Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN JIWA 1

“Rangkuman Model Dalam Keperawatan Jiwa Prevensi Primer,


Sekunder Dan Tersier”

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Afri Yani (21117004)


2. Andri Kurniawan (21117013)
3. Atika Nurfitria (21117020)
4. Citra Andera Putri (21117027)
5. Deta Arinda Putri (21117034)
6. Duwi Marda Lenni (21117042)
7. Rendi (21116073)

Dosen Pengampuh : Ayu Dekawati, S.Kep., NS., M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PALEMBANG PROGRAM STUDI ILMU KEPRAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2019
MATERI AFRI YANI

A. Konseptual Model Dalam Keperawatan Jiwa Prevensi Primer, Sekunder


dan Tersier
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau
skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan
individu, kelompok, situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan
perkembangannya (Brockopp, 1999).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam
situasi lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa
menciptakan perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber
yang tersedia. Model konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya
menolong orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme
koping yang positif unutk mengatasi stresor ini (Videbeck, 2008).

1. Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa


Menurut Yosep, Iyus, dkk, (2014) dalam bukunya yang berjudul
Keperawatan Jiwa, menjelaskan bahwa konseptual model keperawatan
kesehatan jiwa dikelompokkan 6 model sebagai berikut:
a. Psychoanalitycal
Menurut konsep keperawatan kesehatan jiwa model ini
menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila
ego atau akal tidak berfungsi dalam mengkontrol kehendak nafsu atau
insting. Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya
untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama, akan mendorong
terjadinya penyimpangan perilaku. Faktor penyebab lain gangguan jiwa
dalam medol ini adalah konflik intrapsikis terutama pada masa anak-
anak.

Brockopp & Dorothy. 1999. Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta : EGC.


Keliat, B. A, dan Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Videbeck, Sheila L,. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( dan Advance mental health
Nursing). Bandung : Refika Aditama.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi
bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatik masa
lalu. Misal pasien dibuat dalam keadaan mengantuk yang sangat. Dalam
keadaan tidak berdaya pengalaman bawah alam sadarnya digali dengan
pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini
lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan
latihan yang khusus. Peran perawat dalam metode ini adalah berupaya
melakukan assesment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan
traumatik atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu, dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust
(saling percaya).

b. Interpersonal
Menurut konsep model ini kelainan jiwa seseorang bisa muncul
akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan
(Anxiety), ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik
saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep
ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak
diterima oleh orang sekitarnya. Proses terapi menurut konsep ini adalah
Build Feeling Security (berupaya membangun rasa aman bagi klien),
Trusting Relationship and Interpersonal Satisfaction (menjalin
hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasaan dalam bergaul
dengan orang lain sehingga pasien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam model konsep ini adalah share anxieties
(berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan pasien,
apa yang dicemaskan oleh pasien saat berhubungan dengan orang lain),
theraspist use empathyand relationship (perawat berupaya bersikap
empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh pasien).
Perawat memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman pasien

Brockopp & Dorothy. 1999. Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta : EGC.


Keliat, B. A, dan Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Videbeck, Sheila L,. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( dan Advance mental health
Nursing). Bandung : Refika Aditama.
dalam berhubungan dengan orang lain seperti: “Saya senang berbicara
dengan anda, saya siap membantu anda, anda sangat menyenangkan
bagi saya”.

c. Social
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyak faktor sosial dan faktor
lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang.
Akumulasi stressor yang ada pada lingkungan seperti; bising, macet,
tuntutan persaingan pekerjaan, harga barang yang mahal akan
mencetuskan stress pada individu.
Prinsip proses terapi pada konsep model ini adalah Environment
Maniulation and Social Support (pentingnya modifikasi lingkungan dan
adanya dukungan sosial). Sebagai contoh di rumah harus bersih, harus,
tidak bising, ventilasi yamg cukup. Peran perawat dalam memberikan
terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah
menggunakan sumber yang ada di masyarakat dengan melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga. Sedangkan perawat berupaya untuk menggali
sistem sosial pasien seperti suasana di rumah, di kantor, dan di
masyarakat.

d. Exitensial
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau ganggua
jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan
hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci
diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Body image-nya. Prinsip
dalam proses terapinya adalah mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup
orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan,

Brockopp & Dorothy. 1999. Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta : EGC.


Keliat, B. A, dan Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Videbeck, Sheila L,. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( dan Advance mental health
Nursing). Bandung : Refika Aditama.
memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi, bergaul dengan
kelompok sosial dan kemanusiaan, mendorong untuk menerima jati
dirinya sendiri dan menerima kritik atau feed back tentang perilakunya
dari orang lain.
Prinsip keperawatannya adalah pasien dianjurkan untuk berperan
serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari
dirinya dan mendapat feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi
aktivitas kelompok. Perawat berupaya untuk memperluas kesadaran diri
pasien melaui feed back, kritik saran atau reward and punishment.

e. Supportive Therapy
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep model ini adalah faktor
biopsikososial dan respon maladaptif saat ini. Aspek biologisnya
menjadi masalah seperti sering sakit maag, migrain, batuk-batuk. Aspek
psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti mudah cemas, kurang
percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya
memiliki masalah seperti susah bergaul, menarik diri, tidak disukai,
bermusuhan. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab
gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmampuan
dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak
ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif,
individu diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa
yang ada pada dirinya, kekuatan mana yang dapat dipakai alternatif
pemecah masalahnya. Perawat harus membantu individu dalam
melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang bisa digunakan
pasien dan juga berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik
dengan pasien untuk menyiapkan coping pasien yang adaptif.

Brockopp & Dorothy. 1999. Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta : EGC.


Keliat, B. A, dan Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Videbeck, Sheila L,. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( dan Advance mental health
Nursing). Bandung : Refika Aditama.
f. Medical
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat
multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan
dan faktor sosial. Sehingga fokus penatalaksanaannya harus lengkap
melalui pemeriksaan diagnostik, terapi somatik, farmakologi dan teknik
interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis
dalam melakukan prosedur diagnostik dan terapi jangka panjang.

Pelayanan keperawatan jiwa komperhensif adalah pelayanan


keperawatan jiwa yang diberikan pada masyarakat pascabencana dan
konflik, dengan kondisi masyarakat yang sangat beragam dalam rentang
sehat-sakit yang memerlukan pelayanan keperawatan pada tingkat
pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pelayanan keperawatan kesehatan
jiwa yang komperhensif mencakup 3 tingkat pencegahan yaitu pencegahan
primer, sukender, dan tersier (Budi, Keliat,dkk, 2012).
a. Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adlah pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan
adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota
masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa. Aktivitas pada
pencegahan primer adalah program pendidikan kesehatan, program
stimulasi perkembangan, program sosialisasi kegiatan jiwa, manajemen
setres, dan persiapan menjadi orang tua.

b. Pencegahn Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah
deteksi dini dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan
gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah menurunkan angka kejadia

Brockopp & Dorothy. 1999. Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta : EGC.


Keliat, B. A, dan Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Videbeck, Sheila L,. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( dan Advance mental health
Nursing). Bandung : Refika Aditama.
gangguan jiwa. Target pelayanan adalah anggota masayrakat yang
berisiko/ memperlihatkan tanda-tanda masalah psikososial dan
gangguan jiwa. Aktivitas yang dilakukan pada pencegahan sekunder
seperti menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh
informasi dan berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain,
dan penemuan langsung, melakukan penjaringan kasus.

c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus
pada peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan
pada pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi
kekacauan/ketidakmampuan akibat gangguan jiwa. Target pelayanan
yaitu anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pad tahap
pemulihan. Aktivitas yang dilakukan meliputi program dukungan sosial,
program rehabilitasi, program sosialisasi, dan program mencegah
stigma( ciri negatif pada pribadi seseorang karena pengaruh
lingkungan).

Brockopp & Dorothy. 1999. Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta : EGC.


Keliat, B. A, dan Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Videbeck, Sheila L,. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( dan Advance mental health
Nursing). Bandung : Refika Aditama.
KONSEPTUAL MODEL DALAM KEPERAWATAN JIWA TERMASUK
PREVENSI

1. Pengertian model
adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks. Model
konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu,
kelompok, situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya.
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam
situasi lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa
menciptakan perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber
yang tersedia. Model konseptual keperawatanjiwa mencerminkan upaya
menolong orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme
koping yang positi$ unutk mengatasi stressor.

2. Peran Perawat Dalam Keperawata Jiwa


Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai
muncul pada tahun 1950 an peran perawat adalah sebagai Attitude therapy
yakni :
a. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi
pada klien.
b. Mendemonstrasi penerimaan.
c. Respek
d. Memahami klien.
e. Mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi dalam interaksi.

3. Macam-macam model konseptual keperawatan jiwa


Menurut yosep (2009:12)konseptual model keperawatan, dapat
dikelompokkan menjadi Beberapa mode:
a. Model psikoanalisa( freud erickson)
b. Model interpersonal

Perry potter Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC


c. Model sosial
d. Model eksistensi
e. Model komunikasi
f. Model medikal
g. Model keperawatan
4. Prinsip-prinsip model psikoanalisa:
a. Prinsip konstansi
b. Prinsip kesenangan
c. Prinsip realitas

5. Proses terapi model psikoanalisa


Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas,
analisa mimpi, transferen, interpretasi serta anlisa resistensi untuk memperbaiki
traumatik masa lalu.
Peran perawat dan klien dalam model psikoanalisa. Peran perawat adalah
berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan
traumatik atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya
(pernah disiksa orang tua, pernah disodomi diperlakukan secara kasar,
diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak) dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling
percaya). Peran yang dapat dilakukan oleh klien meliputi :
a. Mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya agar bisa diartikan
therapistnya
b. Mengkuti perjanjian jangka panjang atau kontrak yang telah disepakati.

Peran dan Fungsi Perawat dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Meliputi
upaya prevensi primer, sekunder dan tersier.
Prevensi primer: upaya ini meliputi meningkatnya derajat kesehatan dan
pencegahan penyakit
Prevensi sekunder
Meliputi uapaya penyembuhan melalui deteksi dini dan pengobatan segera

Perry potter Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC


a. Melakukan pengkajian/anamnesis dan evaluasi.
b. Melakukan kunjungan rumah.
Prevensi tersier : fungsi perawat dalam upaya ini
a. Meningkatkan keterampilan kerja pasien dan mempersiapkan rehabilitasi.
b. Menyediakan program perawatan lanjutan untuk pasien agar mampu
menyesuaikan diri di masyarakat.
c. Melaksanakan pelayanan rawat siang.

Perry potter Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC


Materi Atika Nurfitria

A. PENGERTIAN PREVENSI
Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin praevenire, yang artinya“datang
sebelum” atau “antisipasi “mempersiapkan diri sebelum terjadi sesuatu” atau “mencegah
untuk tidak terjadi sesuatu”. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi dimaknakan
sebagai upaya yang secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan,
kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.
1. Prevensi Primer
Usaha yang lebih progresif lagi dalam usaha pencegahan kesehatan mental adalah
dengan mencegah terjadinya suatu gangguan dalam masyarakat. Jadi kesehatan mental
masyarakat diproteksi sehingga tidak terjadi suatu gangguan. Hal demikian ini akan
lebih baik jika dibandingkan dengan melakukan penanganan setelah terjadi. Prevensi
jenis ini desebut sebagai prevensi primer. Prevensi primer merupakan aktivitas yang
didesain untuk mengurangi insidensi gangguan atau kemugkinan terjadi insiden dalam
resiko. Tujuan prevennsi primer ada dua macam:
a) Mengurangi resiko terjadinya gangguan mental
b) Menunda atau mneghindari munculnya gangguan mental.

Menurut cowen (shaw,1984) secara prinsipil prevensi primer dibatasi sebagai berikut:
a) Prevensi harus lebih berorientasi pada kelompok masyarakat daripada secara
individual, meskipun untuk beberapa aktivitas dapat merupakan kontak individual
b) Prevensi harus suatu kualitas dari fakta-fakta sebelumnya, yaitu ditargetkan pada
kelompok yang belum mengalami gangguan.
c) Prevensi primer harus disengaja, yang bersandar pada dasar-dasar pengetahuan
yang mendalam yang termanifestasi ke dalam program-program yang ditentukan
untuk meningkatkan kesehatan psikologisnya atau mencegah perilaku maladaptive.

Terdapat dua cara yang digunakan untuk melakukan program prevensi ini, yaitu
memodifikasi lingkungan dan memperkuat kapasitas individu atau masyarakat dalam
menangani situasi.

2. Prevensi Sekunder
Gangguan mental yang dialami masyarakat sedapat mungkin secepatnya dicegah,
dengan jalan mengurangi durasi suatu gangguan. Jika suatu gangguan misalnya
berlangsung dalam durasi satu bulan, maka sebaliknya dicegah dan diupayakan
diperpendek durasi gangguan itu. Pencegahan ini disebut dengan prevensi sekunder.
Prevensi sekunder berarti upaya pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi durasi
kasus gangguan mental. Gangguan mental yang di alami ini baik karena kegagalan
dalam usaha pencegahan primer maupun tanpa adanya usaha pencegahan primer
sebelumnya. Sesuai dengan sekunder ini, maka saran pokoknya adalah penduduk atau
sekelompok populasi yang sudah menderita suatu gangguan mental. Dengan
memperpendek durasi suatu gangguan mental yang ada di masyarakat, maka dapat
membantu mengurangi angka prevalensi gangguan mental dimasyarakat.
Menurut caplan (1963, 1967), terdapat dua kegiatan utama prevensi sekunder, yaitu
diagnosis awal dan penanganan secepatnya dan seefektif mungkin.
a) Diagnosis awal
Diagnosis awal maksudnya pemeriksaan yang dilakukan terhadap penderita
gangguan mental, untuk diketahui factor-faktor penyebabnya, dan kemugkinan cara
penanganannya. Diagnosis ini dapat dilakukan dengan skrining(pemeriksaan
dengan alat-alat tersedia) sebagai bentuk seleksi awal terhadap masyarakat yang
diduga mengalami suatu gangguan. Berdasarkan pemeriksaan awal ini, selanjutnya
masyarakat yang mengalami gangguan mental dapat direferal kepada pihak-pihak
yang kompeten untuk memperoleh penanganan.
b) Penanganan secepatnya
Penanganan secepatnya dan secara efektif dilakukan oleh pihak yang dipandang
mampu menanganinya. Namun demikian, prevensi sekunder tidak selalu dilakukan
dengan hospitalsasi, dan menjadi lebih baik jikadilakukan dengan non hospitalisasi.
Penanganan kesehatan mental dengan prevensi sekunder tetap mengeluarkan biaya
social dan ekonomi yang juga berat. Sekalipun pencegahan ini diharapkan mampu
mengurangi prevalensi gangguan mental, tetapi tidak dapat mengurangi angka
insidensi gangguan mental.

3. Prevensi Tersier
Orang yang mengalami gangguan, apalagi gangguan itu sampai pada terganggunya
kemampuan fungsional seseorang, maka diperlukan prevensi untuk:
a) Mempertahankan kemampuan yang masih tersisa
b) Mencegah agar gangguannya tidak terus berlangsung, dan
c) Dia segera pulih dan berfungsi sebagaimana mestinya. Prevensi jenis ini yang
disebut sebagai prevensi tersier

Sasaran dalam prevensi tersier ini adalah kelompok masyarakat yang mengalami
gangguan yang bersifat jangka panjang atau orang yang telah mengalami gangguan
mental yang akut dan berakibat penurunan kapasitasnya dalam kaitannya dengan kerja,
hubungan social, maupun personalnya. Prevensi tersier memiliki pengertian yang sama
dengan rehabilitasi. Namun penekanan kedua hal ini berbeda. Menurut caplan (1963),
rehabilitasi lebih bersifat individual dan mengacu pada pelayanan medis. Sementara
prevensi tersier lebih menekankan pada aspek komunitas, sasarannya adalah
masyarakat dan mencakup perencanaan masyarakat logistic. Tentunya dalam prevensi
tersier merupakan intervensi yang anti-hospitalisasi.
Prevensi tersier ini diberikan pada kepada orang yang sakit dan terjadi penurunan
kemampuan ata fungsi social dan personalnya. Adalah terlalu mahal biaya secara
ekonomi, social dan personal jika penanganan kesehatan mental dilakukan hanya
dengan prevensi tersier ini. adalah lebih efisien jika dilakukan sebelum penderita
mengalami penurunan kemampuan itu. Karena itu ada alternative yang lebih baik untuk
melakukan pencagahan, yaitu dengan prevensi sekunder.

B. PERAN PERAWAT JIWA


Perawat jiwa memiliki peran dalam tingkat pelayanan kesehatan jiwa yaitu:
1. Peran Dalam Prevensi Primer
a. Memberikan penyuluhan tentang prinsip-prinsip sehat jiwa
b. Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat kemiskinan, &
pendidikan
c. Memberikan pendidikan kesehatan
d. Melakukan rujukan yang sesuai dengan sebelum gangguan jiwa terjadi
e. Membantu klien di RSU untuk menghindari masalah psikiatri dimasa mendatang
f. Bersama-sama keluarga memberi dukungan pada anggota keluarga &
meningkatkan fungsi kelompok
g. Aktif dalam kegiatan masyarakat & politik yang berkaitan dengan kesehatan jiwa
h. Memberi penyuluhan tentang kesehatan jiwa.
i. Memberikan penyuluhan tentang proses tumbuh kembang dan pendidikan seksual.
Mambantu meningkatkan kondisi kehidupan.
j. Melaksanakan rujukan segera bila terdeteksi adanya stressor yan potensial
menyebabkan gangguan jiwa.
k. Bekerjasama dengan keluarga dalam menangani pasien.
l. Berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan
jiwa

2. Peran Dalam Prevensi Sekunder


a. Melakukan skrining & pelayanan evaluasi kesehatan jiwa
b. Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan dirumah
c. Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di RSU
d. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
e. Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan
f. Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri
g. Memberikan konsultasi
h. Melaksanakan intervensi krisis
i. Memberikan psikoterapi individu, keluarga, dan kelompok pada berbagai tingkat
usia
j. Memberikan intervensi pada komunitas & organisasi yang telah teridentifikasi
masalah yang dialaminya
k. Melakukan pengkajian/ anamnesis dan evaluasi.
l. Melakukan kunjungan rumah.
m. Memberikan pelayanan gawat darurat dan psikiatri di Rumah Sakit Umum
n. Menciptakan lingkungan terapeutik.
o. Memantau pasien yang sedang dalam pengobatan.
p. Memberikan konseling pada pasien dan keluarga.
q. Memberikan psikoterpi kepada individu, keluarga dan kelompok.
r. Bekerjasama dengan kelompok/ organisasi penyandang masalah sejenis
(kelompok)
s. keluarga penyandang pencandu narkoba)
3. Peran Dalam Prevensi Tersier
a. Melaksanakan latihan vokasional & rehabilitasi
b. Mengorganisasi “after care” untuk klien yang telah pulang dari fasilitas kesehatan
jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas
c. Memberikan pilihan “partial hospitalization” (perawatan rawat siang) pada klien
d. Meningkatkan keterampilan kerja pasien dan mempersiapkan rehabilitasi.
e. Menyediakan program perawatan lanjutan untuk pasien agar mampu menyesuaikan
diri di masyarakat.
f. Melaksanakan pelayanan rawat siang.
MATERI CITRA ANDERA PUTRI

Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Yang Komperhensif Mencakup 3 Tingkat


Pencegahan Yaitu Pencegahan Primer,Sukender, Dan Tersier (Budi, Keliat,Dkk, 2012).

1. Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adlah pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota
masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa. Aktivitas pada pencegahan primer adalah
program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, program sosialisasi kegiatan
jiwa, manajemen setres, dan persiapan menjadi orang tua.

2. Pencegahn Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan penanganan
dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa.Tujuan pelayanan adalah menurunkan
angka kejadia gangguan jiwa. Target pelayanan adalah anggota masayrakat yang berisiko/
memperlihatkan tandatanda masalah psikososial dan gangguan jiwa. Aktivitas yang dilakukan
pada pencegahan sekunder seperti menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh
informasi dan berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, dan penemuan
langsung, melakukan penjaringan kasus.

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pada peningkatan fungsi dan
sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah
mengurangi kekacauan/ketidakmampuan akibat gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu
anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pad tahap pemulihan. Aktivitas yang
dilakukan meliputi program dukungan sosial, program rehabilitasi, program sosialisasi, dan
program mencegah stigma. Pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanna menyeluruh
pada semua aspek kehidupan manusia yaitu aspek bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual
(Keliat, Budi, dkk, 2012:4)
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( dan Advance mental health Nursing). Bandung :
Refika Aditama.
Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa
Menurut Yosep, Iyus, dkk, (2014) dalam bukunya yang berjudul Keperawatan Jiwa,
menjelaskan bahwa konseptual model keperawatan kesehatan jiwa dikelompokkan 6 model
sebagai berikut:
1. Psychoanalitycal
Menurut konsep keperawatan kesehatan jiwa model ini menjelaskan bahwa gangguan
jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego atau akal tidak berfungsi dalam mengkontrol
kehendak nafsu atau insting. Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya untuk
mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama, akan mendorong terjadinya penyimpangan
perilaku. Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam medol ini adalah konflik intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode
asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatik masa lalu. Misal
pasien dibuat dalam keadaan mengantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalam
bawah alam sadarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa
lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang
khusus. Peran perawat dalam metode ini adalah berupaya melakukan assesment atau
pengkajian mengenai keadaan-keadaan traumatik atau stressor yang dianggap bermakna pada
masa lalu,dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust(saling
percaya).

2. Interpersonal,
Menurut konsep model ini kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat adanya ancaman.
Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety), ansietas timbul dan dialami seseorang
akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini
perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
sekitarnya. Proses terapimenurut konsep ini adalah Build Feeling Security (berupaya
membangun rasa aman bagi klien), Trusting Relationship and Interpersonal Satisfaction
(menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasaan dalam bergaul dengan
orang lain sehingga pasien merasa berharga dan dihormati. Peran perawat dalam model konsep
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( dan Advance mental health Nursing). Bandung :
Refika Aditama.
ini adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan
pasien, apa yang dicemaskan oleh pasien saat berhubungan dengan orang lain), theraspist use
empathyand relationship (perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang
dirasakan oleh pasien). Perawat memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman pasien
dalam berhubungan dengan orang lain seperti: “Saya senang berbicara dengan anda, saya siap
membantu anda, anda sangat menyenangkan bagi saya”.

3. Social
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan
perilaku apabila banyak faktor sosial dan faktor lingkungan yang akan memicu munculnya
stress pada seseorang. Akumulasi stressor yang ada pada lingkungan seperti; bising, macet,
tuntutan persaingan pekerjaan, harga barang yang mahal akan mencetuskan stress pada
individu. Prinsip proses terapi pada konsep model ini adalah Environment Maniulation and
Social Support (pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial). Sebagai
contoh di rumah harus bersih, harus, tidak bising, ventilasi yamg cukup. Peran perawat dalam
memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah
menggunakan sumber yang ada di masyarakat dengan melibatkan teman sejawat, atasan,
keluarga. Sedangkan perawat berupaya untuk menggali sistem sosial pasien seperti suasana di
rumah, di kantor, dan dimasyarakat.

4. Exitensial
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau ganggua jiwa terjadi bila
individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki
kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Body image-
nya. Prinsip dalam proses terapinya adalah mengupayakan individu agar berpengalaman
bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau
dapat dianggap sebagai panutan, memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi, bergaul
dengan kelompok sosial dan kemanusiaan, mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan
menerima kritik atau feed back tentang perilakunya dari orang lain. Prinsip keperawatannya
adalah pasien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang bearti
untuk mempelajari dirinya dan mendapat feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( dan Advance mental health Nursing). Bandung :
Refika Aditama.
aktivitas kelompok. Perawat berupaya untuk memperluas kesadaran diri pasien melaui feed
back, kritik saran atau reward and punishment.

5. Supportive Therapy
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep model ini adalah faktor biopsikososial dan respon
maladaptif saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti sering sakit maag, migrain,
batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti mudah cemas, kurang
percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti
susah bergaul, menarik diri, tidak disukai, bermusuhan. Semua hal tersebut terakumulasi
menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmampuan dalam
beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa
lalu. Prinspi proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif, individu diupayakan
mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya, kekuatan mana yang
dapat dipakai alternatif pemecah masalahnya. Perawat harus membantu individu dalam
melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang bisa digunakan pasien dan juga
berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan pasien untuk menyiapkan
coping pasien yang adaptif.

6. Medical
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks
meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan dan faktor sosial. Sehingga fokus piñata
laksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi somatik, farmakologi dan
teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam
melakukan prosedur diagnostik dan terapi jangka panjang.

Yosep, Iyus., Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( dan Advance mental health Nursing). Bandung :
Refika Aditama.
MATERI DETA ARINDA PUTRI

Model konseptual keperawatan jiwa mengurai yang terjadi dalam situasi lingkungan atau
stresor yang mengakibatkan seorang individu berupa menciptakan perubahan yang adaktif
dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model konseptual mencerminkan upaya
menolong orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang
positif (videbeck,2008).
Berdasarkan model konseptual keperawatan, maka dapat dikelompokkan ke dalam enam
model yaitu :
a. Psikoanalitis (freud,erickson)
b. Interpersonal (sullivan,peplau)
c. Sosial (caplan, Szasz)
d. Eksistensial (ellis, Rogers)
e. Terapi suportif (wermon, rockland)
f. Medis (meyer, kreplin)

Konseptual model dalam keperawatan jiwa meliputi prevensi Primer,Sekunder,Tersier.


1. Peran dalam prevensi primer
a. Memberikan penyuluhan tentang prinsip-prinsip sehat jiwa
b. Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat kemiskinan dan
pendidikan.
c. Memberikan pendidikan kesehatan
d. Melakukan rujukan yang sesuai dengan sebelum gangguan jiwa terjadi
e. Bersama-sama keluarga memberi dukungan pada anggota keluarga & meningkatkan
fungsi kelompok
f. Aktif dalam kegiatan masyarakat dan politik yang berkaitan dengan kesehatan jiwa.

2. Peran dalam prevensi sekunder


a. Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan dirumah
b. Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di RS
c. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
d. Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan
e. Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri
f. Memberikan konsultasi
Videbeck, Sheila L,. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
g. Melaksanakan intervensi krisis

3. Peran dalam prevensi tersier


a. Melaksanakan laihan vokasional dan rehabilitasi
b. Mengorganisasi “after care” untuk klien yang telah pulang dari fasilitas kesehatan jiwa
untuk memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas
c. Memberikan pilihan “partial hospitalization” (perawatan rawat siang” paada klien.

Videbeck, Sheila L,. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
MATERI DUWI MARDA LENNI

Terdapa tiga macam prevensi:


1. Prevensi primer merupakan aktivitas yang didesain untuk mengurangi insidensi gangguan
atau kemugkinan terjadi insiden dalam resiko tujuan :
a. Mengurangi resiko terjadinya gangguan mental
b. Menunda atau mneghindari munculnya gangguan mental.

2. Prevensi Sekunder berarti upaya pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi durasi kasus
gangguan Mental. Menurut caplan (1963, 1967) yaitu diagnosis awal dan penanganan
secepatnya dan se efektif mungkin.
a. Diagnosis awal maksudnya pemeriksaan yang dilakukan terhadap penderita gangguan
mental, untuk diketahui factor-faktor penyebabnya, dan kemugkinan cara penanganannya.
b. Penanganan secepatnya dan secara efektif dilakukan oleh pihak yang dipandang mampu
menanganinya. Prevensi sekunder tidak selalu dilakukan dengan hospitalsasi, dan menjadi
lebih baik jikadilakukan dengan non hospitalisasi.

3. Prevensi Tersier lebih menekankan pada aspek komunitas, sasarannya adalah masyarakat dan
mencakup perencanaan masyarakat logistic. Orang yang mengalami gangguan, apalagi
gangguan itu sampai pada terganggunya kemampuan fungsional seseorang, maka diperlukan
prevensi untuk:
a. Mempertahankan kemampuan yang masih tersisa
b. Mencegah agar gangguannya tidak terus berlangsung, dan
c. Dia segera pulih dan berfungsi sebagaimana mestinya. Prevensi jenis ini yang disebut
sebagai prevensi tersier.
MATERI RENDI

A. Konseptual Model dalam Keperawatan Jiwa prevensi Primer, Sekunder, dan Tersier
Menurut UU No. 3 Tahun 1966 Tentang Kesehatan Jiwa
a. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, & emosional yang optimal dari seseorang & perkembangan itu berjalan selaras
dangan keadaan orang lain.
b. Gangguan jiwa adalah keadaan adanya gangguan pada fungsi kejiwaan, yaitu proses
pikir, emosi, kemamuan & perilaku psikomotorik, termasuk bicara.

1. Pengertian
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia. Area
khusus dalam keperawatan yang menggunakan teori ilmiah tentang perilaku dan diri
sendiri secara terapeutik sesuai dengan kiat keperawatan
2. Tujuan
a. Menolong klien agar dapat kembali ke masyarakat sebagai individu yang mandiri &
berguna.
b. Pencegahan merupakan tujuan utama yang terdiri dari 3 tingkat pencegahan, yaitu :
primer, sekunder dan tertier
c. Perawatan umum → titik berat pada fisik, tapi tidak mengabaikan psikososial/
mentalnya.
d. Perawatan kesehatan mental → titik berat pada mental/psikiatri, tidak mengabaikan
masalah fisik.

3. Peran Perawat Kesehatan Jiwa


a. Pelaksana asuhan keperawatan bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan
secara komprehensif
b. Pengelola keperawatan bertanggung jawab dalam administrasi keperawatan, seperti
menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan dalam mengelola askep,
mengorganisasi pelaksanaan terapi modalitas, dll

Rusdi, D. D,. Konsep Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa


c. Pendidik keperawatan bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada
individu, keluarga, komunitas sehingga mampu merawat diri sendiri
d. Peneliti bertanggung jawab dalam penelitian untuk meningkatkan praktek keperawatan
jiwa

4. Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa


a. Memberikan lingkungan terapeutik
b. Bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now”
c. Sebagai model peran
d. Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien
e. Memberikan pendidikan kesehatan
f. Sebagai perantara sosial
g. Kolaborasi dengan tim lain
h. Memimpin dan membantu tenaga perawatan
i. Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental

5. Tingkat Pencegahan
a. Pencegahan primer mendahului penyakit dan diterapkan pada populasi yang
umumnya sehat. Pencegahan ini termasuk peningkatan kesehatan dan mencegah
penyakit.
b. Pencegahan sekunder mencakup reduksi penyakit aktual dangan deteksi dini dari
penanganan masalah kesehatan.
c. Pencegahan tersier mencakup pengurangan gangguan atau kecacatan yang
diakibatkan oleh penyakit.

Rusdi, D. D,. Konsep Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa


6. KOLABORASI PERAWAT JIWA

Pasien dan
Keluarga

TIM
TIM
Kesehatan
Keperawatan
lain

Kolaborasi merupakan perencanaan, pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, penetapan


tujuan, dan kewajiban individu yang bekerjasama dalam komunikasi terbuka.

Rusdi, D. D,. Konsep Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa


RANGKUMAN

1) Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi,
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya (Brockopp, 1999).
2) Berdasarkan model konseptual keperawatan, maka dapat dikelompokkan ke dalam enam
model yaitu :
a) Psikoanalitis (freud,erickson)
b) Interpersonal (sullivan,peplau)
c) Sosial (caplan, Szasz)
d) Eksistensial (ellis, Rogers)
e) Terapi suportif (wermon, rockland)
f) Medis (meyer, kreplin)

3) Menurut UU No.3 Tahun 1966 Tentang Kesehatan Jiwa


a) Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,
& emosional yang optimal dari seseorang & perkembangan itu berjalan selaras dangan
keadaan orang lain.
b) Gangguan jiwa adalah keadaan adanya gangguan pada fungsi kejiwaan, yaitu proses pikir,
emosi, kemamuan & perilaku psikomotorik, termasuk bicara.

4) Peran Perawat Kesehatan Jiwa


a) Pelaksana asuhan keperawatan bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan
secara komprehensif
b) Pengelola keperawatan bertanggung jawab dalam administrasi keperawatan, seperti
menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan dalam mengelola askep, mengorganisasi
pelaksanaan terapi modalitas, dll
c) Pendidik keperawatan bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada
individu, keluarga, komunitas sehingga mampu merawat diri sendiri
d) Peneliti bertanggung jawab dalam penelitian untuk meningkatkan praktek keperawatan
jiwa
5) Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin praevenire, yang artinya“datang sebelum”
atau “antisipasi “mempersiapkan diri sebelum terjadi sesuatu” atau “mencegah untuk tidak
terjadi sesuatu”. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi dimaknakan sebagai upaya yang
secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi
seseorang atau masyarakat.

6) Terdapa tiga macam prevensi:


a) Prevensi Primer merupakan aktivitas yang didesain untuk mengurangi insidensi gangguan
atau kemugkinan terjadi insiden dalam resiko tujuan :
 Mengurangi resiko terjadinya gangguan mental
 Menunda atau mneghindari munculnya gangguan mental.
b) Prevensi Sekunder berarti upaya pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi durasi
kasus gangguan Mental. Menurut caplan (1963, 1967) yaitu diagnosis awal dan
penanganan secepatnya dan se efektif mungkin.
 Diagnosis awal maksudnya pemeriksaan yang dilakukan terhadap penderita gangguan
mental, untuk diketahui factor-faktor penyebabnya, dan kemugkinan cara
penanganannya.
 Penanganan secepatnya dan secara efektif dilakukan oleh pihak yang dipandang
mampu menanganinya. Prevensi sekunder tidak selalu dilakukan dengan hospitalsasi,
dan menjadi lebih baik jikadilakukan dengan non hospitalisasi.
c) Prevensi Tersier lebih menekankan pada aspek komunitas, sasarannya adalah masyarakat
dan mencakup perencanaan masyarakat logistic. Orang yang mengalami gangguan, apalagi
gangguan itu sampai pada terganggunya kemampuan fungsional seseorang, maka
diperlukan prevensi untuk:
 Mempertahankan kemampuan yang masih tersisa
 Mencegah agar gangguannya tidak terus berlangsung, dan
 Dia segera pulih dan berfungsi sebagaimana mestinya. Prevensi jenis ini yang disebut
sebagai prevensi tersier

Anda mungkin juga menyukai