Anda di halaman 1dari 25

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

KOMUNITAS

NAMA KELOMPOK 6 :

1. Made Udayati (10.321.0864)


2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858)
3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859)
4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)
5. Ni Putu Yuli Wahyuni (10.321.0874)
6. Ni Wayan Chandra Utami (10.321.0875)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN AKADEMIK 2012/2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep Asuhan
Keperawatan Komunitas”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari perkuliahan Komunitas III. Dengan
adanya makalah ini diharapkan bisa membantu para pembaca, untuk dapat mengetahui dan
dapat menerapkan tentang asuhan keperawatan yang diberikan dalam komunitas tertentu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini penulis telah mendapatkan
bantuan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan
pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini lebih lanjut. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi semua pembaca.

Denpasar, 20 April 2013

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................................2
D. Manfaat.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengkajian Keperawatan Komunitas (SMD).............................................................3
B. Metode / Instrumen Pengkajian Komunitas...............................................................6
1. Windshield Survery..........................................................................................6
2. Informant Interview.........................................................................................6
3. Observasi Partisipasi........................................................................................7
4. Focus Group Discussion (FGD).......................................................................7
C. Diagnosis Keperawatan Komunitas...........................................................................8
D. Prioritas Diagnosis Keperawatan komunitas............................................................11
E. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)...................................................................12
F. Intervensi : Plan Of Action (POA)...........................................................................13
G. Implementasi............................................................................................................16
H. Evaluasi Tindakan Keerawatan Komunitas..............................................................20
BAB III PENUTUP..................................................................................................................22
A. Kesimpulan...............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri,
tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat sakit” atau
kesehatan tersebut.
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas SDM yang
dialakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui
pembangunan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2025.
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan adalah masyarakat bangsa, Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup
dalam lingkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang tinggi.
Suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio, psiko, sosio, spiritual yang komprehensif ditujukan pada individu, keluarga dan
masyarakat baik sakit maupun sehat. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta
kurangnya kemauan, sehingga dengan bantuan yang diberikan tersebut diperoleh
kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari – hari secara mandiri.
Kegiatan pelayanan diberikan dalam upaya peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), serta pemeliharaan kesehatan
(rehabilitative), upaya yang diberikan ditekankan kepada upaya pelayanan kesehatan
primer (Primary Health Care/ PHC) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan etika
profesi keperawatan sehingga setiap orang yang menerima pelayanan kesehatan dapat
mencapai hidup sehat dan produktif.

B. Rumusan Masalah
1
Rumusan masalah yang bisa diambil dari latar belakang di atas yaitu : bagaimana konsep
asuhan keperawatan komunitas ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada komunitas
2. Tujuan Khusus
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada komunitas yang meliputi:
1. Melakukan pengkajian
2. Merumuskan masalah keperawatan / diagnosa keperawatan
3. Membuat rencana keperawatan
4. Melakukan implementasi sesuai dengan rencana
5. Melakukan evaluasi pada asuhan keperawatan komunitas

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan pembelajaran atau referensi bagi mahasiswa STIKes Wira
Medika PPNI Bali dalam memberikan asuhan keperawatan
b. Bagi Perawat atau Teman Sebaya
Dapat memberikan tambahan wawasan dan teori baru dalam penerapan asuhan
keperawatan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengaplikasikan bagaimana penatalaksanaan asuhan
keperawatan
b. Bagi komunitas
Memberikan pengetahuan tentang masalah serta cara penanggulangannya

E. Metode
Metode yang diggunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode kepustakaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Lingkup praktik keperawatan komunitas berupa asuhan keperawatan langsung dengan


fokus pemenuhan dasar kebutuhan dasar komunitas yang terkait kebiasaan/prilaku dan pola
hidup tidak sehat sebagai akibat ketidakmampuan masyarakat beradaptasi dengan
lingkunagan internal dan exsternal. Asuhan keperawatan komunitas menggunanakan
pendekatan proses keperawatan komunitas, yang terdiri atas pengkajiaan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dengan entry point pada individu, keluarga, kelompok, atau
komunitas

COR
E

DIAGNOSIS

PERENCANAAN

IMPLEMENTASI

EVALUASI

A. Pengkajian Keperawatan Komunitas (SMD)


Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi program perawatan
kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama-sama dalam
komunitas tersebut. Sasaran dari sosialisasi inimeliputi tokoh masyarakat baik formal
maupun informal, kader masyarakat, serta perwakilan dari tiap elemen di masyarakat
(PKK, karang taruna, dan lainnya). Setelah itu, kegiatan dianjurkan dengan dilakukannya

3
Survei Mawas Diri (SMD) yang diikuti dengan kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD).
Survei Mawas Diri adalah kegiatan perkenalan, pengumpulan, dan pengkajian
masalah kesehatan oleh tokoh masyarakat dan kader setempat di bawah bimbingan
petugas kesehatan atau perawat di desa (Depkes RI, 2007). Tujuan Survei Mawas diri
adalah sebagai berikut.
 Masyarakat mengenal, mengumpulkan data, dan mengkaji masalah
kesehatan yang ada di desa
 Timbulnya minat dan kesadaran untuk mengetahui masalah kesehatan dan
pentingnya permasalahan tersebut untuk diatasi
Survey Mawas diri dilaksanakan di desa terpilih dengan memilih lokasi tertentu
yang dapat menggambarkan keadaan desa pada umumnya. SMD dilaksanakan oleh kader
masyarakat yang telah ditunjuk dalam pertemuan tingkat desa. Informasi tentang masalah-
masalah kesehatan di desa dapat diperoleh sebanyak mungkin dari kepala keluarga yang
bermukim di lokasi terpilih tersebut. Waktu pelaksanaan SMD dilaksanakan sesuai dengan
hasil kesepakatan pertemuan desa. Cara pelaksanaan Survei Mawas Diri adalah sebagai
berikut.
 Perawat komunitas dan kader yang ditugaskan untuk melakukan survey
mawas diri meliputi :
 Penentuan sasaran, baik jumlah KK maupun lokasinya
 Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan
dalam mengenal masalah kesehatan
 Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan, misalnya apakah
akan mempergunakan cara pengamatan atau wawancara. Cara
memperoleh informasi dapat dilakukan dengan kunjungan dari rumah
ke rumah atau melalui pertemuan kelompok sasaran
 Pembuatan instrument atau alat untuk memperoleh informasi
kesehatan. Misalnya dengan menyusun daftar pertanyaan (kuesioner)
yang akan dipergunakan dalam wawancara atau membuat daftar hal-
hal yang akan dipergunakan dalam pengamatan.
 Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa
mengumpulkan informasi masalah kesehatan sesuai dengan yang
direncanaakan
4
 Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa mengolah
informasi masalah kesehatan yang telah dikumpulkan sehingga dapat
diperoleh perumusan masalah kesehatan dan prioritas masalah kesehatan di
wilayahnya.
Pengkajian asauhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian utama, yaitu inti
komunitas (core) dan delapan subsistem yang melengkapinya. Inti komunitas menjelaskan
kondisi penduduk yang dijabarkan dalam demografi, vital statistic, sejarah komunitas,
nilai dan keyakinan, serta riwayat komunitas, sedangkan delapan subsistem lainnya
meliputi lingkingan fisik, pendidikan, keamanan, dan transportasi, politik dan pemerintah,
layanan kesehatan dan social, komunitas, ekonomi, dan rekreasi.
Komponen lingkungan fisik yang dikaji meliputi lingkungan sekolah dan tempat
tinggal yang mampu mepengaruhi kesehatan, batasan wilayah, luas daerah, denah atau
peta wilayah, iklim, jumlah dan kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, dan kegiatan
penduduk sehari-hari. Lingkungan fisik juga dapat dikaji melalui wienshield.
Data yang dikaji dari subsistem layanan kesehatan dan sosial meliputi fasilitas di
dalam komunitas dan di luar komunitas. Layanan kesehatan meliputi ketersediaan layanan
kesehatan, bentuk layanan, jenis layanan, sumber daya, karaktersirtik konsumen, statistik,
pembayaran, waktu pelayanan, kemanfaatan, keterjangkuan, keberlangsungan, dan
keberterimaan layanan komunitas. Layanan sosial dapat meliputi layanan konseling, panti
wreda bagi lansia, pusat perbelanjaan, dan lain-lain yang merupakan sistem pendukung
bagi komunitas dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Pengkajiaan pelayanan
kesehatan dan sosial juga meliputi kebijakan dari pemerintah setempat terhadap kedua
layanan tersebut.
Pada subsistem ekonomi dikaji pendapatan penduduk, rata-rata penghasilan, status
pekerjaan, jenis pekerjaan, sumber penghasilan, jumlah penduduk miskin, keberadaan
indrustri, toko/pusat pembelanjaan, dan tempat komunitas bekerja, dan bantuan dana
untuk pemeliharaan kesehatan. Komponen ini mempermudah komunitas memproleh
bahan makanan dan sebagainya.
Sementara itu pada komponen politik dan pemerintah dikaji situasi politik dan
pemerintahan di komunitas, peraturan dan kebijakan pemerintah daerah terkait kesehatan
komunitas, dan adaya program kesehatan yang ditunjukan pada penigkatan kesehatan
komunitas

5
Pengkajian subsistem komunikasi meliputi media informasi yang dimanfaatkan,
bagaimana komunikasi sering dimanfaatkan masyarakat, orang-orang yang berpengaruh,
keikutsertaan dalam pendidikan kesehatan, bagaimana biasanya komunitas memproleh
informasi tentang kesehatan, adakah perkumpulan atau wadah bagi komunitas sebagai
sarana untuk mendapatkan informasi, dari siapa komunitas memproleh banyak informasi
tentang kesehatan, dan adakah sarana komunikasi formal dan informal dalam komunitas.
Komponen pendidikan meliputi status pendidikan masyarakat, ketersediaan dan
keterjangkauan sarana pendidikan, fasilitas pendidikan yang ada di komunitas, jenis
pendidikan, tingkat pendidikan, komunitas yang buta huruf.
Pengkajian subsistem rekreasi diarahkan pada kebiasaan komunitas berekreasi,
aktivitas di luar rumah termasuk dalam mengisi waktu luang dan jenis rekreasi yang dapat
dimanfaatkan oleh komunitas, dan sarana penyaluran bakat komunitas.

B. Metode / Instrumen Pengkajian Komunitas


Metode pengumpulan data pengkajian asuhan keperawatan antara lain Windshield
survery, informant interview, observasi partisipasi, dan focus group discussion (FGD).
1. Windshield Survery
Windshield survery dilakukan dengan berjalan-jalan di lingkungan komunitas untuk
menentukan gambaran tentang kondisi dan situasi yang terjadi di komunitas,
lingkungan sekitar komunitas, kehidupan komunitas, dan karakteristik penduduk yang
ditemui di jalan saat survai dilakukan.

2. Informant Interview
Sebelum terjun ke masyarakat, instrument pengkajian sebaiknya dikembangkan dan
dipersiapkan terlebih dahulu. Instrument yang perlu dikembangkan untuk melakukan
pengkajian terhadap masyarakat antara lain kuesioner, pedoman wawancara, dan
pedoman observasi. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan agar masyarakat
membina rasa percaya (trust) dengan perawat diperlukan kontak yang lama dengan
komunitas. Perawat juga harus menyertakan lembar persetujuan (informed consent)
komunitas yang dibubuhi tanda tangan atau cap jempol akan melakukan tindakan
yang membutuhkan persetujuan komonitas. Informed consent juga mencantumkan

6
jaminan kerahasian terhadap isi persetujuan dan dapat yang telah disampaikan.
Wawancara dilakukan kepada key informant atau tokoh yang menguasai program.

3. Observasi Partisipasi
Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi. Tentukan berapa lama
observasi akan dilakukan, apa, dimana, waktu, dan tempat komunitas yang akan di
observasi. Kegiatan observasi dapat dilakukan menggunakan format observasi yang
sudah disiapkan terlebih dahulu, kemudian catat semua yang terjadi, dengan tambahan
penggunaan kamera atau video. Informasi yang penting diperoleh menyangkut
aktivitas dan arti sikap atau tampilan yang ditemukan di komunitas. Observasi
dilakukan terhadap kepercayaan komunitas, norma, nilai, kekuatan, dan proses
pemecahan masalah di komunitas.

4. Focus Group Discussion (FGD)


FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang mendalam tentang perasaan dan pikiran mengenai satu topic melaui
proses diskusi kelompok, berdasarkan pengalaman subjektif kelompok sasaran
terhadap satu institusi/produk tertentu FGD bertujuan mengumpulkan data mengenai
persepsi terhadap sesuatu, misalnya, pelayanan yang dan tidak mencari consensus
serta tidak mengambil keputusan menganai tindaka yang harus dilakukan. Peserta
FGD terdiri dari 6-12 orang dan harus homogen, dikelompokkan berdasarkan
kesamaan jenis kelamin, usia, latar belakang social ekonomi (pendidikan,suku, status
perkawinan, dsb). Lama diskusi maksimal 2 jam. Lokasi FGD harus memberikan
situasi yang aman dan nyaman sehingga menjamin narasumber berbicara terbuka dan
wajar
FGD menggunakan diskusi yang terfokus sehingga membutuhkan pedoman
wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, fasilitator, moderato, notulen, dan
observer. Fasilitator dapat menggunakan prtunjuk diskusi agar diskusi terfokus. Peran
fasilitator menjelaskan diskusi, mengarahkan kelompok, mendorong peserta untuk
berpartisipasi dalam diskusi, menciptakan hubungan baik, fleksibel, dan terbuka
terhadap saran, perubahan, gangguan, dan kurangnya partisipasi.
Perekam jalannya diskusi yang paling utama adalah pengamat merangkap
pencatat (observer dan recorder) hal yang perlu dicatat adalah tanggal diskusi, waktu

7
diskusi diadakan, tempat diskusi, jumlah peserta, tingkat partisipasi peserta, gangguan
selama proses diskusi, pendapat peserta apa yang membuat peserta menolak menjawab
atau membaut peserta tertawa, kesimpulan diskusi , dan sebagainya. Pengguanaan alat
perekam saat SGD berlangsung harus mendapat izin dari responden terlebih dahulu.
Sebelum membuat instrument pengkajian keperawatan komunitas seperti
kuisioner, pedoman wawancara, pedomanobservasi, atau windshield survey, kisi-kisi
instrument pengkajian sebaiknya dibuat terlebih dahulu, agar data yang akan
ditanyakan dan dikaji kepada komunitas tidak tumpang tindih sehingga waktu yang
digunakan lebih efektif dan efisian

Table kisi-kisi instrument pengkajian komunitas


No variabel Sub-variabel Item Sumber data strategi
pertanyaan
1 Core demografi Nama Data primer kuisioner
Usia
Jenis kelamin
2 Lingkungan fisik
3 Pendidikan
4 Komunikasi
5 Layanan kesehatan dan
social
6 Keamanan dan
transportasi
7 Ekonomi
8 Politik dan
pemerintahan
9 rekreasi

F. Diagnosis Keperawatan Komunitas


Selain data primer, data skunder yang diperoleh melalui laporan/dokumen yang
sudah dibuat di desa/kelurahan puskesmas, kecamatan, atau dinas kesehatan, musalnya
laporan tahunan puskesmas, monografi desa, profil kesehatan, dsb, juga perlu
dikumpulkan dari komunitas. Setelah dikumpulkan melalui pengkajian, data selanjutnya
dianalisis, sehingga perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan. Diagnosis

8
dirumuskan terkait garis pertahanan yang mengalami kondisi terancam. Ancaman
terhadap garis pertahanan fleksibel memunculkan diagnosis potensial; terhadap garis
normal memunculkan diagnosis resik; dan terhadap garis pertahanan resisten
memunculkan diagnosis actual/gangguan. Analisis data dibuat dalam bentuk matriks

Table format analisis data komunitas


Data Diagnosis keperawatan komunitas
 Insiden TB dalam 6 bulan terahir Tingginya angka TB diwilayah ….
 ….% proporsi penduduk dengan kasus TB Yang berhubungan dengan tidak
 Status gizi seluruh anggota keluarga ..%
 Status imunisasi balita adekuatnya penggunaan fasilitas
 Ventilasi udara dalam rumah… layanan kesehatan untuk
 Riwayat frekwnsi batuk lama (lebih dari 3 bulan)…
penanggulangan tb dan
%
keterbatasan kualitas sasran
 …% keluarga belum memenfaatkan fasilitas
pelayanan TB
kesehatan
 ..% pengetahuan keluarga tentang TB masih rendah
 91% remaja mengalami keputihan Resiko meningkatnya kejadian
 40% remaja yang mengalami keputihan menderita infertilitas pada agregat remaja di
gatal wilayah …. Yang berhubungan
 Upaya yang dilakukan remaja dalam mengatasi
dengan tingginya kejadian
keputihan 83% didiamkan saja
 55% remaja memiliki kemampuan tentang kesehatan gangguan organ reproduksi remaja
reprosuksi yang masih rendah dan kurangnya kebiasaan perawatan
 40,8% remaja meliki pengetahuan terkait kebiasaan organ reproduksi remaja.
hygiene personal kesehatan reproduksi yang masih
rendah

Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis diagnosis sebagai berikut.


1. Diagnosis sejahtera
Diagnosis sejahtera/ wellness digunakan bila komunitas mempunyai potensi untuk
ditingkatkan, belum ada data maladapti. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas
potensial, hanya terdiri dari komponen problem (p) saja, tanpa komponen etiologi (e).
Contoh diagnosis sejahtera/ wellness:

9
Potensial peningkatan tumbuh kembang pada balita dir t 05 rw 01 desa x kecamatan
A, ditandai dengan cakupan imunisasi 95% (95%), 80% berat badan balita di atas
garis merah KMS, 80% pendidikan ibu adalah SMA, cakupan posyandu 95%.
2. Diagnosis ancaman ( risiko)
Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, tetapi
sudah ditemukan beberapa data maladaptive yang memungkinkan timbulnya
gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas risiko terdiri atas problem
(p), etiologi (e) , dan symptom/ sign (s).
Contoh diagnose risiko:
Resiko terjadinya konflik psikologis pada warga RT 05, RW 01 desa x kecamatan A
yang berhubungan dengan koping masyarakat yang tidak efektif ditandai dengan
pernah terjadi perkelahian antar- RT, kegiatan gotonbg royong , dan silaturahmi,
rutin rw jarang dilakukan, penyuluhan kesehatan terkait kesehatan jiwa belum pernah
dilakukan, masyarakat sering berkumpul dengan melakukan kegiatan yang tidak
positif seperti berjudi.
3. Diagnosis actual/ gangguan
Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/ masalah kesehatandi
komunitas, yang didukung oleh beberapa data maladaptive. Perumusan diagnosis
keperawatan komunitas actual terdiri atas problem (p), etiologi (e), dan symptom/sign
(s)
Contoh diagnosis actual:
gangguan/masalah kesehatan reproduksi pada agregat remaja yang
berhubungan dengan kurangnya kebiasaan hygiene Personal, ditandai dengan 92%
remaja mengatakan mengalami keputihan patologis, upaya yang dilakukan remaja
dalam mengatasi keputihan 80% didiamkan saja, 92% remaja mengatakan belum
pernah memperoleh informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan.
Tingginya kasus diare di wilayah RW 5 kelurahan X yang berhubungan dengan
tidak adekuatnya penggunaan fasilitas layanan kesehatan untuk penanggulangan
diare, keterbatasan, dan kualitas sarana pelayanan diare.

G. Prioritas Diagnosis Keperawatan komunitas


Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas ditetapkan prioritas
masalah kesehatan komunitas yang perlu ditetapkan bersama masyarakat melalui
musyawarah masyarakat desa (MMD) atau lokakarya mini masyarakat. Prioritas masalah
dibuat berdasarkan kategori dapat diatasi, kemudahan, dan kekhususan, mengingat

10
banyaknya masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Pemilihan masalah ini sangat penting
dilakukan, agar implementasi yang dilakukan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat
dan secara tidak langsung akan membangun rasa percaya diri dan kompetensi masyarakat
untuk mengatasi masalah yang lain (Bract, 1990 dalam Helvie, 1998). Penentuan prioritas
masalah keperawatan komunitas dapat dilakukan melalui metode berikut.

1. Paper and Pencil Tool (Ervin, 2002)


Pentingnya Kemungkinan Peningkatan
masalah untuk perubahan positif terhadap
Masalah dipecahkan : jika diatasi : kualitas hidup Total
0 Tidak ada
1 Rendah bila diatasi :
1 Rendah
0 tidak ada
2 Sedang 2 Sedang
1 Rendah
3 Tinggi
3 Tinggi 2 Sedang
Resiko meningkatnya
3 3 3 9
kejadian infertilitas
pada agregat remaja
Kurangnya kebiasaan 3 2 2 7
hygiene personal

2. Scoring diagnosis keperawatan komunitas (DepKes, 2003)


Masalah keperawatan A B C D E F G H Total
Resiko meningkatnya
kejadian infertilitas 2 3 2 5 2 3 2 2 21
pada agregat remaja.
Kurangnya kebiasaan 3 4 3 3 3 3 3 3 25
hygiene personal
Keterangan : Pembobotan :
A. Risiko keparahan 1. Sangat rendah
B. Minat masyarakat 2. Rendah
C. Kemungkinan diatasi 3. Cukup
D. Waktu 4. Tinggi
E. Dana 5. Sangat tinggi
F. Fasilitas
G. Sumber daya
H. Tempat

H. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)


11
Musyawarah Masyarakat desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga desa untuk
membahas hasil Survei mawas Diri dan merencanakan penanggulangan masalah
kesehatan yang diperoleh dari Survei Mawas Diri (Depkes RI, 2007). Tujuan dari MMD
ini adalah sebagai berikut
 Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya
 Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan MMd adalah sebagai berikut :
 Musyawarah masyarakat desa harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas
puskesmas, dan sector terkait di kecamatan
 MMD dilaksanakan dib alai desa atau tempat pertemuan lain yang ada di desa
 MMD dilaksanakan segera setelah SMD dilaksanakan

Cara pelaksanaan MMD adalah sebagai berikut :


 Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin oleh kepala
desa
 Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat
dengan mempergunakan alat peraga, poster, dan lain-lain dengan dipimpin oleh ibu
desa
 Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD
 Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan
masalah dan hasil SMD, dilanjutkan dengan rekomendasi teknis dari petugas
kesehatan di desa atau perawat komunitas
 Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan dengan dipimpin oleh
kepala desa
 penutup

I. Intervensi : Plan Of Action (POA)


Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana
tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau
meminimalkan stresor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan.
Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder
12
untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk memperkuat
garis pertahanan resisten (Anderson & McFarlane, 2000).
Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan
tujuan jangka panjang (tujuan umum/TUM) mengacu pada bagaimana mengatasi
problem/masalah (P) di komunitas, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek (tujuan
khusus/TUK) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E). Tujuan jangka pendek
harus SMART (S= spesifik, M= measurable/dapat diukur, A= achievable/dapat dicapai,
R= reality, T= time limited/ punya limit waktu).

Diagnosis Keperawatan TUM TUK


Komunitas
Risiko meningkatnya Tidak terjadi  Pengetahuan remaja terkait
kejadian infertilitas pada gangguan infertilitas kesehatan reproduksi meningkat
agregat remaja putrid di pada agregat remaja dari …% menjadi ……%.
wilayah ….. yang putri  Menurunnya jumlah siswi yang
di …. mengalami keputihan dari …%
berhubungan dengan
tingginya kejadian menjadi …..%.
 Terjadi peningkatan perilaku
gangguan organ
remaja terkait kebiasaan
reproduksi remaja dan
perawatan organ reproduksi
kurangnya kebiasaan
sehari – hari dari ….% menjadi
perawatan organ
….. %.
reproduksi remaja.  Remaja sudah memanfaatkan
layanan UKS untuk membantu
mengatasi masalah remaja.
Tingginya angka TB di Meningkatnya  Terjadi peningkatan
wilayah …. Yang kemandirian pengetahuan keluarga tentang
berhubungan dengan masyarakat di …. penanganan TB dari ,,,%
tidak adekuatnya dalam menolong menjadi …%.
penggunaan fasilitas dirinya sendiri agar  Terjadi peningkatan kualitas

layanan kesehatan untuk terhindar dari saranan kesehatan untuk

penanggulangan TB dan penyebaran TB. penanggulangan TB.


 Penemuan kasuss TB secara
keterbatasan kualitas
mandiri oleh masyarakat.
sarana pelayanan TB.

13
Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dijabarkan secara operasional
dalam planning of action (POA) yang disusun dan disepakati bersama masyarakat saat
MMD atau lokakarya mini masyarakat.

Tabel rencana kegiatan asuhan keperawatan komunitas


Diagnosis TUM TUK Rencana Kegiatan Evaluasi
Keperawatan
Komunitas
Tingginya angka Meningkatnya Setelah dilakukan 1. Beri penyuluhan Kriteria evaluasi :
TB di wilayah kemandirian tindakan keperawatan tentang TB dan pengetahuan
…. Yang masyarakat di selama satu bulan, perawatannya. masyarakat tentang TB
2. Ajarkan masyarakat
berhubungan …. dalam diharapkan: meningkat.
Terjadi peningkatan keterampilan dalam
dengan tidak menolong
Standar evaluasi:
pengetahuan menangani gejala TB,
adekuatnya dirinya sendiri 1. 70 % keluarga
keluarga tentang melakukan tindakan
penggunaan agar terhindar mampu
penanganan TB dari pencegahan penularan
fasilitas layanan dari menyebutkan
… % menjadi …% TB.
kesehatan untuk penyebaran pengertian,
Terjadi peningkatan 3. Deteksi kasus TB di
penanggulangan TB. tanda/gejala, dan
kualitas sarana masyarakat melalui
TB dan penyebab TB.
kesehatan untuk skrining.
2. 75 % keluarga
keterbatasan 4. Bagikan leaflet
penanggulangan TB. mampu melakukan
kualitas sarana Penemuan kasus TB setelah penyuluhan
tindakan
pelayanan TB. secara mandiri oleh TB.
5. Lakukan pembinaan pencegahan TB.
masyarakat. 3. 75% kader mampu
kader dalam
menemukan kasus
kemampuan
TB dan melakukan
penemuan kasus dan
penanganan TB.
penanganan TB.
6. Lakukan kerjasama
dengan institusi
pendidikan formal
dan informal untuk
melaksanakan
program terkait
pencegahan dan
penanggulangan TB.

14
J. Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program.
Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah masyarakat. Sering kali,
perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk
merencanakan implementasi. Implementasi melibatkan aktivitas tertentu sehingga
program yang ada dapat dilaksanakan, diterima, dan direvisi jika tidak berjalan.
Implementasi keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas
menggunakan strategi proses kelompok, pendidikan kesehatan, kemitraan (partnership),
dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Perawat komunitas menggali dan
meningkatkan potensi komunitas untuk dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya.
Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan perubahan
masyarakat. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari anggota
masyarakat. Perubahan nilai dan norma di masyarakat dapat disebabkan oleh faktor
eksternal, seperti adanya undang-undang, situasi politik, dan kejadian kritis eksternal
masyarakat. Dukungan eksternal ini juga dapat dijadikan daya pendorong bagi tindakan
kelompok untuk melakukan perubahan prilaku masyarakat. Organisasi ekternal dapat
menggunakan model social planning dan locality development untuk melakukan
perubahan, menggalakkan kemitraan dengan memanfaatkan sumber daya internal dan
sumber daya eksternal.
Perawat komunitas harus memiliki pengetahuan yang memadai agar dapat
memfasilitasi perubahan dengan baik, termasuk pengetahuan tentang teori dan model
berubah. Perubahan yang terjadi di masyarakat sebaiknya dimulai dari tingkat individu,
keluarga, masyarakat, dan sistem di masyarakat. Ada beberapa model berubah (Ervin,
2002), yaitu :
1. Model berubah Kurt Lewin
Proses berubah terjadi pada saat individu, keluarga, dan komunitas tidak lagi nyaman
dengan kondisi yang ada. Model ini terdiri dari :
 Unfreezing, bila ada perasaan butuh untuk berubah baru implementasi dilakukan,
dengan tujuan membantu komunitas menjadi siap untuk melakukan perubahan.
 Change yaitu intervensi mulai diperkenalkan kepada kelompok
 Refreezing meliputi bagaimana membuat suatu program menjadi stabil melalui
pemantauan dan evaluasi.
Contoh : pada kasus flu burung, saat unfreezing berubah menjadi refreezing,
perawat komunitas perlu mempertahankan kondisi yang ada dengan melakukan
kemitraan tentang bagaimana kebiasaan masyarakat yang sudah bagus dapat

15
dipertahankan dan kebiasaan masyarakat yang kurang mendukung kesehatan
tidak lagi terjadi, seperti kebiasaan tidak melakukan cuci tangan.

2. Strategi berubah Chin & Benne


Strategi berubah ini sangat cocok digunakan oleh perawat komunitas dalam mengkaji
status individu, kelompok, dan masyarakat dalam membuat keputusan untuk berubah.
Strategi ini merupakan strategi untuk melakukan perubahan di komunitas, bukan tahap
proses berubah. Menurut model ini untuk melakukan perubahan diperlukan strategi
perubahan yaitu :
 Rational empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan di komunitas,
perlu terdapat fakta dan pertimbangan tentang seberapa besar keuntungan yang
diperoleh dengan adanya perubahan tersebut. Contoh : adanya kebiasaan
merokok yang banyak terjadi di masyarakat, terutama remaja, diperlukan peran
perawat komunitas untuk memfasilitasi perubahan dengan memberikan promosi
kesehatan bahaya merokok melalui media,seperti poster, leaflet, modul data
kejadian kesakitan dan kematian akibat merokok atau mengajak melihat
langsung kondisi korban akibat rokok. Dengan adanya fakta, diharapkan terjadi
perubahan pada individu.
 Normative reedukatif yaitu pertimbangan tentang keselarasan perubahan dengan
norma yang ada di masyarakat.
 Power coercive yaitu strategi perubahan yang menggunakan sanksi baik politik
maupun sanksi ekonomi. Misalnya sanksi terhadap perokok yang merokok di
tempat umum berupa denda atau kurungan.

3. First order and second order change


Menurut model ini first order bertujuan mengubah substansi atau isi di dalam
sistem, sedangkan pada second order, perubahan ditujukan pada sistemnya.
Contoh : Adasnya resiko pergaulan bebas yang saat ini marak di kalangan
remaja,perawat komonitas perlu mengubah substansi yang ada dalam system (frist
order) seperti membentuk dan melihat kader kesehatan remaja (KKR) di sekolah dan
dimasyarakat, melakukan promosi kesehatan kepada siswa, guru, orang tua dan
masyarakat melakukan dukungan lintas –sektor dan lintas-program kepada aparat
terkait program melalui jaringan kemitraan, dsb.selain itu ,diperlukan juga perubahan
pada system (second order) termasuk fasilitas yang ada, seperti menyediakan klinik
remaja, revitalisasi UKS di sekolah, kebijakan pemerintah terkait remaja, dsb.

16
Mengukur adanya perubahan masyarakat pada tingkat induvidu, dapat diketahui
dari tingkat kesadaran individu terhadap perubahan, bagaimana individu mengerti
tentang masalah yang dihadap, tingkat partisipasi individu, dan adanyan perubahan
dalam bentuk tingkah laku yang ditampilkan. Adanya role model yang ada
dimasyarakat dapat dijadikan pendorong untuk mengubah norma dan praktik individu
dalam perubahan masyarakat.
Pada tingkat masyarakat, perubahan lebih difokuskan pada kelompok dan
oeganisasi, termasuk adanya perubahan kebijakan yang berhubungan dengan masalah
yang terjadi di masyarakat, adanya dukungan dan partisipasi dalam kegiatan
masyarakat serta aktivitas lain yang berhubungan dengan penyelesaian masalah.
Perubahan dimasyarakat dapat dievaluasi melalui pengembangan koalisi, partisipasi
masyarakat dalam dukungan untuk mencapai tujuan, dan perubahan nilai dan norma
yang berlaku di masyarakat.
Setiap akan melakukan kegiatan dimasyarakat /implementasi program,sebaiknya
dibuat dahulu laporan pendahuluan (LP) kegiatan asuhan keperawatan komonitas
yang meliputi:
1. Latar belakang yang berisi kriteria komonitas, data yang perlu dikaji lebih lanjut
terkait implementasi yang akan dilakukan,dan masalah keperawatan komonitas
yang terkait dengan implementasi saat ini.
2. Proses keperawatan komonitas yang berisi diagnose keperawatan komonitas,
tujuan umum, dan tujuan khusus.
3. Implementasi tindakan keperawatan, yang berisi topik kegiatan, target kegiatan,
metode, strategi kegiatan, media dan alat bantu yang dipergunakan , waktu dan
tempat pelaksanaan kegiatan, pengorganisasian petugas kesehatan beserta tugas,
susunan acara, setting tempat acara.
4. Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi proses, dan evaluasi
hasil dengan menyebutkan target persentase pencapaian hasil yang diinginkan.

Pelaksanaan kegiatan perkesmas, dilakukan berdasarkan POA Perkesmas yang


telah disusun. Pemantauan kegiatan perkesmas secara berkala dilaksanakan oleh
kepala puskesmas dan coordinator puskesmas dengan melakukan diskusi tentang
permasalahan yang dihadapi terkait pelaksanaan perkesmas serta melakukan penilaian
setia akhir tahun dengan membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan dengan rencana

17
yang telah disusun. Pembahasan masalah perkesmas dapat dilakukan dengan cara
mengadakan kegiatan :
1. Lokakarya Mini Bulanan
Lokakarya mini bulanan dilakukan setian bulan di puskesmas, dihadiri oleh staf
puskesmas dan unit penunjangnya untauk membahas kinerja internal puskesmas
termasuk cakupan, mutu pembiayaan, masalah, dan hambtan yang ditemui
termasuk pelaksanaan perkesmas dan kaitanya dengan masalah lintas program
lainnya.
2. Lokakarya Mini Tribulanan
Lokakarya mini tribulanan dilakukan setiap 3 bulan sekali, dipimpin oleh camat
dan dihadari oleh staf puskesmas dan unit penunjangnya, instansi lintas- sektor
tingkat kecamatan untuk membahas masalah dalam pelaksanaan puskesmas
termasuk perkesmas terkait dengan lintas – sektor dan pemasalahan yang terjadi
untuk mendapatkan penyelesaiannya.
3. Refleksi Diskusi Kasus (RDK)
Refleksi diskusi kasus merupakan metode yang digunakan dalam merefleksikan
pengalaman dalam satu kelompok diskusi untuk berbagai pengetahuan dan
pengalaman yang didasarkan atas standar yang berlaku. Proses diskusi ini
memberikan ruang dan waktu bagi peserta diskusi untuk merefleksikan
pengalaman masing-masing serta kemampuannya tanpa tekanan kelompok,
terkondisi, setiap peserta saling mendukung, member kesempatan belajar
terutama bagi peserta yang tidak terbiasa dan kurang percaya diri
dalammenyampaikan pendapat (WHO.2003). RDK dilakukan minimal seminggu
sekali, dihadapi oleh perawat perkesmas di puskesmas untuk membahas masalah
teknis perkesmas.

Dalam pemberian asuhan keperawatan komonitas kepada individu / kluarga /


kelompok dan masyarakat agar pemahaman dan ketrampilan perawat komonitas lebih
meningkat. Adapun persyaratan metode RDK adalah:
a) Kelompok terdiri atas 5-8 orang.
b) Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi sebagai
penyaji,dan sisanya sebagai peserta.
c) Posisi fasilitator, penyaji, dan peserta lain dalam diskusi setara (equal).
d) Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman yang terkait asuhan
keperawatan di komonitas yang menarik untuk dibahas dan di diskusikan, perlu
penanganan dan pemecahan masalah.

18
e) Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya
agar peserta dapat bertatapan dan berkomonikasi secara bebas.
f) Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam satu
saat, peserta lainya memperhatiakan dan mendengarkan.
g) Tidak diperkenakan ada dominasi, kritik yang dapat memojokkan peserta lainnya.
h) Peserta berbagi (sharing) pengalaman selama satu jam dan dilakukan secara
rutin.
i) Setiap anggota secara bergiliran mendapat kesempatan sebagai fasilitator, penyaji,
dan anggota peserta diskusi.
j) Selama diskusi, diusahakan agar tidak ada peserta yang tertekan atau terpojok.
Yang diharapkan justru dukungan dan dorongan dari setiap peserta agar terbiasa
menyampaikan pendapat mereka masing-masing.

K. Evaluasi Tindakan Keerawatan Komunitas


Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan informasi yang sistemik berkenaan dengan program kerja dan efektivitas dari
serangkaian program yang digunakan masyarakat terkait program kegiatan, karakteristik,
dan hasil yang telah dicapai (patton, 1986 dalam Helvie, 1998). Program evaluasi
dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencanaan program dan pengambil
kebijakan tentang efektivitas dan efisiensi program. Evaluasi merupakan sekumpulan
metode dan ketrampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan rencana
dan tuntutan masyarakat. Evaluasi digunakan untuk mengetahui beberapa tujuan yang
diharapkan telah tercapai dan apakah itervensi yang dilakukan efektif untuk masyarakat
setempat sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat, apakah sesuai dengan rencana
atau apakah dapat mengatasi masalah masyarakat. Evaluasi ditunjukan untuk menjawab
apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan program apa yang dibutuhkan masyarakat,
apakah media yang digunakan tepat , ada tidaknya program perencanaan yang dapat di
implementasikan, apakah program dapat menjangkau masyarakat, siapa yang yang
menjadi target sasaran program, apakah program yang dilakukan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat. Evaluasi juga bertujuan mengidentifikasi masalah dalam
perkembangan program dan penyelesaian. Program evaluasi dilaksanakan untuk
memastikan apakah ada hasil program sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan,
memastikan biaya program sumber daya, dan waktu pelaksanaan program yang telah
dilakukan. Evaluasi juga diperlukan untuk memastikan apakah prioritas program yang

19
disusun sudah memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan membandingkan perbedaan
program terkait keefektifannya.
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil. Evaluasi program
merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses
pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan. Evaluasi proses
difokuskan pada urutan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil
dapat diukur melalui perubahan pengetahuan ( knowledge) , sikap ( attitude), dan
perubahan prilaku masyarakat.
Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan balik
selama program berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumatif dilakukan setelah program
selesai dan mendapatkan informasi tentang efektifitas pengambilan keputusan.
Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan
dalam pelaksanaan program. Pengukuran efektivitas program dikomonitas dapat dilihat
berdasarkan:
1. pengukuran komonitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan dengan cara mengukur
kesehatan ibu dan anak, mengukur kesehatan komonitas.
2. pengukuran komonitas sebagai pengalaman Pembina hubungan. Pengukuran
dilakukan dengan cara melakukan pengukuran social dari determinan kesehatan.
3. pengukuran komonitas sebagai sumber. Ini dilakukan dengan mengukur tingkat
keberasilan pada kluarga atau masyarakat sebagai sumber informasi dan sumber
intervensi kegiatan.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Survei Mawas Diri (SMD) adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan
pengkajian masalah kesehatan oleh tokoh masyarakat dan kader setempat di bawah
bimbingan petugas kesehatan atau perawat di desa
Musyawarah Masyarakat Desa adalah pertemuan seluruh warga desa untuk
membahas hasil survey mawas diri dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan
yang diperoleh dari survey mawas diri
Beberapa metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yang ada di
komunitas di antaranya windshield survey, informant interview, observasi partisipasi, dan
focus group discussion (FGD)

21
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry . 2009 . Keperawatan kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan . Jakarta . Salemba Medika
Henny, Achjar Komang Ayu . 2011 . Asuhan Keperawatan Komunitas : Teori dan praktek .
Jakarta : EGC

22

Anda mungkin juga menyukai