Anda di halaman 1dari 25

KONSEP STRESS, RENTANG SEHAT SAKIT JIWA

DAN KOPING

Disusun oleh:

NAMA NIM

Dinny Dwi Haryanti 21117041


Desta Elfani 21117033
Andre Gibran 21117012
Nyanyu Hamida Agustina 21117001
Cissintia Putri Damayanti 21117026

Dosen Pembimbing :

Ayu Deka Wati, S.Kep, Ns.,MNS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN AKADEMIK
2018/2019
A. Definisi Stres
Stres adalah satu kondisi ketika individu berespons terhadap perubahan
dalam status keseimbangan normal (Kozier, 2011).
Stres adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan
seorang individu berespon dan melakukan tindakan (Selye, 1976 dalam Potter
dan Perry, 2005).
Stressor adalah setiap kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu
mengalami stres. Ketika seseorang menghadapi stressor, responnya disebut
sebagai strategi koping, respon koping, atau mekanisme koping.

B. Sumber Stres
Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan
sebagai stressor internal atau eksternal, atau stressor perkembangan atau
situasional.
1. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh,
demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan
emosi seperti rasa bersalah, kanker atau perasaan depresi.
2. Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh perpindahan
ke kota lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan dari teman sebaya,
perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran
keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan.
3. Stressor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan
sepanjang hidup individu. Pada setiap tahap perkembangan, tugas tertentu
harus dicapai untuk mencegah atau mengurangi stres.
4. Stressor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan pun
sepanjang hidup. Stres situasional dapat positif dan negatif. Contoh
a. Kematian anggota keluarga
b. Pernikahan atau perceraian
c. Kelahiran anak
d. Pekerjaan baru
e. Penyakit
Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada
tahap perkembangan individu. Sebagai contoh, kematian orang tua dapat lebih
menimbulkan stres bagi anak usia 12 tahun dibandingkan pada orang yang
berusia 40 tahun.
C. Macam-macam Stres
Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, di antaranya:
1. Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang
tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau
karena tegangan arus listrik.
2. Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat beracun
asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh
senyawa kimia.
3. Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau
parasit.
4. Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya
gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan
seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
6. Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti
hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan (Alimul,
2008).
D. Model Stres
Asal dan efek stress dapat diperiksa dalan istilah kedokteran dan model
teoritis perilaku. Model stress digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi
individu tertentu dan memprediksi respons individu tersebut terhadap stresor.
Setiap model menekankan aspek stres yang berbeda.
Model stres membantu perawat mengidentifikasi stresor dalam situasi
tertentu dan untuk memprediksi respon individu. Perawat dapat menggunakan
pengetahuan mengenai model tersebut untuk membantu klien memperkuat
respon koping yang sehat dan dalam menyesuaikan respons yang tidak sehat
dan tidak produktif. Tiga model utama stres adalah model berbasis stimulus,
berbasis respons, dan berbasis transaksi.
a. Model Berbasis Stimulus
Dalam model berbasis stimulus, stres didefinisikan sebagai stimulus,
peristiwa hidup, atau sekelompok situasiyang membangkitkan reaksi
fisiologik dan/atau psikologik yang dapat meningkatkan kerentanan
individu terhadap penyakit. Dalam penelitiannya, Holmes and Rahe (1976)
menetapkan nilai numerik terhadap 43 perubahan atau peristiwa hidup.
Skala peristiwa hidup yang menimbulkan stres digunakan untuk
mendokumentasikan pengalam individu yang relatif baru, seperti
perceraian, kehamilan, dan pensiun. Dalam sudut pandang ini, baik
peristiwa positif maupun negatif dianggap menimbulkan stres.
Skala serupa juga dikembangkan, tetapi semua skala harus digunakan
dengan hati-hati karena derajat stres yang dipicu peristiwa yang terjadi
sangat invidual. Sebagai contoh, perceraian dapat menjadi sangat
traumatik bagi seseorang, sementara bagi orang lain mungkin hanya
menimbulkan relatif sedikit ansietas. Selain itu, banyak skala belum diuji
terhadap usia, status sosial ekonomi, atau kepekaan budaya.
b. Model Berbasis Respon
Stres dapat juga dipertimbangkan sebagai satu respons. Definisi ini
dikembangkan dan dijabarkan oleh Selye (1956, 1976) sebagai respons
nonspesifik tubuh setiap tuntutan yang ditimbulkan” (1976, hlm 1).
Schafer (2000) mendefinisikan stres sebagi ”pembangkitan pikiran dan
tubuh sebagai respons terhadap tuntutan yang ditimbulkannya.
Respons stres Selye ditandai dengan satu rantai atau pola kejadian
fisiologik yang disebut sindrom adaptasi umum (GAS) atau atau sindrom
stres. Untuk membedakan penyebab stres dari respon stres, Selye (1976)
menciptakan istilah stresor untuk menunjukan setiap faktor yang
menimbulkan stres dan mengganggu keseimbangan tubuh. Stres adalah
satu kondisi sehingga hanya dapat diobservasi melalui perubahan yang
ditimbulkan stres pada tubuh. Respon tubuh tersebut, sindrom stres atau
GAS, terjadi dengan pelepasan hormon adaptif tertentu dan perubahan
selanjutnya pada struktur dan komposisi kimia tubuh. Organ tubuh yang
dipengaruhi oleh stres adalah saluran cerna, kelenjar adrenal, dan struktur
limfatik. Dengan stres yang berkepanjangan, kelenjar adrenal mengalami
pembesaran yang cukup signifikan; struktur limfatik seperti timus limpa,
dan nodus limfe, mengalami atrofi (menyusut); dan ulkus yang dalam
tampak di lapisan lambung.
E. Reaksi Alarm
Reaksi awal tubuh adalah reaksi alarm, yang menyiagakan
pertumbuhan tubuh. Selye (1976) membagi tahap ini kedalam dua bagian,
yaitu: fase syok dan fase kontersyok.
Selama fase syok, stresor dapat dirasakan secara sadar atau tidak sadar
oleh individu. Pada semua kasus, sistem saraf otonom bereaksi, dan
sejumlah besar epinefrin (adrenalin)dan kortison dilepakan ketubuh.
Individu kemudian siap untuk respons “lari atau lawan”. Respon primer ini
berlansung singkat, dari 1 menit hingga 24 jam.
Bagian kedua reaksi alarm disebut fase kontersyok. Selama fase ini,
perubahan yang dihasilkan oleh tubuh selama fase syok dibalik. Oleh
karena itu, individu paling bagus dimobilisasi untuk bereaksi selama fase
syok reaksi alarm.
F. Tahap resistansi
Tahap kedua dalam sindrom GAS dan LAS, tahap resistansi, terjadi
ketika tubuh beradaptasi. Dengan kata lain, tubuh berusaha menghadapi
stresor dan untuk membatasi stresor ke area tubuh yang paling kecil yang
dapat menghadapinya.
G. Tahap kelelahan
Selama tahap ketiga, tahap kelelahan, adaptasi yang dibuat tubuh
selama tahap kedua tidak dapat dipertahankan. Hal ini berarti bahwa cara
yang digunakan untuk menghadapi stresor telah mengalami kelelahan
Model Berbasis Transaksi
Teori stress transaksional didasarkan pada hasil penelitian Lazarus
(1996), yang menatakan bahwa teori stimulus dan teori respons tidak
mempertimbangkan perbedaan individu. Kedua teori tersebut tidak
menjelaskan factor yang membuat sebagian orang, tetapi tidak membuat
sebagian yang lain, berespons secara efektif. Selain itu kedua teori tidak
dapat mengiterpretasi mengapa sebagian orang mampu beradaptasi dalam
periode waktu yang lebih lama dibandingkan sebagian lainnya.
Lazarus menyadari bahwa tuntutan dan tekanan dan tekanan
lingkungan tertentu menimbulkan stres pada cukup banyak orang, namun
menekankan bahwa kepekaan dan kerentanan orang dan kelompok
terhadap peristiwa tertentu berbeda, demikian pula dengan interpretasi dan
reaksi mereka. Sebagai contoh dalam menghadapi penyakit, individu dapat
berespons dengan penyangkalan, individu lain dengan ansietas, dan yang
lainnya dengan depresi.
Teori stres transaksional Lazarus menekankan sekelompok respons
kognitif, afektif, dan adaptif (koping) yang muncul dari transaksi individu-
lingkungan. Individu dan lingkungan tidak dapat dipisahkan; keduanya
saling memengaruhi. Stress “mengacu pada setiap kejadian ketika tuntutan
lingkungan, tuntutan internal, atau keduanya membebani atau melebihi
sumber adaptif, system social, atau system jaringan individu. Individu
berespons terhadap persepsi perubahan lingkungan dengan respons adaptif
atau koping.
H. Faktor Pengaruh Respon Terhadap Stressor
Respons terhadap segala bentuk stresor bergantung pada fungsi
fisiologis, kepribadian, dan karakteristik perilaku, seperti juga halnya sifat
dari stresor tersebut. sifat stresor mencakup faktor-faktor berikut ini:
1. Intensitas
2. Cakupan
3. Durasi
4. Jumlah dan sifat dari stressor
Setiap faktor mempengaruhi respons terhadap stresor. Seseorang dapat
saja mencerap intensitas atau besarnya stresor sebagai minimal, sedang,
atua berat. Makin besar stresor, makin besar respons stress yang
ditimbulkan. Sama halnya, cakupan dari stresor dapat digambarkan
sebagai terbatas, sedang, atau luas. Makin besar cakupan stresor, makin
besar respons klien yang ditujukan terhadap stresor tersebut (Lazarus &
Folkman, 1984 dalam Perry dan Potter, 2005).
I. Rentang Sehat Sakit Dalam Kesehatan Jiwa
1. Absence of mental and emotional disorders
2. Resilence towards stress
3. Harmonis equilibrium with oneself, family, and community
J. Ukuran Kesehatan Jiwa
1. Tidak adanya penyakit jiwa
2. Normalitas
3. Rasa bahagia dan rasa puas
K. Ciri Sehat Mental
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan
2. Memperoleh kepuasan dari usahanya
3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
4. HAM saling menolong dan memuaskan
5. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran untuk masa yang akan dating
6. Mengarahkan rasa bermusuhan ke arah yang lebih kreatif dan
konsturktif
L. Kriteria Jiwa Yang Sehat
1. Sikap positif terhadap diri sendiri
2. Perkembangan dan aktualisasi diri
3. Integrasi dari semua proses kehidupan
4. Otonomi
5. Persepsi terhadap realitas
6. Menguasai lingkungan

M. Upaya Sehat Jiwa


Mekanisme Penanganan :
Segala upaya yang dilakukan seseorang secara langsung dalam
menghadapi stres.
N. Koping
1. Emotion-focused coping
Usaha mengurangi emosi-emosi negatif yang menjadi bagian dari
pengalaman stres.
2. Problem-focused coping
Mengambil tindakan langsung untuk mengatasi masalahnya, atau
mencari informasi yang relevan dengan solusinya.
3. Psychological resources for coping with stress
a. Memikirkan kembali masalah
b. Mendapatkan dukungan social
c. Sembuh dengan membantu orang lain

A. Stress
a. Pengertian Stress
Stres adalah keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal
maupun eksternal (stimulus) yang dapat membahanyakan, tak terkendali
atau melebihi kemampuan individu sehingga individu akan bereaksi baik
secara fisiologis maupun psikologis (respon) dan melakukan usaha-usaha
penyusuaian diri terhadap situasi tersebut (proses). Stress adalah suatu
proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam,
menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu
pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang
memunculkan stress dapat berupa: positif (misalnya: merencanakan
perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga)
Skala adaptasi stres Perubahan Hidup Holmes dan Rahe adalah skala
yang digunakan untuk mengukur tingkat stres pada individu yang terdiri
dari 31 peristiwa perubahan hidup yang dialami selama 1 tahun. Penilaian
yang dilakukan dengan seoring. Skor > 150 menunjukkan adanya stres dan
skor < 150 menujukkan tidak adanya stres (Al Banjary, 2009).

b. Penggolongan Stress
Dalam buku Psikologi untuk Keperawatan (Sunaryo, 2004), terdapat
penggolong stres yang dilihat dari penyebab terjadinya stres itu sendiri.
yaitu:
a) Stres Fisik : merupakan stres yang disebabkan oleh hal-hal yang
dirasakan oleh indra seseorang.
b) Stres Fisiologik : merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan yang
nantinya menggagu fungsi dari bagian atau keseluruhan tubuh individu.
c) Stres psikis/emosional: disebabkan oleh gangguan hubungan
interpersonal, sosial, budaya atau keagamaan.
d) Stres Proses pertumbuhan dan perkembangan : biasanya disebabkan
karena gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga
tua.
c. Cara Mengatasi Stres
Stres dapat diatasi atau diringankan dampaknya dengan cara:
a) mengkonsultasikan masalah yang sedang dihadapi kepada psikiater atau
rekan kerja atau teman dekat
b) melakukan olahraga ringan
c) mengkonsumsi bahan makanan kaya gizi
d) menonton acara komedian atau lawak
d. Tahap-Tahap Stress
a) Reaksi waspada(alarm reaction stage)Adalah persepsi terhadap
stresor yang muncul secara tiba-tiba akan munculnyareaksi
waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh untuk mempertahankan
diri.Diawali olehotakdan diatur oleh sistem endokrin dan cabang
simpatis dari sistem saraf autonom. Reaksiini disebut juga reaksi
berjuang atau melarikan diri (fight-or-flight reaction). 
b) Reaksi Resistensi (resistance stage)Adalah tahap di mana tubuh
berusaha untuk bertahan menghadapi stres
yang berkepanjangan dan menjaga sumbersumber kekuatan (memb
entuk tenaga baru danmemperbaiki kerusakan). Merupakan tahap
adaptasi di mana sistem endokrin dan sistem simpatis tetap
mengeluarkan hormon-hormon stres tetapi tidak setinggi pada saat
reaksiwaspada.
c) Reaksi Kelelahan (exhaustion stage)Adalah fase penurunan
resistensi,meningkatnya aktivitas para simpatis dankemungkinan
deteriorasi fisik. Yaitu apabila stresor tetap berlanjut atau terjadi
stresor baruyang dapat memperburuk keadaan.

B. Rentang Sehat Sakit Jiwa


Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.( WHO, 1947)
Sakit adalah sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-
hari baik itu dalam aktivitas jasmani, rohani dan sosial. (Perkins) Sakit jiwa
adalah gangguan mental yang berdampak kepada mood,  pola pikir,hingga tingkah
laku secara umum.
Kesehatan jiwa yaitu Suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup
seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan ciri
menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan
yang wajar , mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat
berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada
dirinya dan merasa nyaman bersama dengan orang lain.

C. Koping

1. Pengertian Koping
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah,menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi
yang mengancam. Koping merupakan suatu proses dimana individu
mencoba mengelola jarak yang ada antara tuntuna-tuntunan (baik itu
tuntunan yang berasal dari individu maupun itu tuntunan yang berasal dari
lingkungan).
2. Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Koping
1. Kesehatan fisik
2. Keyakinan atau pandangan positif
3. Keterampilan memecahkan masalah
4. Keterampilan sosial
5. Dukungan sosial
6. Materi
3. Bentuk – Bentuk Koping
Koping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah
strategi untuk penanganan stress atau coping yang berpusat pada sumber
masalah, individu berusaha langsung menghadapi sumber masalah,
mencari sumber masalah, mengubah lingkungan yang menyebabkan stress
dan berusaha menyelesaikannya sehingga pada akhirnya stress berkurang
atau hilang.Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping)
adalah strategi penanganan stress dimana individu memberi respon
terhadap situasi stress dengan cara emosional.
4. Fungsi Coping Stres
Folkman dan Lazarus (Rahmatus Sa‟adah, 2008 ; 65-66), coping yang
berpusat pada emosi (emotion-focused coping) berfungsi untuk meregulasi
respon emosional terhadap masalah.Sedangkan coping yang berpusat pada
masalah (problem-focused coping) berfungsi untuk mengatur dan merubah
masalah penyebab stres.

(Sumber:Referensihttp://www.alodokter.com/sakit-jiwa-ternyata-ada
banyak  diakses tgl 3 oktober 2017).

A. Pengertian stres
Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana adanya
tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau diluar batas kemampuan
individu untuk memenuhi tuntutan tersebut sehingga mengharuskan
seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan(Patel, 1996
dalam Nasir & Muhith, 2011).
B. Sumber stres
Menurut Nasir & Muhith (2011) , sumber-sumber stres yang biasa terjadi
di dalam kehidupan adalah :
a. Sumber stres dari individu
Terkadang sumber stres berasal dari individunya sendiri.Salah
satunya adalah melalui penyakit yang diderita oleh seseorang. Hal lain
yang dapat menimbulkan stres dari individu sendiri adalah melalui
penilaian dari dorongan motivasi yang bertentangan, ketika terjadi
konflik dalam diri seseorang dan biasanya orang tersebut berada dalam
suatu kondisi di mana dia harus menentukan pilihan tersebut sama
pentingnya.
b. Sumber stres dalam keluarga
Perilaku, kebutuhan, dan kepribadian dari tiap anggota keluarga
yang mempunyai pengaruh dan berinteraksi dengan anggota keluarga
lainnya, kadang menimbulkan gesekan.Konflik interpersonal dapat
timbul sebagai akibat dari masalah keuangan, inconsiderate behavior,
atau tujuan yang bertolak belakang.Stres dalam keluarga terkadang
berasal dari penyakitkritis yang dialami anggota keluarga, kehilangan
pekerjaan secara tiba-tiba, perpindahan, atau menjadi tuna wisma
(Potter & Perry, 2010).
c. Sumber stres dalam komunitas dan lingkungan
Hubungan yang dibuat seseorang di luar lingkungan keluarganya
dapat menghasilkan banyak sumber stres.Salah satunya adalah bahwa
hampir semua orang pada suatu saat dalam kehidupannya mengalami
stres yang berhubungan dengan pekerjaannya. Secara umum disebut
sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik, dikarenakan kurangnya
hubungan interpersonal serta kurangnya adanya pengakuan di
masyarakat sehingga tidak dapat berkembang (Aziz, 2009 ).
C. Faktor presipitasi stres
Beberapa faktor yang dianggap sebagai pemicu timbulnya stres (Nasir &
Muhith, 2011) antara lain faktor fisik maupun biologis dan faktor
psikologis.
1. Faktor Fisik dan Biologis
Berikut ini adalah beberapa faktor fisik dan psikologis yang dapat
menyebabkan stres :
a. Genetika. Banyak ahli beranggapan bahwa masa kehamilan
mempunyai keakraban dengan kemungkinan kerentanan stres pada
anak yang dilahirkan.Kondisi tersebut berupa ibu hamil yang perokok,
alkoholik, dan penggunaan obat-obatan.
b. Case History. Beberapa riwayat penyakit di masa lalu yang
mempunyai efek psikologis di masa depan, dapat berupa penyakit di
masa kecil seperti demam tinggi yang mempengaruhi kerusakan
gendang telinga, kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan organ dan
sebagainya.
c. Pengalaman hidup. Mencakup case history dan pengalaman hidup
yang mempengaruhi perasaan independen yang menyangkut
kematangan organ-organ seksual pada masa remaja.
d. Tidur. Istirahat yang cukup akan memberikan energi pada kegiatan
yang sedang dilakukannya. Penderita insomnia mempunyai kerentanan
terhadap stres yang lebih berat.
e. Diet. Diet yang berlebihan dapat mengakibatkan stres berat.Pelaku
diet penderita obesitas yang melakukan diet ketat berlebihan
mempunyai risiko kematian tinggi.Di Amerika Serikat diperkirakan 6 di
antara 10 orang yang melakukan diet ketat ini menyebabkan
kematian.Diet secara berlebihan memungkinkan munculnya sindrom
anoreksia.
f. Postur tubuh. Individu yang memiliki kelainan bentuk tubuh, cacat
bawaaan, dan penggunaan steroid juga dapat memicu munculnya stres
pada individu.
g. Penyakit. Beberapa penyakit dapat menjadi stresor pada individu berupa
TBC, kanker, impotensi dan berbagai penyakit lainnya.

2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis dapat memicu terjadinya stres meliputi persepsi, emosi,
situasi psikologis, pengalaman hidup, dan faktor lingkungan (lingkungan
fisik, biotik, dan sosial).
1. Persepsi
Kadar stres dalam suatu peristiwa sangat bergantung pada bagaimana
individu bereaksi terhadap stres tersebut.Hal ini juga dipengaruhi oleh
bagaimana individu berpersepsi terhadap stressor yang muncul.
2. Emosi
Emosi merupakan hal sangat penting dan kompleks dalam diri
individu.Stres dan emosi mempunyai keterikatan yang saling
mempengaruhi keduanya, seperti kecemasan, rasa bersalah, khawatir,
ekspresi marah, rasa takut, sedih, dan cemburu.
3. Situasi psikologis
Hal – hal yang mempengaruhi konsep berpikir (kognitif) dan penilaian
terhadap situasi – situasi yang mempengaruhinya yang berupa konflik,
frustasi, serta kondisi tertentu yang dapat memberikan ancaman bagi
individu, misalnya tingkat kejahatan yang semakin meningkat akan
memberikan rasa kecemasan (stres).
4. Pengalaman hidup
Pengalaman hidup merupakan keseluruhan kejadian yang memberikan
pengaruh psikologis bagi individu.Kejadian tersebut memberikan
dampak psikologis dan memungkinkan munculnya stres pada individu.

D. Indikator dan tanda stres


Menurut Kozier (2010), indikator stres dapat dibagi kedalam indikator
fisiologis dan psikologis.
a. Indikator fisiologis dari stres adalah objektif, lebih mudah di idetifikasi
dan secara umum dapat diamati atau diukur.
b. Indikator psikologisdikaji dengan mengamati perilaku dan emosi klien
secara langsung atau tidak langsung

E. Faktor stress
Faktor yang menimbulkan stres dapat berasal dari sumber internal maupun
eksternal, yaitu (Hidayat, 2006).
1) Internal merupakan faktor stres yang bersumber dari diri sendiri.
Stresor individual dapat muncul dari pekerjaan, ketidak puasan dengan
kondisi fisik tubuh, penyakit yang dialami, pubertas, dan sebagainya.
2) Eksterna merupakan faktor stres yang bersumber dari dari keluarga,
masyarakat dan lingkungan.
Ditinjau dari penyebabnya stres dapat dibedakan kedalam beberapa jenis
(Hidayat, 2006). Stres fisik, merupakan stres yang disebabkan oleh
keadaan fisik, seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara
bising, sinar matahari yang terlalau menyengat.

F. Rentang sehat sakit jiwa


Rentang sehaat sakit jiwa merupakan suatu rangkaian kondisi
kejiwaan seseorang yang mulai dari kon disi sehat secara jiwa,sedangkan
masalah yang berpenggaruh terhadap kejiwaan sampai dengan ganggguan
jiwa (university of machingan,2013). Pengertian Sehat Menurut Ahli
WHO | Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak
hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh,
jiwa, dan lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, diet seimbang,
bekerja, istirahat, tidur, santai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan
gaya hidup yang baik. Selama beberapa dekade, pengertian sehat masih
dipertentangkan para ahli dan belum ada kata sepakat dari para ahli
kesehatan maupun tokoh masyarakat dunia.Akhirnya World Health
Organization (WHO) membuat defenisi universal yang menyatakan bahwa
pengertian sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecacatan. Pengertian sehat menurut
WHO adalah “Health is a state of complete physical, mental and social
well-being and not merely the absence of diseases or infirmity”. Menurut
WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam
defenisi sehat yaitu:
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat
seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih,
mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak
gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan
seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain
dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang
sehat” (Men Sana In Corpore Sano).
3. Sehat Spritual
Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh
WHO dan memiliki arti penting dalam kahidupan sehari-hari
masyarakat.Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun
informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan
musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi
keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

Pengertian sakit menurut bauman (1985) sakit adalah


ketidakseimbangan dari kondisi normal tunuh manusia diantaranya sistem
biologic dan sistem penyesuaian.

G. Mekanisme Koping
Definisi mekanisme koping
Koping merupakan suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan
usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang
dinilai membebani atau melebihi sumberdaya yang dimiliki individu.
Mekanisme diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan oleh individu
dalam meyelesaikan maslah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta
respon terhadap sesuatu yang mengancam (Nasir dan Muhith, 2011).
a. Sumber koping
Sumber koping merupakan pilihan-pilihan atau strategi yang
membantu seseorang menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa
yang berresiko. Sumber koping adalah faktor pelindung.Hal yang
termasuk sumber koping adalah asset finansial/ kemampuan ekonomi,
kemampuan dan keterampilan, dukungan sosial, motivasi,serta
hubungangan antara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
(Stuart, 2009).

b. Jenis mekanisme koping


Menurut Lazarus dan Flokman (1984, dalam Nasir & Muhith,
2011), dalam melakukan koping ada dua mekanisme koping yang bisa
dilakukan yaitu:
1. koping yang berfokus pada masalah
2. koping yang berfokus pada emosi
Menurut Saam & Wahyuni (2014), jenis-jenis mekanisme koping atau
mekanisme pertahanan diri adalah sebagai berikut :
a. Rasionalisasi adalah usaha untuk menghindari konflik psikologis dengan
alasan rasional (masuk akal). Contoh: seorang mahasiswa tidak lulus
ujian mata kuliah A dengan alasan waktu ujian tersebut ia sedang
sakit.
b. Kompensasi adalah ketika seseorang yang kecewa pada bidang tertentu,
tetapi memperoleh kepuasan dalam bidang lain. Misalnya, seseorang
yang tidak berprestasi dalam bidang akademik, tetapi menonjol dalam
bidang olahraga.
c. Sublimasi merupakan mekanisme untuk menyelesaikan konflik dengan
kegiatan yang konstruktif yang lebih tinggi kualitasnya. Contoh:
remaja yang suka ngebut di jalanan disalurkannya menjadi pemain
bola kaki yang terkenal.
d. Kompensasi berlebihan merupakan kegagalan mencapai tujuan pertama,
lalu bereaksi secara berlebihan agar mencapai tujuan kedua. Contoh:
seseorang yang dimarahi karena sering datang terlambat, lalu bereaksi
dengan cara lebih awal datang ke tempat kerja.
e. Reaksi konversi adalah mengalihkan konflik secara singkat ke bagian
tubuh dan mengembangkan gejala fisik. Contoh: suami mengalami
ketegangan dan kecemasan saat istrinya melahirkan, lalu sering buang
air kecil.

A. Konsep Stress
Stress hanyalah sekedar gangguan sistem saraf yang menyebabkan
tubuh berkeringat, tangan menggenggam, jantung berdebar kencang,
wajah memerah, dll. Paham realistik memandang stress sebagai Suatu
fenomena jiwa yang terpisah dengan jasmani atau tubuh manusia.
Ada dua tipe stress :

1. Stress akut
2. Stress kronis

Stress memiliki fungsi bagi individu yaitu :

1. Fungsi stress bagi spiritual


2. Fungsi stress bagi jiwa
3. Fungsi stress bagi tubuh

Stress yang berkepanjangan dapat menimbulkan gangguan pada


tubuh manusia seperti :
 Penyakit jantung
 Gangguan vaskular dan sentral
 Gangguan pernafasan
 Gangguan gastrointestinal
 Gangguan muskuloskeletal
 Gangguan kulit
 Gangguan sistem imun
 Gangguan reproduksi
 Gangguan perilaku
 Dan gangguan psikologis

Relaksasi adalah suatu cara untuk memanajemen stress. Relaksasi


dapat menurunkan stress seperti :
 Memperlambat deyut jantung
 Menurunkan tekanan darah
 Menurunkan tingkat kecepatan bernafas
 Menurunkan arus darah ke otot utama
 Meningkatkan konsentrasi
 Menurunkan kemarahan dan frustasi

B. Rentang sehat sakit jiwa


1. Sehat jiwa

Adalah suatu kondisi mental sejahtea yang memungkinkan hidup


harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup
seseorang dengan memperhatikan suatu segi kehidupan manusia.
Ciri-ciri sehat jiwa :
 Bersikap positif terhadap diri sendiri
 Mampu tubuh, berkembang dan mencapai aktualisasi diri
 Mampu mengatasi stress atau perubahan pada dirinya
2. Gangguan jiwa
Suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanyagangguan pada fungsii kehidupan, menimbulkan penderitaan
pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Ciri-ciri gangguan jiwa:
 Marah tanpa sebab
 Mengurung diri
 Tidak mengenali orang
 Bicara kacau
 Mendengar suara tidak nyata
 Bicara sendiri
 Tidak mampu merawat diri

C. Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung
dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri, (stuart
dan sundeen, 2016). Koping dibagi 2 :
 Adaptif
 Maladaptif

Stress adalah reaksi dari tubuh (respons) terhadap lingkungan yang dapat
memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan yang
membuat hidup kita tetap hidup.
Stress juga bisa dibilang reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa
disebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi
tantangan-tantangan (challange) yang penting, ketika di hadapkan pada ancaman
(threat), atau ketika harus berusaha mengatasi harapan-harapan yang tidak realitis
dari lingkungannya. (Patel,1996)
Istilah stress:
1. Stress – respon fisik, emosional, kognitif dan perilaku thd peristiwa yg dinilai
mengancam atau menantang
2. Stresor – peristiwa yg menyebabkan reaksi stres
3. Distres – akibat dari stresor yang tidak menyenangkan dan tidak diharapkan
4. Eustres – akibat dari peristiwa positif, atau jumlah stres optimal yg
dibutuhkan seseorang utk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan nya

Stressor dari kehidupan


1. Bencana alam
Tidak dapat di prediksi, peristiwa dengan skala luas.Co/: Banjir, gempa, dll.
Berakibat langsung pada kesehatan
2. Perubahan dalam hidup
Co/: Kematian, perceraian, perkawinan, kehilangan pekerjaan. Membuat
individu rentan terhadap penyakit
3. Pertengkaran harian
Gangguan rutin yang dihadapi setiap hari. Co/: Kemacetan, cekcok dengan
orang terdekat Mempunyai efek kumulatif terhadap kesehatan

Stressor Sosial dan Budaya


1. Kondisi Sosial dan Budaya
2. Kemiskinan, kejahatan, diskriminasi
3. Rendahnya SES (Socioeconomic status) yang mengakibatkan tingginya
tingkat Stress
4. Bentrok Budaya
Co/: Perkelahian antar suku, bentrok, tawuran, ricuh sepak bola, dsb.

Tahap-Tahap Stres Menurut Hans Selye, 1950 stress adalah respon tubuh
yang bersifat non-spesifik terhadap setiap tuntutan beban di atasnya. Selye
memformulasikan konsepnya dalam General Adaptation Syndrome(GAS). GAS
ini berfungsi sebagai respon otomatis, respon fisik, dan respon emosi pada
seorang individu. Respon GAS ini dibagi dalam tiga fase, yaitu:

1). Reaksi waspada(alarm reaction stage) Adalah persepsi terhadap stresor


yang muncul secara tiba-tiba akan munculnya reaksi waspada. Reaksi ini
menggerakkan tubuh untuk mempertahankan diri.
2). Reaksi Resistensi(resistance stage) Adalah tahap di mana tubuh berusaha
untuk bertahan menghadapi stres yang berkepanjangan dan menjaga
sumber-sumber kekuatan (membentuk tenaga baru dan memperbaiki
kerusakan).
3). Reaksi Kelelahan (exhaustion stage) Adalah fase penurunan resistensi,
meningkatnya aktivitas para simpatis dan kemungkinan deteriorasi fisik.
Yaitu apabila stresor tetap berlanjut atau terjadi stresor baru yang dapat
memperburuk keadaan

Rentan sehat sakit jiwa


1. SEHAT Menurut WHO: Keadaan yang sempurna baik fisik, mental, sosial
dan tidak hanya bebas dari penyakit/cacat
2. SAKIT jiwa Ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan
individu yang diperlukannya agar ia dapat berfungsi. Ketidakmampuan ini
bersifat dinamis, individual, dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Rentan Sehat sakit Dalam Keperawatan Jiwa


1). Absence of mental & emosional disorders
2). Resilience towards stress
3). Hormonis equilibrium with oneself, family, and comunity

Respon GAS ini dibagi dalam tiga fase, yaitu:


a. Reaksi waspada(alarm reaction stage) Adalah persepsi terhadap stresor yang
muncul secara tiba-tiba akan munculnya reaksi waspada. Reaksi ini
menggerakkan tubuh untuk mempertahankan diri. Diawali oleh otakdan
diatur oleh sistem endokrin dan cabang simpatis dari sistem saraf autonom.
Reaksi ini disebut juga reaksi berjuang atau melarikan diri (fight-or-flight
reaction).
b. Reaksi Resistensi(resistance stage) Adalah tahap di mana tubuh berusaha
untuk bertahan menghadapi stres yang berkepanjangan dan menjaga
sumber-sumber kekuatan (membentuk tenaga baru dan memperbaiki
kerusakan). Merupakan tahap adaptasi di mana sistem endokrin dan sistem
simpatis tetap mengeluarkan hormon-hormon stres tetapi tidak setinggi pada
saat reaksi waspada.
c. Reaksi Kelelahan (exhaustion stage) Adalah fase penurunan resistensi,
meningkatnya aktivitas para simpatis dan kemungkinan deteriorasi fisik.
Yaitu apabila stresor tetap berlanjut atau terjadi stresor baru yang dapat
memperburuk keadaan. Tahap kelelahanditandai dengan dominasi cabang
parasimpatis dari ANS. Sebagai akibatnya, detak jantung dan kecepatan
nafas menurun.

The interactional models ( Folkman and Lazarus, 1984)


1). STRESSOR - Terjadinya pristiwa yang menyebabkan Stres
2). PRIMARY APPRAISAL - Bagaimana Perasaanku terhadap itu?
3). SECONDARY APPRAISAL - Bagaimana mengatasinya?
4). OUTCOME - Tidak bisa diatasi – Stres!

Faktor yang untuk menghindari Stress:


1). Olahraga
2). Aktivitas sosial
3). Tidur cukup dan Nyenyak
4). Bersenang – senang/berlibur
5). Menajement waktu
6). Melatih keterampilan coping
7). Dll.

(Sumber: Ilia Rahma, Coping Stres pad, Wanita Hamil Resiko Tinggi Grnde
Multi, (Skripsi.: Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya, 2007)
Definisi stres menurut WHO 2003 adalah reaksi atau respons tubuh terhadap
stresor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Adapun Stres
merupakan gangguan pada tubuh & pikiran yg disebabkan oleh perubahan &
tuntutan kehidupan.
Konsep stres terbagi menjadi 2 (dua) menurut Hans Seyle (1936) adalah
sebagai berikut:
1. Stres Sebagai Respon Biologis
Stres sbg Genera! Adaptation Syndrome (GAS) atau sindrom penyesuaian
umum.
 Tahap Reaksi Waspada
 Tahap Melawan
 Tahap Kelelahan
2. Stres Sebagai Transaksi Antara Individu & Lingkungan
Interaksi antara manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi
disebut sebagai hubungan transaksional.
Konsep sehat sakit jiwa menurut WHO 2003 adalah sehat adalah keadaan
yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit/
cacat. Dan sakit adalah ketidakmampuan individu untuk memebuhi kebutuhan
individu yang diperlukannya agar ia dapat berfungsi. Ketidakmampuan ini bersifat
dinamis, individual dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Rentang sehat sakit dalam kesehatan jiwa menurut Setyonegoro. K / 1985
adalah sebagai berikut:

Tidak adanya mental & gangguan emosional

Ketahanan terhadap stres

Keseimbangan harmonis dengan diri sendiri, keluarga dan komunitas

Adapun mekanisme koping terhadap stres menurut Stuart & Laraia, 2005
adalah:
1. Fokus pada masalah
Adalah mekanisme koping yang berfokus pada tugas dan usaha langsung
untuk mengatasi ancaman. Misalnya: negosiasi, konfrontasi, advise
2. Kognitif
Individu berusaha untuk mengontrol masalahnya dan kemudian
menetralkannya. Misalnya: perbandingan positif, pengabaian selektif,
substitusi reward, mengurangi obyek yang diharapkan.
3. Emosi
Individu berorientasi untuk menurunkan (moderating) distress emosional.
Misalnya : mekanisme pertahanan diri : denial, supresi, proyeksi dll.

Beberapa ego yang menjadi mekanisme koping terhadap stres adalah


sebagi berkut:
 Represi
 Supresi
 Regresi
 Kompensasi
 Sublimasi
 Substitusi
 Identifikasi
 Introyeksi
 Rasionalisasi
 Isolasi
 Reaksi formasi
 Undoing
 Displacement
 Proyeksi
 Denial

(Sumber: Aat Sriati. ”Tinjauan Tentang Stres”(Jatinagor: Fakultas Keperawatan,


Universitas Padjadjaran.2008).

Anda mungkin juga menyukai