Kelompok 1
Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas
Kelas : 5D Keperawatan
Nama Kelompok :
1. Afifah Nur Endah Sari
2. Aghist Abdul Mughist
3. Daniel Ramli
4. Dara Nur Faradiba
5. Kemuning Fazri Andhieni
6. Safitri
7. Umu Iryat
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................................3
A. Definisi...............................................................................................................................................3
B. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas..............................................................................5
C. Tujuan Keperawatan Komunitas........................................................................................................9
D. Peran Keperawatan Komunitas........................................................................................................10
Peran advokator...........................................................................................................................................19
Peran dalam bidang kesehatan kerja............................................................................................................19
E. Fungsi Keperawatan Komunitas.......................................................................................................20
F. Sasaran Keperawatan Komunitas....................................................................................................26
BAB III........................................................................................................................................................29
PENUTUP...................................................................................................................................................29
A. Kesimpulan......................................................................................................................................29
B. Saran................................................................................................................................................29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktek keperawatan dan praktik
kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan
penduduk.
Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki peran dan fungsi.
Diataranya Peran yang dapat dilaksanakan adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan,
pendidik, koordinator pelayananan kesehatan, pembaharu(innovator), pengorganisasian
pelayanan kesehatan (organizer), panutan (role model), sebagai fasilitator (tempat bertanya),
dan sebagai pengelola (manager). Selain peran perawat juga memiliki fungsi, diantaranya
adalah fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen. Dengan tanggung
jawab fungsi dan peran tersebut kehadiran perawat diharapkan mampu meningkatkan status
kesehatan masyarakat indonesia.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Definisi komunitas
Para ahli mendefinisikan komunitas dari berbagai sudut pandang, yaitu sebagai berikut :
1. Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, memiliki
nilai-nilai keakinan dan minat yang relatif sama, serta berinteraksi satu sama lain dengan
mencapai tujuan.
2. WHO tahun 1974 mendefinisikan komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang
ditentukan oleh wilayah, nilai batas-batas -nilai keyakinan dan minat yang sama, serta ada
rasa saling mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang stu dan yang lainnya.
3. Spradley (1985), komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman
penting dalam hidupnya.
5. Sounders (1991), komunitas sebagai tempat atau kumpulan orang-orang atau sitem sosial.
1. Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan
guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan
fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar ditujukan kepada
individu, keluarga yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat
secara keseluruhan
4. Ruth B.Freeman (1981), keperawtan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktik
keperawatan dan kesehatan masayarakat yang ditujukan pada pengembanagn serta
peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara
kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus, atau masyarakat. Pelayanan kesehatan
untuk masyarakat.
5. Departmen kesehatan RI (1986), keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu
uapaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang dialaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan
lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tim kesehatan individu, keluaraga, dan
masyarakat yang lebih tinggi.
6. Pradley (1985), Logan dan Dawkin (1987), keperawtan komunitas adalah pelayanan
keperawatan profesional ynag ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal yang
melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, jugan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan
9. Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi yang
berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007)
10. Winslow (1920), seorang ahli kesehatan adalah ilmu dan senio mencegah
penyakit, memperpanjang hidup, serta meningkatkan efisiensi hidup melalui usaha-
usaha pengorganisasian masyarakat untuk hal-hal berikut ini:
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini
menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau jawa. Pada tahun 1935 dilakukan
program pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap
rumah-rumah penduduk dan vaksinasi masal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang
telah di vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich- seorang petugas kesehatan pemerintah
Belanda- melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan
di Banyumas purwokerto. Dari hasil pengamatan dan analisisnya, disimpulkan bahwa
tingginya angka kesakitan dan kematian dikedua daerah tersebut dikarenakan buruknya
kondisi sanitasi lingkungan, masyarakat buang air besar di sembarangan tempat, dan
pengguna air minum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah
bahwa rendahnya sanitasi lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang kurang baik,
sehingga Hydrich memulai upaya kesehatan masyarakat dengan mengembangkan daerah
percontohan, yaitu dengan cara melakukan promosi mengenai pendidikan kesehatan. Sampai
sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di indonesia.
6
( lemah abang ) sebagai proyek percontohan/ model pelayanan bagi pengembangan
kesehatan masyarakat pedesaan di indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan.
Proyek ini juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan.
Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah
pengembangan masyarakat :
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada
bulan november 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program
kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat indonesia, yaitu
mengenai konsep puskesmas- yang dipaparkan oleh dr. Achmad Dipodilogo- yang mengacu
pada konsep Bandung dan proyek Bekasi. Dalam seminar ini telah disimpulakan dan
disepakati mengenai sistem puskesmas yang terdiri atas tipe A,B, dan C. Akhirnya pada pada
tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas merupakan
suatu sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah
( Departemen Kesehatan ) menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kuratif dan
preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan
atau sebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini terdepan pembangunan
kesehatan, puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu, diperkenalkanlah program untuk
selalu menguatkan puskesmas (strengthening puskesmas). Di negara berkembang seperti
Indonesia, fasilitas kesehatan berlandaskan masyarakat disarankan lebih efektif dan penting.
Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan ke dalam master plan untuk operasi penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan pokok dalam program dasar dan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu :
7
1. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
3. Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
7. Pengobatan
12. Optometri
Pada tahun1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu puskesmas tipe A
yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis.
Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979btidak diadakan
perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh
seorang dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan
tahun 2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter,tapi dapat juga
dipimpin oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa
perubahan yang positif,dimana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada
klien dan tidak disibukkan dengan urusan administratif/manajerial, sehingga mutu pelayanan
8
dapat ditingkatkan. Di provinsi Jawa
Timur misalnya, sudah dijumpai kepala puskesmas dari lulusan sarjana kesehatan
masyarakat seperti di kabupaten Gresik, Bojonegoro, dan lain sebagainya. Pada tahun 1979
dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas, yaitu stratifikasi
puskesmas,sehingga dibedakan adanya :
Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan
lokakrya mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim. Pada
tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program
paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (posyandu) yang mencakup kesehatan ibu
dan anak, keluarga berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.
Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. hal ini berarti
3,6 puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144
penduduk.
Sementara itu, jumlah desa di Indonesia mencapai 70.921 pada tahun 2003, yang berarti
setidaknya satu puskesmas untuk tiap sepuluh desa-dibandingkan dengan rumah sakit yang
harus melayani 28.000 penduduk. Jumlah puskesmas masih teus dikembangkan dan diatur
lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang prima. Jumlah puskesmas masih jauh
dari memadai, terutama di daerah tepencil. Diluar jawa dan sumatra, puskesmas harus
menangani wilayah yang uas,( terkadang beberapa kali lebih luas dari satu kabupaten di Jawa)
dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit. Sebuah puskesmas terkadang hanya melayani
10.000 penduduk. Selain itu, bagi sebagian penduduk puskesmas terlalu jauh untuk dicapai.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh
dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara
9
mandiri.
2. Tujuan Khusus
a) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
b) Meningkatkannya kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat untuk
melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan
c) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan
keperawatan.
d) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan
asuhan di rumah, panti dan di masyaraka
e) Tertanganinya kasus-kasus yang memelukan penanganan tindak lanjut dan asuhan
keperawatan di rumah
f) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang
memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di puskesmas
g) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan
sehat optimal.
Dari beberapa peran yang telah dikemukakan di atas,dapat disimpulkan bahwa banyak
sekali peran yang dijalankan oleh perawat komunitas dalam mengorganisasikan upaya-upaya
kesehatan yang dijalankan melalui pusat kesehatan masyarakat(puskesmas), yang merupakan
bagian dari institusi pelayanan dasar utama, baik melalui program di dalam atau di luar
gedung, pada keluarga, kelompok-kelompok khusus, dan sebagainya sesuai dengan peran,
fungsi, dan tanggung jawabnya. Peran yang dapat dilaksanakan di antaranya adalah sebagai
pelaksana pelayanan keperawatan, pendidik, koordinator pelayananan kesehatan,
pembaharu(innovator), pengorganisasian pelayanan kesehatan (organizer), panutan (role
model),sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan sebagai pengelola(manager).
Peran pada individu atau keluarga
Peran perawat komunitas pada individu atau keluarga adalah sebagai berikut.
Peran ini meliputi seluruh kegiatan / upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan
puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui ker ja sama dengan tim kesehatan lain,
sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. Peran sebagai pelaksana
10
dapat berupa clinical nurse specialist (CNS) dan family nurse practitioner (FNS).CNS atau
perawat spesialis klinik memberikan pelayanan pada tingkat individu, keluarga dan
kelompok, dan bentuk tanggung jawab pada peran ini adalah melalui upaya promotif dan
preventif dalam kaitannya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Perawat
spesialis klinik memberikan perawatan kesehatan pada klien, biasanya di unit rawat jalan
atau tempat praktik komunitas pada klien dengan masalah kompleks, dan memberikan
perhatian yang lebih pada gejala kondisi nonpatologis, kenyamanan, dan perawatan
komprehensif(roy & obloy,1979).tujuan dari perawat spesialis klinik adalah untuk
menurunkan jumlah morbiditas, menurunkan infact mortality rate atau angka kematian bayi,
serta mencegah terjadinya gangguan dan kecacatan pada anggota masyarakat. Sedangkan
bentuk pelaksanaannya di fokuskan pada identifikasi masyarakat yang beresiko. Sementara
family nurse practitioner memberikan perawatan ambulasi untuk keluarga. Biasanya
berkolaborasi dengan dokter keluarga. Perawat pada kelompok ini memenuhi kebutuhan
perawatan kesehatan umum, mengatasi masalah kesehatan dengan memberikan perawatan
langsung, dan memberikan bimbingan / konseling pada keluarga jika dibutuhkan. Tujuan
family nurse practitioner adalah untuk peningkatan kesehatan(promotif). Mencegah
terjadinya penyakit(preventif). Melaksanakan pengelolaan pada penyakit yang bersifat
kronis, dan menghindari adanya pembatasan kecacatan. Bentuk tanggung jawabnya meliputi
pengelolaan masalah kesehtan dan penyakit yang umum terjadi pada segala usia baik pria
maupun wanita. Sedangkan pelaksanaannya dapat berupa pengkajian fisik, psikologi dan
lingkungan, mengkaji status kesehatan dan resiko terhadap penyakit baik individu/ keluarga,
mendiagnosis masalah aktual dan potensial , serta mengambil keputusan untuk memecahkan
tindakan bersama klien dan keluarga. Dalam melaksanakan peran tersebut, perawat
menggunakan pendekatan pemecahan masalah klien melalui proses keperawatan. Perawat
bertindak selaku:
c. Komunikator
d. Mediator
e. Rehabilitator
11
Perawat dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dirumah, puskesmas, dan masyarakat dilakukan
secara terorganisasi dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan-perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Peran ini dapat dilakukan oleh petugas kesehatan(perawat komunitas) dan
anggota profesi lain, baik dalam bentuk formal ataupun nonformal. Pengajaran yang
dilakukan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Fokus pengajaran dapat berbentuk:
c. Olahraga
Peran manajerial
Manajemen berarti suatu proses yang merupakan rangkaian dari kegiatan-kegiatan yang
sistematis. Manajemen adalah administrasi untuk mencapai tujuan. Tugas –tugas manajer
antara lain sebagai berikut.
1. Pengambil keputusan
4. Pemikir konseptual
1. Perencanaan (planning)
Kesenjangan (gap), adalah adanya kesenjangan antara kenyataan atau hasil terhadap
harapan atau standar, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga
menimbulkan suatu keadaan yang tidak di harapkan atau merugikan.
14
Keparahan akibat (severity), yaitu ukuran berat ringannya akibat yang ditimbulkan
oleh suatu kejadian.
Persepsi masyarakat (public concren), yaitu ukuran besarnya perhatian atau rasa
prihatin masyarakat terhadap kejadian atau peristiwa tersebut.
Derajat kebutuhan (degree of unmeet need), yaitu ukuran besarnya keinginan atau
partisipasi masyarakat untuk ikut menyelesaikan masalah tersebut.
Sumber daya yang tersedia (resources avaibility), yaitu tersedianya sumber daya
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Pertimbangan politik dan mandat khusus, yaitu adanya pertimbangan politik atau
adanya mandat dari induk organisasi.
d. Solusi alternatif. Hasil penentuan skala prioritas masalah dipilih untuk ditanggulangi
lebih dahulu, dicari pemecahan lebih lanjut – fase ini disebut problem solving atau
program selanjutnya, sehingga perlu dilakukan satu kesempatan untuk mengambil
keputusan terhadap pemilihan suatu solusi alternatif yang dianggap terbaik. Misalnya
dalam penggulangan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui pemberantasan
sarang nyamuk (PSN), abatisasi, pengasapan (fogging), penyuluhan kesehatan, dan 3
15
M (menutup, menguras dan mengubur). Berapa pendekatan yang dapat digunakan
dalam pemecahan masalah, antara lain :
pendekatan yang bersifat analitis dan terprogram melalui percobaan atau pemecahan
masalah secara historis.
Membuat daftar kebutuhan semua sumber daya yang akan digunakan, termasuk
besar atau jumlah dan lokasinya.
2. Organisasi (organizing)
3. Penggerakan (actuating)
c) Mengatur situasi, artinya dia bisa membuat suasana kerja yang memberikan rasa
nyaman bekerja, menimbulkan gairah kerja, dan rasa bangga bagi kariyawannya untuk
bekerja.
4. Pengawasan dan pengendalian (controlling)
Pengawasan terdiri atas tindakan peneliti apakah segala sesuatu tercapai atau
berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan, intruksi-intruksi yang telah dikeluarkan ,
dan prinsip- prinsip yng sudah di tetapkan. Syarat atau prinsip pengawasan adalah:
c. Bersifat fleksibel
e. Harus ekonomis
17
f. Dapat dimengerti, merefleksipola organisasi
Standart yang digunakan dalam pengawasan adalah norma dan criteria. Standar norma
ditatapkan atas dasar pengalaman masa lalu. Sedangkan standar criteria ditetapka dan
diharapkan sebagai ukuran pelaksanaan program secara memuaskan pada tingkat kepuasan
tertentu. Dalam hal ini, penyimpangan pelaksanaan terhadap standar masih memerlukan
suatu batasan toleransi.
5. Penilaian ( evaluating)
d. Alat untuk mengadakan peencanaan kembali yang lebih baik daripada suatu program.
a. Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan
program sedang berlangsung.dibedakan menjadi dua,critical review evaluation (
evaluasi pada saat program belum dilaksanakan)dan midterm evaluation (evaluasi pada
saat program sedang dikerjakan,biasanya dalam bentuk evaluasi proses dan
pengawasan).
b. Evaluasi sumatif,yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat kegiatan program sudah
selesai dilakukan.dikelompokkan dalam bentuk,yaitu evaluasi output dan evaluasi
dampak (impact/outcome) .
Peran Konsultan
18
konsultasinya adalah sebagai berikut :
Peran advokator
Peran perawat kesehatan masyarakat di tempat kerja dapat berupa pelayanan langsung dan
pengelolaan layanan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat antara lain:
2. Karakteristik pekerjaan
b. Lingkungan
Perawatan kesehatan di rumah adalah bagian dari rangkaian perawatan kesehatan umum
19
yang di sediakan bagi individu dan keluarga untuk meningkatkan, memelihara,dan
memulihkan kesehatan guna memaksimalkan kesehatan dan meminimalkan penyakit.
1. Definisi Fungsi
Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan peran
seseorang. Fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain. Dalam menjalankan
perannya, parawat akan melaksanakan berbagai fungsi, antara lain : fungsi independen,
fungsi dependen dan fungsi interdependen.
a) Fungsi Independen
Kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat ats instruksi dari
tim kesehatan lain atau tindakan pelimpahan tugas yang diberikan, seperti pelimpahan
dari dokter, ahli gizi, radiologi dag sebagainya.
20
c) Fungsi Interdependen
Fungsi Interdependen berupa kerja tim yang bersifat ketergantumgan, baik dalam
keperawatan maupun kesehatan. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerja sama tim dalam pembaerian pelayanan sepertidalam memberikan
asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan
tersebut diatas tidak dapat diatasi haya oleh perawat, tetapai juga membutuhkan kerja
sama dengan tim kesehatan lainnya.
Pada kenyataannya, perawat dalam menjalankan peran dan fungsinya masih jauh dari
harapan yaitu sebagai perawat yang mampu mandiri dan profesional dalam tatanan praktik
keperawatan secara langsung di rumah sakitmaupun puskesmas, oleh karena itu, setiap
perawat harus memahami fungsi dan kompetensinyaseperti yang telah tercantumdalam
hasilloka karya Nasional Keperawatan tahun1983, yaitu sebagai berikut :
a) Fungsi I
1) Mengunpulkan data
2) Menganalisis dan mengiterprestasikan data dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan
keperawatan klien, termasuk sumber-sumber yang tersedia dan potensial (diagnosis
keperawatan)
b) Fungsi II
Merencanakan tidakan dan tujuan asuhan keperawatan sesuai denagan keadaan klien.
Kopetensi perawat dalam fungsi ini adalah mengembangkan rencana tindakan
keperawatan untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan diagnosis
keperawatan dan kebutuhan.
c) Fungsi III
Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual
Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan eliminasi
Kebutuhan oksigenasi
Gangguan bicara
d) Fungsi IV
e) Fungsi V
f) Fungsi VI
Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari atau merencanakan studi
khusus untuk meningkatkan pengetahuan serta mengembangkan ketrampilan dalam
praktik keperawatan. Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah :
h) Fungsi VIII
Bekerja sama dengan profesi lain yang terlibat dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada klien, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kompetensi perawat
dalam fungsi ini adalah :
18) Berperan serta dalam pelayanan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat sebagai bagian dari tim kesehatan
19) Menciptakan komunikasi yang efektif, baik dalam tim perawat maupaun
dengan anggota tim kesehatan lain
20) Menyesuaikan diri dengan konflik peran dan kesulitan lingkungan agar
pelayanan yang diberikan dapt efektif.
i) Fungsi IX
Pengelola perawatan klien dan berperan serta sebagai tim dalam melaksanakan
kegiatan perawatan. Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah :
21) Menciptakan komunikasi yang efektif dengan sejawat dan petugas lainnya
j) Fungsi X
24
Mengelola institusi pendidikan keperawatan. Kompetensi perawat dalam fungsi ini
adalah :
30) Kepemimpinan
k) Fungsi XI
38) Membina kerja sama dengan individu, keluarga dan masyarakat serata
mengidentifikasipelayanan yang dibutuhkan
25
Seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok baik yang sehat maupun
yang sakit khususnya mereka yang beresiko tinggi dalam masyarakat.
1. Individu
Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuhan utuh dari aspek biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual. Apabila individu tersebut mempunyai masalah
kesehatan kerena ketidakmampuan merawat dirinya sendiri oleh karena sesuatau hal
dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya dan keluarga
yang ada dilingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Maka disini peran perawat
komunitas adalah membantu individu agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
karena adanya kelemahan fisik dan mental yang dialami, keterbatasan pengetahuanya
dan kurangannya kemauan menuju kemandirian.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah
tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi. Antara keluarga
satu dengan yang lainnyasaling tergantung dan berinteraksi,
bila salah satu atau beberapa anggota keluaga mempunyai masalah kesehatan maka
akan berpengaruh terhadap anggota yang lainnya dan keluarga yang ada di
sekitarnya. Dari permasalahan tersebut diatas maka keluarga merupakan focus
pelayanan kesehatan yang strategis :
3. Kelompok Khusus
26
Yang dimaksud kelompok khusus adalah sekumpulan individu yang
mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan (problem), kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan antara lain :
Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari nueman (1972) untuk
melihat masalah pasien, model kumunitas sebagai kloien dikembangkan oleh penulis untuk
menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan
masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya sebgai model komunitas
sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi
landasanyya.
Dalam model komunitas sebagai mitra, ada faktor sentral: pertama, fokus pada
komunitas sebagai mitra ditandai dengan rodal pengkajian komunitas dibagian atas, dengan
menyatukan anggota masyarakat sebagai intinya, dan ke dua penerapan proses keperawatan.
Model ini dijelaskan secara rinci untuk membantu anda memahami setiap pembagiannya.,
agar anda dapat menggunakannya sebagai pedoman praktik komunitas.
Inti roda pengkajian adalah individu yang membentuk komunitas inti meliputi
demografik, nilai, keyakinan, dan sejarah penduduk setempat. Sebagai anggota masyaraka,
penduduk setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem komunitas, dan sebaliknya. Delapan
27
subsistem ini terdiri dari lingkungan, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi.
Garis tebal yang mengelilingi komunitas menunjukan garis pertahanan normal, atau
tingkat kesehatn komunitas yang dicapai setiap saat. Garis pertahanan normal meliputi
barbagai ciri misalnya angka imunitas yang tinggi, moralitas bayi yang rendah, atau tingkat
pendapatan kelas menengah. Garis pertahanan normal juga mencakup pola koping, disertai
kemampuan menyelesaikan masalah, ini menunjukan keadaan sehat dari komunitas.
Garis pertahanan fleksibel, digambarkan dengan garis putus- putus yang mengelilingi
komunitas dan garis pertahanan normal. Garis ini merupakan “bufer zone” (area penengah)
yang menunjkan suatu tingkat kesehatan dinamis akibat respon sementara terhadap stressor.
Respon ini mungkin saja terjadi karena adanya mobilisasi anggota masyarakat sekitar karena
stresor lingkungan, seperti banjir atau stresor sosial seperti penjualan buku purno.
Kedelapan subsistem dibatasi dengan garis putus – putus untuk mengingatkan kita
bahwa subsistem tersebut tidak terpisah, tetapi saling mempengaruhi. Kedelapan bagian
tersebut menjelaskan garis besar subsistem suatu komunitas dan memberikan gambaran
kerangka kerja bagi perawat kesehatan komunitas dalam pengkaji
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan
gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan
sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar ditujukan kepada
individu, keluarga yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan.
Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki peran dan
fungsi. Diataranya Peran yang dapat dilaksanakan di antaranya adalah sebagai
pelaksana pelayanan keperawatan, pendidik, koordinator pelayananan kesehatan,
pembaharu(innovator), pengorganisasian pelayanan kesehatan (organizer), panutan
(role model), sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan sebagai pengelola (manager).
Selain peran perawat juga memiliki fungsi, diantaranya adalah fungsi independen,
fungsi dependen dan fungsi interdependen.
B. Saran
29
DAFTAR PUSTAKA