Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 5 PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Nama : Wilon Tri Akbar

Npm : 210610200036

Kelas: B

Jurusan: Jurnalistik

Persepsi Diri

Prespesi adalah inti komunikasi, meskipun penafsiran (interprestasi) adalah inti


presepsi, yang identik dengan penyadian-balik (decoding)dalam proses komunikasi.
Defenisi menurut John R. Wenburg dan Willian W. Wilmot: “ Presepsi dapat
didefinisikan sebagai cara organisme memeberi makna”, Rudolph F. Verderber: “
Presepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi.” Presepsi dikatakan inti
komunikasi, sebab jika prespsi kita tidak akurat, maka kita tidak bisa berkomunikasi
dengan efektif.

Berikut beberapa defenisi presepsi menurut beberapa ahli:

 Brian Fellows
Prespsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisasi menerima dan
menganalisi informasi.
 Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken
Presepsi adalah sarana yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan
sekeliling dan lingkungan kita.
 Philip Goodacre dan Jennifer Follers
Presepsi adalah proses mental yang di gunakan untuk mengenali rangsangan.
 Joseph A. DeVito:
Presepsi adalah proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya stimulus
yang mempengaruhi indra kita.

Persepsi manusia dibagi dua: persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi
terhadap manusia. Untuk memahami persepsi sosial secara utuh, kita harus membahas persepsi
terhadap lingkungan fisik terlebih dahulu. Kita juga perlu mengetahui perbedaan antara
persepsi lingkungan fisik dengan persepsi lingkungan sosial.

 Persepsi terhadap objek melalui lambing-lambang fisik, sedangkan persepsi terhadap


orang melalui lambing-lambang verbal dan nonverbal.
 Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan persepsi terhadap orang
menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, harapan, dan sebagainya).
 Objek tidak bereaksi, sedangkan orang bereaksi. Dengan kata lain objek bersifat statis
dan orang bersifat dinamis.

Persepsi Terhadap Lingkungan Fisik

Presepsi terhadap lingkungan fisik, terkadang kita melakukan kekeliruan. Keadaan


mempengaruhi pandangan kita terhadap suatu objek: ketika langit biru dan udara
panas kita “melihat” suatu benda yang tidak cocok dengan tempatnya seperti “air kolam
bercahaya” di tengah jalan. Peristiwa serupa juga pernah dialami Commander Peary
yang “menyaksikan” puncak-puncak bersalju raksasa yang tegak ratusan kaki di
permukaan es di pedalaman Lingkran Arctic tahun 1906. Tujuh tahun kemudian,
Donald MacMillan mencoba membuktikan penemuan tersebut dan bertanya kepada
seorang pemandu Eskimo yang memilih suatu jalan ke puncak-puncak itu dan
menjelaskan bahwa pemandangan spektakuler yang dialami Commander Pearcy adalah
poo-jok (kabut). Berbagai perasaan dan keadaan penjelajah boleh jadi mempengaruhi
perbedaan dalam melihat ilusi tertentu.

Persepsi Sosial

Persepsi social adalah proses memahami arti objek-objek social dan keadaan yang kita
alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, akhirnya penilaian terhadap
mereka mengandung risiko. Beberapa prinsip utama tentang persepsi sosial yang
menjadi pembenaran atas perbedaan persepsi social.

Konsep diri

Konsep diri adalah konstruksi mengenai diri sendiri yang muncul akibat interaksi
dengan orang lain. Konsep diri merupakan keadaan yang menetapkan (determinan)
dalam komunikasi kita dengan orang lain (Riswandi, 2013: 64). Konsep diri adalah
pikiran dan pendapat tentang diri kita. Persepsi mengenai diri yang bisa bersifat
psikologis, sosial dan fisis, menurut William D Brooks dalam Jalaludin Rakhmat (2015:
98). Konsep diri merupakan keseluruhan persepsi seseorang terhadap diri dan
lingkungannya yang terbentuk dari hasil interpretasinya ketika berinteraksi dengan
orang lain. Sejalan dengan Brooks (dalam Rakhmat, 2001:74) yang memaparkan bahwa
konsep diri merupakan persepsi terhadap diri sendiri, baik fisik, sosial, maupun
psikologis, yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman dari hasil interaksi dengan
orang lain.

Dalam konsep diri, tidak hanya persepsi yang bersifat deskriptif, tetapi juga penilaian
terhadap diri sendiri sebagai keseluruhan persepsi seseorang terhadap aspek diri yang
meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada
pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain yang ada disekitarnya. Manusia
sebagai makhluk sosial tidak akan pernah berhenti membutuhkan manusia lain untuk
membantunya dalam membangun konsep diri yang lebih baik secara berkelanjutan.
Konsep diri merupakan cara pandang penilaian seseorang mengenai dirinya. Konsep
diri sangat ditentukan dari beberapa komponen yakni komponen kognitif atau biasa
yang kita sebut sebagai citra diri dan komponen afektif atau harga diri.

Konsep diri terdiri atas:

1. body image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya, baik
disadari maupun tidak disadari, meliputi persepsi masa lalu atau sekarang
mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan
persepsi dan pengalaman-pengalaman baru. Body image berkembang secara
bertahap selama beberapa tahun, dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh
dan struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image
dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu atau pun bulan tergantung
pada stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan,
stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005).

2. ideal diri, yaitu persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya


bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan
dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan,
nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita atau pun penghargaan
diri berdasarkan normanorma sosial di masyarakat tempat individu tersebut
melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal
dan membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik
atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk
mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental. Pembentukan ideal
diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan
dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan
berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan
membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk
melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang
lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan
fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.

3. harga diri, yaitu penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu : dicintai, dihormati
dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat,
berhasil dan dapat menyesuaikan diri. Sebaliknya individu akan merasa
dirinya negatif, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak
dicintai atau tidak diterima di lingkungannya (Keliat BA, 2005). Harga diri
dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan
meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat
mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami
perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya
sendiri.

Pembentukan konsep-diri

Konsep diri adalah pendirian kita mengenai siapa diri kita, dan ini hanya bisa kita lalui
lewat informasi yang di berikan oleh orang lain kepada kita. Konsep diri yang
berpengaruh di dalamnya seperti keluarga, dan orang terdekat lainnya di sekitar kita,
termasuk kerabat.

Dimensi Konsep Diri

Hall dan Lindzey (1970) (Fittz, 1971: 14) mengemukakan bahwa diri mempunyai dua
makna yang berbeda. Sikap, perasaan, persepsi dan evaluasi adalah tentang diri sebagai
objek (self-as-object); sementara berpikir, mengamati dan melakukan aktivitas
merupakan diri sebagai proses (self-as-process). Diri secara keseluruhan, Konsep diri
ini melebur bersama dalam suatu kesatuan dan keseluruhan yang dinamik. Masing-
masing bagian berinteraksi secara bebas-kohesif satu sama lain. Bagian-bagian atau
keseluruhan tersebut berinteraksi dengan aspek eksternal dari dunia fenomenalnya.

Dimensi Internal

Diri-Identitas (The Identity Self); Diri Tingkah-Laku (The Behavioral Self); Diri
Penilaian (The Judging Self)

Dimensi Eksternal

Menurut Sarbin (1952) (Fittz, 1971: 20), kelompok-kelompok sub-diri secara bersama-
sama membentuk diri-total (total self). Sub-sub diri ini merupakan kerangka eksternal,
sebagai lawan dimensi internal (diri identitas, diri tingkahlaku, diri penilaian). Sub-sub
diri eksternal ini adalah : diri fisik (physical-self); diri moral-etik (moral ethical self);
diri personal/pribadi (personal self); diri keluarga (family self); dan diri sosial (social
self); diri akademik/kerja (academic/ work self). Dari dimensi eksternal terdapat sub-
sub diri sebagai berikut:Diri Fisik (Physical Self). Merupakan persepsi seseorang
terhadap keadaan fisik, kesehatan, penampilan diri dan gerak motoriknya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy. 2016. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosadakarya

Widiarti, Pratiwi Wahyu. 2017. Konsep diri (self concept)dan komunikasi


interpersonal dalam pendamping pada siswa SMP se kota Yogyakarta .
Jurnal INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi, Volume 47, Nomor 1

Yuniati, Yenni, dkk. 2015. Konsep Diri Remaja dalam Komunikasi Sosial melalui
“Smartphone”. Jurnal Mimbar, Vol. 31, No. 2

Anda mungkin juga menyukai