Anda di halaman 1dari 12

LEGAL DAN ETIK DALAM KONTEKS ASUHAN PERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH :

1. EKA KURNIA SARI 21117046


2. AMIRUL HAJJ 21117010
3. APRILIA DWI ANDANI 21117017
4. BAYU YUDHA SAMUDRA. 21117024
5. DELA AMELIA NUR SALEHA 21117031
6. DIMAS PRAYOGA 21117039

DOSEN PEMBIMBING : AYU DEKA WATI, S.Kep,.NS,MNS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN 2018-2019
LEGAL DAN ETIK DALAM KONTEKS ASUHAN PERAWATAN JIWA

A. DEFINISI
Konteks Legal Keperawatan adalah aturan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan termasuk ha dan kewajibannya
(Stuart dan Gail, 2007).

B. PERTIMBANGAN LEGAL DAN ETIK

Klien psikiatri memiliki hak legal, sama seperti klien di tempat lain. Isu legal
dan etik yang dibahas pada bagian ini terutama berkaitan dengan topic klien yang
menunjukkan sikap bermusuhan dan agresif, tetapi akan berlaku untuk semua
klien di lingkungan kesehatan jiwa (Stuart dan laraian, 2001).

1. Hospital Involunter
Kebanyakan klien masuk ke tempat rawat inap atas sukarela. Hal ini
berarti mereka ingin mencari terapi dan setujuh di rawat di rumah sakit. Akan
tetapi, beberapa klien tidak mau dirawat di rumah sakit dan diobati. Keinginan
mereka dihargai kecuali mereka berbahaya bagi diri mereka sendiri atau orang
lain (Misalnya: mereka mengancam atau berupaya bunuh diri atau
membahayakan orang lain). Sebagian Negara bagian memiliki hukum yang
mengatur proses komitmen sipil, tetapi sama di setiap Negara bagian.
Seseorang dapat ditahan di fasilitas psikiatri selama 48 sampai 72 jam karena
keadaan darurat sampai dapat dilakukan pemeriksaan untuk menentukan
apakah klien harus dimasukkan ke fasilitas psikiatri. Komitmen sipil atau
hospitalisasi involunter mengurangi hak klien untuk bebas atau meninggalkan
rumah sakit ketika ia menginginkannya. Hak klien yang tetap utuh (Stuart dan
Gail, 2007).

2. Keluar dari Rumah Sakit


Klien yang masuk rumah sakit secara sukarela memiliki hak untuk
meninggalkan rumah sakit jika mereka tidak membahayakan diri sendiri atau
orang lain. Klien dapat menandatangani suatu permintaan tertulis untuk
pulang dan keluar dari rumah sakit tanpa saran medis jika mereka tidak
berbahaya. Apabila klien yang masuk rumah sakit secara sukarela yang
berbahaya bagi dirinya sendiri atau orang lain menandatangani surat
permintaan untuk pulang, psikiater dapat mengajukan komitmen sipil untuk
menahan klien terhadap keinginannya sampai dapat dilakukan pemeriksaan
untuk memutuskan hal tersebut (Stuart dan Gail, 2007).

3. Hak-hak Klien
Klien kesehatan jiwa tetap memiliki semua hak sipil yang diberikan
kepada semua orang, kecuali hak untuk meninggalkan rumah sakit dalam
kasus komitmen involunter. Klien memiliki hak untuk menolak terapi,
mengirim dan menerima surat yang masi tertutup, dan menerima atau
menolak pengunjung. Setiap larangan (misalnya: surat, pengunjung, pakaian)
harus ditetapkan oleh pengadilan atau instruksi dokter untuk alasan yang
dapat diverifikasi dan didokumentasikan..

Hak pasien jiwa secara umum (Stuart dan laraian, 2001) :

 Hak untuk berpakaian


 Hak untuk beribadah
 Hak untuk dipekerjakan apabil amemungkinkan
 Hak untuk menyimpan dan membuang barang
 Hak untuk melaksanakan keinginanna
 Hak untuk memiliki hubungan kontraktual
 Hak untuk membeli barang
 Hak untuk pendidikan

4. Konsevator
Pelindungan hukum merupakan proses yang terpisah dari komitmen sipil.
Pengadilan menunjuk seseorang untuk bertindak sebagai pelindung hukum
yang memiliki banyak tanggung jawab untuk individu tersebut, seperti
memberi persetujuan dan membuat kontrak. Klien yang memiliki pelindung
hukum tidak lagi memiliki hak untuk membuat kontrak ata persetujuan hukum
yang memerlukan tanda tangan: hal ini mempengaruhi banyak aktivitas
sehari-hari yang kita anggap bennar. Karena konsevator atau pelindung
hukum berbicara atas nama klien, perawat harus mendapat persetujuan atau
izin dari konsevator klien (Stuart dan Laraian, 2001).

5. Lingkungan yang kurang Restriktif


Klien memiliki hak untuk menjalani terapi di lingkungan yang kurang
restriktif yang tepat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini berarti bahwa
klien tidak harus dirawat di RS jika ia dapat diobati dilingkungan rawat jalan
atau group home. Hirarki dalam membatasi Pasien Jiwa (Stuart dan Laraian,
2001) :
 Ekstrimitas tubuh
 Batasan ruang gerak (kamar isolasi)
 Batasan dalam aktivitas sehari-hari, missal acara TV, waktu merokok,
komunikasi
 Aktivitas yang bermakna, missal akses untuk rekresi
 Pilihan perawat
 Control sumber keuangan
 Ekspresi verbal dan emosional

6. Peran Legal Perwat


Perawat profesional perlu memahami aspek legal untuk melindungi diri
dan melindungi hak-hak pasien dan memahami batas legal yang
mempengaruhi praktek keperawatan. Perawat jiwa memiliki hak dan
kewajiban (Stuart dan Gail, 2007) :
a. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatn
b. Perawat sebagai pekerja
c. Perawat sebagai warga Negara

7. Pertanggung Jawaban Pidana Terkait Dengan Kondisi Jiwa Seseorang


Tindakan criminal yang dilakukan oleh seseorang yang diduga memiliki
kelainan jiwa perlu mendapatkan penyelidikan dari seorang ahli kesehatan
jiwa atau Visum et repertum psikiatrikum: VER (Stuart dan Gail, 2007).

(Sumber: Stuart G, Laraia M.T. 2001. Principles and Practice Of Psychiartric


Nursing, Edisi 7,Mosby, Philadelpia. Dan Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.)
A. Etik Keperawatan
1. Sudut pandang pada apa yang baik dan benar untuk kesehatan dan kehidupan
manusia
2. Mengajarkan bagaimana seorang perawat harus bertindak dan berinteraksi
dengan orang lain
B. Masalah legal dalam keperawatan
1. Dapat terjadi bila tidak tersedia tenaga keperawatan memadai ridak tersediaa
2. Perawat profesional perlu memahami aspek legal untuk melindungi diri
3. Pedoman legal undang-undang praktek
C. LiaBilitas dalam Keperawatan Jiwa
1. Pasien bunuh diri
2. Gagal mendiagnosa
3. Penyalagunaan obat-obatan psikoaktif
4. Melanggar kerahasian
5. Gagal merujuk pasien
6. Tidak adanya informed consent
D. Peran legal perawat
Perawat jiwa memiliki hak dan tanggung jawab dalam 3 peran legal :
1. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
2. Perawat sebagai pekerja
3. Perawat sebagai warga negara
E. Pertimbangan legal dan etik
1. Klien psikiater memilliki hak legal, sama seperti klien di tempat lain.
2. Legal etik berkaitan dengan topik klien yang menunjukan sikap bermusuhan
dan agresih
3. Berlaku untuk semua klien di lingkungan kesehatan jiwa
F. Meminimalkan LiaBilitas
1. Ikuti standar
2. Beri pelayanan keperawatan yang kompeten
3. Hubungan empati hormat dan belarasa
4. Dokumentasi lengkap dan objektif dan tepat waktu
5. Perawat menolong ditempat umum
(Sumber: Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Psychiatric metal health
nursing. Jakarta : EGC).

Etika keperawatan adalah nilai nilai dan prinsip yang diyakini oleh profesi
keperawatan dalam melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan pasien,
masyarakat, dengan teman sejawat maupun dengan organisasi profesi, serta
pengaturan praktik dalam keperawatan itu sendiri (Berger & Williams, 1999).

A. Peran legal perawat

Perawat jiwa memiliki hak dan tanggung jawab dalam tiga peran legal :

 Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan


 Perawat sebagai pekerja
 Perawat sebagai warga negara

B. Pengambilan keputusan sesuai etik : (ethical analysis)


 Pengumpulan informasi untuk mengklarifikasi latar belakang issue tersebut
 Mengidentifikasi komponen etik atau keadaan dilemma yang terjadi
 Mengklarifikasi hak dan tanggung jawab yang ada pada seluruh pihak
 Solusi yang di implementasikan ke dalam tindakan

C. Malpraktik

Malpraktik mencakup kegagalan seorang profesional untuk memberikan jenis


asuhan yang dilakukan oleh anggota profesi di masyarakat, yang membahayakan
pasien. Kebanyakan tuntutan malpraktik diarsipkan dalam hukum tentang
kesalahan karena kelalaian. Kesalahan merupakan suatu kesalahan sipil yang
didalamnya pihak yang dirugikan memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi .

(Sumber: Stuart, G.W.,Sundeen,JS., 1998. Keperawatan jiwa (Terjemahan), alih


bahasa: Achir Yani edisi III. Jakarta : EGC.)
A. Hospitalisasi dan terapi masyarakat
Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan, bergantung
pada institusi, sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis penerimaan masuk
rumah sakit.
B. Hak-hak pasien
1. Hak untuk berkomunikasi dengan orang di luar rumah sakit pasien bebas
dikunjungi dan berkomunikasi secara pribadi melalui telepon serta mengirim
surat tertutup kepada siapapun
2. Hak terhadap barang pribadi pasien berhak untuk membawa barang pribadi
dalam jumlah terbatas Namun bukan tanggung jawab dari pihak rumah sakit
jika ada barang pasien yang kehilangan
3. Hak menjalankan keinginan kemampuan seseorang untuk menyatakan
keinginan dikenal sebagai surat wasiat pasien dapat membuat surat yang sah
jika mereka (1) mengetahui bahwa pasien membuat surat wasiat (2)
mengetahui sifat dan besar harta milik mereka (3) mengetahui Siapa teman
dan keluarga mereka serta makna hubungan tersebut
4. Hak terhadap habeas corpus setiap pasien memiliki hak ini yang
memperkenalkan pengadilan hukum untuk mempercepat pelepasan bagi
individu yang dapat menunjukkan bahwa kebebasan mereka telah dilanggar
serta ditahan secara tidak legal
5. Hak untuk privasi individu boleh merahasiakan beberapa informasi tentang
dirinya dari orang lain
6. Kerahasiaan prinsip kerahasiaan membolehkan pemberian informasi tertentu
kepada orang lain tetapi sangat terbatas pada orang yang diberikan
kewenangan saja
7. Hak persetujuan tindakan dokter harus menjelaskan tentang pengobatan
kepada pasien termaksud kemungkinan komplikasi , efek samping, dan resiko
8. Hak pengobatan-pengobatan ini terdapat tiga kriteria pengobatan yang
adekuat (1) lingkungan fisik dan psikologis manusia, (2) staff yang
berkualitas dan jumlah anggota yang memadai untuk memberikan
pengobatan, dan (3) rencana pengobatan Individual
9. Hak untuk menolak pengobatan pasien dapat menolak pengobatan kecuali jika
mereka secara legal telah ditetapkan inkompeten. Incompetent menunjukkan
bahwa individu yang mengalami gangguan jiwa tidak mampu memutuskan
dan gangguan ini membuatnya tidak mampu untuk mengatasi sendiri
masalahnya. Inkompeten hanya dapat dipulihkan melalui sidang pengadilan
lain.
C. Pertimbangan etik
Penjaminan hak pasien seringkali dipersulit oleh pertimbangan etik bahwa
perawat harus bekerja dengan hati-hati. banyak Dilema etik muncul dari sikap
personal perawat kesehatan terhadap pasien mereka yang memperlakukan pasien
dewasa seperti anak-anak dan menghambat kebebasan pasien dalam bertindak

Psikiatri dan tanggung jawab kriminal

2 jenis pembelaan dengan alasan gangguan jiwa meliputi:

1. tidak bersalah dengan alasan gangguan jiwa (NGBI)


2. Bersalah tetapi mengalami gangguan jiwa (GBMI)

( Sumber: Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi Ke 5 ( Gail W. Stuart )


A. Pengertian Konteks Legal-Etik

Adalah Suatu Aturan Keperawatan Dalam Memberikan Asuhan Keperawata


Sesuai Lingkup Wewenang Dan Tanggung Jawabnya Pada Berbagai Pelayanan
Termasuk Hak Dan Kewajibannya Yang Di Atur Dalam UUD Keperawatan.

1. Prinsip-Prinsip Legal Etik Dalam Keperawatan Jiwa


a) Autonomi ( Otonomi )
b) Benieficience ( Berbuat Baik )
c) Justice ( Keadilan )
d) Veracity ( Kejujuran )
e) Fidellity ( Menepati Janji )
f) Confidentiality ( Kerahasian )
g) Accountability ( Akuntabilitas )
h) Informed Consent

2. Masalah Legal Etik Dalam Keperawatan Jiwa


a) Kelalaian
b) Pencurian
c) Fitnah
d) False Imprisonment
e) Penyerangan Dan Pemukulan
f) Penganiayaan

3. Peran Legal Perawat


a) Perawat Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
b) Perawat Sebagai Pekerja
c) Perawat Sebagai Warga Negara

( Sumber: Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi Ke 5 ( Gail W. Stuart )

D. Hospitalisasi dan terapi masyarakat


Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan, bergantung
pada institusi, sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis penerimaan masuk
rumah sakit.
E. Hak-hak pasien
10. Hak untuk berkomunikasi dengan orang di luar rumah sakit pasien bebas
dikunjungi dan berkomunikasi secara pribadi melalui telepon serta mengirim
surat tertutup kepada siapapun
11. Hak terhadap barang pribadi pasien berhak untuk membawa barang pribadi
dalam jumlah terbatas Namun bukan tanggung jawab dari pihak rumah sakit
jika ada barang pasien yang kehilangan
12. Hak menjalankan keinginan kemampuan seseorang untuk menyatakan
keinginan dikenal sebagai surat wasiat pasien dapat membuat surat yang sah
jika mereka (1) mengetahui bahwa pasien membuat surat wasiat (2)
mengetahui sifat dan besar harta milik mereka (3) mengetahui Siapa teman
dan keluarga mereka serta makna hubungan tersebut
13. Hak terhadap habeas corpus setiap pasien memiliki hak ini yang
memperkenalkan pengadilan hukum untuk mempercepat pelepasan bagi
individu yang dapat menunjukkan bahwa kebebasan mereka telah dilanggar
serta ditahan secara tidak legal
14. Hak untuk privasi individu boleh merahasiakan beberapa informasi tentang
dirinya dari orang lain
15. Kerahasiaan prinsip kerahasiaan membolehkan pemberian informasi tertentu
kepada orang lain tetapi sangat terbatas pada orang yang diberikan
kewenangan saja
16. Hak persetujuan tindakan dokter harus menjelaskan tentang pengobatan
kepada pasien termaksud kemungkinan komplikasi , efek samping, dan resiko
17. Hak pengobatan-pengobatan ini terdapat tiga kriteria pengobatan yang
adekuat (1) lingkungan fisik dan psikologis manusia, (2) staff yang
berkualitas dan jumlah anggota yang memadai untuk memberikan
pengobatan, dan (3) rencana pengobatan Individual
18. Hak untuk menolak pengobatan pasien dapat menolak pengobatan kecuali jika
mereka secara legal telah ditetapkan inkompeten. Incompetent menunjukkan
bahwa individu yang mengalami gangguan jiwa tidak mampu memutuskan
dan gangguan ini membuatnya tidak mampu untuk mengatasi sendiri
masalahnya. Inkompeten hanya dapat dipulihkan melalui sidang pengadilan
lain.
F. Pertimbangan etik
Penjaminan hak pasien seringkali dipersulit oleh pertimbangan etik bahwa
perawat harus bekerja dengan hati-hati. banyak Dilema etik muncul dari sikap
personal perawat kesehatan terhadap pasien mereka yang memperlakukan pasien
dewasa seperti anak-anak dan menghambat kebebasan pasien dalam bertindak

Psikiatri dan tanggung jawab kriminal

2 jenis pembelaan dengan alasan gangguan jiwa meliputi:

3. tidak bersalah dengan alasan gangguan jiwa (NGBI)


4. Bersalah tetapi mengalami gangguan jiwa (GBMI)

( Sumber: Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi Ke 5 ( Gail W. Stuart )

Anda mungkin juga menyukai