Anda di halaman 1dari 16

Makalah Hari : Senin

MK. Etika Prpofesi Gizi Tanggal : 22 September 2020

NORMA DAN MORALITAS SERTA PRINSIP ETIKA PROFESI

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Asriyah Salsabilah Rambe P031813411005

Fahma Rahmadani P031813411011

Fitra Ayu Lestari P031813411013

Indria Putri Nur Arfi P031813411053

Melinda Rahmasari Firdaus P031813411017

Misarqoh Siska Aswaf P031813411057

Nadya Ananda Syafira P031813411061

Putri Anjeli Suherman P031813411066

Dosen Pengampu :

Esthy Rahman Asih, S.TP, M.Sc

Fitriani, SKM, MKM

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI D-III GIZI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Mata
Kuliah Etika Profesi Gizi ini, meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Dengan selesainya makalah terkait Norma dan Moralitas ini penulis tidak
lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen, dan semua pihak atas segala
bimbingan, petunjuk, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang

                                                               Pekanbaru, 14 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2

1.3 Manfaat Penulisan......................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4

2.1 Pengertian Norma dan Moralitas................................................................4

2.2 Macam-Macam Norma dan Moralitas........................................................6

2.3 Pengertian Etika Profesi.............................................................................9

2.4 Prinsip Etika Profesi...................................................................................10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................11

3.1 Kesimpulan.................................................................................................11

3.2 Saran...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata dan makna, karakter, akhlak, moral dan etika sering disamakan.
Sepintas keempat terminologi ini memiliki makna atau pengertian yang sama.
Namun, jika dikaji dari akar, barometer, filosofis, dan penerapan dari keempat
terminologi ini bisa dibedakan. Keempat istilah ini cukup menarik untuk dikaji
mengingat keempat terminologi ini berbicara tentang baik dan buruk, benar dan
salah, atau yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya ditinggalkan.
Karakter, akhlak, moral dan etika selalu menghiasi kehidupan manusia dalam
segala aspek kehidupan manusia sehari-hari. Namun, masing- masing terminologi
ini dapat dibedakan. Perbedaan ini didasari pada argumen yang menyatakan
bahwa makna dari masing-masing terminologi tersebut, jika dikaitkan dengan kata
pendidikan, maka, makna pendidikan karakter lebih komprehensif. Adapun
pendidikan moral dan etika lebih cenderung pada penyampaian nilai-nilai yang
benar dan nilai-nilai yang salah yang bersandar pada norma-norma masyarakat.
Sedangkan, dalam pendidikan akhlak bukan hanya bertujan membentuk pribadi
positif anak, lebih ke arah terwujudnya sikap batin ( mental ) anak ( Reksiana,
2018 ).

Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam


rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap
dan berperilaku yang dalam istilah lain untuk menjadikan manusia beretika dan
bermoral. Dalam Undang-Undang No. 20 Th. 2003 ditegaskan bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 angka 1). Karena itu, pendidikan
merupakan salah satu proses pembentukan manusia beragama, berilmu, dan
beretika, bermoral, atau manusia berkarakter. Tentu yang dimaksudkan di sini

1
adalah etika, moral, atau karakter yang bernilai positif (baik dan benar), bukan
sebaliknya, yakni yang bernilai negatif (buruk dan salah). Pendidikan bisa juga
dikatakan sebagai proses pemanusiaan manusia. Dalam keseluruhan proses yang
dilakukan manusia terjadi proses pendidikan yang akan menghasilkan sikap dan
perilaku yang akhirnya menjadi watak, kepribadian, atau karakternya. Untuk
meraih derajat manusia seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses
pendidikan ( Hudi, 2017 ).

Persoalan etika dan moral seringkali dianggap sebagai persoalan


interpersonal dan multipersonal atau pesoalan tentang kemanusiaan, sehingga
aspek keyakinan dan latar belakang mempunyai pengaruh besar didalamnya. Dua
aspek tersebut akan berpengaruh terhadap tindakan seorang individu karena apa
yang diyakini oleh seseorang akan berpengaruh terhadap tindakan serta keputusan
yang diambilnya.

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin, yakni mores kata jamak dari mos
yang sepadan dengan kata adat kebiasaan. Bilamana perkataan moral dibicarakan,
selalu ada perkataan atau istilah lain seperti; nilai, norma, etika, kesusilaan, budi
pekerti, akhlak, dan adat istiadat, istilah-istilah tersebut juga hampir memiliki
makna konsep yang sama. Dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila.
Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang
tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang patut dan wajar.

Apabila kita membicarakan pengertian moral, etika dan nilai, tiada satu
definisi universal yang diterima oleh semua pihak. Terdapat banyak pengetahuan
yang berbeda tentang moral, etika dan nilai menurut ahli yang berbeda pula
makna kegunaan (berharga), sedangkan moral berasal dari bahasa Latin yaitu
„mores‟. Etika atau „ethics‟ berasal dari bahasa Yunani yaitu „ethos‟ yang
memiliki arti hampir sama dengan etika. Moral merujuk nilai yang dianggap oleh
individu dan masyarakat sebagai nilai sesuatu yang baik dan patut.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan norma dan moralitas?
2) Apa saja macam-macam norma dan moralitas?

2
3) Apa yang dimaksud dengan etika?
4) Jelaskan prinsip etika!

1.3 Manfaat
1) Untuk mengerti dan memahami tentang norma dan moralitas
2) Untuk mengerti dan memahami macam-macam norma dan moralitas serta
contohnya
3) Untuk mengerti dan memahami tentang etika
4) Untuk mengerti dan memahami tentang prinsip etika

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Norma dan Moralitas


2.1.1 Definisi Norma

Bahasa latin norma berarti “siku-siku” ( yang dipakai untuk mengukur ),


aturan dan pedoman dasar. Kata sifatnya adalah normalis yang berarti
menyelaraskan dengan ukuran. Jika di artikan lebih luas pengertian norma
adalah aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat baik tertulis maupun tidak
tertulis yang disertai dengan sanksi atau ancaman bagi pelanggarnya. Pada
mulanya norma berbentuk secara tidak terencana. Pada saat itu, norma hanya
sebagai konsekuensi hidup bersama. Aturan atau norma ini hanya berupa
perintah lisan dari orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Lama-
kelamaan perintah lisan tersebut berkembang menjadi aturan atau norma
tertulis yang sengaja dibuat agar lebih muda dipelajari dan tidak mudah untuk
berubah-ubah.

Dalam kehidupan bermasyarakat selalu terdapat aturan, kaidah atau


norma, baik yang berupa suatu keharusan, anjuran atau larangan. Kaidah atau
norma yang ada di masyarakat ini merupakan aplikasi atau perwujudan dari
nilai-nilai yang di anut oleh masyarakat tersebut. Norma atau kaidah sangat
diperlukan oleh masyarakat dalam mengatur hubungan antar anggota
masyarakat. Norma menjadi panduan, tatanan dan pengendalian tingkah laku
warga. Norma juga menjadi criteria bagi masyarakat untuk mendukung atau
menolak perilaku seseorang ( Nurdin Ismail, 2017 ).

Oleh Karena itu, pola kelakuan yang telah sesuai dengan norma selalu
mengandung unsur pembelaan. Pada dasarnya anggota masyarakat mengetahui,
mengerti dan menghargai adanya norma yang ada di masyarakat yang harus di
patuhi. Namun, dalam pelaksanaannya selalu ada penyimpangan-
penyimpangan dengan berbagai alasan.

4
2.1.2 Definisi moralitas

Menurut Poespoprodjo, moralitas adalah suatu kualitas dalam tindakan


manusia yang menunjukkan bahwa tindakan tersebut benar atau salah, baik
atau buruk. Moralitas mencakup pengertian baik buruknya manusia dalam
bertindak. Moralitas dapat bersifat subjektif atau objektif. Moralitas dikatakan
objektif apabila memandang suatu tindakan yang sudah dilakukan, bebas dan
lepas dari pengaruh sukarela pihak pelaku. Terlepas dari segala keadaan si
pelaku dapat mengendalikan diri. Sedangkan moralitas Subjektif, apabila
memandang sebuah tindakan sebagai perbuatan yang dipengaruhi atas dasar
persetujuan si pelaku sebagai individu. Selain itu juga dipengaruhi oleh latar
belakangnya, watak pribadi dan juga kemantapan emosi serta pendidikannya.

Moralitas suatu ciri khas dari manusia yang tidak dapat ditemukan di
bawah tingkat manusiawi. Pada tahap binatang tidak ada kesadaran baik dan
buruk, tentang yang harus dan tidak pantas dilakukan dilakukan, tentang yang
boleh dan yang dilarang, karena memang pada hakikatnya hewan tidak
mempunyai akal untuk membedakan mana yang benar dan salah. Banyak
perbuatan manusia yang berkaitan dengan baik dan buruk, namun tidak semua.
Ada juga perbuatan manusia yang netral dari segi etis. Baik dan buruk dalam
makna etis mempunyai peranan dalam setiap kehidupan manusia, bukan hanya
sekarang tetapi juga di masa lampau. Ilmu-ilmu seperti antropologi budaya dan
sejarah memberi tahu kita bahwa pada setiap bangsa dan di setiap zaman
ditemukan keinsafan tentang baik dan buruk, tentang apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan ( Hartiningtiya, 2020 ).

Menurut Hartiningtiyah ( 2020 ), moralitas bukan saja merupakan suatu


dimensi nyata dalam kehidupan setiap manusia, baik pada tahap individu
maupun pada tahap sosial. Moralitas hanya terdapat pada kehidupan manusia
dan tidak terdapat kehidupan makhluk yang lain ( hewan ). Dalam hukum
moral terdapat imbauan kepada keinginan manusia dengan mengarahkan diri
untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan juga hukum moral mewajibkan
manusia. Keharusan moral adalah kewajiban. Pena tidak diwajibkan jatuh bila
dilepas dari tangan orang yang mengatakan demikian.

5
Keharusan moral didasarkan pada kenyataan bahwa manusia mengatur
tingkah lakunya menurut norma-norma yang diterapkan di masyarakat. Moral dan
moralitas tidak terlepas dari etika, karena keduanya saling berkaitan. Etika
merupakan cabang filsafat yang mempelajari tentang ajaran dan pandangan moral.
Etika memberi pemahaman mengapa kita harus mengikuti ajaran moral dan
bagaimana kita dapat mengambil sikap bertanggung jawab ketika berhadapan
dengan berbagai ajaran-ajaran moral. Ajaran moral dapat diistilahkan dengan
buku petunjuk bagaimana kita harus memperlakukan mobil dengan baik,
sedangkan etika memberikan pengertian tentang struktur dan teknologi mobil
sendiri.

2.2 Macam-Macam Norma dan Moralitas


2.2.1 Macam-Macam Norma

Menurut Tjaronosari ( 2018 ), bahwa macam – macam norma terdiri


sebagai berikut :

1. Norma Agama

Norma agama adalah peraturan hidup yang harus diterima oleh


manusia sebagai bentuk perintah, larangan dan ajaran yang bersumber
dari Tuhan Yang Maha Esa yang bersifat dogmatis. Dogmatis adalah
ajaran yang harus dilaksanakan dan tak boleh dikurangi atau ditambah.
Bagi setiap pemeluk agama, mengakui dan meyakini jika peraturan yang
paling benar ialah peraturan yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Pemeluk agama berpendapat jika norma agama merupakan satu-


satunya norma yang mengatur mengenai peribadatan dalam rangka
melaksanakan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Akan
tetapi, para pemeluk agama juga menganut peraturan-peraturan hidup
yang bersifat kemasyarakatan, yang biasa disebut dengan peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dan memberikan
perlindungan kepada diri serta harta bendanya.

6
Sanksi norma agama ialah hukum yang berupa siksaan dari Tuhan
Yang Maha Esa nantinya di akhirat. Jadi, sanksi norma agama tidak
langsung diberikan, namun diperoleh setelah meninggal dunia. Bagi
manusia yang tak melanggar norma agama ini, akan memperoleh pahala,
dan mendapatkan dosa apabila sewaktu hidupnya di mana manusia tak
menjalankan semua perintah Tuhan Yang Maha Esa.

Contoh Norma Agama :

 Dilarang untuk mencuri


 Berzina
 berbuat riba
 membunuh
 berbuat kasar
 berbuat jahat

2. Norma Kesusilaan
Pada hakikatnya, tanpa disadari norma ini bersemayam dalam diri
manusia tepatnya dihati sanubari. Norma kesusilaan hadir dalam bentuk
kesadaran hati nurani yang selalu muncul mengiringi perjalanan hidup
setiap manusia. Bahkan, norma kesusilaan inilah yang membuat kita
pantas disebut manusia dan membedakan kita dengan makhluk ciptaan
Tuhan lainnya.
Norma kesusilaan adalah peraturan hidup yang dianggap sebagai
suara hati sanubari manusia, tentang baik buruknya suatu perbuatan.
Norma ini merupakan sumber moral dan hati nurani manusia.
Pelanggaran norma ini adalah pelanggaran terhadap perasaannya yang
berakibat terhadap bentuk penyesalan, rasa malu dan menjadikan merasa
bersalah.
Norma kesusilaan merupakan bentuk peraturan-peraturan kepada
manusia sehingga manusia di dalam hidupnya menjadi manusia yang lebih
sempurna. Norma kesusilaan adalah peraturan hidup yang dianggap
sebagai suara hati sanubari manusia, tentang baik buruknya suatu

7
perbuatan. Norma ini merupakan sumber moral dan hati nurani manusia.
Pelanggaran norma ini adalah pelanggaran terhadap perasaannya yang
berakibat terhadap bentuk penyesalan, rasa malu dan menjadikan merasa
bersalah.
Sanksi norma kesusilaan ini biasanya bersifat tidak tegas. Akibat
dari sanksi yang didapatkan ialah rasa malu terhadap diri sendiri, perasaan
gelisah, menyesal, tidak tenteram, cibiran/cemoohan dari masyarakat dan
rasa bersalah setelah bertindak melanggar.
Contoh norma kesusilaan :
a. Tidak boleh mencuri barang milik orang lain.
b. Berlaku dengan jujur.
c. Tidak boleh berbuat bohong.
d. Harus berbuat baik terhadap sesama manusia.
e. Bertindak menghargai orang lain.
f. Bertindak adil.
Contoh di bidang gizi yaitu sebagai ahli gizi dalam melakukan pelayanan
gizi baik itu penyelenggaraan makanan harus bertindak adil terhadap
semua pasien yang berada di rumah sakit tersebut.
3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul dari
pergaulan segolongan manusia di dalam masyarakat dan dianggap sebagai
tuntutan pergaulan sehari-hari dalam masyarakat tersebut. Norma ini
timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri untuk mengatur
pergaulan, sehingga masing-masing setiap anggota masyarakat bisa saling
menghormati satu sama lain. Norma kesopanan merupakan bentuk
pedoman dalam mengatur tingkah laku manusia terhadap manusia yang
ada di sekitarnya.
Di dalam masyarakat tertentu, kesopanan ditetapkan sebagai
peraturan yang mengatur apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak
boleh untuk dilakukan oleh seseorang anggota masyarakat. Norma
kesopanan ini bersifat relatif, yang berarti apa yang dianggap sebagai
norma keseopanan, berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan bahkan

8
waktu. Sumber norma kesopanan ini berasal dari keyakinan masyarakat
yang saling bersangkutan. Norma sopan santun sangat penting untuk
diterapkan, terutama dalam bermasyarakat, karena norma ini sangat erat
kaitannya terhadap masyarakat.
Sanksi yang didapatkan oleh pelanggar ialah bisa dicela oleh
sesamanya, sanksi ini bersifat tidak tegas, akan tetapi bisa diberikan dari
dalam masyarakat itu sendiri yang bisa berupa cemoohan, bahkan
dikucilkan dalam pergaulan masyarakat.
4. Norma Hukum
Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan kumpulan
peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu masyarakat sebagai
susunan sosial, keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam
suatu kehidupan yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan
memberikan sanksi bila dilanggar.
Norma hukum adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh badan
atau lembaga yang berwenang untuk mengatur kehidupan manusia dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Isinya mengikat setiap orang dan
pelaksanaannya bersifat memaksa oleh alat-alat negara. Dalam masyarakat
tertentu, ada hukum yang berlaku sesuai lisan yang disebut dengan hukum
adat.
Contoh di bidang gizi yaitu seorang ahli gizi dalam pelayanan
harus sesuai dengan peraturan yang sudah di tetapkan oleh pemerintah
tersebut dan tidak menyalahgunakannya.

2.2.2 Macam-Macam Moralitas

Menurut Tjaronosari ( 2018 ), macam – macam moralitas dapat di bedakan


menjadi 2 yaitu sebagai berikut :

1. Moral Murni ialah Moral yang terdapat pada setiap manusia sebagai suatu


perwujudan pancaran ilahi. Moral murni disebut juga Hati Nurani.
2. Moral Terapan ialah Moral yang didapat dari berbagai ajaran filosofi,
agama, adat yang menguasai pemutaran manusia.

9
2.3 Pengertian Etika Profesi

Etika menurut berasal dari kata Yunani “ Ethos ” ( Ta Etha ) berarti adat
istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan-
kebiasaan hidup yang baik, yaitu baik pada diri seseorang maupun pada suatu
masyarakat atau kelompok masyarakat ini berarti etika berkaitan dengan nilai-
nilai tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik dan semua kebiasaan yang
dianut dan diwariskan secara turun temurun ( Rini dan Intan, 2015 ).

Etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi


pegangan bagi seseorang/suatu kelompok masyarakat dalam mengatur
perilakunya. Ini berarti etika merupakan kebiasaan/tingkah laku yang berkaitan
dengan nilai-nilai, norma-norma moral, tata cara hidup yang baik, aturan hidup
yang baik, yang menjadi pegangan bagi seseorang/kelompok masyarakat dan
diwariskan secara turun-temurun ( Prakoso, 2015 ).

Profesi adalah sebutan atau jabatan di mana orang yang menyandangnya


memiliki pengetahuan khusus yang diperolehnya melalui minimal training atau
pengalaman lain atau bahkan diperoleh melalui keduanya, sehingga dapat
membimbing atau memberi nasihat/saran juga melayani orang lain dalam
bidangnya sendiri ( Prakoso, 2015 ).

Etika profesi merupakan etika sosial dalam etika khusus mempunyai tugas
dan tanggung jawab kepada ilmu dan profesi yang disandangnya. Etika profesi
merupakan aturan perilaku yang memiliki kekuatan mengikat bagi setiap
pemegang profesi ( Prakoso, 2015 ).

Maka dapat disimpulkan etika profesi merupakan suatu aturan untuk tujuan
agar setiap pemegang profesi tetap berada dalam nilai-nilai profesional,
bertanggung jawab dan menjunjung tinggi profesi yang dipegangnya.

10
2.4 Prinsip Etika Profesi

Menurut Kumaralita ( 2015 ), prinsip-prinsip etika pada umumnya berlaku bagi


semua orang, serta berlaku pula bagi kaum profesional. Adapun prinsip-prinsip etika
profesi adalah:

a. Prinsip tanggung jawab, yaitu salah satu prinsip pokok bagi kaum
professional. Orang yang professional dengan sendirinya berarti
bertanggung jawab atas profesi yang dimilikinya. Dalam melaksanakan
tugasnya, dia akan bertanggung jawab dan akan melakukan pekerjaan
dengan sebaik mungkin dengan hasil maksimal serta mutu terbaik.
b. Prinsip keadilan, yaitu prinsip yang menuntut seseorang yang profesional
agar dalam melaksanakan profesinya tidak akan merugikan hak dan
kepentingan pihak tertentu, khususnya orang-orang yang dilayani dalam
kaitannya dengan profesi yang dimilikinya.
c. Prinsip otonomi, yaitu prinsip yang dituntut oleh kalangan profesional
terhadap dunia luar agar mereka diberikan kebebasan sepenuhnya dalam
menjalankan profesinya. Sebenarnya ini merupakan konsekuensi dari
hakikat profesi karena hanya mereka yang profesional dalm bidang
profesinya sehingga tidak boleh ada pihak luar yang ikut campur tangan
dalam pelaksanaan profesi tersebut.
d. Prinsip integritas moral, yaitu prinsip yang berdasarkan pada hakikat dan
ciri-ciri profesi. Oleh karena itu, mereka mempunyai komitmen pribadi
untuk menjaga keluhuran profesinya, nama baiknya dan juga kepentingan
orang lain maupun masyarakat luas.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang/suatu kelompok masyarakat dalam mengatur
perilakunya. moralitas adalah suatu kualitas dalam tindakan manusia yang
menunjukkan bahwa tindakan tersebut benar atau salah, baik atau buruk.
Moralitas mencakup baik buruknya manusia dalam bertindak. Dalam kehidupan
bermasyarakat selalu terdapat aturan, kaidah atau norma, baik yang berupa suatu
keharusan, anjuran atau larangan. Kaidah atau norma yang ada di masyarakat ini
merupakan aplikasi atau perwujudan dari nilai-nilai yang di anut oleh masyarakat
tersebut.beberapa prinsip-prinsip etika profesi yaitu :Prinsip tanggung jawab,
Prinsip keadilan ,Prinsip otonomi ,Prinsip integritas moral.
3.2 Saran
Mahasiswa diharapkan untuk lebih lagi memahami materi yang berkaitan
dengan etika profesi , baik itu dari pengertian norma dan moralitas, macam –
macam norma dan moralitas, yang di maksud dengan etika dan juga prinsip-
prinsip etika .

12
DAFTAR PUSTAKA

Abintaro Prakoso. 2015. Etika Profesi Hukum. Surabaya : Laksbang Justitia.

Hartiningtiyah, H. 2020. Moralitas Netizen dalam kasus Body Shaming di media


sosial Instagram ( Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya ).

Hudi, I. (2017). Pengaruh Pengetahuan Moral Terhadap Perilaku Moral Pada


Siswa SMP Negeri Kota Pekan Baru Berdasarkan Pendidikan Orangtua.
Jurnal Moral Kemasyarakatan, 2(1), 30-44.

Ismail, Nurdin, M. S. 2017. Etika Pemerintahan: Norma, Konsep, dan Praktek


bagi Penyelenggara Pemerintahan. Lintang Rasi Aksara Books.

Kumaralita, A. 2015. Penerapan Etika. Doctoral dissertation: Politeknik Negeri


Sriwijaya

Marzuki, M. A. Etika Dan Moral Dalam Pembelajaran.

Reksiana, R. 2018. Kerancuan Istilah Karakter, Akhlak, Moral Dan Etika.


Thaqafiyyat: Jurnal Bahasa, Peradaban Dan Informasi Islam, Vol 19, No
1, Hal: 1-30.

Rini dan Hanifati, Intan. 2015. Etika Profesi dan Pengembangan. Palembang:
Citrabooks Indonesia.

Tjaronosari, Edith Herianandita. 2018. Bahan Ajar Gizi ETIKA PROFESI. Jakarta
: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.

13

Anda mungkin juga menyukai