Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Nenes Nurul Fajriafiat

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042128189

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4218/Psikologi Sosial

Kode/Nama UPBJJ : 42/UPBJJ Semarang

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Pengertian Sikap dalam Psikologi berbeda dengan pengertian sikap dalam kehidupan sehari-
hari. Kata kunci dari perbedaan ini adalah kecendrungan karena sikap dalam psikologi
merupakan kondisi kesiapan atau kesediaan berperilaku (state readiness), bukan sesuatu
yangbisa diamati secara nyata, sikap dalam psikologi memiliki objek sikap, sedangkan dalam
pengertian kehidupan sehari-hari sikap tidak memiliki objek sikap. Sikap memiliki tiga
Komponen, yaitu Kognitif, Afektif dan Konatif. bagi kehidupan manusia. sikap berfungsi sebagai
pengetahuan, sebagai alat untuk mencapai tujuan, sebagai alat untuk membela diridan sebagai
ekpresi nilai seseorang.
Konsep Sikap dalam pengertian Psikologi tergolong dalam perilaku tidak nyata (covert
behavior), sedangkan kata sikap dalam kehidupan sehari-hari diartikan sebagai perilaku nyata
(overt behaviour).
Konsep Sikap dalam Psikologi jelas merupakan kondisi kesiapan atau kesediaan berperilaku
(state or readiness) dan bukan perilaku nyata yang bisa diobservasi atau kasat mata. Dengan
demikian, dalam kacamata psikologi, sikap seseorang atau suatu kelompok tidak dapat kita
kenali sebelum individu atau suatu kelompok mewujudkannya dalam perilaku nyata. Misalnya,
sikap negatif kaum Muslim terhadap Presiden Bush baru kita ketahui setelah pengunjuk rasa
turun ke jalan, membuat poster/spanduk, melakukan orasi dan lain-lain yang kesemuanya itu
merupakan perwujudan sikap. Singkatnya, sikap dalam Pengertian Psikologi merupakan
Perilaku Implisit (Implicit behaviour), sedangkan sikap dalam pengertian sehari-hari adalah
Perilaku Ekplisit (Explicit behaviour)
Sikap sebagai konsep abstrak yang merupakan kesiapan untuk berperilaku tidak akanterwujud
menjadi perilaku nyata (overt behaviour) apabila tidak dilengkapi dengankomponen afektif.
Seorang yang bersikap negatif terhadap komunisme misalnya maka pengenalannya mengenai
komunisme tidak hanya sebatas pengetahuan, tetapi ia juga menilai (secara emosional) apakah
komunisme ini bertentangan dengan agama yang dianutnya atau tidak.
Teori sikap dan perilaku (Theory of Attitudes and Behavior) yang dikembangkan oleh Triandis
(1980), menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh sikap yang terkait dengan apa
yang orang-orang ingin lakukan serta terdiri dari keyakinan tentang konsekuensi dari
melakukan perilaku, aturan-aturan sosial yang terkait dengan apa yang mereka pikirkan akan
mereka, dan kebiasaan yang terkait dengan apa yang mereka biasa lakukan. Perilaku tidak
mungkin terjadi jika situsasinya tidak memungkinkan.
Jika dikaitkan dengan penelitian ini, teori sikap dan perilaku mampu mempengaruhi auditor
untuk mengelola faktor personalnya sehingga mampu bertindak jujur, tidak memihak pada
suatu kepentingan tertentu, berpikir rasional, bertahan meskipun dalam keadaan tertekan,
serta berperilaku etis dengan senantiasa mengindahkan norma-norma profesi dan norma moral
yang berlaku yang nantinya akan mempengaruhi auditor dalam mengambil opini yang sesuai.
2. A. Faktor-faktor pembentukan sikap :
1. Pengalaman Pribadi
Penelitian yang dilakukan oleh Fabrigar, et al (dalam Ramdhani, 2009)menyatakan bahwa
jumlah informasi atau luasnya knowledge yang dimiliki individu sebelumnya mengenai objek
sikap menentukan kekuatan perubahan sikap yang dialami individu. Oskamp (dalam Ramdhani,
2009) mengungkapkan dua aspek yang secara khusus memberi sumbangan dalammembentuk
sikap; pertama adalah peristiwa yang memberikan kesan kuatpada individu (salient incident),
yaitu peristiwa traumatik yang merubahsecara drastis kehidupan individu, misalnya kehilangan
anggota tubuh karena kecelakaan. Kedua yaitu munculnya objek secara berulang-ulang
(repeatedexposure).
2. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting
Menurut Ali (2000:36), seseorang tumbuh dan berkembang sesuai denganrangkaian interaksi
antar perorangan dalam kehidupannya di dalam keluarga, dengan teman sebaya, teman akrab
atau pernikahan, melalui contoh-contoh yang bersifat formal dan informal yang berlangsung
relatif cukup lama. Interaksi antar perorangan ataupun kelompok akan berpengaruh besar
terhadapkomponen kognitif, afektif, dan konatif seseorang. Begitu juga dengan sikap. Pada
umumnya, individu cenderung untuk memilih sikap yang konformis atau searah dengan sikap
orang yang dianggapnya penting (Azwar, 1995:32). Sikap dapat dipelajari melalui imitasi. Orang
meniru orang lain, terutama jikaorang lain itu merupakan orang yang kuat dan penting (Sears,
D, O,.Freedman, J, L., & Peplau, L, A., 1985:143). Salah satu sumber penting yang jelas-jelas
membentuk sikap kita adalah kita mengadopsi sikap tersebut dariorang lain melalui proses
pembelajaran sosial (social learning). Pembelajaransosial merupakan suatu proses dimana kita
mengadopsi informasi baru,tingkah laku atau sikap dari orang lain (Baron, R, A., & Byrne.,
2004:123). Dengan kata lain, banyak pandangan kita dibentuk saat kita berinteraksi dengan
orang lain atau hanya dengan mengobservasi tingkah laku mereka (Baron, R, A,. & Byrne.,
2004:123).
Sikap dapat terbentuk bahkan ketika orang tua tidak bermaksud untuk mewariskan pandangan
tertentu pada anak mereka. Proses ini disebutpembelajaran melalui observasi (observational
learning) yang terjadi ketika individu mempelajari bentuk tingkah laku atau pemikiran baru
hanya dengan mengobservasi tingkah laku orang lain (Baron, R, A,. & Byrne., 2004:125). Sikap
anak cenderung cocok dengan sikap orang tua mereka (Calhoun, J, F., &Acocella, J, R,
1990:317). Senada dengan Calhoun, Ali (2000:39) mengatakan bahwa sikap dan perilaku anak
relatif lebih dominan diwarnai oleh sikap dan perilaku orangtuanya. Sikap orang tua akan
dijadikan role model bagi anak-anaknya (Ramdhani, 2009). Peran orang tua sebagai orang yang
paling dekat dengan anak-anaknya terutama yang berkenaan dengan sikap, perhatian,
dorongan, dan reaksi dalam mendidik dan membesarkan anaknya dapat membentuk dan
mempengaruhi sikap dan perilaku anak-anaknya (Ali,2000:39). Dari orangtualah anak atau para
remaja belajar tentang nilai dannorma-norma yang dapat membentuk dan menentukan sikap
dan perilaku anaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Anak-anak cenderung mewarisi sikap orang tua mereka, tetapi anak remajadan menjelang
dewasa lebih dipengaruhi teman sebaya mereka (Calhoun, J, F.,& Acocella, J, R, 1990:319).
Dalam masa remaja, kelompok teman sebaya cenderung mengganti keluarga sebagai kelompok
acuan individu. Yaitu kelompok yang normanya kita jadikan alat untuk menilai diri sendiri
(Calhoun, J, F., & Acocella, J, R, 1990:319). Bahkan Ramdhani (2009) mengungkapkan bahwa
ada kecenderungan bahwa seorang individu berusaha untuk sama dengan teman
sekelompoknya. Dapat disimpulkan bahwa orangtua dan teman sebaya berpengaruh besar
dalam membentuk dan merubah sikap seseorang.
3. Pengaruh Kebudayaan
Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan. Seperti
yang diungkapkan Azwar (1995:33) kebudayaan tempatkita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Contoh pada sikap orang kota dan orang desa
terhadap kebebasan dalam pergaulan. Contoh lain apabila kita hidup dalam budaya sosial yang
sangatmengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin mempunyaisikap negatif
terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan pribadi.
4. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Institusi berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diriindividu.
Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan
seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang (Rahayuningsih, 2008).
Menurut Azwar (1995:35) apabila terdapat.
sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencariinformasi lain untuk
memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orangtersebut tidak mengambil sikap memihak.
Dalam keadaan seperti itu, ajaranmoral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau dari
agama seringkalimenjadi faktor yang menentukan sikap.
5. Pengaruh Faktor Emosional
Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi
atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego, dapat bersifat sementara ataupun
menetap (persisten/tahan lama) (Rahayuningsih,2008). Azwar (1995:37) mencontohkan bentuk
sikap yang didasari emosi adalah prasangka.
Berbeda dengan Azwar, Garrett (dalam Abror, 1993:110) mengungkapkan ada dua faktor utama
yang menentukan pembentukan dan perubahan sikap yaitu faktor psikologis dan faktor
kultural. Faktor psikologis seperti motivasi, emosi, kebutuhan, pemikiran, kekuasaan dan
kepatuhan, kesemuanya merupakan faktor yang memainkan peranan dalam menimbulkan atau
mengubah sikap seseorang; sedangkan faktor kultural atau kebudayaan seperti : status sosial,
lingkungan keluarga dan pendidikan juga merupakan faktor yang berarti yang menentukan
sikap manusia. Teori serupa diungkapkan oleh Chaiken (dalam Ramdhani, 2009), ia
mengemukakan bahwa sikap terbentukdan berubah dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang
memungkinkan masuknya berbagai proses subjektif dalam rangka memelihara hubungan
interpersonal.
B. Pengaruh media massa dalam membentuk sikap seseorang
Pengaruh Media Masa contohnya dalam Elektronik saja, Televisi, didalamTelevisi banyak
sekali adegan-adegan yang tidak pantas untuk dipertontonkan kesemua orang, apalagi
khususnya bagi anak-anak, dampaknya bisa saja merekamenirukan kegiatan tersebut diluar
sana, berbagai cara pencegahan pun dilakukanmulai dari memberikan kode-kode Chanel yang
bisa ditonton anak dibawah umur dan yang sudah dewasa, seperti HBO (Harus Bimbingan
Orantua)Menurut Azwar (1995:34) berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,surat
kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh dalam pembentukanopini dan kepercayaan
seseorang. Adanya informasi mengenai sesuatu hal yang dimuat oleh media memberikan
landasan bagi terbentuknya sikap terhadap haltersebut. Rahayuningsih (2008) mengatakan
bahwa pesan sugestif yang dibawaoleh media, apabila cukup kuat akan memberikan dasar
afektif dalam menilaisesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Televisi khususnya
dianggap memiliki pengaruh sangat besar terhadap sikap (Calhoun, J, F., & Acocella, J, R.,
1990:319). Berbagai riset menunjukkan bahwa foto model yangtampil di media masa
membangun sikap masyarakat bahwa tubuh langsing tinggi adalah yang terbaik bagi seorang
wanita (Ramdhani, 2009).
3. A. teori-teori tentang perubahan sikap :
Pembentukan perilaku atau sikap sendiri menurut Bimo Walgito dapat melalui tiga cara
yaitu :
1. Conditioning (Pengkondisian)
Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan. Salah satu cara
pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kondisioning atau kebiasaan. Dengan cara
membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuk
perilaku tersebut. Misal anak dibiasakan bangun pagi, atau menggosok gigi sebelum tidur,
membiasakan diri untuk datang tidak terlambat di sekolah dan sebagainya. cara ini
didasarkan atas teori belajar kondisioning baik yang dikemukakan oleh Pavlov maupun oleh
Thorndike dan Skinner ( Iih. Hergenenhahn, 1976)
2. Pembentukan Perilaku Dengan Pengertian (Insight)
pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight. Misal datang kuliah
jangan sampai terlambat, karena hal tersebut dapat mengganggu teman-teman yang lain.
Bila naik motor harus pakai helm, karena helm tersebut untuk keamanan diri dan lain-lain.
Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya
pengertian.
3. Pementukan Perilaku Menggunakan Model
Pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Pembentukan perilaku masih dapat
ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Kalau orang bicara bahwa orang tua
sebagai contoh anak- anaknya, pemimpin sebagai panutan yang dipimpinnya, hal tersebut
menunjukan pembentukan perilaku dengan menggunakan model. ini didasarkan atas teori
belajar sosial (Social Learning Theory) atau observational learning theory yang dikemukakan
oleh Bandura, (1977)
B. Fungsi sikap menurut teori fungsional :
Teori fungsional sikap (functional theory of attitude) adalah perspektif teoretis menyatakan
bahwa sikap individu dikembangkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan fungsional atau
tujuan individu. Menurut teori fungsional tentang sikap, sikap individu adalah refleksi dari
motivasi yang mendasarinya.

Anda mungkin juga menyukai