Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Legal Etik dalam Asuhan Keperawatan Jiwa

Oleh :
KELOMPOK 6

1. Indri Yulistiani (18301052)


2. Nurmila (18301061)
3. Resky Hidayat (18301065)
4. Riska Ramadani (18301066)
5. Suja Lasmini (18301071)
6. Viola Putri Windani (18301075)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “legal dan etik dalam konteks asuhan keperawatn jiwa” sebagai
salah satu tugas mata Keperawatan Jiwa. Penulis ucapkan terimakasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Jiwa dan juga kepada semua pihak
yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya. Semoga
makalah ini dapat memberikan perluasan ilmu pengetahuan bagi pembaca.
Penulisan makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis harap kritik dan
saran dari pembaca.

Pekanbaru, 23 Maret 2020

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................iii
A Latar Belakang....................................................................................
B Rumusan masalah................................................................................
C Tujuan..................................................................................................
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................
BAB IV PENUTUP.........................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2
Etika merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar.
Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan
dengan kewajiban moral. Etika merupakan metode penyelidikan yang
membantu orang memahami moralitas perilaku manusia (yaitu ilmu yang
mempelajari moralitas), praktik atau keyakinan kelompok tertentu
(misalnya, kedokteran, keperawatan, dll), dan standar perilaku moral yang
diharapkan dari kelompok tertentu sesuai dalam kode etik profesi kelompok
tersebut .
Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan
dasar adanya profesi keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan
adalah universal. Pelayanan profesional berdasarkan kebutuhan manusia-
karena itu tidak membedakan kebangsaan, warna kulit, politik, status sosial
dan lain-lain.Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia yang
menggunakan manusia juga, yaitu perawat. Pelayanan ini berdasarkan
kepercayaan bahwa perawat akan berbuat hal yang benar, hal yang
diperlukan, dan hal yang mnguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh
karena manusia dalam interaksi bertingkah laku berbeda-beda maka
diperlukan pedoman untuk mengarahkan bagaimana harus bertindak.
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami konsep legal dan etik keperawatan
khususnya tentang aspek legal dan etik keperawatan jiwa.
2. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui aspek legal dalam asuhan
keperawatan jiwa
2. Mahasiswa mampu memahami aspek etik dalam asuhan
keperawatan jiwa
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aspek etik dalam kperawatan jiwa


1. Pengertian
Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi
bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan
di atur dalam kode etik keperawatan. Aspek Legal Etik Keperawatan adalah
Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang
keperawatan.
Etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti karakter, watak
kesusilaan, atau adat kebiasaan yang etika yetrsebut berhubungann erat
dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilaian kebenaran atau
evaluasi terhadap sesuatu yag telah dilakukan. Penerapan aspek etik dalam
keperawatan jiwa sangat terkait dengan pemeberian diagnosis, perlakuan
atau cara merawat, hak pasien, stigma masyarakat, serta peraturan atau
hukum yang berlaku. Pokok bahasan aspek legal da etik dalam keperawatan
jiwa diawali dengan pembahasan peran fungsi perawat jiwa, domain aktivitas
keperawata jiwa, standar kperawatan jiwa, dan penerapan konsep etika dalam
keperawatn jiwa. Peran dan fungsi perawat jiwa saat ini telah berkembang
secara kompleks dari elemen historis aslinya (Stuart, 2002).

2. Hak Dan Tanggung Jawab Perawat Jiwa


Perawat psikiatri mempunyai hak dan tanggung jawab membantu tiga
peran legal yaitu: perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat
sebagai pegawai, dan perawat sebagai warga negara. Perawat mungkin akan
mengalami konflik antara ketiga hak dan tanggung jawabnya. Penilaian
keperawatan profesional memerlukan pemeriksaan yang teliti dalam konteks
asuhan keperawatan, konsekuensi yang mungkin terjadi akibat tindakan
seseorang, dan alternatif tindakan yang mungkin dilakukannya (Stuart &
Sundeen, 1995). Keterampilan utama  yang harus dimiliki oleh perawat
psikiatri dalam praktiknya  menurut Robert (2002) dalam Stuart & Laraia
( 2005), yaitu:
a) Mampu untuk mengenali pertimbangan etik dalam praktik psikiatri,
meliputi bekerja dengan pengetahuan mengenai konsep etik sebagai dasar
aplikasi dalam memberikan pelayanan pada penyakit mental
b) Mampu menyadari mengenai nilai-nilai diri sendiri, kekuatan, dan
penyimpangan-penyimpangan sebagaimana aplikasi dalam merawat
pasien, meliputi kemampuan untuk mengenal rasa ketidaknyamanan
dirinya sendiri sebagai satu indikator dari potensial masalah etik.
c) Mampu untuk mengidentifikasi keterbatasan keterampilan dan
kompetensi klinik yang dimilikinya
d) Mampu untuk mengantisipasi secara spesifik adanya dilema etik
dalam perawatan
e) Mampu untuk mengkaji sumber-sumber etik di klinik, untuk
memperoleh konsultasi etik, dan untuk mengkaji supervisi berkelanjutan
untuk kasus sulit
f) Mampu untuk mengenal perlindungan tambahan dalam perawatan
klinik pasien dan memonitor keefektifannya.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Stuart & Laraia (2005) bahwa langkah-
langkah dalam penyelesaian dilema etik dan pengambilan keputusan
etik, dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Langkah pertama dapatkan informasi yang menjadi latar belakang
terjadinya masalah untuk memperoleh kejelasan gambaran masalah
2) Langkah selanjutnya adalah identifikasi komponen dari etik atau asal
dari dilema, seperti kebebasan berlawanan dengan paksaan atau
tindakan perawatan berlawanan dengan penerimaan hak untuk menolak
tindakan
3) Langkah ketiga adalah klarifikasi mengenai hak dan tanggung jawab
terkait dengan semua agen etik atau yang meliputi pengambilan
keputusan
4) Semua pilihan yang mungkin harus diekplorasi dengan kejelasan
mengenai tanggung jawabnya pada setiap orang, dengan tujuan dan
kemungkinan yang timbul dari setiap pilihan yang ada
5) Perawat kemudian terlibat dalam aplikasi prinsip, dengan berdasar
dari falsafah keperawatan, pengetahuan keilmuan, dan teori etik. Ada
empat pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Utilitarianism, yang berfokus pada konsep tindakan
b) Egoism merupakan posisi yang mana individu mencari solusi yang
terbaik secara personal
c) Formalism, pertimbangan dari asal tindakan itu sendiri dan prinsip
yang ada
d) Fairness merupakan dasar dari konsep keadilan, dan manfaat terkait
dengan keuntungan sesuai dengan norma yang menjadi dasar
masyarakat dalam pengambilan keputusan
6) Langkah terakhir, yaitu resolusi dalam tindakan. Berhubungan
dengan konteks harapan sosial dan kebutuhan legal, keputusan perawat
dengan tujuan dan metode yang diimplementasikan. 
3. Hospitalisasi involunter
a) Seharusnya klien masuk ke tempat rawat inap atas dasar sukarela
Keinginan klien untuk tidak mau dirawat di rumah sakit dan diobati harus
dihargai, kecuali mereka membahayakan diri mereka sendiri atau orang
lain.
b) Klien dengan kondisi seperti ini dimasukkan ke RS untuk perawatan
psikiatri sampai mereka tidak lagi berbahaya bagi diri mereka sendiri atau
orang lain.
c) Seseorang dapat ditahan di fasilitas psikiatri selama 48 sampai 72 jam
karena keadaan darurat sampai dapat dilakukan pemeriksaan untuk
menentukan kondisi klien
d) Negara memiliki komitmen untuk menangani klien dengan masalah
penyalahgunaan zat yang berbahaya bagi diri sendiri atau orang lain
e) Komitmen sipil atau hospitalisasi involunter mengurangi hak klien untuk
bebas atau meninggalkan RS ketika ia menginginkannya. Hak klien yang
lain tetap utuh.
4. Hak-Hak Pasien Jiwa
1. Hak untuk berkomunikasi dengan orang lain di luar RS dengan
Pasien bebas untuk mengunjungi dan berbicara melalui telepon secara
leluasa dan mengirim surat tertutup kepada siapapun yang dipilihnya
2. Hak untuk barang pribadi.
Pasien berhak untuk membawa sejumlah terbatas barang pribadi
bersamanya. Namun, bukan menjadi tanggung jawab rumah sakit untuk
keamanan dan tidak membebaskan staf rumah sakit tentang jaminan
keamanan pasien.
3. Hak untuk menjalankan keinginan
Kemampuan seseorang untuk menyatakan keinginannya yang dikenal
sebagai” surat wasiat”. pasien dapat membuat wasiat yang apsah jika:
a. Mengetahui bahwa ia membuat surat wasiat.
b. Mengetahui sifat dan besar miliknya
c. Mengetahui siapa teman dan keluarganya serta hubungan mereka.
4. Hak untuk habeas corpus
Semua pasien mempunyai hak, yang memperkenankan pengadilan
hukum, untuk pelepasan secepatnya bagi tiap individu yang dapat
menunjukkan bahwa ia sedang kehilangan kebebasannya dan ditahan secara
tidak legal.
5. Hak terhadap pemeriksaan psikiatrik mandiri.
Pasien boleh menuntut suatu pemeriksaan psikiatri oleh dokter yang
dipilihnya sendiri. Jika dokter tersebut menentukan bahwa pasien tidak
menderita gangguan jiwa, maka pasien harus dilepaskan.
6. Hak terhadap keleluasaan pribadi.
Pasien boleh merahasiakan beberapa informasi tentang dirinya dari orang
lain. “Kerahasiaan” membolehkan pemberian informasi tertentu kepada
orang lain, tetapi sangat terbatas pada orang yang diberi kewenangan.
7. Hak untuk informend consent.
Dokter harus menjelaskan tentang pengobatan kepada pasien, termasuk
potensial aplikasi, efek samping, dan risiko. Dokter harus mendapatkan
persetujuuan pasien, yang harus kompeten, dipahami, dan tanpa paksaan
8. Hak pengobtan
Kriteria untuk pengobatan yanga adekuat didefinisikan dalam tiga area
yaitu:
a. Lingkungan fisik dan psikologis manusia
b. Staf yang berkualitas dan jumlah anggota yang mencukupi untuk
memberikan pengobatan
c. Rencana pengobatan yang bersifat individual.
9. Hak untuk menolak pengobata.
Pasien dapat menolak pengobatan kecuali jika ia secara legal telah
ditetapkan sebagai tidak kemampuan.” ketidakmampuan” menunjukkan
bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa dapat menyebabkan
ketidakmampuannya untuk memutuskan dan gangguan ini membuat ia tidak
mampu untuk mengatasi sendiri masalahnya.
2.2 Aspek legal keperawatan jiwa
1. Peran Legal Perawat
Perawat jiwa memiliki hak dan tanggung jawab dalam tiga peran legal:
1. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
2. Perawat sebagai pekerja
3. Perawat sebagai warga Negara.
Perawat mungkin mengalami konflik kepentingan antara hak dan tanggung
jawab ini. Penilaian keperawatan propsesinal memerlukan pemeriksaan
yang teliti dalam konteks asuhan keperawatan, kemungkinan konsekuensi
tindakan keperawatan, dan alternative yang mungkin dilakukan perawat.
2. Masalah Legal Dalam Praktek Keperawatan
a. Dapat terjadi bila tidak tersedia tenaga keperawatan yg memadai tidak tersedia
standar praktek dan tidak ada kontrak kerja.
b. Perawat profesional perlu memahami aspek legal untuk melindungi diri,
melindungi hak-hak pasien dan memahami batas legal yang mempengaruhi
praktek keperawatan.
c. Pedoman legal Undang-undang praktek, peraturan Kep Men Kes No 1239 dan
Hukum adat.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengakajian sebagai tahap awal proses keperawatn meliputi
pengumpulan data, analisi data, dan perumusan masalah pasien. Data yang
dikumpulkan adalah data pasien secara holistik, meliputi aspek biologis,
psikologis, sosial dan spiritual. Seorang perawat jika diharapkan memiliki
kesadaran atau kemampuan tilik diri (self awarness),
kemampuanmenobservas secara akurat, berkomunikasi secara terapeutik,
dan kemampuan berespon secara efektif (Stuart dan Sundeen, 2002).
Stuart dan Sunden (2002) mnyebutkan bahwa faktor predisposisi, faktor
presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan
koping, dan kemampuan koping yang memiliki pasien adalah aspek yang
harus digali selama proses pengkajian. Secara lebih struktur pengakjian
kesehatan jiwa meliputi hal berikut:
Identitas pasien.
Keluhan utama/alasan masuk.
1. Faktor predisposisi.
2. Apek fisik/biologis.
3. Aspek psikososial.
4. Status mental.
5. Kebutuhan persiapan pulang.
6. Mekanisme koping,
7. Masalah psikososial.
8. Pengetahuan.
9. Aspek medis.
Data tersebut dapat dikelompokkan menjadi data objektif dan subjektif.
Data objektif adalah data yang didapatkan melalui observasi atau
pemeriksaan secara ulang oleh perawat. Data subjektif adalah data yang
disampaikan secara lisan oleh pasien atau keluarga sebagai hasil
wawancara perawat.

B. Diagnosa keperawatan
Menurut Carpenito (1998), diagnosis keperawtaan adalah penilaian
klinis tentang responaktual atau potensial dari individu, keluarga, atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan. Rumusan
diagnosis yaitu permasalahan (P) berhubungan dengan etiologi (E) dan
keduanya ada hubungan sebab akibat secara ilmiah. Maka dapat
dirumuskan diagnosa keperawatan yang menggunakan typology single
diagnosis maka hanya menggunakan etiologi saja sebagai berikut:
1) Perubahan sensori b/d halusinasi
2) Isolasi sosial b/d menarik diri
3) Gangguan konsep diri b/d harga diri rendah kronis

A. Intervensi keperawatan
Rencana tindakan keperawatan terdiri atas empat komponen, yaitu
tujuan utam, tujuan khusus, rencana tindakan keperawatan, dan
rasional.tujuan umum berfokus pada penyelesaian masalah (P). Tujuan ini
dapat dicaapi jika tujuan khusus yang dicapai telah tercapai. Tujuan
khusus berfokus pada penyelesaan etiologi (E). Tujuan ini merupakan
rumusan kemmapuan psienyang harus dicapai. Pada umumnya
kemampuan ini terdiri atas tiga aspek yaitu sebagai berikut (Stuart dan
Sundeen, 2002).
1) Kemampuan kognitif diperlukan untuk menyesuaikan etiologi dari
diagnosis keperawatan.
2) Kemampuan psikomotor diperlukan agar etiologi dapat selesai.
3) Kemampuan efektif perlu dimiliki agar pasien percaya akan
kemmapuan mneyelesaikan masalah.
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dapat dilaksanakan untuk mencapai setiap tujuan khusus. Sementara
rasional adalah alasan ilmiah mengapa tindakan diberikan. Srategi yang
digunakan dalam rencana tindakan keperawatan dalam LPSP yaitu uraian
singkat tentang suatau masalah yang ditemukan terdiri atas, data subjektif,
objektif, penilaian (assesment), dan perencanaan (planning) (SOAP).
B. Impelmentasi keperawatan
Sebelum tidakan keperawatan diimplementasikan perawat perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai
dengan kondisi pasien saat ini (here and now). Perwat juga perlu
mengevaluasi diri sendiri apakah mempunayi kemampuan interpersoanl,
intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.
Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan keperawaatn bisa
diimplemnetasikan.
Sat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan, perawat harus
membuat kontrak dengan pasien dengan mejelaskan apa yang akan
dikerjakan dan peran serta pasien yang diharapkan. Kemudian penting
untuk diperhatikan terkait dengan standar tindakan yang telah ditentukan
dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah dilaksanakan
( Stuart dan Sundeen, 2002).

C. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang berlanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ada dua macam, yaitu :
1. Evaluasi proses atau evaluasi formatif
Yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan.
2. Evaluasi hasil atau suamtif
Yang dilakukan dengan dengan membandingkan respons pasien pada
tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang teah
dilaksanakan.
O : Respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A : Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data
yang kontradiksi terhadap masalah yang ada.
P : Tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons pasien.
Rencana tindak lanjut dapat berupa hal sebagai berikut:
1) Rencankan dilanjutkan (jika masalah tidak berubah)
2) Rencana dimodifikasi (jika masalah tetap. Sudah dilaksanakan semua
tindakan tetapi hasil belum memuaskan).
3) Rencana dibatalkan (jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan msalah yang ada).
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Aspek etik dan legal ini digunakan dengan memperhatikan
danmenghormati hak-hak dan kewajiban individu/ klien sebagai bagian
dari sistem baik keluarga, kelompok maupun komunitas dalam
menjawab permasalahan dan dilema etik yang muncul dalam terapi
komunitas.
2. Dalam upaya penanganan masalah kesehatan jiwa salah satu terapi
spesialis yang dapat diberikan pada klien dengan gangguan jiwa

3.2 Saran
Dengan berpedoman pada aturan perundang-undangan dan standar
keperawatan serta etik, diharapkan pelaksanaan terapi komunitas mampu
memfasilitasi klien dan komunitas mencapai tingkat kesehatan jiwa secara
optimal. Dengan demikian terapi komunitas yang diberikan dapat dilandasi
oleh aspek etik dan legal yang menghormati hak-hak individu dan keluarga
sebagai penerima asuhan kperawatan dalam ikut berpartisipasi dan
menentukan asuhan keperawatan yang komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W. dan Sundeen S. J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC\
Yusuh Ah dkk, 2015. buku ajar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai