Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar keperawatan
yang diampu oleh Ns. Edy Soesanto S. Kep., M. Kes
DISUSUN OLEH:
1.
2.
3.
4.
A. Definisi
Konsep diri (self concept) merupakan seperangkat perspektif yang dipercaya orang
mengenai dirinya sendiri. Peranan, talenta, keadaan emosi, nilai, keterampilan dan
keterbatasan sosial, intelektualitas, dan seterusnya yang membentuk konsep diri (Westdan
Turner, 2008).
Konsep diri adalah semua jenis pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat
seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan oranglain.
Konsep diri ada melalui pembelajaran (dipelajari) setelah lahir sebagai hasil pengalaman
unik dalam dirinya, bersama orang terdekat dan dengan dunia nyata/ realitas (Azizah,
2011).
Menurut Rifa (2009 dalam Imam, 2013) konsep diri adalah kesadaran atau
pengertian tentang diri sendiri, yang mencakup pandangan tentang dunia, kepuasan
tentang kehidupan, dapat menghargai atau menyakiti diri sendiri, mampu mengevaluasi
kemampuan diri, dan persepsi mengenai diri sendiri.
Hughes, Galbraith dan White (2011) yang juga mengatakan bahwa konsep diri
merupakan deskripsi mengenai diri sendiri yang juga mengandung evaluasi terhadap diri.
Hal tersebut berkaitan pula dengan self esteem (harga diri) dari individu. Baron, Byrne
dan Branscombe (dikutip dari Sarwono dan Meinarno, 2009) mendefinisikan self esteem
merupakan proses evaluasi yang dilakukan terhadap diri sendiri yang menunjukkan
seluruh sikap seseorang terhadap dirinya sendiri. Kemudian, untuk mengetahui konsep
diri yang ada di dalam diri individu, individu melakukan proses self awareness (kesadaran
diri). Dayakisni dan Hudaniah (2003) mendefinisikan self awareness merupakan proses di
mana individu mengarahkan perhatian kepada dirinya untuk mengetahui konsep diri yang
ada di dalam dirinya.
Ditambahkan pula oleh Steven, Susan dan Ivy (2010) mengenai komponen dari
konsep diri, yaitu attitude, beliefs dan values. Attitudes didefinisikan sebagai respon
individu pada hal yang disukai dan tidak disukai, misalnya sikap seseorang yang tenang
ketika menghadapi masalah di dalam pekerjaan. Kemudian, beliefs didefinisikan
Gunawan (2007) merupakan penerimaan akan sesuatu yang dianggap benar oleh
seseorang atau persetujuan terhadap ide/pernyataan tertentu. Sarwono dan Meinarno
(2009) mendefinisikan values sebagai pedoman yang menunjukkan yang baik dan tidak
baik sehingga mengarahkan individu dalam bertindak, misalnya keadilan dan kejujuran.
2006).
Gambaran
diri
dapat
dimodifikasi
atau
diubah
secara
e. Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap gambaran dirinya, dapat
mendorong sukses dalam kehidupannya.
Gangguan gambaran diri menurut Sujono & Teguh (2009) adalah persepsi negatif tentang
tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna dan obyek yang terkait dengan tubuh. Tanda dan gejala gangguan gambaran diri
yaitu:
a. Menolak untuk melihat atau menyentuh bagian tubuh tertentu yang berubah.
b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah maupun yang akan terjadi.
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
d. Persepsi yang negatif terhadap tubuh.
e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
f. Mengungkapkan keputusasaan dan ketakutan.
melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, ia tetap merasa sebagai orang yang
penting dan berharga (Azizah, 2011).
Harga diri dapat diperoleh dari diri sendiri maupun dari orang lain. Aspek utama adalah
perasaan dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Manusia cenderung negatif,
e. Pengalaman traumatik yang berulang, misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan
seksual.
Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan,
bencana alam, kecelakaan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu
mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya
mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu.
Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma
(Salbiah, 2003).
4. Peran (role)
Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial (Azizah, 2011).
Peran ini diperlukan individu untuk aktualisasi diri. Stres peran terdiri dari konflik
peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai dan peran yang berlebihan
(Sujono & Teguh, 2009).
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam penyesuaian diri dengan peran yang harus
dilakukan (Stuart & Sundeen, 2006):
a. Kejelasan perilaku dan peran yang sesuai dengan peran.
b. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
c. Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban.
d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
e. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran.
Menurut Stuart & Sundeen (1991 dalam Salbiah, 2003) berbagai gangguan peran
dapat juga terjadi berbagai gangguan peran yang diakibatkan oleh : (1) konflik peran
interpersonal, (2) contoh peran yang adekuat, (3) kehilangan hubungan yang penting,
(4) perubahan peran seksual (5) keragu-raguan peran, (6) perubahan kemampuan fisik
untuk menampilkan peran sehubungan dengan proses menua, (7) kurangnya kejelasan
peran atau pengertian tentang peran, (8) ketergantungan obat, (9) kurangnya
keterampilan sosial, (10) perbedaan budaya (11) harga diri rendah, (12) konflik antar
peran yang sekaligus diperankan.
Adapun tanda dan gejala yang dapat terjadi dari gangguan-gangguan peran tersebut
adalah seperti: (1) mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan
menampilkan peran, (2) mengingkari atau menghindari peran, (3) kegagalan transisi
peran, (4) ketegangan peran, (5) kemunduran pola tanggung jawab yang biasa dalam
peran, (6) proses berkabung tidak berfungsi, (7) kejenuhan pekerjaan (Stuart &
Sundeen, 2006).
5. Identitas Diri (identity)
Identitas diri merupakan pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu (Azizah,
2011)
Identitas merupakan kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian, juga merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh (Stuart & Sundeen, 2006).
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan
konsep diri. Hal yang paling penting dari identitas adalah jenis kelamin. Identitas jenis
kelamin berkembang sejak bayi secara bertahap, dimulai dengan konsep laki-laki dan
wanita yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap
masing-masing jenis (Sujono & Teguh, 2009).
Enam ciri identitas ego (Stuart & Sundeen, 1998):
a. Mengenal diri sendiri sebagai manusia yang utuh dan terpisah dari orang lain.
b. Mengakui jenis kelamin diri.
c. Memandang seluruh aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
d. Menilai diri sesuai dengan penilaian masyarakat.
e. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
f. Mempunyai tujuan yang bernilai dan dapat direalisasikan.
Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari perilaku dan perasaan seseorang,
seperti: individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda dengan
orang lain, individu mengakui dan menyadari jenis seksualnya, individu mengakui
dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan perilaku secara
harmonis, individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan
lingkungan sosialnya, individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang
akan datang, serta individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan direalisasikan
(Stuart & Sundeen, 1998).
C. Rentang Respon Konsep Diri
Individu dengan kepribadian yang sehat akan terdapat citra tubuh yang positif/sesuai,
ideal diri yang realistic, konsep diri yang positif, harga diri tinggi, penampilan peran yang
memuaskan dan identitas yang jelas.
Respon konsep diri sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari status aktualisasi diri
(paling adaptif) sampai pada kerancuan identitas /depersonalisasi (maladaptive) yang
digambarkan sebagai berikut:
Respon adaptif
Aktualisasi
Diri
Konsep diri
Positif
Harga diri
Rendah
Kerancuan
Identitas
Respon Maladaptif
Depersonalisasi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan
teramati serta bersifat subjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku
berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracunan identitas, dan
depersonalisasi
2) Faktor yang mempengaruhi peran adalah stereotipik peran seks, tuntutan peran
kerja, dan harapan peran kultural
3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan
orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan rubahan dalam struktur sosial.
b. Stesor Presipitasi
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran hubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
transisi peran perkembangan, transisi peran situasi, dan transisi peran
sehat/sakit
3) Sumber-Sumber Koping
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping, meliputi:
aktifitas olahraga dan aktifitas lain di luar rumah, hobi dan kerajinan tangan,
seni yang ekspresif, kesehatan dan perawatan diri, pekerjaan atau posisi, bakat
tertentu, kecerdasan, imajinasi dan kreativitas serta hubungan interpersonal.
c. Mekanisme Koping
1) Pertahanan koping dalam jangka pendek
2) Pertahanan koping dalam jangka panjang
3) Mekanisme pertahanan ego
d. Tanda dan gejala harga diri rendah
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Penurunan produktifitas
5) Penolakan terhadap kemampuan diri
(Keliat, BA dan Akemat, 2009)
Untuk mengetahui persepsi seseorang tentang dirinya, maka orang tersebut harus
bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
Persepsi
psikologis
Persepsi
1
2
3
1
2
sosial
Persepsi fisik
Identitas
Body Image
Self Esteem
2
3
1
2
3
4
5
saya?
Apa yang paling anda sukai dari tubuh anda?
Apakah ada bagian dari tubuh anda, yang ingin anda rubah?
Dapatkah anda katakan apa yang membuat anda puas?
Ingin jadi siapakah anda?
Siapa dan apa yang menjadi harapan anda?
Apakah harapan itu realistis
Signifikan: apakah respon anda, saat anda tidak merasa
6
7
dianut
Power: Pada tingkatan mana adna perlu harus mengontrol
apa yang terjadi dalam hidup anda? Apa yang anda rasakan?
Role
Performanc
e
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Menurut Azizah (2011), dalam mengkaji konsep diri klien dapat dilakukan langkah
langkah sebagai berikut:
a Citra tubuh (Gambaran diri, body image), bagaimana persepsi klien terhadap
tubuhnya, bagian tubuhnya yang paling disukai dan bagian yang paling tidak
b
disukai
Identitas diri (self identity), bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien
sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status/posisi tersebut (sekolah,
pekerjaan, kelompok, keluarga, lingkungan masyarakat sekitarnya), kepuasaan
Masalah Keperawatan
Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami kondisi
pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang negatif.
a. Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan
oleh ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna, dan obyek yang sering
kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam
penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara
fisik.
Persepsi
tubuh
secara
fisik
berkaitan
dengan
bagaimana
kita
mempersepsikan diri kita secara fisik. Klien dengan gangguan citra tubuh
mempersepsikan saat ini dia mengalami sesuatu kekurangan dalam menjaga
integritas tubunya sehingga ketika berhubungan dengan lingkungan sosial merasa
ada yang kurang dalam struktur tubuhnya. Peresepsi yang negatif akan struktur
tubunya ini menjadikan dia malu berhubungan dengan orang lain. Stresor pada
tiap perubahan adalah perubahan ukuran tubuh berat badan yang turun akibat
penyakit, tindakan invasif, seperti operasi, suntikan di daerah pemasangan infus.
Perubahan fungsi berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh
keterbatasan gerak, makan, kegiatan. Pemasangan alat pada tubuh klien seperti :
infus, traksi, respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital dan lain-lain (Keliat,1994).
b. Gangguan Ideal Diri
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai, tidak
realitis, ideal diri yang samar dan tidak jelas serta cenderung menuntut. Pada klien
yang dirawat di rumah sakit karena sakit, maka ideal dirinya dapat terganggu atau
ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai
(Keliat,1994)
c. Gangguan Harga Diri
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. Gangguan
harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara:
1) Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba
tiba),
2) Kronik yaitu perasan negatif
ini sering terjadi pada klien berpenyakit fisik yang dirawat di rumah sakit karena
tubuh klien dikontrol oleh orang lain. Misalnya: pelaksanaan pemeriksaan dan
pelaksanaan tindakan tanpa penjelasan dan persetujuan klien, untuk self care
pelu dibantu orang lain sehingga otonomi/ kemandirian terganggu. Klien yang
dirawat di RS berubah peran menjadi peran sakit sehingga perannya sehari hari
tidak dapat dijalankan (Keliat, 1994).
3
Diagnosa Keperawatan
a Gangguan harga diri: harga diri rendah situasional atau kronik
b Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
c Keputusasaan berhubungan dengan harga diri rendah
d Gangguan harga diri; harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri tidak
realistis
e Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
f Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
g Gangguan identitas personal
h Ketidakberdayaan
i Risiko perilaku kekerasan
Beradasarkan data di atas yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksa
fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnosa
keperawatan pada pasien sebagai berikut :
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Rencana Keperawatan
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah
adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan.
Langkah-langkah untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah adalah
menetapkan beberapa tindakan keperawatan.
Tujuan
membantu
pasien
dapat
dimiliki
pasien
seperti
dalam
lingkungan
keluarga
dan
negatif
Untuk tindakan tersebut, perawat dapat:
1 Mendiskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih dapat
digunakan
2
pengeuatan
kemampuan
3
Pasien dapat
menetapkan/memilih
diri
terhadap
yang
diungkapkan pasien.
Perlihatkan respon yang kondusif
kemampuan
kegiatan
2
yang
lakukan sehari-hari
Bantu
pasien
akan
pasien
menetapkan
yang
memerlukan
terdekat
pasien.
pasien
dipilih
Bersama pasien memperagakan
kegiatan ditetapkan
Berikan dukungan dan pujian
pada setiap kegiatan yang dapat
Pasien
dapat
dilakukan pasien.
menyusun Untuk
mencapai
tujuan
jadwal
untuk
tindakan
telah dilatihkan
Beri pujian atas kegiatan yang
tingkat
toleransi
dan
T, apa saja kemampuan yang T miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya!
Apa kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapikan
kamar? Menyapu? Mencuci piring............dst.
wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G.W. dan S. J. Sudeen. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5 Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
http://e-journal.uajy.ac.id/5781/1/jurnal.pdf
Salbiah. 2003. Konsep Diri. http://www.library.usu.ac.id. h.1-18. Medan: Universitas
Sumatera Utara.Diakses pada 13 Mei 2016.
PPNI. 2009. Standar Praktik Keperawatan. Jakarta: PPNI
Keliat, B.A. dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan professional Jiwa. Jakarta:
EGC
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan jiwa: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Andi
Azizah, Lilik Marifatul. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:
Graha Ilmu