Konsep Dasar
Psikologi Sosial
konsep dasar ilmu psikologi sosial
1. Konsep Emosi Terhadap Objek Sosial
Pertama adalah konsep dasar ilmu psikologi sosial mengenai emosi terhadap
objek sosial. Ini menunjukkan bahwa emosi dapat dipengaruhi lingkungan.
Ketajaman emosi dan reaksi emosional dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Pengendalian respon emosi sangat penting dalam kehidupan
sosial.Bisa dikatakan, emosi ini adalah kajian dari psikologi ini dan memiliki
peranan penting dalam pembentukan perilaku seseorang terhadap respon dari
stimulus dalam lingkungan sosial.
2. Konsep Perhatian
Selanjutnya adalah dalam konsep perhatian. Pada konsep ini, perhatian atau
rasa peka terhadap apa yang terjadi di lingkungan sosial seseorang juga sangat
mempengaruhi seorang individu terhadap hubungan sosialnya.
3. Konsep Minat
Selain itu, minat atau daya tarik juga sangat berpengaruh dengan hubungan
sosial antara individusatu dengan individu lain serta kelompok yang berkaitan
dengan proses interaksi dalam diri individu dan mungkin juga dipengaruhi
oleh subjek dari luar.
4. Konsep Kecerdasan dalam Menghadapi Persoalan Sosial
Selain itu, ini juga bisa didasarkan pada kecerdasan dalam menghadapi
persoalan sosial. Ini merupakan modal dasar yang ada dalam diri individu
masing-masing dan berbeda pada setiap individu. Kemudian, nantinya ini juga
bisa jadi modal dasar untuk memecahkan permasalahan sosial yang muncul.
Potensi kecerdasan ini merupakan karakter yang bersifat kognitif dan akan
lebih mudah untuk diukur. Sedangkan kecerdasan yang sikapnya efektif akan
lebih susah diukur dan dievaluasi dengan aspek ini. Selain itu, konsep ini juga
sangat penting untuk membantu individu dalam menjalani kehidupan dan
menghadapi berbagai masalah hidup yang terus saja terjadi
5. Konsep Sikap Mental
Selain itu, konsep dasar ini juga bisa dilihat dari sikap mental seseorang.
Sikap mental sendiri adalah reaksi yang timbul dari diri masing-masing
individu jika ada rangsangan yang datang. Reaksi mental ini bisa bersifat
positif, bisa bersifat negatif namun juga bisa bersifat netral.
Hal ini tentunya sangat tergantung pada kondisi diri masing-masing individu
serta tergantung juga pada rangsangan yang datang. Rangsangan yang datang
akan direspon oleh individu melalui sikap atau reaksi mental yang bisa
dikatakan positif, negatif atau netral juga.
2.
1. Pengalaman Pribadi
Penelitian yang dilakukan oleh Fabrigar, dkk (dalam Ramdhani, 2009)
menyatakan bahwa jumlah informasi atau luasnya pengetahuan yang dimiliki
individu sebelumnya mengenai sikap menentukan sikap yang mempengaruhi
sikap individu. Oskamp (dalam Ramdhani, 2009) mengungkapkan dua aspek
yang khusus memberi sumbangan dalam membentuk sikap; Pertama adalah
peristiwa yang memberikan kesan kesan kuat pada individu (peristiwa
penting), yaitu peristiwa traumatik yang berubah secara drastis kehidupan
individu, misalnya kehilangan tubuh karena kecelakaan. Kedua perhitungan
tersebut merupakan objek secara berulang-ulang (paparan berulang).
2. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Menurut Ali (2000: 36), seseorang tumbuh dan berkembang sesuai
dengan rangkaian interaksi antar perorangan dalam kehidupannya di dalam
keluarga, dengan teman sebaya, teman akrab atau pernikahan, melalui
contoh-contoh yang bersifat formal dan informal yang berlangsung relatif
cukup lama. Interaksi antar perorangan kelompok atau kelompok akan
berpengaruh besar terhadap komponen kognitif, afektif, dan konatif
seseorang. Begitu juga dengan sikap. Pada umumnya, individu cenderung
untuk memilih sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang
sikapnya penting (Azwar, 1995: 32).
Sikap dapat belajar melalui imitasi. Orang tunduk orang lain, terutama
jika orang lain itu merupakan orang yang kuat dan penting (Sears, D, O ,.
Freedman, J, L., & Peplau, L, A., 1985: 143). Salah satu sumber penting yang
jelas-jelas membentuk sikap kita adalah sikap tersebut dari orang lain melalui
proses pembelajaran sosial. Pembelajaran sosial merupakan suatu proses
dimana kita menyembunyikan informasi baru, tingkah laku atau sikap dari
orang lain (Baron, R, A., & Byrne., 2004: 123). Dengan kata lain, banyak
pandangan kita yang dibentuk saat kita dapat diukur dengan orang lain atau
hanya dengan mengobservasi tingkah laku mereka (Baron, R, A ,. & Byrne.,
2004: 123).
Sikap dapat terbentuk bahkan ketika orang tua tidak memerintah
untuk mewariskan pandangan tertentu pada anak mereka. Proses ini disebut
pembelajaran melalui observasi (observasi pembelajaran) yang terjadi ketika
individu belajar bentuk tingkah laku atau pemikiran baru hanya dengan
mengobservasi tingkah laku orang lain (Baron, R, A ,. & Byrne., 2004: 125).
Sikap anak cenderung cocok dengan sikap orang tua mereka (Calhoun,
J, F., & Acocella, J, R, 1990: 317). Senada dengan Calhoun, Ali (2000: 39)
mengatakan bahwa perilaku dan perilaku anak relatif lebih dominan diwarnai
oleh perilaku dan perilaku orangtuanya. Orang tua Sikap akan dijadikan
panutan bagi anak-anaknya (Ramdhani, 2009). Peran orang tua sebagai orang
yang paling dekat dengan anak-anaknya, terutama yang berkenaan dengan
sikap, perhatian, persetujuan, dan reaksi dalam mendidik dan membesarkan
anaknya dapat membentuk dan mempengaruhi sikap dan perilaku anak-
anaknya (Ali, 2000: 39). Dari orangtualah anak atau para remaja yang belajar
tentang nilai dan norma-norma yang dapat membentuk dan menentukan
sikap dan perilaku anaknya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pengaruh Kebudayaan
Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu
tersebut dibesarkan. Seperti yang Proposal Azwar (1995: 33) kebudayaan
tempat kita hidup dan dibesarkan pengaruh besar terhadap pesanan. Contoh
pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam
pergaulan. Contoh keberpihakan kita dalam budaya sosial yang
mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin mempunyai
sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan
kepentingan pribadi.
4. Media Massa
Menurut Azwar (1995: 34) berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
pengaruh dalam opini dan kepercayaan seseorang. Adanya informasi
mengenai sesuatu hal yang dimuat oleh media memberikan landasan
bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Rahayuningsih (2008)
menyatakan bahwa pesan sugestif yang dibawa oleh media, cukup kuat
akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu sehingga
terbentuklah arah sikap tertentu. Televisi ekspresi memiliki pengaruh
sangat besar terhadap sikap (Calhoun, J, F., & Acocella, J, R., 1990:
319). Berbagai riset menunjukkan bahwa model foto yang tampil di
media masa membangun sikap masyarakat bahwa tubuh langsing tinggi
adalah yang terbaik bagi seorang wanita (Ramdhani, 2009).
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Institusi berfungsi pada dasar konsep dan konsep moral dalam
diri individu. Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang
menentukan sistem kepercayaan seseorang yang ikut berperan dalam
menentukan sikap seseorang (Rahayuningsih, 2008). Menurut Azwar
(1995: 35) ada sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya
orang akan mencari informasi lain untuk menilai sikapnya atau mungkin
juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam keadaan
seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau
dari agama menjadi faktor yang menentukan sikap.
6. Pengaruh Faktor Emosional
Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai
penyaluran yang menyatakan atau pengalihan bentuk mekanika
pertahanan ego, dapat bersifat sementara menetap (persisten / tahan
lama) (Rahayuningsih, 2008). Azwar (1995: 37) mencontohkan bentuk
sikap yang didasari emosi adalah prasangka.
Berbeda dengan Azwar, Garrett (dalam Abror, 1993: 110)
mengungkapkan ada dua faktor utama yang menentukan Pemesanan dan
perubahan sikap yaitu faktor psikologis dan faktor kultural. Faktor psikologis
seperti motivasi, emosi, kebutuhan, pemikiran, kekuasaan dan kekuasaan,
kesemuanya merupakan faktor yang memainkan peran dalam menimbulkan
atau mengubah sikap seseorang; sedangkan faktor kultural atau kebudayaan
seperti: status sosial, lingkungan keluarga dan pendidikan juga merupakan
faktor yang berarti yang menentukan sikap manusia. Teori pemikiran oleh
Chaiken (dalam Ramdhani, 2009), ia mengemukakan bahwa sikap terbentuk
dan berubah dari lingkungan sosial yang memungkinkan masuknya berbagai
proses subjektif dalam rangka hubungan antarpribadi.
Dengan demikian variabel psikologis dan budaya selalu saling
mempengaruhi dalam rangka meningkatkan, meningkatkan atau mengubah
sikap.
2. Prososial Kognitif
Efek prososial kognitif dapat kita lihat ketika sebuah media massa
mampu memberikan manfaat kepada setiap individu melalui informasi
atau pesan yang disebarkannya. Contohnya adalah ketika sebuah media
massa memberitakan informasi mengenai cara bersosialisasi yang baik
dan benar, dan informasi tersebut menyebabkan setiap individu yang
menerima informasi tersebut merasa terbantu dengan informasi itu, maka
media massa tersebut telah memberikan efek prososial kognitif.
3. Afektif
Efek afektif ini biasanya akan dirasakan ketika seseorang
merasakan kegembiraan, kesedihan, marah, kasihan, terharu serta
perasaan lainnya yang timbul setelah melihat atau mendengar sebuah
informasi yang disampaikan oleh media massa. Oleh karena itu kita dapat
menyimpulkan bahwa efek afektif merupakan sebuah akibat yang
ditimbulkan oleh media massa karena sebuah informasi atau pesan yang
disebarkan sangat mempengaruhi perasaan setiap individu.
4. Behavioral
Efek behavioral merupakan efek yang ditimbulkan media massa
didalam diri setiap individu penerima informasi dan mempengaruhi
perilaku atau tindakan. Contohnya ketika sebuah media massa seperti TV
secara aktif menyiarkan adegan kekerasan, maka individu penerima
siaran tersebut akan memiliki perubahan perilaku dan tindakan yang
menjurus ke arah kekerasan. Begitu pula ketika TV menyiarkan acara –
acara pergaulan bebas tanpa adanya batasan dan pemahaman yang jelas
dan benar, maka kemungkinan besar perilaku penerima siaran tersebut
akan menjurus ke pergaulan bebas.
Selaku individu, kita akan merasakan media massa sangat membantu kita
untuk mendapatkan informasi yang kita butuhkan.
Memberikan kemudahan bagi setiap indicidu untuk berinteraksi dengan
orang lain meskipun jaraknya sangat jauh.
Menjadikan media massa sebagai alat bagi setiap individu untuk
mengontrol orang lain
Memberikan kemudahan dalam menyebarkan kritik, saran atau gagasan
kita sebagai individu yang bebas dan merdeka.
Dapat membuat kita menjadi seorang individu yang lebih realistis.
Mampu memberikan informasi antar setiap individu
Membuat setiap individu untuk lebih selektif dan lebih luas secara
individual untuk menafsirkan segala pemberitaan
Merangsang setiap individu untuk lebih giat mencari informasi
Memaksa setiap individu untuk merubah pola pikir dan perilaku kearah
yang lebih baik
Memberikan informasi kepada setiap individu mengenai penyimpangan
norma sosial
Menghindarkan kita dari cara berpikir praktis dan instant
Menjadikan kita mahluk individu yang memiliki kontak budaya
Menciptakan rasa toleransi dan keberagaman didalam setiap individu
Memberikan pandangan kepada setiap individu tentang cara hidup yang
baik dan benar
Memberikan rasa ketergantungan bagi setiap individu untuk selalu melihat
dan mendengarkan apa yang diberitakan oleh media massa