sistem. nyamanan terkait sikap permisif terhadap perilaku
Dalam sibernatika, komunikasi dipahami sebagai seks pranikah. Hal ini yang dialami oleh salah satu
sistem bagian-bagian atau variabel-variabel yang informan. Dari pernyataan yang diberikan tergambar
saling memengaruhi satu sama lainnya, membentuk, bahwa informan mengalami kondisi yang dilematis.
serta mengontrol karakter keseluruhan sistem, dan Yaitu, informan kerap melihat teman-teman berpa­
layaknya organisme, menerima keseimbangan dan caran dan melakukan seks bebas. Situasi ini mem­
perubahan. Ide ‘sistem’ membentuk inti pemikiran buat informan ingin ikut melakukan seks bebas. Di
Sibernetika. Sibernetika dalam kesan yang sempit sisi lain, informan takut melakukan perilaku seks
dipopulerkan oleh Norbert Wiener pada tahun 1950- pranikah mengingat dirinya hidup dalam keluarga
an. Sebagai wilayah kajian, sibernetika merupakan yang taat beragama.
cabang dari teori sistem yang memfokuskan diri Peneliti beranggapan bahwa disonansi yang
pada putaran timbal balik dan proses-proses kontrol. terjadi pada salah satu informan adalah wujud upaya
Dengan menekankan pada kekuatan-kekuatan yang informan untuk mencari konsistensi kognitif sebagai
tidak terbatas, sibernetika menantang pendekatan bagian dari kelompok sebaya dan juga bagian dari
linier yang menyatakan bahwa satu hal dapat menye­ keluarga. Konsistensi adalah prinsip aturan utama
babkan hal lainnya. Sebagai gantinya, konsep ini di dalam proses kognitif. Untuk mencapai sebuah
mengarah pada pertanyaan tentang bagaimana konsistensi kognitif tidaklah menutup kemungkinan
sesuatu saling memengaruhi satu sama lainnya untuk adanya suatu perubahan sikap sebagai jalan keluar
mempertahankan keseimbangan. Tradisi sibernetika untuk mencapai keseimbangan (balance). Prinsipnya
menjadi bagian dalam komunikasi yang populer manusia ingin mengembalikan konsistensi atau
dan berpengaruh bagi pemahaman komunikasi konsonansi (keseimbangan) antar kognitifnya,
(pemahaman terhadap sebuah hubungan) secara karena manusia memiliki hasrat akan adanya
umum (Littlejohn dan Foss, 2009:59-62). konsistensi pada keyakinan, sikap dan perilakunya.
Ada dua genre teori tentang pengolahan infor­ Sementara pada tujuh (7) informan lainnya,
masi dalam kelompok tradisi sibernetika, yaitu peneliti berpendapat mereka berada dalam situasi
kelompok teori yang umumnya berasal dari rubrik konsonan. Situasi ini tercipta karena ketujuh
penggabungan informasi (information-integration), informan sudah memiliki keyakinan (belief) yang
dan kelompok teori yang dikenal sebagai teori kuat bahwa sikap permisif terhadap perilaku seks
konsistensi (consistency theories). Teori konsistensi pranikah adalah bertentangan dengan norma agama
dimulai dengan dasar pikiran bahwa individu lebih maupun norma sosial/ masyarakat.
nyaman dengan konsistensi daripada inkonsistensi. Lebih lanjut, proses komunikasi untuk mencapai
Dalam bahasa sibernetika, manusia mencari konsistensi kognitif, berdasarkan pengalaman
homeostasis atau keseimbangan, dan sistem kognitif informan pada penelitian ini dapat dibagi dua. Yaitu,
adalah sebuah alat utama yang dapat digunakan pertama, pada informan yang tidak mengalami
untuk mencapai keseimbangan. Salah satu teori disonansi maka proses komunikasi berbentuk
konsistensi kognitif adalah disonansi kognitif karya tindakan untuk tidak melakukan perubahan apapun
Leon Festinger (1957) (Littlejohn dan Foss, 2005:77; pada salah satu elemen disonansi, seperti merubah
2009:110-116). keyakinan/kepercayaan atau merubah tindakan;
Teori disonansi kognitif mendeskripsikan tidak menambahkan elemen kognitif konsonan baru
disonansi kognitif sebagai suatu kondisi yang dalam hal ini termasuk upaya secara aktif untuk
membingungkan, yang muncul akibat dua elemen mencari informasi lain yang mendukung keyakinan
kognitif yang bertentangan. Manakala seseorang yang dimiliki. Peneliti berpendapat hal ini dilakukan
menjadi bingung, aneh, sebal, dan mau marah, karena para informan tidak berada dalam situasi
itulah antara lain tanda-tanda disonansi kognitif. inkonsistensi kognitif. Adapun untuk tetap berada
Kon­ disi ini terjadi karena individu dihadapkan dalam konsistensi kognitif, proses komunikasi yang
pada situasi di mana ada hal-hal yang menurut akal dilakukan adalah menurunkan arti penting dari
sehat seharusnya tidak terjadi tapi tetap terjadi (atau sikap permisif terhadap perilaku seks pranikah.
sebaliknya seharusnya terjadi, tetapi tidak terjadi). Kedua, pada informan yang mengalami disonansi,
Terkait dengan penelitian ini disonansi muncul dalam upaya mencapai konsistensi kognitif maka
Inge Hutagalung / Jurnal Komunikasi, Vol. 01 (02), 2016. 71-80 79

individu akan mencari informasi lain yang dapat kemungkinan terjadinya perubahan sikap. Dan
mendukung tindakannya untuk menjauhi perilaku akhirnya, semakin kuat keterlibatan ego dalam suatu
seks pranikah. masalah, semakin besar rentang penolakan, semakin
Di sisi lain, hasil penelitian memperlihatkan kecil ruang tanpa komitmen, dan semakin kecil ke­
bahwa norma keluarga merupakan norma yang mungkinan adanya perubahan sikap. Singkat kata,
paling berperan dibandingkan norma kelompok individu yang memiliki keterlibatan ego yang kuat
sebaya. Peneliti berpendapat bahwa pada titik ini, teori sulit untuk dipengaruhi. Mereka cenderung menolak
penilaian sosial (social judgement) bisa melengkapi pesan ataupun informasi yang diterima, dibanding
teori disonansi kognitif Festinger. Teori penilaian individu yang tidak memiliki keterlibatan ego yang
sosial adalah teori yang dikembangkan oleh Muzafer kuat.
Sheriff, dkk (1965), tentang bagaimana individu Pada penelitian ini, peneliti berpendapat terdapat
memberi penilaian berdasarkan pada acuan atau keterlibatan ego yang kuat antara para informan
titik referensi dan keterlibatan ego. Acuan internal dengan norma yang terbentuk dalam keluarga,
atau titik referensi selalu ada pada diri individu dan sehingga sikap permisif terhadap perilaku seks pra­
mempengaruhi cara orang merespon pesan ataupun nikah berada dalam ruang penolakan. Yang berarti
informasi. Setiap individu akan memiliki referensi pula para informan menolak atau tidak menyetujui
atau acuan. Terkait penelitian ini, acuan internal para sikap permisif termaksud.
informan adalah norma keluarga dan bukan norma Dengan mengintegrasikan teori disonansi kognitif
kelompok. Dalam hal ini, norma keluarga yang meru­ dan teori penilaian sosial, peneliti berpendapat bahwa
pakan norma yang menolak sikap permisif terhadap dinamika dan proses komunikasi untuk mencapai
perilaku seks pranikah. konsistensi kognitif dapat lebih dijelaskan dengan
Lebih lanjut, dalam teori penilaian sosial baik. Yaitu, disonansi muncul manakala individu
dijelaskan bahwa pada masalah apapun, biasanya mengalami inkonsistensi kognitif. Situasi yang tidak
akan ada rentang pro dan kontra yang dapat ditolerir selaras ini akan memotivasi individu untuk men­
maupun ditolak. Rentang penerimaan dan penolakan capai harmoni. Dengan mengacu pada referensi
seseorang dipengaruhi oleh sebuah variabel kunci: ataupun acuan yang dimiliki dan memperhatikan
keterlibatan ego. Keterlibatan ego adalah tingkat keterlibatan ego, maka disonansi dapat diminimalisir.
relevansi individu terhadap suatu isu/masalah. Keter­ Lebih lanjut, norma akan berpengaruh tergantung
libatan ego membuat perbedaan besar dalam hal sejauh mana norma tersebut menjadi acuan dari
bagaimana seseorang merespon informasi-informasi penilaian individu, dan seberapa kuat keterlibatan
yang berhubungan dengan sebuah topik. Efek kontras ego terbentuk pada norma yang ada.
akan terjadi saat individu menilai pesan berada jauh
dari referensi atau acuan yang dimiliki. Sedangkan KESIMPULAN
efek asimilasi terjadi saat individu menilai pesan Secara umum, hasil penelitian memperlihatkan
berada dekat dengan referensi yang ada. bahwa manakala ada pertentangan dua elemen
Terkait penelitian ini, yang terjadi adalah efek kognitif maka akan muncul disonansi akibat in­
kontras. Hal ini dikarenakan sikap permisif terhadap konsistensi kognitif. Dua elemen kognitif yang
perilaku seks pranikah berada jauh dari acuan/ bertentangan terkait penelitian adalah norma
referensi para informan yang mengacu pada norma keluarga yang menegaskan bahwa perilaku seks
keluarga. pranikah adalah perilaku yang bertentangan dengan
Teori penilaian sosial juga membuat beberapa agama dan norma sosial/masyarakat, dan sikap
prediksi tentang perubahan sikap dalam komunikasi. permisif terhadap perilaku seks pranikah. Yaitu,
Pertama, pesan-pesan yang berada dalam ruang sikap positif terhadap perilaku seks pranikah yang
penerimaan mempermudah terjadinya perubahan ditunjukkan dalam gaya berpacaran yang ”serba
sikap. Kedua, jika suatu pesan dinilai berada dalam boleh”, mulai dari berciuman hingga akhirnya
ruang penolakan, maka perubahan sikap akan bersenggama, dimana sikap tersebut disepakati oleh
berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali. kedua belah pihak atau ”mau sama mau”.
Ketiga, semakin dekat sebuah pesan yang berada Lebih lanjut, hasil penelitian memperlihatkan
di antara ruang penerimaan dan non komitmen bahwa jika individu mengalami disonansi maka
dengan pendirian yang dimiliki, semakin besar akan ada upaya untuk mencapai konsistensi dalam
80 Inge Hutagalung / Jurnal Komunikasi, Vol. 01 (02), 2016. 71-80

kognitif. Misalnya, dengan melakukan perubahan Festinger, Leon. (1957). A Theory of Cognitive Dissonance.
pada salah satu elemen disonansi, seperti merubah Stanford, CA: Stanford University Press.
keyakinan/kepercayaan atau merubah tindakan. Griffin, EM, (2006). A First Look At Communication
Sebaliknya, jika individu berada dalam kondisi Theory, Sixth Edition, New York: McGraw Hill
konsonan, maka individu tidak akan melakukan Companies, Inc.
ataupun menambahkan elemen kognitif baru. Dalam Hall, Calvin.S, Lindsey, Gadner. (1978). Teori-Teori
hal ini termasuk upaya secara aktif untuk mencari Holistik (Organismik-Fenomenologi), Yogyakarta:
informasi lain yang mendukung keyakinan yang Penerbit Kanisius.
dimiliki. Dan, agar tetap berada dalam konsistensi Littlejohn, Stephen W. (2002). Theories of Human
kognitif, proses komunikasi yang dilakukan adalah Communication, Seventh Edition, Belmont,
menurunkan arti penting dari elemen disonan, yaitu California: Wardsworth/Thomas Learning.
sikap permisif terhadap perilaku seks pranikah. Littlejohn, Stephen W, Foss, Karen. (2005). Theories of
Terkait peran dari kelompok sebaya, penelitian Human Communication, 8th Edition, Belmont, CA:
ini memperlihatkan bahwa norma keluarga yang Wadsworth.
diperoleh melalui proses pendidikan keluarga lebih O’Keefe, D. J. (2002). Persuasion: Theory and research
berperan dibandingkan norma kelompok sebaya, (2nd ed.), Thousand Oaks, CA: Sage.
terkait sikap permisif terhadap perilaku seks pra­ Perlof, Richard M. (2010). The Dynamics of Persuasion:
nikah. Norma keluarga telah menjadi acuan internal Communication and Attitudes in The 21st , 4th
untuk menilai sebuah pesan yang diterima. Acuan edition, New York: Lawrence Erlbaum Associates.
ataupun referensi yang dimiliki oleh individu akan Samovar, L.A., Porter, Richard., McDaniel, Edwin.
mampu menentukan perubahan sikap apa yang akan (2010). Communication Between Cultures,
diterima serta perubahan apa yang akan ditolak. Singapore: Cengeage Learning Asia Pte Ltd
Setiap pesan atau informasi persuasif yang mendekati Sarlito Wirawan, Sarwono. (1999). Psikologi Sosial:
acuan atau referensi diri akan cenderung mendorong Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta:
terjadinya perubahan sikap, dan sebaliknya. Balai Pustaka.
____________. (2001). Psikologi Sosial : Psikologi
DAFTAR PUSTAKA Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan,
Baron, R.A & D. Bryne. (1994). Social Psychology: Jakarta: Balai Pustaka.
Understanding Human Interaction. Boston: Allyn ____________. (2007). Psikologi Remaja (6th ed.),
& Bacon. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Bem, D.J. (1967). Self-Perception: An Alternative Sears, David O, Freedman, Jonathan L, Peplau, Anne
Interpretation of Cognitive Dissonance Phenomena. L. (1985). Social Psychology, Fifth Edition, Prentice
Psychological Review, 74, 183-200. Hall, Inc.
Brown, Roger. (1965). Social Psychology, New York: Free Smith, Jonathan A. dan Mike Osbom. (2009). Psikologi
Press. Kualitatif: Petunjuk Praktis untuk Metode
Clayton, R.R. & Bokemeier, J.L. (1980). Premarital Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sex in the Seventies. Journal of Marriage and The Tankard, James W Jr. dan Werner J Severin. (2008).
Family, 42 : 34-50. Teori Komunikasi, Jakarta: Prenada Media Group.
Damayanti, R. (2007). Peran Biopsikososial Terhadap West. Richard, Turner. Lynn H. (2007). Introducing
Perilaku Berisiko Tertular HIV Pada Remaja SLTA Communication Theory: Analysis and Application,
Di DKI Jakarta, Jakarta, Disertasi FKM UI. 3rd edition, New York: McGraw Hill.
Faturochman. (1997). Sikap dan perilaku Seksual Zajonc, R.B. “Leon Festinger (1919-1989)”, American
Remaja di Bali, Jurnal Psikologi 1, 12-17. Psychologist, vol.45, 1990, 661.

Anda mungkin juga menyukai