Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI DESA SUKAMAJU.

Asuhan Keperawatan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Stase Keperawatan Keluarga dan komunitas
Dosen Pembimbing : Ns. Martina Ekacahyaningtyas M.Kep.

Disusun oleh :

Kelompok 30

1. Dewi Yuni Anggraeni 4. Mita Puspitaningrum SN201173


SN201108
5. Sari Malak Hanifah
2. Indriani Safitri SN201199
SN201146
6. Selviana Wela
3. Kiki Nia Hastuti Ningsih SN201202
SN201155
7. Yuantika Kristella Dewi
SN201235

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya seluruh kegiatan “Praktek Keperawatan

Komuntas, dan keluarga” di Desa Sukamaju dan penyusunan hasil kegiatan ini

dapat kami selesaikan. Kegiatan dan penyusunan laporan ini dapat kami

selesaikan berkat adanya bantuan dan bimbingan serta kerjasama yang baik dari

beberapa pihak.

Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu kami

mohon kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan waktu yang akan

dating. Bear harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca

umumnya, pihak keluarga kelolaan dan UPT Puskesmas Setempat sebagai bahan

tindak lanjut untuk masalah kesehatan di Desa Sukamaju.

Surakarta, 28 Juli 2021

Ketua Kelompok 30

Mahasiswa Praktek Komunitas

Ketua Kelompok 30
DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………………………..
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………...
B. Tujuan ……………………………………………………………………...
C. Manfaat Laporan …………………………………………………………..
D. Tindak Lanjut Kegiatan ……………………………………………………
E. Sistematika Penulisan ………………………………………………………
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pelayanan Kesehatan Utama ……………………………………………….
B. Konsep Keperawatan Komunitas …………………………………………..
C. Peran Keperawatan Komunitas …………………………………………….
D. Asuhan Keperawatan Komunitas …………………………………………..
E. Teori Perubahan Komunitas ………………………………………………..
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Tahap Persiapan ……………………………………………………………
B. Tahap Pengkajian …………………………………………………………..
C. Pengumpuln Data …………………………………………………………..
D. Analisa Data ………………………………………………………………..
E. Diagnosa Keperawatan Komunitas ………………………………………...
F. Penapisan Diagnosa Keperawatan …………………………………………
G. Perencanaan Komunitas ……………………………………………………
H. Tahap Implementasi ………………………………………………………..
I. Evaluasi …………………………………………………………………….
J. Rencana Tindak Lanjut …………………………………………………….
BAB IV PEMBAHASAN
A. Tahap Persiapan ……………………………………………………………
B. Tahap Pengkajian …………………………………………………………..
C. Diagnosa Keperawatan Komunitas ………………………………………...
D. Tahap Perencanaan …………………………………………………………
E. Tahap Implementasi ………………………………………………………..
F. Tahap Evaluasi ……………………………………………………………..
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………...
B. Saran ……………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat
yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang
sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2016).
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan
perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya (Mubarak, 2015).
Praktik keperawatan komunitas akan berfokus kepada pemberian
asuhan keperawatan komunitas pada masalah kesehatan yang banyak diderita
oleh komunitas tersebut. Dengan terlebih dahulu melakukan screening
kesehatan untuk mengetahui masalah kesehatan apa yang banyak diderita oleh
masyarakat. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks,
yang saling berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri.
Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat
dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada
pengaruhnya terhadap masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan tersebut
(Sumijatun, 2012).
Selama 3minggu mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan dan
Profesi Ners Universitas Kusuma Husada Surakarta akan menjalani praktik
keperawatan komunitas dan keluarga di Desa Sukamaju untuk memberikan
asuhan keperawatan komunitas, keluarga dan gerontic secara holistic untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat setempat.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan Asuhan Keperawatan
Komunitas secara holistik untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep pelayanan kesehatan utama
b. Mengetahui konsep keperawatan komunitas
c. Mengetahui peran perawat komunitas
d. Mengetahui konsep asuhan keperawatan komunitas
e. Mengetahui teori perubahan komunitas
f. Melakukan pengkajian, analisis masalah, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi terhadap masalah kesehatan komunitas
g. Melakukan strategi intervensi keperawatan komunitas yang
berdasarkan evidence based practice dan penelitian – penelitian terkait
untuk peningkatan kesehatan komunitas

C. Manfaat
1. Manfaat untuk masyarakat
Dengan disusunnya laporan komunitas ini, diharapkan dapat
diterapkan untuk meningkatkan kegiatan masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat.
2. Manfaat untuk institusi
Sebagai referensi atau kajian pustaka tambahan untuk institusi
terkait asuhan keperawatan komunitas.
3. Manfaat untuk Mahasiswa
Sebagai bentuk pengaplikasian teori asuhan keperawatan
komunitas kepada kelompok masyarakat secara langsung.
4. Manfaat untuk Pembaca
Menginsirasi pembaca untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
kesehatan masyarakat dan lingkungan.

D. Tindak lanjut kegiatan


Diharapkan intervensi dan implementasi keperawatan yang ada laporan
ini dapat dimanfaatkan dan diterapkan secara rutin sebagai upaya pencegahan
primer, sekunder, dan tersier terkait dengan masalah yang ada di komunitas
tersebut.

E. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Teori
BAB III Asuhan keperawatan Komunitas di Desa Sukamaju.
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pelayanan Kesehtan Utama


Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan
perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya (Mubarak, 2017).
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai
klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari
individu dan masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas
individu dari Neuman (2015) dalam Anderson (2018) untuk melihat masalah
pasien, model komunitas sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan
batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan
masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi
model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan
kesehatan primer yang menjadi landasannya. Secara lebih rinci dijabarkan
sebagai berikut :
1. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan
asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat
individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi
penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin
dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita
resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian

4
individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan
seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
2. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan
keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko
tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga
yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal ini
dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga
yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga
tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggotanya.
3. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan
dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu
wilayah kerja puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh
wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya
kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya. Asuhan keperawatan
komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien dengan
strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu
primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan
kerja sama lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang diberikan
oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas
dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:
a. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian
penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup
peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik.
Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik
pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup
tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen
5
spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu
memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,
penyuluhan gizi bayi dan balita.
b. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi
penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan
yang mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai pencegahan
sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
c. Pencegahan tersier
Mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang
dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami
kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan
kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita
patah tulang. Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan
kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan
pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2012):
1) Falsafah Keperawatan
Kesehatan Komunitas Keperawatan kesehatan komunitas
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap
pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap
kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi pada
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang
melandasi yang mengacu pada paradigma keperawatan secar
umum dengan empat komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan,
lingkungan dan keperawatan.
2) Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut
Rothman meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen),
perencanaan sosial melalui birokrasi pemerintah (social
developmant) dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social
6
action) (Mubarak, 2016). Pelaksanaan pengorganisasian
masyarakat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:
a) Tahap persiapan Dilakukan dengan memilih area atau daerah
yang menjadi prioritas, menentukan cara untuk berhubungan
dengan masyarakat , mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian Dengan persiapan pembentukan
kelompok dan penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat
dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan.
c) Tahap pendidikan dan pelatihan Melalui kegiatan-kegiatan
pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat melalui
pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung pada
individu, keluarga dan masyarakat.
d) Tahap formasi kepemimpinan Memberikan dukungan latihan
dan mengembangkan keterampialan yang mengikuti
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan
kegiatan pendidikan kesehatan.
e) Tahap koordinasi Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya
memandirikan masyarakat
f) Tahap akhir Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi
dan pemberian umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk
perbaikan untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja
selanjutnya.

B. Konsep Keperawaatan Komunitas


1. Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma
dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun, 2012). Misalnya di dalam
kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui,
7
kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu
wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok
masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat
pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2012).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2012). Proses keperawatan komunitas merupakan metode
asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu,
dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan
klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah
seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2015).

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-
upaya sebagai berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan

8
atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2011).

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
9
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan
masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang
mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat
individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas
penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-
pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses
transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya
kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

10
4. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan
di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi
pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan
pendidikan seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat
memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut
yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll.
Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan
keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan
bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan
menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,
2011).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus
yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang
komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah
11
misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care, home
care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan
mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus
memiliki kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat
bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi.
Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama
dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan, penelitian, di
wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun
lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan
perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2011).

C. Peran Perawat Komunitas


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah:
a. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang
telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat
secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga
terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
12
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan
pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan
perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama
pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi
perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2011).
c. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh
yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru
dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2011).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2011).

13
e. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai
dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan
proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses
keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan
tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2011).
g. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. 
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan.
h. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul
serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,
2011).

14
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan
pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa
peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi
dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2011).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu
klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :
pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2011).

k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care


Provider and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.
Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.

D. Asuhan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan
yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah
15
kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta
aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk
dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta
memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat
meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan
dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin,
2011).
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi (Efendi, 2012).
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan
komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses
keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah
yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung
melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan
kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Efendi, 2010). Asuhan keperawatan yang
diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah (Mubarak, 2011):
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap
dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
1) Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau
kelompok antara lain :
16
a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
i. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,
bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi
penduduk
ii. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat
iii. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa
nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat
keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin
iv. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah
cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan
v. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi
vi. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan
deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang
terjadi
vii. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit
viii. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.

17
ix. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja
dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan
data objektif (Mubarak, 2011):
a) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
b) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran
c) Sumber Data
i. Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari
individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian.
ii. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan
pasien atau medical record.
3) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
d) Pengelolaan Data
i. Klasifikasi data atau kategorisasi data
ii. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
iii. Tabulasi data
iv. Interpretasi data
e) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
18
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.
f) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga
dapat dirumuskan masalah kesehatan.
g) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:
i. Keadaan yang mengancam kehidupan
ii. Keadaan yang mengancam kesehatan
iii. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

b. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada
masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose
keperawatan komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2011).
c. Perencanaan/Intervensi
1) Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang
muncul diatas adalah (Mubarak, 2011):
2) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
3) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
19
4) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
5) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang
tepat
6) Lakukan olahraga secara rutin
7) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
8) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
d. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen
keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam
hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
(Mubarak, 2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas

e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun
tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
20
1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi.
2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.

E. Teori Perubahan Komunitas


1. Teori Redin
Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di lakukan
seorang manajer sebelum melakukan perubahan, yaitu :
a. Ada perubahan yang akan dilakukan
b. Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat
c. Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan
d. Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya
Redin juga mengusulkan tujuh teknik untuk mencapai perubahan :
a. Diagnosis
b. Penetapan objektif bersama
c. Penekanan kelompok
d. Informasi maksimal
e. Diskusi tentang pelaksanaan
f. Penggunaan upacara ritual
Intervensi penolakan tiga teknik pertama dirancang bagi orang-
orang yang akan terlibat atau terpengaruh dengan perubahan. Sehingga
diharapkan mereka mampu mengontrol perubahan tersebut.
2. Teori roger (1962 )
Roger (1962) mengembangkan teori dari Lewin (1951) tentang 3
tahap perubahan dengan menekankan pada latar belakang individu yang
terlibat dalam perubahan dan lingkungan di mana perubahan tersebut
dilaksanakan. Roger (1962) menjelaskan 5 tahap dalam perubahan,yaitu:
kesadaran,keinginan,evaluasi,mencoba, dan penerimaan atau dikenal juga
sebagai AIETA (Awareness, Interest, Evaluation, Trial, Adoption).
21
Roger (1962) percaya bahwa proses penerimaan terhadap
perubahan lebih kompleks dari pada 3 tahap yang dijabarkan Lewin
(1951). Terutama pada setiap individu yang terlibat dalam proses
perubahan dapat menerima atau menolaknya. Meskipun perubahan dapat
diterima, mungkin saja suatu saat akan ditolak setelah perubahan tersebut
dirasakan sebagai hal yang menghambat keberadaanya.
Roger mengatakan bahwa perubahan yang efektif tergantung
individu yang terlibat, tertarik, dan berupaya untuk selalu berkembang dan
maju serta mempunyai suatu komitmen untuk bekerja dan
melaksanakannya
3. Teori lipitts (1973)
Lippit (1973) mendefinisikan perubahan sebagai sesuatu yang
direncanakan atau tidak direncanakan terhadap status quo dalam individu,
situasi atau proses, dan dalam perencanaan perubahan yang diharapkan,
disusun oleh individu, kelompok, organisasi atau sistem sosial yang
memengaruhi secara langsung tentang status quo, organisasi lain, atau
situasi lain.
Lippit (1973) menekankan bahwa tidak seorang pun bisa lari dari
perubahan. Pertanyaannya adalah bagaimana seseorang mengatasi
perubahan. Kunci untuk menghadapi perubahan tersebut menurut Lippit
(1973) adalah mengidentifikasi 7 tahap dalam proses perubahan:
a. Tahap 1: Menentukan masalah
Pada tahap ini, setiap individu yang terlibat dalam perubahan
harus membuka diri dan menghindari keputusan sebelum semua fakta
dapat dikumpulkan. Individu yang terlibat juga harus sering berpikir
dan mengetahui apa yang salah serta berusaha menghindari data -data
yang dianggap tidak sesuai. Semakin banyak informasi tentang
perubahan dimiliki seorang manajer, maka semakin akurat data yang
dapat diidentifikasi sebagai masalah. Semua orang yang mempunyai
kekuasaan, harus diikutkan sedini mungkin dalam proses perubahan

22
tersebut, karena setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk selalu
menginformasikan tentang fenomena yang terjadi.
b. Tahap 2: Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
Perubahan merupakan sesuatu yang mudah, tetapi perubahan
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang lebih baik akan
memerlukan kerja keras dan komitmen yang tinggi dari semua orang
yang terlibat di dalamnya. Pada tahap ini, semua orang yang terlibat
dan lingkungan yang tersedia harus dikaji tentang kemampuan,
hambatan yang mungkin timbul, dan dukungan yang akan
diberikan.Mengingat mayoritas praktik keperawatan berada pada
suatu organisasi/instansi, maka struktur organisasi harus dikaji apakah
peraturan yang ada, kebijakan, budaya organisasi, dan orang yang
terlibat akan membantu proses perubahan atau justru menghambatnya.
Fokus perubahan pada tahap ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat terhadap proses perubahan
tersebut.
c. Tahap 3: Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
Pada tahap ini, diperlukan suatu komitmen dan motivasi
manajer dalam proses perubahan.Pandangan manajer tentang
perubahan harus dapat diterima oleh staf dan dapat dipercaya. Manajer
harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi dan keseriusan
dalam pelaksanaan perubahan dengan selalu mendengarkan masukan-
masukan dari staf dan selalu mencari solusi yang terbaik.
d. Tahap 4: Menyeleksi tujuan perubahan
Pada tahap ini, perubahan harus sudah disusun sebagai suatu
kegiatan secara operasional,terorganisasi, berurutan, kepada siapa
perubahan akan berdampak, dan kapan waktu yang tepat untuk
dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suatu target waktu dan perlu
dilakukan ujicoba sebelum menentukan efektivitas perubahan.
e. Tahap 5: Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen
pembaharu
23
Pada tahap ini, perlu ada suatu pemilihan seorang pemimpin
atau manajer yang ahli dan sesuai di bidangnya. Manajer tersebut akan
dapat memberikan masukan dan solusi yang terbaik dalam perubahan
serta dia bisa berperan sebagai seorang “mentor yang baik.” Perubahan
akan berhasil dengan baik apabila antara manajer dan staf mempunyai
pemahaman yang sama dan memiliki kemampuan dalam
melaksanakan perubahan tersebut.
f. Tahap 6: Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
Sekali perubahan sudah dilaksanakan, maka harus
dipertahankan dengan komitmen yang ada.Komunikasi harus terbuka
dan terus diinformasikan supaya setiap pertanyaan yang masuk dan
permasalahan yang terjadi dapat diambil solusi yang terbaik oleh
kedua belah pihak.
g. Tahap 7: Mengakhiri bantuan
Selama proses mengakhiri perubahan, maka harus selalu diikuti
oleh perencanaan yang berkelanjutan dari seorang manajer. Hal ini
harus dilaksanakan secara bertahap supaya individu yang terlibat
mempunyai peningkatan tanggung jawab dan dapat mempertahankan
perubahan yang telah terjadi. Manajer harus terus-menerus bersedia
menjadi konsultan dan secara aktif terus terlibat dalam perubahan
4. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan
menekankan perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam
tahap sebagai perubahan menurut Havelock.
a. Membangun suatu hubungan
b. Mendiagnosis masalah
c. Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
d. Memilih jalan keluar
e. Meningkatkan penerimaan
f. Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri

24
5. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara
konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat
antara agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari
model Spradley.
a. Mengenali gejala
b. Mendiagnosis masalah
c. Menganalisa jalan keluar
d. Memilih perubahan
e. Merencanakan perubahan
f. Melaksanakan perbahan
g. Mengevaluasi perubahan
h. Menstabilkan perubahan

Tabel 1. Perbandingan Teori Perubahan


No Redin Lewin Lippit Rogers Havelock Spradley
1 Diagnosa Unfreezing Mendiagnosa Kesadaran Membangun Mengenali
masalah hubungan masalah
2 Penetapan Mengkaji Mendiagnosa Mendiagnosa
tujuan motivasi dan masalah menganalisa
bersama kemampuan jalan keluar
untuk berubah
3 Penekanan Moving Mengkaji Minat Mendapatkan Memilih
kelompok motivasi denga evaluasi sumber yang perubahan
sumber agen percobaan berhubungan
berubah
4 Informasi Menyeleksi objek Memilih jalan Merencanakan
maksimal akhir perubahan perubahan
yang progresif
5 Diskusi Memilih peran Melaksanakan
tentang yang sesuai perubahan
penatalaksa untuk agen
naan berubah
6 Penggunaa Mempertahankan Meningkatkan Mengevaluasi
n upaya perubahan penerimaan perubahan
ritual
7 Intervensi Refreezing Mengakhiri Adopsi Stabilisasi dan Menstabilkan
penolakan hubungan saling perbaikan diri perubahan
membantu

25
28

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI DESA SUKAMAJU

A. Pengkajian Keperawatan Komunitas


1. Pengkajian Inti (Core)
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Wilayah Desa Sukamaju terdiri dari 100 jiwa dari 40 KK.
b. Data Demografi
1) Jumlah penduduk
Gambar 3.1 Diagram jumlah penduduk di Desa Sukamaju

Diagram
Cerai Hidup; 1%
Kepala Keluarga;
21%

Jumlah Warga; 78%

Grafik 3.1 diatas menunjukkan bahwa penduduk di Desa Sukamaju


berjumlah kurang lebih 100 jiwa (78%), dengan 40 Kepala Keluarga
(21%), cerai hidup 1(%).

28
29

2. Golongan umur
Gambar 3.2 Diagram Golongan Umur di Desa Sukamaju.

Grafik umur
1%
8% 6% 2%
14% balita
pasekolah
sekolah
33% remaja
dewasa
pertengahan
usia lanjut

37%

Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa balita


jumlah 1 (1%), prasekolah 6 (6%), sekolah 2 (2%), remaja 15
(15%), dewasa 40 (40%), pertengahan 27 (27%), lanjut usia 9
(9%).

3. Pengkajian sub – system komunitas


a. Lingkungan
Lingkungan di Desa Sukamaju adalah lingkungan perkampungan yang
bersebelahan dengan desa Sukamakmur dan tepat disebelah utara
berbatasan dengan Tempat Pembuangan Akhir. Jarak antar rumah satu
dengan lainnya sangat berdekatan, di sebelah timur terdapat jalan raya
dan sungai dengan kondisi yang kotor dan kering.

29
30

b. Pendidikan

#REF!

Gambar 3.3
Masyarakat di Desa Sukamaju berpendidikan SMP 70 (70%), SMA
30 (25%).
c. Keamanan dan transportasi
Keamanan di Desa Sukamaju selalu terjaga dengan adanya Pos Ronda
akan tetapi pos onda tidak berfungsi sebagimna mestinya. Sedangkan
alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat sehari – hari
dilingkungan sekitar adalah sepeda, motor, angkutan umum.
d. Politik dan pemerintahan
Politik dan pemerintahan berada dibawah kepemimpinan Wali Kota
Surakarta. Masyarakat memilih pemimpin secara demokratis dengan
cara pemilihan umum.

30
31

e. Pelayanan kesehatan dan sosial


Desa Sukamaju mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan
klinik desa sukamaju.
Gambar 3.4 Diagram Pemeriksaan Kesehatan di Desa Sukamaju.

penanganan kesehatan

Puskesmas
Klinik Desa
50% 50%

Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa presentase


masyarakat yang dapat mengatasi masalah kesehatan dengan
memeriksakan diri di puskesmas sebanyak 50 (50%), dan di klinik
desa sukamaju (50%).
f. Komunikasi
Bahasa komunikasi sehari – hari yang digunakan adalah Bahasa jawa
dan Indonesia. Alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat
adalah handphone pribadi. Informasi penting terkait pengumuman bagi
warga diberikan dengan menempelkan berupa tulisan yang ditempel di
Pos Kampling dan terkadang diumumpukan oleh ketua RT.

31
32

g. Ekonomi
Ekonomi masyarakat di Desa Sukamaju termasuk golongan menengah
ke bawah.
Gambar 3.5 Diagram Penghasilan di Desa Sukamaju.

pendapatan
14%
37%
<Rp.500.000
Rp.500.000-
Rp.1.000.000
>Rp.1000.000

49%

Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa presentase


masyarakat yang berpenghasilan <500 ribu rupiah sebanyak 14 (14%),
masyarakat berpenghasilan 500 ribu -1 juta rupiah 49 (49%) dan
sebanyak 37 (37%) masyarakat berpenghasilan > 1 juta rupiah.

Gambar 3.6. Diagram Sumber Pendapatan di Desa Sukamaju.

Sales
Karyawan Swasta;
22%

Wiraswasta; 52%

Buruh; 26%

32
33

Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa jumlah dan presentase sumber


pendapatan masyarakat yang bekerja sebagai Karyawan Swasta dengan jumlah 22
(22%), Buruh sebanyak 26 (26%), bekerja sebagai Wiraswasta dengan jumlah 52
(52%).

h. Rekreasi
Belum ada potensi wisata maupun rekreasi di area setempat
yang saat ini dapat dikembangkan menjadi tempat rekreasi.
Masyarakat lebih memilih berekreasi ke daerah Surakarta kota ataupun
sekitarnya.
Gambar 3.7 Kegiatan rekreasi masyarakat di Desa Sukamaju.

Rekreasi

43% Ketempat wisata


Menonton TV
57%

Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa jumlah dan


presentase masyarakat yang melakukan rekreasi ketempat wisata
sebanyak 43 dengan prosentase (43%), dan sebanyak 57 masyarakat
melakukan rekreasi hanya dengan menontin TV dengan prosentase
(57%).
a. Pengenalan masalah
A. Survei Mawas Diri (Winsheld Survey)
a) Perumahan
Berdasarkan survey yang telah dilakukan, kepadatan bangunan
antara satu rumah dengan lainnya masih terbilang wajar

33
34

(rumah kota) karena letak dusun Genengan yang tidak jauh


dari kota.
b) Lingkungan terbuka
Berdasarkan observasi terdapat lingkungan terbuka yaitu
lapangan seluar kurang lebih 250 x 150 .
c) Batas Wilayah
Batas wilayah sebelah utara adalah wilayah Sukamakmur.
d) Transportasi
Jenis transportasi pribadi yang digunakan antara lain sepeda
motor, mobil, dan sepeda.
e) Pusat Pelayanan
Pusat pelayanan kesehatan masyarakat Sukamaju berpusat pada
puskesmas dan klinik desa.
f) Kebiasaan Masyarakat
Masyarakat Sukamaju jarang mengadakan kumpul warga,
perkumpulan hanya dilakukan oleh ketua RT dan ketua RW
setiap satu bulan sekali untuk membahas/ membicarakan
masalah dalam lingkup satu RW dan RT.
g) Masyarakat Yang Banyak Dijumpai
Masyarakat akan bertegur sapa ketika berada dimasjid,
kebanyakan masyarakat yang dijumpai merupakan masyarakat
yang ingin berangkat bekerja atau sedang berjualan.
Masyarakat Sukamaju mengadakan pertemuan bergilir antar
rumah warga.
h) Media Informasi
Adapun media informasi yang digunakan masyarakat adalah
TV, handphone, pertemuan warga dan penyuluhan dari
Puskesmas Sibela.
i) Issue
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Sukamaju,
kebanyakan warga khawatir dengan kesehatan di lingkungan
34
35

desa sukamaju yang dikarenakan kondisi desa dekat dengan


tempat pembuangan akhir dan kurangnya warga dalam
menjaga kebersihan diri dan lingkungan dan sulitnya air bersih
di lingkungan desa.
j) Jenis Pencemaran Lingkungan
Terdapat Tempat Pembuangan Akhir yang dekat dengan desa
Sukamaju, banyak lalat dan udara kotor. Menurut ketua RT
apabila musim hujan tiba sungai menghasilkan bau yang tidak
sedap.
k) Kondisi Selokan dan Parit
Terdapat selokan pada setiap gang yang memisahkan antara
satu rumah, kondisi selokan sebagian bersih tetapi beberapa
terdapat selokan yang kotor.
B. Instrumen pengumpulan data (Kuesioner terlampir)

35
36

C. Studi Dokumentasi dan Pemeriksaan Fisik terhadap keluarga dan


masyarakat serta pihak-pihak yang terkait, meliputi :
a) Keadaan geografi
Sebelah utara adalah wilayah desa Sukamaju adalah desa
Sukamakmur dan disebalah utara berbatasan langsung dengan
Tempat Pembuangan Akhir.
b) Demografi
Jenis Kelamin Masyarakat Di Desa Sukamaju.

Jenis kelamin

44% Laki-laki
Perempuan
56%

Gambar 3.7
Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa sebanyak
56 % warga Desa Sukamaju berjenis kelamin laki-laki
dengan jumlah 56 dan sebanyak 44% berjenis kelamin
perempuan dengan jumlah 44.
c) Data Kesehatan Lingkungan
 Tempat pembuangan sampah
Gambar 3.8 Diagram tempat pembuangan sampah di
Sukamaju.

36
37

pembuangan sampah

Tempat Pembuangan
Akhir

100%

Dilihat dari diagram diatas menunjukan bahwa sebagian


besar warga Sukamaju membuang sampah secara langsung
ke Tempat Pembuangan Akhir yang terletak dekat dengan
desa sukamaju.

 Pembuangan air limbah


Gambar 3.9 Diagram Pembuangan air limbah di Desa
Sukamaju.

12% 24%

resapan
got
sembarangan

64%

Dilihat dari diagram diatas menunjukan bahwa


sebagian besar warga Desa Sukamaju membuangan air
limbah di resapan sebanyak 24 dengan prosentase (24%) di
got sejumlah 64 dengan prosentase (64%) dan dibuang
sembarangan sebanyak 12 dengan prosentase (12%).

37
38

 Sumber air minum


Gambar 3.10. Diagram Sumber Air Minum di Wilayah
Sukamaju.

Sumber air minum


Ledeng/PDAM; 15%

Sumur Pompa ; 85%

Dilihat dari diagram diatas menunjukan bahwa


sebagian besar warga Desa Sukamaju memakai sumber air
dari ledeng/PDAM 15 dengan prosentase (15%), dan
Sumur pompa 85 dengan prosentase (85%).
d) Data kesehatan
1) Penyakit yang pernah di derita
Gambar 3.11 Diagram Penyakit yang diderita di Desa
Sukamaju.

Penyakit

35%
40%

25%

Diare Ispa Penyakit Kulit

Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa


jumlah dan presentase masyarakat yang menderita penyakit
Diare sebanyak 40 dengan prosentase (40%), Ispa
38
39

sebanyak 25 dengan prosentase (25%), Penyakit kulit


sebanyak 35 dengan prosentase (35%).
2) Menerima informasi kesehatan
Gambar 3.13 Diagram Menerima informasi Kesehatan di
Desa Sukamaju.

6%
34%

TV
Radio
Puskesmas
51% RT

9%

Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa


presentase masyarakat yang menerima informasi kesehatan
melalui TV sebanyak 34 dengan prosentase (34%),
sebanyak 9 dengan prosentase (9%) masyarakat menerima
melalui radio, sebanyak 51 menerima penyuluhan
puskesmas informasi kesehatan melalui puskesmas dengan
prosentase (51%) dan sebanyak 6 menerima informasi
kesehatan melalui pengumuman RT dengan prosentase
(6%).

39
40

B. Analisa Data
No Data Fokus Diagnosa
Keperawatan

1 DS : Pemeliharaan
kesehatan tidak efektif
Dari hasil pendataan yang didapatkan di Desa
Diare : (D.0117)
Sukamaju menyatakan bahwa penyakit diderita
warga selama 3 bulan terakhir adalah diare, ISPA,
dan penyakit kulit. Yang paling banyak Diare.
Masing-masing RT sudah mempunyai Posyandu
balita yang aktif namun belum satupun mempunyai
Posyandu lansia

DO :

Terdapat 1 Puskesmas dan 1 klinik di Desa


Sukamaju

2. DS : Perilaku kesehatan
1) Keadaan lingkungan kotor karena dekat cenderung beresiko :
TPA, banyak lalat dan udara kotor (bau Lingkungan Dekat
sampah) dimana-mana
2) Air bersih sulit didapatkan (untuk aktivitas TPA (D.0099)
minum, mandi, mencuci) warga
menggunakan air sumur tetapi kondisi air
keruh dan kotor.

DO :

Warga membuang sampah langsung pada TPA


yang terletak dekat dengan desa Sukamaju

40
41

C. Prioritas Masalah Keperawatan


a. Prosentasi populasi dalam masalah keperawatan / ukuran masalah
Prosentasi populasi dalam masalah
Nilai
keperawatan
25 % atau lebih 9 atau 10
10 % - 24,9 % 7 atau 8
1 % - 9,9 % 5 atau 6
0,1 % - 0,9 % 3 atau 4
< 0,01 % 1 atau 2

b. Keseriusan masalah
Tingkat Keseriusan Nilai
Sangat serius 9 atau 10
Serius 6, 7 atau 8
Cukup serius 3,4 atau 5
Tidak serius 0,1 atau 2

c. Penilaian keefektifan intervensi


Keefektifan Nilai
Sangat efektif 9 atau 10
Relatif efektif 7 atau 8
Efektif 5 atau 6
Cukup efektif 3 atau 4
Relatif tidak efektif 1 atau 2
Hampir tidak efektif 0

41
42

Komponen BPR Skor Urutan /


Masalah Keperawatan
(A + 2B) x C ranking
A B C

Pemeliharaan kesehatan tidak 9 9 8 216 1

efektif (D.0117)

Perilaku kesehatan cenderung 9 8 4 100 2

(D.0099)

D. Diagnosa Keperawatan
1. Pemeliharaan Kesehatan Tidak efektif (D.0117)
2. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko (D.0099)

42
E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Metode Evaluasi Evaluator
No Rencana Tindakan / Intervensi
Keperawatan

1 Pemeliharaan Setelah dilakukan penyuluhan Primer. Psikomotor Mahasiswa


Kesehatan Tidak selama 30 menit diharapkan Promosi Perilaku Upaya Kader

Efektif (D.0117) Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan (I.13495)


O : Identifikasi perilaku upaya
Kesehatan Teratasi Dengan
kesehatan yang dapat ditingkatkan
Kriteria Hasil :
T : Berikan Lingkungan yang
Primer
mendukung kesehatan.
Pemeliharaan Kesehatan E : -Anjurkan mencuci tangan
(L.12106) dengan air bersih dan sabun.
-Anjurkan tidak merokok di
1. Meningkatkan perilaku sehat
dalam rumah.
meningkat (5)
Sekunder
2. Kemampuan menjalankan
perilaku sehat cukup meningkat Edukasi Proses Penyakit
(4) (I.12444)
3. Menunjukkan perilaku adaptif
O : Identifikasi kesiapan dan
cukup meningkat (4).

43
kemampuan menerima informasi
Sekunder
T : Sediakan materi dan media
Tingkat Pengetahuan (L.12111) Pendidikan kesehatan.
E : -Jelaskan penyebab dan factor
1. Persepsi yang keliru terhadap
resiko penyakit.
masalah menurun (5)
-Ajarkan cara meredakan atau
2. Perilaku sesuai dengan
mengatasi gejala yang dirasakan.
pengetahuan cukup
-Jelaskan tanda dan gejala yang
meningkat (4)
ditimbulkan oleh penyakit.
3. Perilaku sesuai anjuran
Tersier
meningkat (5)
Edukasi Program Pengobatan
Tersier
(I.12441)
Perilaku Kesehatan (L.12107)
O : Identifikasi penggunaan
1. Penerimaan terhadap
pengobatan traditional dan
perubahan status kesehatan
kemungkinan efek terhadap
cukup meningkat (4).
pengobatan.
2. Kemampuan melakukan
T : -Berikan dukungan untuk
tindakan pencegahan
menjalani program pengobatan
masalah kesehatan
dengan baik dan benar.
meningkat (5).
-Libatkan keluarga untuk

44
memberikan dukungan pada pasien
selama pengobatan.
E : Anjurkan konsumsi obat sesuai
indikasi.
2 Perilaku Setelah dilakukan tindakan selama 30 Primer Kognitif Mahasiswa
Kesehatan menit diharapkan Perilaku kesehatan Psikomotor masyarakat
Promosi Perilaku Upaya
Cenderung cenderung beresiko dapat teratasi
Kesehatan (I.13495)
Beresiko dengan Kriteria Hasil :
O : Identifikasi perilaku upaya
(D.0099) Primer
kesehatan yang dapat ditingkatkan
Pemeliharaan Kesehatan (L.12106)
1. Menunjukan perilaku adaptif T : Berikan Lingkungan yang
sedang (3). mendukung kesehatan.
2. Menunjukkan pemahaman pe E : -Anjurkan mencuci tangan
tilaku sehat meningkat (5). dengan air bersih dan sabun.
3. Kemampuan menjalankan pe -Anjurkan tidak merokok di dalam
rilaku sehat meningkat (5). rumah
Sekunder Sekunder
Manajemen Kesehatan (L.12104)
Identifikasi Resiko (I.14502)
1. Melakukan tindakan untuk m
engurangi factor resiko cuku O : Identifikasi resiko biologis, lingk

p meningkat (4).

45
2. Aktifitas hidup sehari-hari ef ungan dan perilaku.
ektif memnuhi tujuan kesehat T : -Lakukan update perencanaan sec
an meningkat (5). ara regular (misalnya Bulanan, triwul
Tersier an, tahunan).
Perilaku Kesehatan (L.12107) -Buat perencanaan tindakan yan
1. Penerimaan terhadap perubah g memiliki timeline dan penanggungj
an Status kesehatan meningk awab yang jelas.
at (5)
2. Kemampuan melakukan tind Tersiser
akan pencegahan masalah ke Edukasi Pola Perilaku Kebersihan
sehatan cukup meningkat (4). (I.12439).
3. Kemampuan peningkatan kes O : Identifikasi kesiapan dan
ehatan cukup meningkat (4). kemampuan menerima informasi
T : -Sediakan materi dan media Pendi
dikan kesehatan.
-Jadwalkan Pendidikan kesehata
n sesuai kesepakatan
E : Jelaskan masalah yang dapat timb
ul akibat tidak menjaga kebersihan di
ri dan lingkungan.

46
47
28

F. IMPLEMENTASI
N Hari/Tgl Wakt Jenis Kegiatan Evaluasi
o u
1 Senin, Jam - Pemeriksaan kesehatan - Masyarakat
26/07/2021 08.00 mengetahui tentang
- - Mengindentifikasi kondisi
14.00 upaya kesehatan yang kesehatannya
WIB dapat ditingkatkan
- Masyarakat belum
- Mengindentifikasi mengetahui apa saja
kesiapan dan kesiapan penyebab diare
menerima informasi
- Masyarakat belum
mengetahui apa itu
- Mengindentifikasi PHBS
penggunaan obat
tradisional dan - Masyarakat
kemungkinan efek mengatakan apabila
terhadap pengobatan diare hanya
mengkonsumsi obat
- Menjadwalkan yang ada di apotik
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan - Masyarakat bersedia
diberikan
pendidikan
kesehatan mengenai
diare dan PHBS
pada hari selasa dan
rabu
2 Selasa, Jam - Pendidikan kesehatan - Masyarakat
08.00 mengetahui apa itu
28
29

27/07/2021 - mengenai diare diare, penyebab dan


14.00 - Memberikan dukungan bagaimana cara
WIB untuk menjalani mengatasinya
pengobatan dengan
baik dan benar - Masyarakat bersedia
- Melibatkan kelurga memeriksakan
untuk memberikan kesehatannya ke
dukungan pada pasien pelayanan kesehatan
selama pengobatan apabila diare terus-
- Menganjurkan menerus
konsumsi obat sesuai
indikasi - Masyarakat bersedia
memberikan
dukungan atau
segera periksa ke
pelayanan kesehatan
apabila ada keluarga
yang sakit
3. Rabu, Jam - Pendidikan kesehatan - Masyarakat
28/07/2021 08.00 mengenai PHBS memahami apa itu
- PHBS
14.00 - Menganjurkan cuci
WIB tangan dengan air - Masyarakat mampu
bersih dan sabun menerapkan PHBS

- Menjelaskan masalah - Masyarakat tau


yang dapat timbul bagaimana cara cuci
akibat tidak menjaga tangan yang baik
kebersihan lingkungan dan benar

29
30

- Masyarakat tau
masalah apa saja
yang dapat timbul
apabila tidak
menjaga kebersihan

30
31

G. Rencana Tindak Lanjut


Masalah Tujuan Kegiat Sasaran Wakt Tempa Dan Tangg
kesehatan an u t a ung
jawab
Pemelihara Untuk Pemben Desa 1 Rumah AD Kader
an mengontrol tukan suka bulan kepala D kesehata
kesehatan dan posbind maju sekali desa n
tidak efektif mencegah u
(D.0117) secara dini
penyebab
diare
Perilaku Agar Pemben Desa 1 Rumah AD Kader
kesehatan masyarakat tukan suka bulan kepala D kesehata
cenderung terhidar dari posbind maju sekali desa n
beresiko penyakit u
(D.0099) yang
disebabkan
tidak
menjaga
kebersihan
dan
menerapkan
phbs yang
benar

31
32

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Tahap Persiapan
Praktik klinik keperawatan komunitas diawali dengan tahap persiapan
dari kampus sampai dengan pelaksanaan di lapangan. Pada tahap persiapan
dilakukan pembekalan dari pembimbing profesi keperawatan komunitas
tentang mekanisme perizinan praktik dan peraturan praktik, dan untuk
selanjutnya dilakukan proses persiapan yang lebih intensif oleh mahasiswa.
B. Tahap Pengkajian
Hasil pengkajian Desa Sukamaju mepunyai 3 RT, jumlah penduduk di
Desa Sukamaju adalah 100 jiwa 40 KK dengan proporsi penduduk laki-laki
56%, permpuan 56%. Berdasarkan hasil waancara dengan ketua RT dan
observasi ditemukan masalah keadaan lingkungan kotor karena dekat TPA,
banyak lalat dan udara kotor (bau sampah) dimana-mana, pengelolaan
limbah (warga membuang sampah langsung pada TPA), air bersih sulit
didapatkan. Data pelayanan soial dan kesehatan di dapatkan data penyakit 3
bulan terakhir yaitu diare, ispa dan penyakit kulit.
Hasil angket tingkat pembuangan sampah 100% menunjukan bahwa
sebagian besar warga Sukamaju membuang sampah secara langsung ke
Tempat Pembuangan Akhir yang terletak dekat dengan desa sukamaju,
hasil angket pengelolaan limbah resapan 24%, got 64%, sembarangan 12%
serta sumber air minum Ledeng/PDAM 15% dan sumber pompa 85%.
Sedangkan hasil angket di pelayanan sosial dan kesehatan menunjukan:
Diare 40%, ispa 25%, penyakit kulit 35%.

C. Diagnosa Keperawatan Komunitas

32
33

1. Pemeliharaan Kesehatan Tidak efektif (D.0117)


Pengetahuan warga tentang bahaya diare masih kurang sehingga
diare menjadi masalah utama dalam bidang pelayanan kesehatan.
2. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko (D.0099)
Sebagian besar warga Sukamaju membuang sampah secara
langsung ke Tempat Pembuangan Akhir.

33
34

D. Tahap Perencanaan
Rencana kegiatan yang berhubungan dengan pemasalahan lingkungan dan
kesehatan dapat disepakati bersama, adapun kegiatan-kegiatan yang
disepakati oleh mahasisa dengan Desa Sukamaju anatara lain:
1. Pemeliharaan Kesehatan Tidak efektif (D.0117)
Prevensi primer
a Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
b Sediakan materi dan media kesehatan
c Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Prevensi skunder
a Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurrunkan motivasi perilaku hiddup bersih sehat
b Berikan kesempatan bertanya
c Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Prevensi tersier
a Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
b Ajarkan strategi yang dapat di gunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
2. Perilaku Kesehatan Cendrung Beresiko (D.0099
Prevensi primer
a Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat ditingkatkan
b Anjurkan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
Prevensi skunder
a Berikan Lingkungan yang mendukung kesehatan
b Buat perencanaan tindakan yang memiliki timeline dan penanggungj
awab yang jelas
Prevensi tersier
a Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan.

34
35

b Jadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan


c Jelaskan masalah yang dapat timbul akibat tidak menjaga kebersihan
diri dan lingkungan.
E. Tahap Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat
secara aktif dimotori oleh perangkat desa untuk melaksanakan rencana
yang telah disusun bersama. Keterlibatan ini sangat membantu dengan
melakukan koordinasi dengan ketua RT dan RW Desa Sukamaju.
Sebagaian besar kegiatan dilaksanakan secara bersama antara mahasiswa
dan warga. Secara umum kegiatan yang direncanakan dapadt dikatakan
berhasil, penilain tersebut didapatkan saat evaluasi respon positf dan
antusiasme masyarakat terhadap berbagai kegiatan yang direncanakan.
F. Tahap Evaluasi
Kegiatan evaluasi didapatkan hasil dari pendidikan kesehatan didapatkan
warga sedikit banyak sudah mengaplikasikan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) serta mengerti cara untuk mencegah diare. Selain itu
evaluasi juga dilakukan bersama warga didapatkan warga sudah banayak
memahami betapa pentingnya hidup sehat dan menjaga pola hidup demi
kesehatan. Dari sudut pandang mahasiswa kegiatan praktik klinik
komunitas dikatan berhasil dengan bukti antusiasme dan respon positif
warga.

35
36

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktek klinik keperawatan komunitas yang dilaksanakan
mahasiswa prodi Profesi Ners Komunitas Universitas Kusuma Husada
Surakarta merupakan suatu program untuk mengaplikasikan konsep-
konsep keperawatan kesehatan dengan menggunakan proses
keperawatan masyarakat sebagai suatu pendekatan ilmiah. Salah satu
kegiatan dalam praktik klinik komunitas yaitu praktik klinik komunitas.
Pelakasaan praktik klinik tersebut tidak meninggalkan proses
keperawatan yaitu pengkajian, perencananaan, intervensi dan evaluasi
kegiatan yang terstruktur.
Secara garis besar keberhasilan praktik klinik keperawatan
komunitas yang dilakukan oleh mahasiswa dengan tingkat keberhasilan
95%. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pengetahuan warga
tentang kebutuhan kesehatan serta antusiasme warga untuk
meningkatkan status kesehatan dan memandang penting kesehatan
sebagai salah satu yang perlu diutamakan karena berkaitan dengan
kelangsungan hidup lebih baik. Kegiatan ini dimotori langsung oleh
mahasiswa dan Kepala Desa Sukamaju.
B. Saran
Demi kesehatan dan keberlangsungan keperawatan komunitas dan
perkembangan keperawatan sendiri maka disarankan:
1. Untuk mengoptimalkan persiapan mahasiswa sebelum terjun
langsung ke lapangan, maka diharpakan diadakannya bimbingan
dengan konsep yang terstruktur baik segi mekanisme bimbingan
maupun konsep-konsep keperawatan komunitas sendiri,
2. Mahasiswa diharapkan mempunyai konsep yang lebbih tentang
pengorganisasian masyarakat dengan baergbagai alternative
pendekatan sehingga akan lebih memepermuda dpelaksanaan
peraktek klinik dimasyarakat.

36
37

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahit Iqbal., Lilis Indrawati., & Joko Susanto. (2015). Buku Ajar
Ilmu Keperawatan Dasar (hlm. 3-24). Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak,(2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Penanganan. Diakses


Melalui Internet: PDFhttps://Journal.umbjm.ac.id ( 30 Juli 2021)

Mubarak. W. I. (2011). Promosi kesehatan. Jogyakarta : Graha ilmu

Mubarak. WI. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta:


Salemba Medika; 2017.

Neuma, W. L. (2015). Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan kualitatif


dan kuantitatif. Jakarta: PT Indeks

Riyadi, Alexander Lucas Slamet, 2016, Ilmu Kesehatan Masyarakat,


Yogyakarta: Penerbit Andi.

Sumijatun. (2012). Konsep dasar menuju keperawatan profesional. Jakarta:


TIM

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

37
38

38

Anda mungkin juga menyukai