Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS I

OLEH:

NIRSAN

P201801043

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

(2020)

1
KATA PENGANTAR

‫ الصلو له واصحابه اجمعين ٰ والمرسلين وعلى‬,‫الحمد هلل ة والسالم على اشرف االنبياء ٰ الذى انعم علينا بنعمة االيمان واالسالم‬

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah swt. atas berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya yang senantiasa tercurahkan kepada segenap makhluknya di seluruh alam jagat raya ini.
Kita semua menyadari, tanpa Dia kita tiada, tanpa Dia kita bukanlah siapa-siapa dan tanpa Dia kita tidak
dapat berbuat apaapa. Dengan rahmat-Nya kita semua diciptakan, dengan rahmat-Nya kita menjalani
kehidupan dan dengan rahmat-Nya pula kita akan dikembalikan kepada-Nya.

Salawat salam tak lupa penulis haturkan keharibaan beliau Nabi Besar Muhammad SAW.
Seorang sosok manusia paripurna, suri tauladan yang mulia, publik figur yang agung dan pembawa
rahmat bagi segenap alam semesta, pembawa risalah yang tak pernah salah dalam menyampaikan dan
pembawa amat yang tak pernah khianat terhadap tanggung jawab.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar  ..............................................................................................  i      

Daftar Isi  .......................................................................................................   ii     

                                                                                                                       

BAB I      PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang  ......................................................................         1

B.       Permasalahan  ........................................................................          1

C.       Manfaat  ……………………….............................................            2

BAB II    PEMBAHASAN

1.         Pengertian Keperawatan Kesehatan Komunitas  …………..           3

2.         Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas  …………           4

3. Prinsip Keperawatan Komunitas……………………………...        5

4. Teori Dan Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas…....6

BAB III   PENUTUP

A.       Kesimpulan  ...........................................................................                  7

B.       Saran  .....................................................................................                  7   

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktek keperawatan dan praktik
kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan
penduduk.

Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan


menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini
dunia keperawatan semakin berkembang, dimana perawat memiliki peran yang lebih luas dengan
penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.

Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki peran dan fungsi.
Diataranya Peran yang dapat dilaksanakan adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan,
pendidik, koordinator pelayananan kesehatan, pembaharu(innovator), pengorganisasian
pelayanan kesehatan (organizer), panutan (role model), sebagai fasilitator (tempat
bertanya), dan sebagai pengelola (manager). Selain peran perawat juga memiliki fungsi,
diantaranya adalah fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen. Dengan
tanggung jawab fungsi dan peran tersebut kehadiran perawat diharapkan mampu meningkatkan
status kesehatan masyarakat indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah definisi Keperawatan Komunitas ?

1.2.2 Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas Indonesia ?

1.2.3 Apakah Tujuan Keperawatan Komunitas ?

1.2.4 Bagaimana Peran Perawat Komunitas ?

4
1.2.5 Apa sajakah Fungsi Keperawatan Komunitas ?

1.2.6 Apakah pengertian Komunitas Sebagai Klien serta penatalaksanaannya dalam praktik
keperawatan komunitas ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi keperawatan komunitas

1.3.2 Untuk mengetahui sejarah perkembangan keperawatan komunitas indonesia

1.3.3 Untuk mengetahui tujuan keperawatan komunitas

1.3.4 Untuk mengetahui peran perawat komunitas

1.3.5 Untuk mengetahui fungsi keperawatan komunitas

1.3.6 Untuk mengetahui pengertian komunitas sebagai klien serta penatalaksanaanya dalam
praktik keperawatan komunitas.

1.4 Manfaat

Dengan disusunnya makalah yang berjudul konsep keperawatan komunitas diharapkan


mahasiswa dapat memahami konsep keperawatan komunitas serta mampu mengaplikasikan
asuhankeperawatan
BAB II

TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 Definisi

Definisi komunitas

Para ahli mendefinisikan komunitas dari berbagai sudut pandang, yaitu sebagai berikut :

1. Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, memiliki
nilai-nilai keakinan dan minat yang relatif sama, serta berinteraksi satu sama lain dengan
mencapai tujuan.

2. WHO tahun 1974 mendefinisikan komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang
ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta
ada rasa saling mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang stu dan yang
lainnya.

3. Spradley (1985), komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar


pengalaman penting dalam hidupnya.

4. Koentjaradiningrat (1990), komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang


menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta
terikat oleh rasa identitas suatu komunitas.

5. Sounders (1991), komunitas sebagai tempat atau kumpulan orang-orang atau sitem
sosial.

Definisi keperawatan komunitas

1. Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan
sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar ditujukan kepada individu,
keluarga yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan

9
2. American Nursis Association (1973), keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari
praktek kepeawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan
serta memelihara kesehatan penduduk.

3. WHO (1974), keperawatan komunitas adalah kesaatuan mencakup perawatan


kesehatan kerluarga (nurse health family) juga kesehatan dan kesejahteraan masayarakat luas,
membantu masyarakat tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum
mereka meminta bantuan kepada orang lain.

4. Ruth B.Freeman (1981), keperawtan komunitas adalah kesatuan yang unik dari
praktik keperawatan dan kesehatan masayarakat yang ditujukan pada pengembanagn serta
peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara
kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus, atau masyarakat.

5. Departmen kesehatan RI (1986), keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu uapaya


pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
dialaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat
untuk memperoleh tim kesehatan individu, keluaraga, dan masyarakat yang lebih tinggi

6. Pradley (1985), Logan dan Dawkin (1987), keperawtan komunitas adalah pelayanan
keperawatan profesional ynag ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal yang melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, jugan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan

7. Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat (1990) mendefinisikan keperawatan


komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan
dan keadaan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang
ditujukan pada individu, kelompok, serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal,
sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan

8. Menurut IOM (2003), Praktik pelayanan komunitas adalah layanan keperawatan profesional
yang diberikan oleh perawat yang telah memperoleh pendidikan keperawatan komunitas atau
disiplin lain yang berkaitan dan bekerja untuk meningkatkan derajat kesehatan yang berfokus
pada masyarakat

1
0
9. Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi yang
berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007)

10. Winslow (1920), seorang ahli kesehatan adalah ilmu dan senio mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, serta meningkatkan efisiensi hidup melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat untuk hal-hal berikut ini:

a. Kelompok-kelompok masyarakat yang terkoordinir

b. Perbaikan kesehatan liongkungan

c. Mencegah dan memberantas penyakit menular

d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat / perseorangan

e. Dilaksanakan dengan mengkoordinasikan tenaga kesehatan dalam satu


wadah pelayanan kesehatan masyarakat yang mampu menumbuhkan
swadaya masyarakat untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara
optimal.

2.2 Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas

Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada abad ke-16,yaitu dimulai


dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke indonesia tahun 1927, dan pada pada tahun
1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke indonesia melalui
singapura dan mulai berkembang di indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut
pemerintah Belanda (pada waktu itu indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-
upaya kesehatan masyarakat. Gubernur Jendral Deandles pada tahun

1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini
dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dalam praktik persalinan. Upaya
ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi (infan mortality rate) yang
tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama, akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan.
Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya
para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan.pada tahun

1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dr. Bosch dan dr. Blekker-kepala pelayanan kesehatan
sipil dan militer di indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (SCHOOL Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di S urabaya dengan nama NIAS ( Nederland Indische
Artsen School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak

1
1
berdirinya universitas indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakulitas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia juga ditandai dengan


berdirinya pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888- tahun 1938 pusat
laboratorium ini berubah menjadi lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium
laboratorium lain juga didirikan di kota-kota seperti medan, Semarang, makasar,
surabaya, dan Yokyakarta dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit malaria,
lepra, cacar serta penyakit lainnya. Bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau jawa. Pada tahun 1935 dilakukan program
pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi masal. Tercatat sampai pada tahun 1941,15 juta orang telah di
vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich- seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda- melakukan
pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas purwokerto.
Dari hasil pengamatan dan analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka kesakitan dan
kematian dikedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan,
masyarakat buang air besar di sembarangan tempat, dan pengguna air minum dari sungai yang
telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya sanitasi lingkungan
dikarenakan perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga Hydrich memulai upaya kesehatan
masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan cara melakukan promosi
mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal
kesehatan masyarakat di indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan kesehatan masyarakat


di Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep Bandung ( Bandung plane) pada tahun
1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr.Patah-yang selanjutnya dikenalkan dengan nama Patah-
Leimena. Dalam konsep ini,diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan
masyarakat ,aspek preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik
dirumah sakit maupun dipuskesmas. Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan
pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr. Y. Susanti dengan berdirinya proyek Bekasi (
lemah abang ) sebagai proyek percontohan/ model pelayanan bagi pengembangan kesehatan
masyarakat pedesaan di indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini
juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk
melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah
pengembangan masyarakat.

1
2
1. Sumatra utara : indrapura

2. Lampung

3. Jawa Barat: Bojong Loa

4. Jawa tengah : Sleman

5. Yokyakarta : Godean

6. Jawa timur : Mojosari

7. Bali : Kesiman

8. Kalimantan Selatan : Barabai

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada
bulan november 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat indonesia, yaitu mengenai
konsep puskesmas- yang dipaparkan oleh dr. Achmad Dipodilogo- yang mengacu pada konsep
Bandung dan proyek Bekasi. Dalam seminar ini telah disimpulakan dan disepakati mengenai
sistem puskesmas yang terdiri atas tipe A,B, dan C. Akhirnya pada pada tahun 1968 dalam rapat
kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah ( Departemen Kesehatan )
menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas).

Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara
terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian
kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini terdepan pembangunan kesehatan,
puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu, diperkenalkanlah program untuk selalu menguatkan
puskesmas (strengthening puskesmas). Di negara berkembang seperti Indonesia, fasilitas
kesehatan berlandaskan masyarakat disarankan lebih efektif dan penting.

Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan ke dalam master plan untuk operasi penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan pokok dalam program dasar dan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu :

1. Kesehatan ibu dan anak (KIA)

2. Keluarga berencana (KB)

3. Gizi

1
3
4. Kesehatan Lingkungan

5. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta imunisasi,

6. Penyuluhan kesehatan masyarakat

7. Pengobatan

8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

9. Perawatan kesehatan masyarakat

10. Kesehatan gigi dan mulit

11. Usaha kesehatan jiwa

12. Optometri

13. Kesehatan geriatrik

14. Latuhan dan olahraga

15. Pengembangan obat-obatan tradisional

16. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

17. Laboratorium dasar

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

Pada tahun1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu puskesmas tipe A
yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979btidak diadakan perbedaan puskesmas
tipe A atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang dokter. Namun,
kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas
tidak harus dipimpin oleh seorang dokter,tapi dapat juga dipimpin oleh Sarjana Kesehatan
Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan yang positif,dimana tenaga
medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan tidak disibukkan dengan urusan
administratif/manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur
misalnya, sudah dijumpai kepala puskesmas dari lulusan sarjana kesehatan masyarakat seperti di
kabupaten Gresik, Bojonegoro, dan lain sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu
peranti manajerial guna penilaian puskesmas, yaitu stratifikasi puskesmas,sehingga dibedakan
adanya :
1
4
1. Strata 1, puskesmas dengan prestasi sangat baik

2. Strata 2 , puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar

3. Strata 3 , puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan
lokakrya mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim. Pada tahun
1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program
paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (posyandu) yang mencakup kesehatan ibu
dan anak, keluarga berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. hal ini
berarti 3,6 puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144
penduduk.

Sementara itu, jumlah desa di Indonesia mencapai 70.921 pada tahun 2003, yang berarti
setidaknya satu puskesmas untuk tiap sepuluh desa-dibandingkan dengan rumah sakit
yang harus melayani 28.000 penduduk. Jumlah puskesmas masih teus dikembangkan dan
diatur lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang prima. Jumlah puskesmas
masih jauh dari memadai, terutama di daerah tepencil. Diluar jawa dan sumatra,
puskesmas harus menangani wilayah yang uas,( terkadang beberapa kali lebih luas dari satu
kabupaten di Jawa) dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit. Sebuah puskesmas terkadang
hanya melayani 10.000 penduduk. Selain itu, bagi sebagian penduduk puskesmas terlalu jauh
untuk dicapai.

2.3 Tujuan Keperawatan Komunitas


TujuanUmum

Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam


memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara
mandiri.

 Tujuan Khusus

a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat

1
5
b. Meningkatkannya kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat untuk
melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan

c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan


asuhan keperawatan.

d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan


dan asuhan di rumah, panti dan di masyaraka

e. Tertanganinya kasus-kasus yang memelukan penanganan tindak lanjut dan asuhan


keperawatan di rumah

f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang


memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di puskesmas

g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju
keadaan sehat optimal.

2.3 Prinsip keperawatan komunitas

Prinsip – prinsip kep. komunitas

Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus rnempertimbangkan


beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus
memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara
langsung mengkaji dan intervensi, klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial,
ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan
komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan
disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla
yaitu otonomi dimana klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :

1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat


2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif
dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.
1
6
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah di¬masyarakat dan bukan di rumah
sakit.
7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit maupun yang sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pem¬binaan perilaku hidup sehat
masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkat¬kan fungsi kehidupan sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara tim.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan ko¬munitas digunakan untuk kegiatan
meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit,
penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah sakit.
12. Kunjungan rumah sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem pelayanan kesehatan
yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pela¬yanan kesehatan yaitu
puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan.

2.4 Teori dan model konseptual dalam keperawatan komunitas

A.   MODEL-MODEL KONSEPTUAL DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS

Sebelum membahas tentag model-model konseptual dalam keperawatan komunitas, maka disini
penulis ingin mencoba untuk menguraikan secara singkat tentang apa itu model dan model praktek
keperawatan.

     Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktek yang bermmutu yang mewakili
sesuatu yang nyata. Model keperawatan adalah aplikasi dari struktur keperwatan itu sendiri yang
memungkinkan seorang perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja.

      Model praktek keperawatan didasarkan isi dari sebuah teori dan konsep praktek, sedangkan teori
dan konsep mencerminkan philosofi, nilai dan keyakinan tentang manusia. Ada tiga komponen dasar
dari praktek yaitu :

1)    Keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model

Keyakinan dan nilai sebuah model praktek merupakan dasar dari dari seluruh model-modelyang
akan dibangun dan akan mempengaruhi praktek.
1
7
2)    Tujuan praktek

Yaitun  tujuan praktisi apa yang ingin dicapai untuk memberikan pelayanan berdasarkan
kebutuhan klien

3)    Pengetahuan dan keterampilan

Pengetahuan dan keterampilan merupakan hal yang ingin dibutuhkan seorang praktisi untuk
mengembangkan upaya pencapaian tujuan.

B.   TEORI KEPERAWATAN DALAM KEPERAWATAN KELUARGA

Keperawatan sebagi profesi terdiri dari komponen disiplin dan praktik. Sebagai disiplin,
keperawatan memiliki dan menghasilkan ilmu pengetahuan yang memperkaya “body of
knowledge” keperawatan untuk memastikan ketepatan penerapannya dalam praktik. Perkembangan
pengetahuan pada ilmu keperawatan telah mengikuti pola hirarki structural pengetahuan yang
berkembang dari paradigma tunggal menjadi beberapa model konseptual yang kemudian tiap model
diuji untuk mengetahui efektifitasnya dalam asuhan keperawatan.

Paradigma keperawatan terdiri dari empat konsep sentral yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan,dan intervensi kepetrawatan yang menjadi fokus pengembangan model konseptual dan
teori keperawatan. Pengembangan konsep dan teori keperawatan dalam disiplin keperawatan
diperlukan untuk menghindarkan pendekatan yang tidak tepat dalam mengatasi masalah
keperawatan yang timbul dengan pendekatan ilmiah.

       Dalam disiplin keperawatan, klien sebagaii target pelayanan bisa sebagai individu, keluarga,
kelopok atau komunitas. Dalam kesempatan ini akan diuraikan konsep model keperawatan keluarga
menurut friedman (1998) dan beberapa konsep model keperawatan yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga. Model –model keperawatan ini diuraikan
berdasarkan empat konsep utama yaitu manusia, masyarakat/ lingkungan, kesehatan dan
keperawatan, klien, peran ners, sumber masalah, fokus intervensi, dan cara intervensi.

      Berikut disajikan secara singkat lima konseptual model keperawatan yang dapat diaplikasikan
pada keperawatan keluarga yaitu:

1.    Friedman model

1
8
Friedman mengemukakan bahwa proses keperawatan keluarga relatife berbeda dengan proses
keperwatan individu, dimana perawat mengkonseptualisasikan keluarga sebagai unit pelayanan
berbagai fokusnya. Dalam praktiknya perawat dirumah akan bekerja sekaligus untuk keluarga dan
anggota keluarga secara individu, hal ini mengandung arti bahwa perawat keluarga akan
menggunakan proses keperawatan pada dua tingkat, yakni tingkat individu dan keluarga, sehingga
pengkajian, diagnose, perencanaan, interfensi dan evaluasi menjadi lebih luas.

Model-model keperawatan lainnya diuraikan  berdasarkan empat konsep utama yaitu manusia,


masyarakat , atauu lingkungan, kesehatan dan keperawatan serta tujuan elemen utama yaitu tujuan
akhir keperawatan, klien, peran ners, sumber masalah, fokus intervensi, dan cara intervensi.

2.    Self care deficittheory of nursing (Dorothea E. Orem)

a.    Deskripsi konsep sentral

1)    Manusia

Suatu kesatuanyang di pandang sebagai berfungsinya secara biologis simbolik dan social serta
berinisiasi dan melakukan kegiatan asuhan/ perawatan mandiri untuk mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Kegiatan asuhan/ perawatan mandiri terkait dengan
udara, air, makanan, eliminasi, kegiatan, dan istirahat, interaksi social, pencegahan terhadap
bahaya kehidupan, kesejahteraan dan peningkatan manusia.

2)    Masyarakat/ lingkungan

Lingkungan disekitar individu yang membentuk sistem terintegrasi dan interaktif.

3)    Sehat/ kesehatan

Suatu keadaan yang dicirikan oleh keutuhan struktur manusia yang berkembang secara fisik dan
jiwa yang meliputi aspek fisik, psikologik, interpersonal,dan sosial. Kesejahteraan digunakan
untuk   menjelaskan tentang kondisi persepsi individu ternadap keberadaannya. Kesejahteraan
merupakan suatu keadaannya. Kesejateraan merupakan suatu keadan yang dicirikan oleh
pengalaman yang menyenangkan dan berbagai bentuk kebahagian lain, pengalaman
spiritual,gerakan untuk memenuhi ideal diri dan melalui personalisasi berkesinambungan.
Kesejahteraan berhubungan dengan kesehatan, keberhasilan dalam berusah dan sumber yang
memadai.

4)    Perawatatan

Pelayanan yang membantu manusia dengan tingkat ketergantungan sepenuhnya atau sebagian,
ketika mereka tidak lagi mampu merawat dirinya,keperawatan merupakan tindakan yang

1
9
dilakukan dengan sengaja, suatu fungsi yang dilakukan perawat karena memiliki kecerdasan serta
tindakan yang memuluhkan kondisi secara manusiawi.

b.    Tujuan elemen utama

1)    Tujuan asuhan keperawatan : Pencapaian  asuhan / perawatan mandiri yang optimal sehingga


klien dapat mencapai dan mempertahankan keadan sehat yang optimal.

2)    Klien : suatu kesatuan yang berfungsi secara biologic,simbolik dan social serta berininisiasi
dan melakukan kegiatan asuhan/ perawatan mandiri untuk mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahterahaan.

3)    Peran ners : memberikan bantuan untuk mempengaruhi perkembangan klien untuk mencapai


tingkat asushan perawatan mandiri yang optimal.

4)    Sumber kesulitan/ masalah: semua yang menggangu semua hal yang menggangu


asuhan/perawatan mandiri oleh seseorang,objek,kondisi,pristiwa atau kombinasi dari unsur –
unsur tersebut.

5)    Fokus intervensi : ketidakmampuan mempertahankan asuhan  / perawatan mandiri.

6)    Cara intervensi : lima cara bantuan : melakukan  untuk, membimbing, mendukung,


memberikan lingkungan yang kondusif untuk perkembangan dan mendidik.

7)    Konsekuensi : potensi kesehatan maksimal, utuh dan meningkatkan kompleksitas atau


organisasi.

3.    Health care  sytem model (betty neuman )

a.     Deskripsi konsep sentral

1)     Manusia

Manusia  merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan yang harmoni dan
merupakan satu kesatuan dari variable -  variable fisiologis,psikologis, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual.

2)    Masyarakat /lingkungan

Meliputi semua factor internal dan eksternal atau saling pengaruh dengan sistem sehingga klien
mempertahankan berbagai keseimbangan yang harmonis.

3)    Sehat / kesehatan

2
0
Suatu keseimbangan bio-psiko-kultural-spritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu fleksibel,
normal dan resisten.

4)    Keperawatan

Intervensi keperawatan bertujuan untuk menurukan stressor memlalui pencegahan


primer,sekunder,dan tersier.

b.    Tujuan elemen utama

1)    Tujuan asuhan keperawatan : tercapainya keseimbangan sistem klien.

2)    Klien: merupakan sistem terbuka yang terdiri dari struktur dasar atau titik sentral dari factor
kehidupan, dikelilingi oleh lingkaran yang dibatasi oleh garis pertahanan fleksibel, normal dan
resisten.

3)    Peran ners : mengidentifikasi stressor yang meliputi stressor intrapersonal dan ekstrapersonal
dan membantu memperkuat ketiga garis pertahanan

4)    Sumber kesulitan masalah : sressor intrapersonal, dan ekstrapersonal yang ada di lingkungan
internal maupun eksternal.

5)    Fokus intervensi : intervensi keperawatan difokuskan untuk menurunkan stressor ndengan


memperkuat tiga garis pertahanan.

6)    Cara intervensi : keperawatan di tunjukan untuk mempertahankan nkeseimbangan.

-       Promosi untuk gangguan pada garis fleksibel berupa  : pendidikan kesehatan dan
mendemontrasikan ketrampilan keperawatan dasar yang dapat dilakukan di rumah.

-       Preverensi untuk gangguan pada garis pertahanan normal berupa : deteksi dini gangguan
kesehatan, memberikan zat kekebalan (proteksi)

-       Kurasi dan rehabilitasi untuk gangguan pada garis resisten berupa : melakukan prosedur
keperawatan oleh perawat, memberikan konseling penyelesaian masalah, melakukan KLIS /KLP,
melakukan rujukan.

7)     Konsekuensi : Rekontruksi atau pergeseran status kesehatan

4.    Adaptation model (sister callista roy )

a.    Deskripsi konsep sentral

1)    Manusia

2
1
Makhluk biopsikososial yang berinteraksi secara konstan dengan lingkungan dan memiliki empat
metode adaptasi : kebutuhan fisiologis, konsep diri fungsi peran dan hubungan interdependen

2)    Masyarakat / lingkungan

Semua kondisi lingkungan disekitar yang mempengaruhi perkembangan dan prilaku individu
atau kelompok, masukan  ( input ) sebagai sistem terdiri dari factor internal dan eksternal.

3)    Sehat / kesehatan

Suatu keadan dan proses menjadi manusia yang holistic dan terintegrasi. Tidak adanya intergrasi
menunjukan tidak adanya kesehatan.

4)    Sistem teoritis pengetahuan yang memungkinkan suatu proses analisis dan tindakan
berhubungan dengan asuhan terhadap klien. Sebagai ilmu keperawatan merupakan sistem
pengetahuan yang terus berkembang. Sebagai suatu disipli, body of knowledge digunakan untuk
memberikan pelayanaan yang sesuai pada masyarakat yaitu meningkatkan pengetahuan untuk
mempengaruhi kesehatan secara positif.

b.    Tujuan elemen utama

1)    Tujuan asuhan keperawatan : adaptasi pada empat mode Dalam situasi sehat dan sakit.

2)    Klien : suatu kesatuan utuh yang yang memiliki empat mode adaptasi.

3)    Peran ners : meningkatkjan prilaku adaptif klien dengan memanipulasi stimulus fokal,
kontektual dan residul.

4)    Sumber kesulitan / masalah : kegiatan koping yang tidak adekuat untuk mempertahankan
integritas dalam menghadapi deficit atau kelebihan kebutuhan.

5)    Fokus intervensi: stimulus loka, kontektual residual.

6)    Cara intervensi : manipulasi stimulus dengan meningkatkan, mengurangi dan


mempertahankan mereka.

7)    Konsekuensi : respon adaptif terhadap stimulus.

5.    Behavioral system model ( Dorothy E. Johnson)

a.    Deskripsi konsep sentral

1)    Manusia

2
2
Manusia sebagai sistem perilku dengan pola dan sikap tertentu menghubungakan diri dengan
lingkungan. Manusia adalah sistem dari bagian bagian yang terindependen yang membutuhkan
beberapa pengaturan  untuk menjaga keseimbangan.

2)  Masyarakat / lingkungan

Seluruh factor yang bukan dari sistem prilaku individu tetapi mempengaruhi sistem dan dapat
dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan klien.

3)  Sehat / kesehatan

Kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit di pahami dan dinamis yang di pengaruhi oleh factor-
factor bologis,psikologis dan social

4)  Keperawatan

Tindakan eksternal untuk memperbaiki prilaku lien ketika klien dalam kondisi stress dengan
menggunakan mekanisasi pengaturan. Aktifitas keperawatan tidak tergantung pada wewenang
medis, tetapi bersifat komplementer (pelengkap)

b.    Tujuan elemen urtama

1)    Tujuan asuhan keperawatan : memelihara dan memulihkan keseimbangan  ( equilibrium/


keselaran diri dan lingkungan)

2)    Klien : sistem prilaku dengan subsystem yang saling berkaitan.

3)    Peran ners sebagai regulator eksternal yang bertindak memulihkan keseimbangan sistem
prilaku.

4)    Sumber kesulitan / masalah: kondisi yang memungkinkan terjadi disequlibrium

5)    Fokus intervensi : menolong mereka mencapai level fungsional lebih optimal.

6)    Cara intevensi : menolong mereka mencapai level fungsional lebih optimal.

7)    Konsekuensi tercapainya prilaku fungsinal.

6.    Cultural care teory ( madaliene lieninger )

a.    Deskripsi konsep sentral

1.    Manusia

2
3
Manusia adalah mahkluk yang tidak terpisah dari latar belakang budaya dan struktur sosialnya.

2.    Masyarakat / lingkungan

Merupakan kumpulan individu yang memiliki dimensi konsepp budaya dan struktur social yang
berbeda satu dengan lainya.

3.    Sehat / kesehatan

Gangguan akibat stress fisik, genetic dan tubuh bagian dalam. Gangguan penyakit juga
merupakan pengalaman ekstspersonal dan budaya.

4.    Keperawatan

Ilmu dan seni humanistis yang dpat di pelajari, berfokus pada prilaku, fungsi dan proses asuhan,
diarahkan untuk meningkatkan dan mempertahankan prilaku sehat atau memulihkan penyakit
yang memiliki maksa fisik, psikokultursl dan social dari dari mereka yang biasanya di bimbang
oleh perawat professional.

b.    Tujuan elemen utama

1)    Tujuan asuhan keperawatan : meningkatkan atau memulihkan kondisi klien berdasarkan


pada praktik dan pengetahuan keperawatan professional yang dikonseptualisasi, direncanakan
dan dilaksanakan sesuai budaya klien.

2)    Klien : yang membutuhkan pelayanaan perawatan tetapi cenderung minta pertolongan orang
orang non professional dan mereka akan mencari pertolongan professional jika keadaan
memburuk atau menghadapi kematian.

3)    Peran ners

Memberi intervensi keperawatan berdasarkan  aspek budaya klien, menyadari pentingnya


keperawatan transcultural dan memberi dukungan pada klien dan keluarga untuk
mempertahankan keyakinan dan tradisi dalam budayanya.

4)    Sumber kesulitan / masalah : kurang pahaman tentang latar belakang budaya dan struktur
social seseorang akan menimbulkan masalahdan konflik budaya.

5)    Fokus intervensi : menjembatani masalah atau konflik budaya.

6)    Cara intervensi : membina hubungan saling percaya melalui penghargaan terhadap nilai –
nilai budaya, agama dan social serta mengatasi masalah atau konflik dengan pendekatan budaya
klien.

2
4
7)    Konsekuensi Praktik keperawatan transcultural dapat dii terap dan menjadi salah satu yang
penting dan relevan dalam mempertahankan keyakinan dan nilai – nilai budaya orang lain.

7.    Teori ilmu social keluarga

Teori – teori ilmu social keluarga berkaitan dengan bagaimana keluarga berfungsi, berintegrasi
dengan lingkungan, berinteraksi diantara keluarga, bagaiman keluarga berubah dari waktu ke
waktu dan bagaimana keluarga berespon terhadap stress. Teori – teori tersebut adalah:

a.    Teori sistem

Dalam teori ini keluarga di pandang sebagai sistem terbuka. Bronfrenbenner ( 1979)
menggambarkan keluarga sebagai bagian dari struktur seperti sarang dengan anggota keluarga
secara individu bersarang didalmnya dalam lingkungan social yang meliputi ideology, nilai –
nilai dan institusi social komunitas.

b.    Teori structural nasional

Struktural keluarga menganalisis bagaimana keluarga di susun, dan bagiman unit unit tersebut
saling terkait satu sama yang lain. Sedangkan fungsi  fungsi keluarga diartikan sebgai hasil atau
konsekuensi dari struktur keluarg.

c.    Teori perkembangan keluarga

Pendekatan perkembangan  keluarga didasarkan pada pernyataan bawah keluarga adalah


kelompok berusia panjang dengan siklus kehidupan yang dinamis. Teori perkembangan  keluarga
menguraikan perkembangan keluarga dari waktu ke waktu, keluarga di paksa untuk berubah
setriap kali ada penembahan dan pengurangan anggota keluarga atau setiap kali anak pertama
( sulung) mengalami perubahan tahap perkembanganya.

d.    Terori interaksi keluarga

Pendekatan interaksi keluarga berasal dari interaksi simbolik yang di terapkan dalam  keluarga.
Interaksi keluarga di fokuskan pada cara anggota keluarga berhubungan satu sama lain

e.    Teori peran, stress dan konflik keluarga

Teori peran menghanalisis interaksi dan peran di mana anggota keluarga saling beradapan satu
sama lain dalam berbagai situasi, sedang teori stress keluarga menguraikan bagaiman mengalami
kejadian – kejadian  (stressor) dan beradapatasi  terhadapa stressor tersebut. Teori konfilik
keluarga menguraikan perubahan social, konflik dan ketidakluwesan   

2
5
(Murpihy,1983) atau jawaban bagaimana dan mengapa stabilitas dan instabilitas terjadi, dan
dalam kondisi yang bagaimana ikatan personal yang harmonis bisa terjadi (Sprey,1979)

f.     Teori perkembangan social

Teori pembelajaran social diterapkan pada keluarga berorientasi pada bidang akademi(kognitif)
sebagai terapi prilaku keluarga.

8.    Teori terapi keluarga

Teori ini dikembangkan untuk menangani keluarga-keluarga yang bermasalah sehingga banyak
berorientasi pada patologi. Tujuan dari teori ini adalah menjelaskan disfungsi keluarga dan
menuntun tindakan terapeutik maka selanjutnya dikembangkan terapi klinis terapi modalitas, dan
terapi komplementer.

9.    Pertimbangan etik dalam keperawatan keluarga

Dalam melaksanakan asuhan keperawtan keluarga kode etik yang digunakan berpedoman pada kode
etik yang telah ditetapkan pada PPNI melalui munas PPNI IV. Kode etik tersebut perawat perlu
memelihara hubungan yang serasi dengan klien, praktik, masyarakat, teman sejawat, dan profesi.

10. Kebijakan dan legislasi dalam pelayanan kesehatan keluarga

a.    UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 32 ayat (2) ditulis bahwa penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau perawatan. Ayat  (3)
berbunyi pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu keperawatan yang
dapat dipertanggung jawabkan

b.    UU kesehatan no 23 tahun 1992

c.    PP no 32 1996, tentang tenaga kesehatan permenkes 920 1986, tentang pelayanan medis
swasta.

d.    Kepmenkes 647/ 200 tentang registrasi dan praktek perawat.

C.   PENERAPAN MODEL DAN TEORI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

            Asuhan keperawatan yang diberikan pada komunitas atau kelompok adalah sebagai berikut.

1)    Pengkajian

Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok, antara lain sebagai berikut

2
6
a)    Inti (core), meliputu: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia yang
beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas

b)    Mengkaji delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:

Ø  Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena dapat


menjadi streeor bagi penduduk.

Ø  Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan penduduk untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat.

Ø  Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan di lingkungan tempat


tinggal, apakah masyarakat merasa nyamna atau tidak , apakah sering stres akibat keamana dan
keselamatan yang tidak terjamin.

Ø  Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang, sehingga
memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.

Ø  Pelayan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat/ memantau
gangguan yang terjadi.

Ø  Sistem komunikasi, sarana komunikasi apa saja yang tersedia dan dapat dimanfaatkan di
masyarakat tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan penyakit.
Misalnya media televisi, radio, koran yang diberikan pada  masyarakat.

Ø  Sistem ekonomi,tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah pendapatan


yang diterima sesuai dengan kebijakan Upah Minimun Regional (UMR) atau sebaliknya dibawah
upah minimum. Hal ini terkait dengan upaya pelayanan kesehatan ditujukan pada anjuran untuk
mengonsumsi jenis makanan sesuai kemampuan ekonomi masing-masing

Ø  Rekreasi, apakah terssedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya dapat
dijangkau oleh masyarakat. Rekreasi hendaknya dapat digunakan masyarakat untuk membantu
masyarakat untuk membantu mengurangi stressor.

2)    Diagnosis keperawatan

Diagnosis ditegakkan berdasrkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor yang ada.
Selanjutnya dirumuskan dalam 3 komponen P (problem atau masalah), E (etiology atau
penyebab), dan S (symptom atau manifestasi/data penunjang). Misalnya, resiko tinggi
peningkatan gangguan penyakit kardiovaskuler pada komunitas di RT 01 RW 10 kelurahan
somowinangun sehubungan dengan dengan kurangnya kesadaran masyarakat hidup sehat
ditandai dengan:
2
7
Ø  0,15 ditemukan angka dirawat dengan gangguan kardiovaskular

Ø  50% RT 01 RW 10 mengonsumsi lemak tinggi

Ø  Didapatkan 20% saja yang kebiasaan berolahraga

Ø  Informasi tentang gangguan kardiovaskuler kurang.

3)    Perencanaan intervensi

Perencanaaan intervensi yang dapat dilakukan dengan diagnosis keperawatan komunitas yang
muncul di atas adalah:

Ø  Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit gangguan kardiovaskuler

Ø  Lakukan demonstrasi keterampilan cara menangani stress dan teknik relaksasi

Ø  Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit kardiovaskuler melalui pemeriksaan


tekanan darah

Ø  Lakukan kerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet yang tepat bagi yang beresiko

Ø  Lakukan olahraga secara rutin sesuai dengan kemampuan fungsi jantung

Ø  Lakukan kerja sama dengan petugas dan aparat pemerintah setempat untuk memperbaiki
lingkungan atau komunitas apabila ditemui ada penyebab stressor

Ø  Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4)    Implementasi

Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang bersifat:

Ø  Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit kardiovaskuler di komunitas

Ø  Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini berperilaku hidup sehat dan
melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

Ø  Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit


kardiovaskuler.

Ø  Sebagai advokat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.

5)    Evaluasi/penilaian

Ø  Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi

2
8
Ø  Menilai kemajuan yang dicapai oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan

c)    Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit

2
9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan


keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai
bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit
dan bahaya yang lebih besar ditujukan kepada individu, keluarga yang mempunyai
masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki peran dan fungsi.
Diataranya Peran yang dapat dilaksanakan di antaranya adalah sebagai pelaksana pelayanan
keperawatan, pendidik, koordinator pelayananan kesehatan, pembaharu(innovator),
pengorganisasian pelayanan kesehatan (organizer), panutan (role model), sebagai fasilitator
(tempat bertanya), dan sebagai pengelola (manager). Selain peran perawat juga memiliki
fungsi, diantaranya adalah fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen.

3.2 Saran

Penyusun senantiasa mengharapkan kritik saran yang membangun guna penyempurna


makalah kami selanjutnya, selain itu penyusun juga menyarankan kepada rekan-rekan
calon perawat dan perawat untuk memahami peran dan fungsi perawat sehingga kita dapat
menjalankan tugas dengan baik tanpa menyalahi aturan yang suda ditentukan.

33
33
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal Mubarak,W.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas.jakarta:Salemba Medika Anderson


Elizabeth. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Edisi
3.EGC.Jakartas

34
34
7
7

Anda mungkin juga menyukai