PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Kepribadian merupakan salah satu cabang dari psikologi yang
menguraikan struktur-struktur kepribadian manusia sebagai suatu totalitas
serta mengenai pemahaman-pemahaman tingkah laku yang menjadi ciri-ciri
individual.
Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep
diri. Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam
setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat
yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan
manusia dari makhluk hidup lainnya.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki
dorongan untuk berkembang. Perkembangan yang berlangsung kemudian
membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang
kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap
kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang
seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu
sangatlah penting untuk seorang perawat memahami konsep diri. Memahami
diri sendiri terlebih dahulu baru bisa memahami klien.
Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar.
Konsep diri dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang
melibatkan banyak variable. Keempat komponen konsep diri adalah identitas,
citra tubuh, harga diri dan peran.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki
dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan
1
keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian
membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama
lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan
dapat meningkatka konsep diri. Tetapi sebaliknya, klien yang memiliki
persepsi diri yang negatif akan menimbulkan keputusasaan.
1.2.TUJUAN
- Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian konsep diri.
- Agar mahasiswa dapat menjelaskan Definisi Konsep Diri
- Agar mahasiswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri
- Agar mahasiswa dapat menyebutkan komponen-komponen konsep diri
- Agar mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis konsep diri
- Agar mahasiswa dapat menjelaskan Proses Pembentukan Konsep Diri
- Agar mahasiswa dapat menjelaskan Perkembangan konsep diri
- Agar mahasiswa dapat menyebutkan dampak- dampak dari konsep diri
- Agar mahasiswa dapat menyebutkan langkah – langkah dalam
mempertahankan konsep diri
- Agar mahasiswa dapat menyebutkan hambatan dalam membangun konsep
diri
- Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh perawat dalam konsep diri
klien
1.3.MANFAAT
- Mengetahui pengetian konsep keperibadian dan konsep diri praktis dalam
menumbuhkan konsep diri positif bagi anak-anak.
- Mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep diri
- Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep
diri
- Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan konsep diri
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan pencampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar.
Konsep diri memberi kita kerangka acuan yang mempengaruhi manejemen
kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain (Potter & Perry,
2005).
3
2.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Konsep diri menurut Fitts (Hendriati Agustiani, 2006: 139) dipengaruhi
oleh beberapa faktor sebagai berikut :
a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan
perasaan positif dan berharga.
b. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.
c. Aktualisasi diri, implementasi dan realisasi dari potensi yang sebenarnya.
4
b. Peranan jenis kelamin
Peranan jenis kelamin salah satunya ditentukan oleh perbedaan biologis
antara laki-laki dan perempuan. Masih banyak masyarakat yang
menganggap peranan perempuan hanya sebatas urusan keluarga. Hal ini
menyebabkan perempuan masih menemui kendala dalam mengembangkan
diri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Sementara di sisi lain, laki-laki
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki.
c. Peranan perilaku orang tua
Lingkungan pertama dan utama yang mempengaruhi perilaku seseorang
adalah lingkungan keluarga. Dengan kata lain, keluarga merupakan tempat
pertama dalam pembentukan konsep diri seseorang. Salah satu hal yang
terkait dengan peranan orang tua dalam pembentukan konsep diri anak
adalah cara orang tua dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis
anak.
d. Peranan faktor sosial
Interaksi seseorang dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya
merupakan salah satu hal yang membentuk konsep diri orang tersebut.
Struktur, peran, dan status sosial seseorang menjadi landasan bagi orang
lain dalam memandang orang tersebut.
5
berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada
stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan,
stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005).
Banyak factor yang dapat mempengaruhi gambaran diri( Body Image)
seperti, munculnya stressor yang dapat mengganggu integrasi gambaran
diri. Stressor-stresor tersebut dapat berupa :
a) Operasi
Seperti : Mastektomi, Amputasi,luka operasi yang semuanya
mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti
operasi plastic, protesa dan lain-lain.
b) Kegagalan fungsi tubuh
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi
yaitu tidak mengakui atau asing dengan bagian tubuh, sering
berkaitan dengan fungsi saraf.
c) Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh
Seperti sering terjadi pada klien gangguang jiwa, klien
mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda
dengan kenyataan.
d) Perubahan tubuh berkaitan
Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan
merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya
usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon
negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika
didapati perubahan tubuh yang tidak ideal.
e) Umpan balik interpersonal yang negative
Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan,
makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.
2. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat
berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau
6
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan
mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-
norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan
penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal serta
membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik
atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk
mempertahankan kesehatan dan kesimbangan mental.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi
oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau
tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu
menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar
ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses
identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua
dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan
fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.
7
4. Peran (Self Rool)
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di
dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran
yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur
kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang
memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai
kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana
seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran
yang terpilih atau dipilih oleh individu.
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan
dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi
kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat
merupakan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang
menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin
dilaksanakan.
8
dan keunikan individu. Mempunyai konotasi otonomi dan meliputi
persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada
masa bayi dan seterusnya berlangsung sepanjang kehidupan tapi
merupakan tugas utama pada masa remaja.
Pada masa anak- anak , untuk membentuk identitas dirinya, anak
harus mampu membawa semua perilaku yang di pelajari kedalam
keutuhan yang koheren , konsisten dan unik. Rasa identitas ini secara
kontiniu timbul dan di pengaruhi oleh situasi sepanjang hidup.
Pada masa remaja , banyak terjadi perubahan fisik, emosional,
kognitif dan social. Dimana dalam masa ini apabila tidak dapt
memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan social yang membantu
mendefinisikan tentang diri maka remaja ini dapat mengalami
kebingungan identitas. Seseorang dengan rasa identitas yang kuat akan
merasa terintegrasi bukan terbelah.
9
Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert (Jalaluddin Rakhmat,
2003: 105), ada 5 tanda orang dengan konsep diri positif.
1) Yakin dengan kemampuan dalam mengatasi masalah.
2) Merasa setara dengan orang lain.
3) Menerima pujian tanpa rasa malu.
4) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
5) Mampu memperbaiki diri karena sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.
Konsep diri positif seseorang dapat dilihat dari sikap mereka. Seperti
yang diungkapkan oleh Melanie D. Murmanto (2007: 67) berikut ini.
”Orang yang mempunyai konsep diri yang baik akan selalu optimis,
berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya
diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup,
bersikap dan berpikir positif, serta dapat menjadi seorang pemimpin
yang handal”
10
b. Konsep Diri Negatif
Calhoun dan Acocella (Yunita Jaclyn Isabella, 2011: 17)
membagi konsep diri negatif menjadi 2.
1) Individu memandang dirinya secara acak, tidak teratur, tidak stabil,
dan tidak ada keutuhan diri. Ia tidak mengetahui siapa dirinya,
kelemahannya, kelebihannya, serta apa yang dihargai dalam hidupnya.
2) Individu memandang dirinya terlalu stabil dan terlalu teratur.
Dengan demikian, individu menjadi seseorang yang kaku dan tidak
bisa menerima ide-ide baru yang bermanfaat baginya.
11
2.5.Proses Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri berkembang dalam waktu yang cukup lama, yang dimulai
sejak masa kanak-kanak. Saat seorang sudah dewasa maka konsep diri
cenderung telah konsisten dan tidak berubah. Terdapat beberapa factor
yang cukup berpengaruh yang bila terjadi terus menerus maka akan dapat
mengubah konsep diri seseorang. Baldwin dan Holmes (Calhoun dan
Accocella, 1990:77) mengatakan bahwa konsep diri adalah ciptaan sosial,
hasil belajar dan hubungan kita dengan oranglain. Hadipranata
(Handayani, 2003: 11) menyebutkan bahwa terdapat beberapa komponen
dalam proses pembentukan konsep diri, yakni physical self, personal self,
family self, dan social self.
a. Physical Self
Merupakan bayangan kebanggan seseorang akan citra tampang tubuh
maupun keseluruhan pribadinya. Hal ini merupakan gambaran
pandangan individu terhadap tubuhnya dan hal-hal yang berhubungan
dengan tubuhnya seperti kesehatan, penampilan, ketampanan, dan
sebagainya
b. Personal Self
Merupakan bayangan kebanggan seseorang terhadap jangkauan hidup
dankehidupannya atau akan menjadi apa kehidupannya kelak yang
merupakan aspirasi setiap individu. Hal ini menggambarkan seberapa
besar penilaian individu terhadap dirinya, merasakan sebagai diri yang
adekuat dan menggambarkan pilihan terhadap tubuh dan hubungan
dengan orang lain disekitarnya.
c. Family self
Merupakan bayangan kebanggan seseorang terhadap citra ayah, ibu,
dan sanak saudaranya. Ini menggambarkan persepsi diri individu dalam
kaitannya dengan kelompok primer seperti keluarga dan teman-teman
dekatnya.
12
d. Social self
Merupakan bayangan seseorang terhadap citra kelompok sosialnya
dimanapun orang tersebut terkait dengan komitmennya. Hal ini
menggambarkan diri individu dalam kaitannya dengan interaksi
sosialnya dengan orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diketahui bila
konsep diri dapat saja berubah tergantung bagaimana individu tersebut
bereaksi dengan lingkungan sosialnya. Bila individu berada pada situasi
yang berbeda dari sebelumnya dan mendapat penilaian yang berbeda
secara terus-menerus maka pandangan terhadap dirinya juga berubah.
Orang-orang yang sangat berarti bagi individu seperti orang tua,
saudara, suami, istri, dan sahabat-sahabat dekat merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap perubahan konsepdiri seseorang. Penilaian
dari significant others akan mengubah penilaian terhadp diri.
Selanjutnya individu tersebut akan mulaimencari bentuk konsep diri
yang dapat diterima oleh lingkungannya dan sesuai dengan
keinginannya, maka akhirnya terbentuklah konsepdiri yang baru.
Individu tidak lahir dengan konsep diri, karena konsep diri bukan
bawaan. Konsep diri terbentuk seiring dengan perkembangan individu
tersebut dan karena adanya interaksi dengan orang lain di sekitarnya
(Yudit, 2008: 147). Hal ini sesuai dengan pendapat Melanie D. Murmanto
(2007: 68) yang mengatakan bahwa proses pembentukan konsep diri
dimulai sejak usia kecil. Symonds (Hendriati Agustiani, 2006: 143) juga
berpendapat bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat
kelahiran, tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya
kemampuan perseptif. Diri berkembang ketika individu merasakan bahwa
dirinya terpisah dan berbeda dari orang lain. Hurlock (2010: 238-239)
mengatakan hal yang sama, bahwa konsep diri berasal dari kontak anak
dengan orang, cara orang memperlakukan anak tersebut, apa yang
13
dikatakan pada dan tentang anak tersebut, serta status anak dalam
kelompok di mana mereka diidentifikasi. Mengenai pembentukan konsep
diri, Amaryllia Puspasari (2007: 1932) menggolongkannya ke dalam 4
golongan sebagai berikut.
14
tersebut melalui proses pembentukan harapan diri, seperti ingin menjadi
lebih cantik, menjadi lebih pandai, dan lain sebagainya.
4. Pembentukan Diri Secara Sosial (The Social Self)
Proses pembentukan diri secara sosial merupakan proses di mana
seseorang mencoba memahami persepsi orang lain terhadap dirinya.
Penilaian kelompok terhadap seseorang akan membentuk konsep diri pada
orang tersebut. Penilaian sekelompok orang inilah yang merupakan proses
labelisasi terhadap karakteristik konsep diri seseorang. Adapula pendapat
lain mengenai pemebentukan konsep diri dari Melanie D. Murmanto
(2007: 68) yang menyebutkan bahwa masa kritis dari pembentukan konsep
diri adalah saat seseorang masuk sekolah dasar. Masa kritis tersebut
dikarenakan pada usia 6-7 tahun batas-batas dari diri individu mulai
menjadi lebih jelas sebagai hasil dari eksplorasi dan pengalaman dengan
tubuhnya sendiri (Hendriati Agustiani, 2006: 143). Selama periode awal
kehidupan, konsep diri individu sepenuhnya didasari oleh persepsi tentang
diri sendiri. Dalam hal ini, Taylor, Comb, dan Snygg (Hendriati Agustiani,
2006: 143) mengatakan bahwa dengan bertambahnya usia, pandangan
tentang diri menjadi lebih banyak didasari oleh nilai-nilai yang diperoleh
dari interaksi dengan orang lain. Menguatkan pendapat ahli sebelumnya,
Hurlock (2010: 238-239) memberikan penjelasan bahwa wawasan sosial
sangat dipengaruhi tingkat intelegensi seseorang. Seseorang yang cerdas
akan lebih pandai menginterpretasikan perasaan orang lain terhadapnya
berdasarkan apa yang dikatakan dan dilakukan orang lain terhadapnya
dibandingkan anak yang kurang cerdas. Interpretasi mereka dari perasaan
orang lain menentukan apakah mereka akan mengembangkan konsep diri
yang baik atau tidak.
Hendriati Agustiani (2006: 143-144) mengatakan bahwa pada saat anak
memasuki usia anak tengah hingga akhir, peran orang tua sebagai pihak
yang berpengaruh besar pada pembentukan konsep dirinya mulai
digantikan oleh teman sebaya. Anak semakin mengidentifikasikan diri
dengan teman sebaya dan mengadopsi bentuk-bentuk tingkah laku dari
15
kelompok teman sebaya dan jenis kelamin yang sama. Kemudian, saat
anak memasuki masa anak akhir konsep dirinya mulai stabil.
Hendriati Agustiani (2006: 144) juga berpendapat bahwa konsep diri
seseorang akan berubah drastis saat memasuki masa pubertas. Seseorang
yang baru memasuki usia remaja mempersepsikan diri sebagai orang
dewasa dalam berbagai cara. Namun, dalam hal tingkah laku, remaja mulai
terarah pada pengaturan tingkah laku sendiri meskipun masih tergantung
pada orang dewasa. Hal senada juga diungkapkan oleh Hurlock (2010:
238-239) bahwa konsep diri pada remaja telah kokoh bentuknya meskipun
sering ditinjau kembali dengan adanya pengalaman sosial dan pribadi yang
baru. Ketidakpastian masa depan dan membuat formulasi dari tujuan yang
jelas merupakan tugas yang sulit saat masa remaja (Hendriati Agustiani,
2006: 144). Namun, dari penyelesaian masalah dan konflik pada masa
remaja
inilah lahir konsep diri orang dewasa. Nilai-nilai dan sikap-sikap
cenderung menetap dan relatif merupakan pengatur tingkah laku yang
bersifat permanen. Kemudian, pada usia 25-30 tahun biasanya ego
seseorang telah terbentuk lengkap dan konsep diri menjadi sulit berubah.
16
mempunyai kosep diri negatif akan cenderung memiliki sikap dan perilaku
yang mengarah pada hal yang negatif (merasa inferior, pesimis dan lainlain).
Konsep diri sebagai suatu sikap pandang terhadap diri sendiri merupakan
dasar bagi tingkah laku individu. Bagaimana individu menerapkan
perilakunya tergantung bagaimana ia memandang dirinya sendiri baik dimasa
sekarang maupun masa yang akan datang.
17
4. Berpikir positif dan rasional
Semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala
sesuatu,baik itu persoalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan
pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga. Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa langkah membangun konsep diri
adalah:
18
kemampuan pemahaman manajerial lemah, kemampuan latih rendah dan
kemampuan membina tim yang rendah.
19
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien.
20
9. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan
meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat
perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik, mental, spiritual dan
gaya hidup.
10. Bertanggung jawab dalam dua hal, yaitu tanggung jawab terhadap diri
sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap
oran
21
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah
lemah karena hanya menilai perilaku yang dapat diamati saja dan tidak
mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung
pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah karena
sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya
kepribadian itu tidak dapat dinilai “baik” atau “buruk” karena bersifat
netral.
3.2.SARAN
Untuk membangun konsep kepribadian dan konsep diri, kita harus
belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pikiran positif,
memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih baik, sikap aktif
yang positif dan menjaga keseimbangan hidup. Semua yang kita
lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep
22
diri, kita menjadi bangga terhadap diri sendiri, percaya diri penuh dan
dapat berdaptasi dengan lingkungan dan mencapai sebuah
kebahagiaan dalam hidup.
Semoga pembahasan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca dan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
23
DAFTAR PUSTAKA
Herri Zan Pieter, S. &. (2010). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta:
Kharisma Putra Utama
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
24