Anda di halaman 1dari 34

ASUHANA KEPERAWATAN KOMUNITAS

Dosen Pendamping : Dr. Ns. Ezalina, S.Kep, M.Kes

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2 (3.B)
1. Nurul Afni : 20301059
2. Riska Dwi Mai Yulinda : 20301064
3. Nabila Permata Ijora : 20301056
4. Reza Marlianti : 20301062
5. Najha Ridai : 20301057
6. Nurhafizah : 20301058
7. Mia Aulia : 20301055
8. Putri Rama Danita : 20301060
9. Ramadani Nivala : 20301061
10. Luthvini Hayati : 20301053
11. Ruth Yoana Silaen : 20301065
12. Shancay Agnes S : 20301066
13. Sri Hariyanti : 20301067
14. Suci Nurwahyuni : 20301068
15. Trysna Intan Rahmawati : 20301069
16. Wasiah : 20301071

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG
NEGERI
PEKANBARU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Keperawatan Komunitas I,
dengan judul: “Asuhan Keperawatan Komunitas”
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Pekanbaru, 05 November 2022

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
............................................................................................................................
BAB 1: PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2........................................................................................................................ T
ujuan Penulisan.............................................................................................2
1.3........................................................................................................................
Manfaat Penulisan.........................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................6
2.1. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas....................................................6
2.2. Askep Komunitas Pada Tahap Pengkajian ................................................13
2.3. Askep Komunitas Pada Tahap Diagnosa Keperawatan...............................15
2.4. Askep Komunitas Pada Tahap intervensi Kperawatan................................16
2.5. Askep Komunitas Pada Tahap Impelementasi Keperawatan ......................17
2.6. Askep Komunitas Pada Tahap Evaluasi Keperawatan.................................17
2.7. Peran Perawat Komunitas............................................................................18
2.8. Fungsi Keperawatan Kmunitas....................................................................19
2.9. Etika Perawat Dalam Praktik Keperawatan Komunitas...............................19
2.10. Implementasi Askep Komunitas ditatanan Peleayana Primer....................24
BAB III : PENUTUP.............................................................................................26
3.1. Kesimpulan....................................................................................................26
3.2. Saran..............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi
satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO).
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan
dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal,
kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2013).
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat
yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan
menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif
dan perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga diharapkan
masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara kesehatannya
(Mubarak, 2011).
Praktik keperawatan komunitas akan berfokus kepada pemberian asuhan keperawatan
komunitas pada masalah kesehatan yang banyak diderita oleh komunitas tersebut. Dengan
terlebih dahulu melakukan screening kesehatan untuk mengetahui masalah kesehatan apa
yang banyak diderita oleh masyarakat. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat
kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri.
Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap
masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan tersebut (Sumijatun, 2012).

1.2. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan yang hendak dicapai oleh penulis sebagai
berikut:
1.2.1. Tujuan Umum

4
Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam mempelajari
mengidentifikasi dan mengetahuai Asuhan Keperawatan Komunitas”

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan dan Mendeskripsikan Konsep Asuhan
Keperawatan Komunitas
2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan dan Mendeskripsikan Askep Komunitas Pada
Tahap Pengkajian
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan dan Mendeskripsikan Askep Komunitas Pada
Tahap Diagnosa Keperawatan
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan dan Mendeskripsikan Askep Komunitas Pada
Tahap intervensi Kperawatan
5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan dan Mendeskripsikan Askep Komunitas Pada
Tahap Impelementasi Keperawatan
6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan dan Mendeskripsikan Askep Komunitas Pada
Tahap Evaluasi Keperawatan
7. Mahasiswa Mampu Menjelaskan dan Mendeskripsikan Peran Perawat Komunitas
8. Mahasiswa Mampu Menjelaskan dan Mendeskripsikan Fungsi Keperawatan
Kmunitas
9. Mahasiswa Mampu Menjelaskan dan Mendeskripsikan Etika Perawat Dalam
Praktik Keperawatan Komunitas
10. Mahasiswa Mampu Menjelaskan dan Mendeskripsikan Implementasi Askep
Komunitas ditatanan Peleayana Primer

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Pelayanan Kesehatan Utama
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta
aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam
melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan
rehabilitatif sehingga diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan
dalam memelihara kesehatannya (Mubarak, 2011).
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien yang
menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan
masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari Neuman (2010)
dalam Anderson (2013) untuk melihat masalah pasien, model komunitas sebagai klien
dikembangkan untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat
sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti
namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan
kesehatan primer yang menjadi landasannya. Secara lebih rinci dijabarkan sebagai
berikut :
1. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai
masalah kesehatan maka perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada
individu tersebut. Pelayanan pada tingkat individu dapat dilaksanakan pada rumah
atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang
tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas,
penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian

6
individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan seperti ibu
hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.

2. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan keluarga
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan terutama keluarga dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan sosial
ekonomi rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit menular
dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan
lembaga yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga
tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan
anggotanya.
3. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan dalam lingkup
kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu wilayah kerja puskesmas.
Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh wilayah atau masyarakat yang
mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan
sebagainya. Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas
sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga
aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok
dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang diberikan oleh
keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada
pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:
a. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit sebelum
terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat kesehatan
secara umum dan perlindungan spesifik.
Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada
individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik
yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan

7
perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak
balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita.

b. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih awal
dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor resiko
dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan
puskesmas.
c. Pencegahan tersier
Mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan stadium dini
dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal
berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik
pada penderita patah tulang. Selanjutnya agar dapat memberikan arahan
pelaksanaan kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan
pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2011):
1) Falsafah Keperawatan
Kesehatan Komunitas Keperawatan kesehatan komunitas merupakan
pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-
psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan
memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada
paradigma keperawatan secar umum dengan empat komponen dasar yaitu;
manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.
2) Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman meliputi peran
serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan sosial melalui birokrasi
pemerintah (social developmant) dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat
itu (social action) (Mubarak, 2011). Pelaksanaan pengorganisasian
masyarakat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:

8
a) Tahap persiapan Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi
prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat ,
mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian Dengan persiapan pembentukan kelompok dan
penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan
kelompok kerja kesehatan.
c) Tahap pendidikan dan pelatihan Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan
teratur dengan kelompok masyarakat melalui pengkajian, membuat
pelayanan keperawatan langsung pada individu, keluarga dan masyarakat.
d) Tahap formasi kepemimpinan Memberikan dukungan latihan dan
mengembangkan keterampialan yang mengikuti perencanaan,
pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan
kesehatan.
e) Tahap koordinasi Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya
memandirikan masyarakat
f) Tahap akhir Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian
umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk kegiatan
kelompok kesehatan kerja selanjutnya.

B. KONSEP KEPERAWAATAN KOMUNITAS


1. Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatun, 2010). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu
hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok
masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat
pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2011).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan

9
dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2011). Proses
keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui
langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010).
2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri (self care).
3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

10
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari
pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media
masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.
Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat
mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan.
Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan
mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah
melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana
perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok
atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut
Undang-Undang Kesehatan No. 23
Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya;
sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika
tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat
luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan
asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam
lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
d. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
1. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks.

11
Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan
untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan
misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan
pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang
lebih spesifik.
a. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan menjalankan
program yang bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi
jumlah kejadian kecelakaan kerja
2. Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3. Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4. Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
dan pendidikan kesehatan.
5. Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2011).
b. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat
diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat
memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan
kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di
rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan,
kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang
kompeten.
c. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan
memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat
dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain,
bekerja di bidang pendididkan, penelitian, di wilayah binaan, puskesmas

12
dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya,
perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas
(Mubarak, 2011).
Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa
prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang
besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan
antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi,
2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai
tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas komunitas.
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada
(Mubarak, 2005).
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi
individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).
a. Individu sebagai klien

13
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial,
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/ klien.
b. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun
secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar
manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan
fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi
diri.
c. Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama.

2.2. ASUHANA KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA TAHAP PENGKAJIAN


Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap
mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalah pada
fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
1. Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :
a. Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas
usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai,
keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b. Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
1) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya
karena dapat menjadi stresor bagi penduduk
2) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

14
3) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan tempat
tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag sering
mengalami stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin
4) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang,
sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang
termasuk kesehatan
5) Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau memantau gangguan
yang terjadi
6) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat
atau memantau gangguan yang terjadi
7) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan
penyakit
8) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah
pendapatan yang terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau
sebaliknya.
9) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya
dapat dijangkau masyarakat.
2. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif (Mubarak,
2011):
a) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara
langsung melalui lisan.
b) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran
c) Sumber Data
 Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok,
masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
 Data sekunder

15
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan,
catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.
3. Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
d) Pengelolaan Data
 Klasifikasi data atau kategorisasi data
 Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
 Tabulasi data
 Interpretasi data
e) Analisa Data
f) Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan
atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau
masalah keperawatan.
g) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan masalah
kesehatan.
h) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki
kebutuhan Abraham H Maslow:
 Keadaan yang mengancam kehidupan
 Keadaan yang mengancam kesehatan
 Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

2.3. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA TAHAP DIAGNOSA


KEPERAWATAN
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan baik
yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan memberikan gambaran
tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.

16
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada.
Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau
penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2011).
Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
1. Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang seharusnya terjadi.
2. Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan
yang dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social
c. Interaksi perilaku dan lingkungan
3. Symptom atau gejala :
a. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose
b. Serangkaian petunjuk timbulnya masalah
Sedangkan diagnosis keperawatan komunitas menurut Mueke, 1984 terdiri dari :
(1) Masalah sehat sakit
(2) Karakteristik populasi
(3) Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)

Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :


1) Dengan rumus PES
Rumus : DK = P + E + S
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
S : Symptom atau gejala

2) Dengan rumus PE
Rumus : DK = P + E
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah

17
E : Etiologi
Jadi, menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus mengandung 2
komponen tersebut diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a) Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
b) Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
c) Partisipasi dan peran serta masyarakat
Sedangkan diagnosis keperawatan komunitas menurut Mueke, 1984 terdiri dari :
(1) Masalah sehat sakit
(2) Karakteristik populasi
(3) Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)
b. Logan & Dawkins, 1986. Dalam bukunya : Family centered Nursing in the
COMMUNITY
c. Diagnosis resiko :………………………….(masalah)
d. Diantara :………………………….(community)
e. Sehubungan dengan:………………………….(karakteristik community dan
lingkungan)
f. Yang dimanifestasikan oleh/didemonstrasikan oleh :………………… (indikator
kesehatan /analisa data)

2.4. ASUAHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA TAHAP INTERVENSI


KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang sudah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah
(Mubarak, 2011):
1) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
2) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
3) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
4) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat

18
5) Lakukan olahraga secara rutin
6) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki
lingkungan komunitas
7) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
2.5. ASUAHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA TAHAP IMPLEMENTASI
KEPERAWTAN
Pelaksanaan/Implementasi merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama
dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan
anggota masyarakat (Mubarak, 2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan
melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit
4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas
2.6. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA TAHAP EVALUASI
KEPERAWATAN
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau
dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi
adalah:
1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi.
2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan.
3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.

a) Tujuan evaluasi

19
1. Memperbaiki pelaksanaan dan perencanaan kembali suatu program. Sehubungan
dengan ini, perlu adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain, memeriksa
kembali kesesuaian program dalam hal perubahan-perubahan kecil yang
terusmenerus, mengukur kemajuan terhadap target yang direncanakan, menentukan
sebab dan faktor di dalam maupun di luar yang memengaruhi pelaksanaan suatu
program.
2. Sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan perencanaan dan pelaksanaan program
yang akan datang. Hasil evaluasi akan memberikan pengalaman mengenai hambatan
dari pelaksanaan program yang lalu dan selanjutnya dapat dipergunakan untuk
memperbaiki kebijaksanaan dan pelaksanaan program yang akan datang.
3. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber dana dan sumber daya manajemen
saat ini serta di masa mendatang.

b) Jenis –jenis evalusi


1.Menurut waktu pelaksanaan
a.Evaluasi ini dilaksanakan pada waktu pelaksanaan program dan bertujuan untuk
memperbaiki pelaksanaan program. Temuan utama berupa masalah-masalah
dalam
pelaksanaan program.
b. Evaluasi sumatif
Dilaksanakan pada saat pelaksanaan program sudah selesai dan bertujuan untuk
menilai hasil pelaksanaan program. Temuan utama berupa capaian-capaian dari
pelaksanaan program.

2. Menurut Tujuan
a. Evaluasi proses
Evaluasi proses bertujuan untuk mengkaji bagaimana program berjalan dengan fokus
pada masalah penyampaian pelayanan (service delivery).
b. Evaluasi Biaya-Manfaat
Evaluasi biaya-manfaat bertujuan untuk mengkaji biaya program relatif terhadap
alternatif penggunaan sumber daya dan manfaat dari program.

20
c. Evaluasi dampak
Evaluasi dampak bertujuan untuk mengkaji apakah program memberikan pengaruh
yang diinginkan terhadap individu, rumah tangga, masyarakat, dan kelembagaan.

c) Komponen-komponen evaluasi
Beberapa komponen–komponen dalam evaluasi program antara lain sebagai berikut.
1. Evaluasi menjadi bagian integral dari desain program.
2. Evaluasi direncanakan dengan baik sejak awal.
3. Pelaksanaan evaluasi mendapat dukungan dari seluruh pemangku kepentingan.
4. Evaluasi menjadi bagian dari tanggung jawab pemimpin program.
5. Evaluasi memperoleh alokasi sumber daya yang memadai.

d) Proses evalusi
1. Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa yang akan
dievaluasi terhadap program yang dievaluasi.
2. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan program
yang akan dievaluasi.
3. Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.
4. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil pelaksanaan
evaluasi tersebut.
5. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan tersebut serta memberikan penjelasan-penjelasan.
6. Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap program

e) Kriteria penilaian dalam evalusi


1. Relevansi (relevance): Apakah tujuan program mendukung tujuan kebijakan?
2. Keefektifan (effectiveness): Apakah tujuan program dapat tercapai?
3. Efisiensi (efficiency): Apakah tujuan program tercapai dengan biaya paling rendah?
4. Hasil (outcomes): Apakah indikator-indikator tujuan program membaik?
5. Dampak (impact): Apakah indikator-indikator tujuan kebijakan membaik?
6. Keberlanjutan (sustainability): Apakah perbaikan indikator-indikator terus berlanjut

21
setelah program selesai?

f) Hambatan dalam evaluasi


1. kendala psikologis, yaitu evaluasi dapat menjadi ancaman dan orang melihat bahwa
evaluasi itu merupakan sarana untuk mengkritik orang lain;
2. kendala ekonomis, yaitu untuk melaksanakan evaluasi yang baik itu mahal dalam segi
waktu dan uang, serta tidak selalu sepadan antara ketersediaan data dan biaya;
3. kendala teknis, yaitu kendala yang berupa keterbatasan kemampuan sumber daya
manusia dalam pengolahan data dan informasi yang tidak dapat disediakan tepat
pada waktu dibutuhkan. Kejadian ini biasanya timbul ketika informasi dan data itu
belum dibutuhkan, maka biasanya hanya akan ditumpuk begitu saja tanpa diolah;
4. kendala politis, yaitu hasil-hasil evaluasi mungkin bukan dirasakan sebagai ancaman
oleh para administrator saja, melainkan secara politis juga memalukan jika
diungkapkan.

2.7. PERAN PERAWAT KOMUNITAS


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya
adalah:
a. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan yang ada,
merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka
menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.

22
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan
untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan
emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang
perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar.
Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama
pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat
menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2011).
c. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata
cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada
tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang
ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien.
Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan
kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2011).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan
(Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang
lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien
yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan
(Mubarak, 2011).
e. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan
kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya.

23
f. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan
tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam
kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap
proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan
yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2011).
g. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di
suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien
yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
h. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan
keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan
rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan
mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan dari
semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional
(Mubarak, 2011).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau
yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner
torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah,
mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative,
menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran
membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase
dari proses perubahan dan membimbing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2011).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk merencanakan,

24
melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan, perasaan dan
perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2011).

k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider and


Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang
meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan
pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah
kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.

2.8. FUNGSI KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya
dibidang kesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi
yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau
kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada
akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2011).

2.9. ETIKA PERAWAT DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS


 Kemanfaatan (Beneficence): memberi manfaat yg besar bagi komunitas
 Tidak merugikan dan mencelakan
 Otonomi (Autonomy):diberi kebebasan dlm memilih alternatif terbaik menyelesaikan
masalah.
 Kesetiaan dan kejujuran (Fidelity dan Veracity)
 Keadilan: bantuan disesuaikan dng kemampuan komunitas
 Kerjasama: dlm waktu yg panjang, lintas program dan sektoral

25
2.10. IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DITATANAN PELAYANAN
PRIMER
Pemahaman tentang PHC dapat didefinisikan sebagai berikut, Primary Health Care
(PHC)/ Pelayanan Kesehtan Primer adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
pada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum, baik
oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya,
serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara
setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri dan menentukan
nasib sendiri.
Tujuan umum PHC adalah mendapatkan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diberikan, sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima
pelayanan, sedangkan yang menjadi tujuan khusus adalah berikut ini.
 Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani.
 Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani.
 Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani.
 Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya
lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
PHC hendaknya harus memenuhi fungsinya sebagai berikut.
1. Pemeliharaan kesehatan.
2. Pencegahan penyakit.
3. Diagnosa dan pengobatan.
4. Pelayanan tindak lanjut.
5. Pemberian sertifikat.
Selanjutnya yang menjadi unsur utama PHC adalah:
1. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan;
2. Melibatkan peran serta masyarakat;
3. Melibatkan kerja sama lintas sektoral.

26
PRINSIP DASAR PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Alta ditetapkan prinsip-prinsip PHC sebagai
pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC sebagai
berikut.
1. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini, yaitu perawatan primer dan layanan
lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat yang harus diberikan
sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi
perkotaan atau pedesaan, dan kelas sosial.
2. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta individu agar
berperilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
3. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak, dan diterima
budaya masyarakat (misalnya, penggunaan kulkas untuk vaksin cold storage).
4. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari lokal,
nasional, dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat adalah proses
individu dan keluarga untuk bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan orang
orang di sekitar mereka serta mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam
pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama
pelaksanaan. Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat
pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah dilakukan di tingkat lingkungan atau desa karena
masalah heterogenitas yang minim.
5. Kerja sama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh suatu intervensi hanya pada sektor
kesehatan formal. Sektor lain sama pentingnya dalam mempromosikan kesehatan dan

27
kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian
(misalnya, keamanan makanan), pendidikan, komunikasi (misalnya, menyangkut masalah
kesehatan yang berlaku, metode pencegahan dan pengontrolan mereka), perumahan,
pekerjaan umum (misalnya, menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar),
pembangunan perdesaan, industri, dan organisasi masyarakat (termasuk Panchayats atau
pemerintah daerah, organisasi-organisasi sukarela, dan sebagainya).
ELEMEN PHC
Elemen PHC adalah sebagai berikut.
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya.
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi.
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
4. Kesehatan ibu dan anak termasuk KB.
5. Imunisasi terhadap penyakit- penyakit infeksi utama.
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
8. Penyediaan obat-obat essential.

FUNGSI PHC
PHC hendaknya harus memenuhi fungsinya sebagai berikut.
1. Pemeliharaan kesehatan.
2. Pencegahan penyakit.
3. Diagnosa dan pengobatan.
4. Pelayanan tindak lanjut.
5. Pemberian sertifikat.

Selanjutnya yang menjadi unsur utama PHC adalah:


1. mencakup upaya-upaya dasar kesehatan;
2. melibatkan peran serta masyarakat;
3. melibatkan kerja sama lintas sektoral

28
CIRI-CIRI PELAKSANAAN PHC
Pelaksanaan PHC memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Pelayanan yang utama dan dekat dengan masyarakat.
2. Pelayanan yang menyeluruh.
3. Pelayanan yang terorganisasi.
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat.
5. Pelayanan yang berkeseninambungan.
6. Pelayanan yang progresif.
7. Pelayanan yang berorientasi pada keluarga.
8. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja.
CIRI-CIRI PELAKSANAAN PHC
Pelaksanaan PHC memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Pelayanan yang utama dan dekat dengan masyarakat.
2. Pelayanan yang menyeluruh.
3. Pelayanan yang terorganisasi.
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat.
5. Pelayanan yang berkeseninambungan.
6. Pelayanan yang progresif.
7. Pelayanan yang berorientasi pada keluarga.
8. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja.

TANGGUNG JAWAB PERAWAT DALAM PHC


Sebagai seorang perawat memiliki tanggung jawab dalam PHC meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi
pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
2. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu.
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat.
4. Memberikan dukungan dan bimbingan kepada petugas pelayanan kesehatan dan kepada
masyarakat.
5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.

29
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

30
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat
yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan
menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif
dan perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga diharapkan
masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara kesehatannya
(Mubarak, 2011).
Praktik keperawatan komunitas akan berfokus kepada pemberian asuhan keperawatan
komunitas pada masalah kesehatan yang banyak diderita oleh komunitas tersebut. Dengan
terlebih dahulu melakukan screening kesehatan untuk mengetahui masalah kesehatan apa
yang banyak diderita oleh masyarakat. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat
kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri.
Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap
masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan tersebut (Sumijatun, 2012).

3.2. SARAN
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat dan memberi
pengetahuan lebih tantang Asuhan Keperawatan Komunitas Serta dengan adannya makalah
ini penulis berharap agar pembaca yang sebagai mahasiswa dapat memahami tentang
Keperawatan Komunitas

DAFTAR PUSTAKA
Ayu, K. 2013. Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

31
Depkes RI. 2004. Kepmenkes RI Nomor: 128/Menkes/SK/II/2004, Tentang
Pelayanan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI
Dermawan, D. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Effendy, N. 2015. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan mMasyarakat. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Maryani, D. 2014. Ilmu Keperawatan Komunitas. Bandung: CV Yrama Widya

32
33

Anda mungkin juga menyukai