Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA KELOMPOK KHUSUS LANSIA

Dosen Pembimbing

kepada Ninik Murtiyani, SKM., S.Kep., Ns., M.Kes

Nama Kelompok

Adiningsih kurnia wardani mattarang Kiki aprilia mardiani (0118021)


(0118003) Putri diah ningtyas (0118032)
Diah ayu wulandari (0118011) Shike yolandyta (0118038)
Diana nur azizah (0118012) Taufiq hidayat (0118041)
Fanny okte novita sari (0118015)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN

STIKES DIAN HUSADA

KOTA MOJOKERTO

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas
Pada Kelompok Lansia” dapat terselesaikan. 

Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Ninik Murtiyani,
SKM., S.Kep., Ns., M.Kes  selaku Dosen pengajar Mata Kuliah Keperawatan Komunitas
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengajar penulis selama mengikuti
perkuliahan. 

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 1 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................2

PENDAHULUAN...........................................................................................................2
1. Latar Belakang...................................................................................................2
2. Rumusan Masalah................................................................................................2
3. Tujuan...................................................................................................................2

BAB II..............................................................................................................................2

TINJAUAN TEORI.......................................................................................................2
1. Definisi.................................................................................................................2
2. Batasan Lansia......................................................................................................2
3. Proses Menua.......................................................................................................2
4. Kebutuhan Hidup Lansia......................................................................................2
5. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia...................................................2

BAB III............................................................................................................................2

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS..............................................................2


1. Pengkajian............................................................................................................2
2. Analisis data.........................................................................................................2
3. Diagnosa keperawatan..........................................................................................2
4. Intervensi keperawatan.........................................................................................2
5. Implementasi........................................................................................................2

BAB IV............................................................................................................................2

PENUTUP.......................................................................................................................2
A. Kesimpulan...........................................................................................................2
B. Saran.....................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi, 2009).
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).
Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang
telah berusia > 60 tahun, mengalami penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak
berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang
terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan
suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan deoxyribonucleic acid
(DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan fungsi organ dalam tubuh. Sekitar
65% dari lansia yang mengalami gangguan kesehatan, hidup hanya ditemani oleh
seseorang yang mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara
individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai macam masalah, baik
masalah secara fisik, biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi.
Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan semakin
menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan kemunduran pada peran
sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan
hidupnya. Meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain
dengan kata lain akan menurunkan tingkat kemandirian lansia tersebut. Maslow
(1962, dikutip oleh Ambarwati 2014) menyebutkan teori tentang hierarki kebutuhan,
tingkatan yang tertinggi (ke-5) adalah kebutuhan aktualisasi diri (need for self
Actualization) yang terkait dengan tingkat kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri
dan mengenal serta memahami potensi diri sendiri.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lanisa?
2. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada lansia?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi lansia
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada lansia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan
75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi
memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad
selanjutnya (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah
penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk
lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak
orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi,
2004). 
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/
mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia
(WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-
59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old)
adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok
usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan
fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat
kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat,
dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri
sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang
berkaitan dengan kebutuhan mereka. 
2. Batasan Lansia
1. Batasan usia lansia menurut WHO meliputi (Santi, 2009):
 Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
 Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
 Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun
 Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
2. BatasanLansiamenurutDepkes RI(2009)meliputi:
 Menjelangusialanjut (45-54 thn) : masavibrilitas
 Kelompokusialanjut (55 – 64 thn) : masapresenium
 Kelompokusialanjut (> 64 thn) : masasenium

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Sosial membagi lansia ke dalam 2 kategori
yaitu usia lanjut potensial dan usia lanjut non potensial. Usia lanjut potensial adalah usia
lanjut yang memiliki potensi dan dapat membantu dirinya sendiri bahkan membantu
sesamanya. Sedangkan usia lanjut non potensial adalah usia lanjut yang tidak memperoleh
penghasilan dan tidak dapat mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhannya sendiri (Hayati,
2010).

3. Proses Menua
Proses menua menurut (Santi, 2009), (aging) adalah suatu keadaan alami
selalu berjalan dengan disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun
sosial yang saling berinteraksi. Hal tersebut berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa. Secara individu, pada usia di atas 55
tahun terjadi proses menua secara alamiah.
Menua didefinisikan sebagai perubahan progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama
lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui
tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional
(functionallimitations), ketidakmampuan (disability) dan keterhambatan (handicap)
yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran.
Proses menua dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Apabila
seseorang mengalami proses menua secara fisiologis maka proses menua terjadi
secara alamiah atau sesuai dengan kronologis usianya (penuaan primer). Proses
menua seseorang yang lebih banyak dipengaruhi faktor eksogen, misalnya
lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup disebut mengalami proses menua secara
patologis (penuaan sekunder).
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya
dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial.
Secara umum teori tersebut dijelaskan sebagai berikut (Stanley, 2008):
1. Teori sebab-akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut
teori genetik, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang
berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata
lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya.
2. Teori Wear and Tear
Teori Wear and Tear (Dipakai dan Rusak) mengusulkan bahwa akumulasi sampah
metebolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong
malfungsi molecular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini
percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
3. Riwayat Lingkungan
4. Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari
industry, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam
proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan,
dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan
faktor utama dalam penuaan.
5. Teori Imunitas
Teori Imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka
terhadap orgenisme sering mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk
menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya
fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh.
6. Teori Neuroendokrin
Para ahli menyatakan bahwa penuaan terjadi karena suatu perlambatan dalam suatu
sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh
suatu sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid,
adrenal dan reproduksi.
7. Teori Psikososiologis
Teori Kepribadian Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang
subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya. Teori kepribadian menyebutkan aspek-
aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik
lansia.
8. Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan harus dipenuhi oleh seseorang
pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses.
Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan
yang baik, maka lansia tersebut berisiko untuk mengalami penyesalan atau putus asa.
9. Teori Disengagement
Teori Disengagement (teori pemutusan hubungan) menggambarkan proses penarikan
diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli
teori ini.Proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari,
dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Manfaat
pengurangan kontak sosial untuk lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu
untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak
terpenuhi.
10. Teori Aktivitas
Menurut teori ini, jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif.
Berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan
interaksi yang penuh arti dengan orang lain dan kesejahteraan fisik dan mental orang
tersebut. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pentingnya aktivitas mental dan fisik
yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan
sepanjang masa kehidupan manusia.
11. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu
kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak
kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai
kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada
kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk
memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan
akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah walaupun
usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian secara khas menjadi lebih jelas
pada saat orang tersebut bertambah tua.

4. Kebutuhan Hidup Lansia


Secara lebih detail, kebutuhan lansia terbagi atas (Subijanto et al, 2011):
a) Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan.
b) Kebutuhan psikis yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan mendapatkan
perhatian lebih dari sekelilingnya.
c) Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
d) Kebutuhan ekonomi, meskipun tidak potensial lansia juga mempunyai
kebutuhan secara ekonomi sehingga harus terdapat sumber pendanaan dari luar,
sementara untuk lansia yang potensial membutuhkan adanya tambahan
keterampilan, bantuan modal dan penguatan kelembagaan.
e) Kebutuhan spiritual, spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi
seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul.
Kebutuhan spiritual diidentifikasi sebagai kebutuhan dasar segala usia. Fish dan
Shelly mengidentifikasi kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan akan makna dan
tujuan, akan cinta dan keterikatan dan akan pengampunan (Stanley, 2008).

5. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia


Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut (Stanley,
2008):
a) Perubahan Fisik
Perubahan penampilan Saat seseorang memasuki usia lanjut, penampilan
secara fisik akan berubah. Misal sudah mulai terlihat kulit keriput, bentuk
tubuh berubah, rambut mulai menipis
b) .Perubahan fungsi fisiologis
Perubahan pada fungsi organ juga terjadi pada lansia. Perubahan fungsi organ
ini yang menyebabkan lansia tidak tahan, terhadap temperatur yang terlalu
panas atau terlalu dingin, tekanan darah meningkat, berkurangnya jumlah
waktu tidur.
c) Perubahan panca indera
Perubahan pada indera berlangsung secara lambat dan bertahap, sehingga
setiap individu mempunyai kesempatan untuk melakukan penyesuain dengan
perubahan tersebut. Misal, kacamata dan alat bantu dengar hampir sempurna
untuk mengatasi penurunan kemampuan melihat atau kerusakan pendengaran.
d) Perubahan seksual
e) Pada lansia, terjadi penurunan kemampuan seksual karena pada fase ini
klimakterik pada lansia laki – laki dan menopause pada wanita. Tapi, hal itu
juga tidak membuat potensi seksual benar benar menurun. Ini disebabkan
penurunan atau peningkatan potensi seksual juga dipengaruhi oleh
kebudayaan, kesehatan dan penyesuain seksual yang dilakukan di awal.
f) Perubahan Kemampuan Motorik
1) Kekuatan
Terjadi penurunan kekuatan otot. Hal ini menyebabkan lansia lebih cepat
capai dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk memulihkan diri dari
keletihan dibandingkan orang yang lebih muda.
2) Kecepatan
Kecepatan dalam bergerak nampak sangat menurun setelah usia enam
puluhan.
3) Belajar keterampilan baru
Lansia yang belajar keterampilan baru cenderung lebih lambat dalam
belajar dibanding dengan yang lebih muda dan hasil akhirnya juga
cenderung kurang memuaskan.
4) Kekakuan
Lansia cenderung canggung dan kagok, yang menyebabkan sesuatu yang
dibawa dan dipegangnya tertumpah dan jatuh. Selain itu, lansia juga
melakukan sesuatu dengan tidak hati – hati dan dikerjakan secara tidak
teratur.
5) Perubahan Kemampuan Mental
6) Belajar
Lansia lebih berhati – hati dalam belajar, memerlukan waktu yang lebih
banyak untuk dapat mengintegrasiakan jawaban mereka dan kurang
mampu mempelajari hal – hal baru yang tidak mudah diintegrasikan
dengan pengalaman masa lalu.
7) Berpikir dalam memberi argument
Secara umum terdapat penurunan kecepatan dalam mencapai kesimpulan,
baik dalam alasan induktif maupun deduktif.
8) Kreativitas
Kapasitas atau keinginan yang diperlukan untuk berpikir kreatif bagi lansia
cenderung berkurang.
9) Ingatan
Lansia pada umumnya cenderung lemah dalam mengingat hal – hal yang
baru dipelajari dan sebaliknya baik terhadap hal – hal yang telah lama
dipelajari.
10) Mengingat kembali
Kemampuan dalam mengingat ulang banyak dipengaruhi oleh faktor usia
dibanding pemahamam terhadap objek yang ingin diungkapkan kembali.
Banyak lansia yang menggunakan tanda – tanda, terutama simbol visual,
suara, dan gerakan, untuk membantu kemampuan mereka dalam
mengingat kembali.
11) Mengenang
Kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa lalu
meningkat semakin tajam sejalan dengan bertambahnya usia.
12) Rasa humor
Kemampuan lansia dalam hal membaca komik berkurang dan perhatian
terhadap komik yang dapat mereka baca bertambah dengan bertambahnya
usia.
13) Perbendaharaan kata
Menurunnya perbendaharaan kata yang dimiliki lansia menurun dengan
sangat kecil, karena mereka secara konstan menggunakan sebagian besar
kata yang pernah dipelajari pada masa anak – anak dan remajanya.
14) Kekerasan mental
Kekerasan mental tidak bersifat universal bagi usia lanjut.
15) Perubahan Minat
a. Minat Pribadi
Minat pribadi meliputi minat terhadap diri sendiri, minat terhadap
penampilan, minat pada pakaian dan minat pada uang. Minat terhadap diri
sendiri pada lansia cenderung meningkat, sedangkan minat terhadap uang
dan penampilan cenderung menurun. Untuk minat terhadap pakaian,
disesuaikan dengan kegiatan sosial lansia.
b. Minat Kegiatan Sosial
Dalam bertambahnya usia mengakibatkan banyak orang yang merasa
menderita karena jumlah kegiatan sosial yang dilakukannya semakin
berkurang. Hal ini lazim diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan
kemasyarakatan (social disengagement).
c. Minat Rekreasi
Lansia cenderung untuk tetap tertarik pada kegiatan rekreasi yang biasa
dinikmati pada masa mudanya, dan mereka hanya akan mengubah minat
tersebut kalau betul – betul diperlukan.
d. Minat Kegiatan Keagamaan
Sikap sebagian besar lansia terhadap agama mungkin lebih sering
dipengaruhi oleh bagaimana mereka dibesarkan atau apa yang telah
diterima pada saat mencapai kematangan intelektualnya. Bagaimanapun
juga, perubahan minat dan sikap terhadap kegiatan keagamaan merupakan
ciri orang berusia lanjut dalam beberapa kebudayaan dewasa ini. Beberapa
perubahan keagamaan selama usia lanjut memberi pengaruh pada usia
lanjut, antara lain dalam hal toleransi keagamaan dan ibadat keagamaan.
Terdapat bukti-bukti bahwa kualitas keanggotan dalam tempat peribadatan
memainkan peranan yang lebih penting bagi penyesuaian individual pada
usia lanjut dibanding keanggotan itu sendiri. Mereka yang aktif di
tempatperibadatan secara sukarela di waktu masih muda cenderung dapat
menyesuaikan diri dengan pada masa tuanya dibanding mereka yang minat
dan kegiatannya dalam perkumpulan keagamaan terbatas.
e. Minat Mengenai Kematian
Semakin lanjut usia seseorang, biasanya mereka menjadi semakin kurang
tertarik terhadap kehidupan akherat dan lebih mementingkan tentang
kematian itu sendiri serta kematiannya sendiri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi
tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk etiologi
fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada lanjut usia
yag dirawat (Kushariyadi, 2010).
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan
pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan
subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang pendidikan,
pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang subsistem
sebagai berikut :.
1) Data inti
a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
1. Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk lansia
dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik, pekerjaan,
agama, nilai – nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas yang dapat dicontohkan sebagai berikut :
 Jumlah penduduk              : 987 jiwa
a) Laki – laki                  : 523 jiwa
b) Perempuan                 : 464 jiwa
 Pendidikan penduduk      : Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga
lulus SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi.
 Suku Bangsa                     : Suku Jawa
 Status perkawinan             : Menikah dan kebanyakan penduduk di komunitas
tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya meninggal.
 Nilai dan kepercayaan       : Nilai dan norma para masyarakat masih mengenal
nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini dapat
dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang masih terus
berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah.
 Agama: Mayoritas beragama Islam dan beberapa diantaranya beragama
nasrani

2. Data subsistem
1.   Lingkungan fisik
1) Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau panas,
apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan warga atau
tidak.
2)    Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
keadaan saluran air disekitar rumah.
3)   Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan lansia,
contohnya seperti pabrik.
4) Jarak antar rumah/ kepadatan
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling berdempetan.
2. Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana pendidikan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga.
3. Keamanan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam atau
polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak. Sarana
transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi sehari menggunakan
kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
4. Politik dan pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.
5. Pelayanan social dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau
apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan
kesehatan.
6. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk
saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi dari luar
misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
7.   Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau tidak,
bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
8. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau
oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk
mengurangi stress.

2. Analisis data

No. Data Problem Etiologi


1 Ds: Diabetes pada lansia Kebiasaan hidup lansia yang tidak
- Kader posyandu terkontrol
mengatakan 35% lansia
menderita diabetes
namun jarang
memeriksakan
kondisinya.
Do:
- Lansia menkonsumsi
makanan dengan tidak
terkontrol dan hanya
berada di rumah setiap
harinya
2 DS: Bidan desa Defisit kesehatan Ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti
mengatakan lansia komunitas pada lansia posyandu lansia
banyak yang menderita
hipertensi dan lansia
malas mengikuti
posyandu lansia yang
diselengarakan setiap
bulannya.

3. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak
terkontrol. (D.0027)
2. Defisit kesehatan komunitas pada lansia berhubungan dengan ketidak patuhan
lansia dalam mengikuti posyandu lansia (D.0110)

Perencanaan
Pada prioritas masalah pada kelompok lansia di atas adalah Ketidakstabilan gula darah
karena jika tidak segera di atasi akan menyebabkan timbul penyakit laiinhya pada lansia
Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total
Diagnosa keperawatan penyelesaian positif untuk untuk score
komunitas pada lansia  masalah penyelesaian di Peningkatan
komunitas kualitas hidup
1 : rendah
0 : tidak ada 0 : tidak ada
2 : sedang
1 : rendah 1 : rendah
3 : tinggi
2 : sedang 2 : sedang

3 : tinggi 3 : tinggi

3. Ketidakstabilan gula darah 3 3 3 9


berhubungan dengan
kebiasaan hidup lansia yang
tidak terkontrol. (D.0027)

4. Defisit kesehatan komunitas 2 3 3 8


pada lansia  Ketidakstabilan
gula darah (D.0010)
5.
Kesimpulan; masalah prioritas pada kelompok lansia di atas adalah ketidakstabilan gula
darah.

4. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang
Diabetes berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
dengan kebiasaan hidup tindakan keperawatan tindakan keperawatan
lansia yang tidak selama 4 minggu, selama 8 minggu,
terkontrol ditandai komunitas diharapkan: komunitas diharapkan
dengan 35 % lansia
1.      Lansia mampu angka diabetes (kadar
menderita diabetes mengontrol asupan glukosa) pada lansia
makanan sehari harinya dapat menurun
dan dapat melakukan
sedikit aktivitas.
2.      Lansia rutin setiap
bulannya menghadiri
kegiatan posyandu lansia
yang diadakan.

5. Implementasi
no Dx keperawatan Kegiatan
1 6. Ketidakstabilan gula darah berhubungan 1. Melakukan pendekatan secara
dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak formal dengan lansia
terkontrol. (D.0027) 2. Mengidentifikasi kesiapan
dan kemampuan lansia dalam
menerima informasi 
3. Mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat
mempengaruhi kadar gula
darah naik
4. Menyediakan materi dan
media pendidikan kesehatan
pada lansia 
5. Menjelaskan faktor resiko
yang dapat mempengaruhi
kesehatan

6. Evaluasi
Evaluasi pada asuhan keperawatan komunitas kelompok lansia yang didapat melalui
pendekatan itu adalah pemahaman tentang ketidakstabilan gula darah pada lansia agar
lansia tetap hidup dengan pola makan yang sehat dan pola hidup yang sehat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menua didefinisikan sebagai perubahan progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan
adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi
satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat
digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan
fungsional (functionallimitations), ketidakmampuan (disability) dan
keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses
kemunduran.

B. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang bersifat membangun ke arah kebaikan demi kelancaran dan kesempurnaan
penulis ini. Makalah ini tidak luput dari banyak kekurangan. Maka dari itu,
marilah kita cari dan bacalah buku tentang Konsep Asuhan Keperawatan
Komunitas Pada Lansia yang lain di berbagai buku-buku atau dari internet agar
wawasan kita mengenai Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Lansia
bisa dikembangkan lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta :
EGC.
Basford, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan Integral
pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid) Pada
Lansia. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
https://id.scribd.com/doc/174325350/Asuhan-Keperawatan-Komunitas-Kelompok-Khusus-
Lansia

Anda mungkin juga menyukai