Disusun Oleh :
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien CVA Infark di ruangan Kencono
Wungu RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo kota Mojokerto
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan perdarahan darah
pada otak yang bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan cacat berupa
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berfikir, daya ingat dan
bentuk-bentuk kecacatan lain hingga menyebabkan kematian (Muttaqim, 2008 :
234).
CVA adalah sindrom klinis yang awal timbul mendadak, progresif, cepat
berupa defisit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih
langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
perdarahan otak non traumatik. (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Hal 17).
CVA infark adalah gangguan disfungsi otak baik sinistra atau dextra dengan
sifat antara lain :
Permulaan cepat dan akut atau sub akut
Terjadi kurang lebih 2 minggu
CT –Scan terdapat bayangan infak setelah 3 hari. (Arif Mansjoer, dkk.2000).
2. ETIOLOGI
Ada beberapa penyebab CVA (Muttaqin,2008:235)
a. Thrombosis Serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemik jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti di sekitarnya.Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang
tidur atau bangun tidur.Terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah. Thrombosis serebri ini disebabkan karena adanya :
Aterosklerosis : mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan elastistas
dinding pembuluh darah.
Hiperkoagulasi : darah yang bertumbuh kental akan menyebabkan
viskosital/haematocrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran
darah cerebral.
Arteritis : radang pada arteri
b. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus
di jantung yang terlepas dan menyumbat system arteri serebri. Keadaan-
keadaan yang dapat menimbulkan emboli :
Penyakit jantung reumatik
Infark miokardium
Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpulan-gumpulan
kecil yang dapat menyebabkan emboli cerebri.
Endocarditis : menyebabkan gangguan pada endocardium
3. PATOFISIOLOGI
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen.
Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus,
maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1
menit dapat mengarah pada gejalan yang dapat menyebabkan nekrosisi
mikroskopik neuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebur infark. Kekurangan
oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia mum (karena henti jantung atau
hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk
bernafas. Stroke karena embolus dapat mengakibatkan akibat dari bekuan darah,
udara, palque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorrhagi
maka faktor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut
dapat terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemorrhagi (Wijaya & Putri, 2013)
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan infark
sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan
pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan
intrakranial (TIK) dan kematian pada area yang luas.Prognosisnya tergantung
pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena (Wijaya & Putri, 2013).
Bila terjadi kerusakan pada otak kiri, maka akan terjadi gangguan dalam hal
fungsi berbicara, berbahasa, dan matematika (Farida & Amalia, 2009). Akibat
penurunan CBF regional suatu daerah otak terisolasi dari jangkauan aliran darah,
yang mengangkut O2 dan glukose yang sangat diperlukan untuk metabolisme
oksidatif serebral. Daerah yang terisolasi itu tidak berfungsi lagi dan karena itu
timbullah manifestasi defisit neurologik yang biasanya berupa hemiparalisis,
hemihipestesia, hemiparestesia yang bisa juga disertai defisit fungsi luhur seperti
afasia (Mardjono & Sidharta, 2014). Apabila arteri serebri media tersumbat
didekat percabangan kortikal utamanya (pada cabang arteri) dapat menimbulkan
afasia berat bila yang terkena hemisfer serebri dominan bahasa (Mutaqin, 2011).
Lesi (infark, perdarahan, dan tumor) pada bagian posterior dari girus temporalis
superior (area wernicke) menyebabkan afasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan dan tertulis, kelainan ini dicurigai bila klien tidak bisa
memahami setiap perintah dan pertanyaan yang diajukan. Lesi pada area fasikulus
arkuatus yang menghubungkan area wernicke dengan area broca mengakibatkan
afasia konduktif, yaitu klien tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan sulit
menyebutkan nama-nama benda tetapi dapat mengikuti perintah. Lesi pada bagian
posterior girus frontalis inferoior (broca) disebut dengan afasia eksprektif, yaitu
klien mampu mengerti terhadap apa yang dia dengar tetapi tidak dapat menjawab
dengan tepat, bicaranya tidak lancar (Mutaqin, 2011)
4. PATHWAY
Defisit Neurologis
Resiko kerusakan
integritas kulit
5. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Hudak dan Gallo dalam buku Keperawatan Kritis ( 1996 : 258-260),
yaitu:
Lobus Frontal
1. Defisit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian singkat,
peningkatan distraktibilitas (mudah buyar), penilaian buruk, tidak mampu
menghitung, memberi alasan atau berfikir abstrak.
2. Defisit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan otot-otot
bercara), disfagia (kerusakan otot-otot menelan).
3. Defisit Aktivitas Mental dan Psikologi antara lain : labilitas emosional,
kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial, penurunan toleransi terhadap
stress, ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacauan mental dan
keputusan, menarik diri, isolasi, depresi.
Lobus Parietal
- Dominan
1. Defisit sensori antara defisit visual (jarak visual terpotong sebagai
besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap sensasi
(sentuhan, nyeri, tekanan, panas, dan dingin), hilangnya respon
terhadap propriorespsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh).
2. Defisit bahasa / komunikasi
Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-
pola bicara yang dapat di pahami)
Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang di ucapakan)
Afasia global (ketidakamampuan untuk mengerti kata yang
dituliskan)
Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam
tulisan)
- Non Dominan
1. Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan
menginterprestasi diri/lingkungan) anatara lain :
Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal
terhadap ekstremitas yang mengalami paralise)
Disorientasi (waktu , tempat, dan orang)
Apraksia (kehilangan kemampuan untuk menggunakan obyek-
obyek dengan tepat).
Agnosia (ketidakmampuan untuk mengindentifikasi lingkungan
melalui indra).
Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan
Kerusakan memori untuk meningkat letak spasial obyek atau
tempat
Disorientasi kanan-kiri
Lobus occipital :
Defisit lapang penglihatan penurunan ketajaman penglihatan, diplobia
(penglihatan ganda), buta
Lobus temporal
Defisit pendengaran,gangguan keseimbangan tubuh.
6. KLASIFIKASI
1. Laboratorium
a. Pada pemeriksaan paket stroke : viskositas darah pada pasien CVA ada
peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), asam Arachidonic
(AA), platelet Acitiving Factor (PAF). Fibrinogen (Muttaqin,2008 : 249-
252).
b. Analisis laboratorium standart mencakup urinalis, HDL pasien CVA Infark
mengalami penurunan HDL bertujuan mengukur kecepatan sel darah merah
mengedap dalam tabung menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak
menunjukkan tabung apakah itu radang jangka lama, misalnya artritis, panel
metabolik dasar (Natrium (135-145 nMol/L), kalium (3,6-5,0 mMoI/I),
klorida). (Prince,dkk,2005:1122)
c. Pungsi lumbal
d. Pemeriksaan liquor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
kecil biasanya warna liquor masih normal sewaktu hari-hari pertama
e. Pemeriksaan sinar X toraks : dapat mendeteksi pembesaran jantung
(kardiomegali) dan infiltrate paru yang berkaitan dengan gagal jantung
kongestif. (Prince,dkk,2005:1122)
2. Ultrasonografi (USG) karotis : evaluasi standard untuk mendeteksi gangguan
aliran darah karotis dan kemungkinan memperbaiki kausa stroke.
( Prince,dkk,2005:1122)
3. Angiografi serebrum : membentuk menetukan penyebab stroke secara spesifik
seperti lesi ulseratif, stenosis, displosia fibraomuskular, fistula arteriovena,
vaskulitis, dan pembentukan thrombus di pembuluh besar.
( Prince,dkk,2005:1122)
4. Pemindaian dengan positron Emission Tomography (PET) : mengindentifikasi
sebesar besar suatu daerah otak menerima dan menerima dan metabolisme
glukosa serta luas cedera (Prince,dkk,2005:1122)
5. Ekokardiogram transesofagus (TEE) : mendeteksi sumber kardioembolus
potensial. (Prince,dkk,2005:1123)
6. CT-Scan : pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemik dan posisinya secara
terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak. (Muttaqin,2008:140)
7. MRI : menggunakan gelombang magnetik untuk memeriksa posisi dan besar
atau luasnya daerah infark. (Muttaqin,2008:140)
10. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan konservatif
a. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus
b. Mencegah peningkatan TIK
Antihipertensi
Deuritika
Vasodilator perifer
Antikoagulan
Diazepam bila kejang
Anti tukak misal cimetidine
Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena pasien akan
mudah terkena infeksi, hiperglikemia dan stress ulcer/perdarahan
lambung.
Manital : mengurangi edema otak
2. Operatif
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan
evakuasi hematoma karena hipertensi intracranial yang menetap akan
membahayakan kehidupan pasien.
3. Fase pemulihan ( >10 hari )
Terapi bicara
Terapi fisik
Stoking anti embolisme
11. PENCEGAHAN
Kontrol teratur tekanan darah
Menghentikan merokok
Menurunkan konsumsi cholesterol dan kontrol cholesterol rutin
Mempertahankan kadar gula normal
Mencegah minum alkohol
Latihan fisik teratur
Cegah obesitas dan mencegah penyakit jantung dapat mengurangi resiko
stroke
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Mengkaji data identitas pasien dan penanggung jawab pasien yang meliputi :
nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, pernikahan
ke-, lamanya pernikahan, dan alamat.
B. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Adanya kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan sampai saat pasien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan. Serangan
stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat pasien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan
fungsi otak yang lain.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh pasien yaitu adanya riwayat
hipertensi, diabetes milletus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obatan anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari genogram keluarga biasanya ada riwayat keluarga yang menderita
hipertensi ataupun diabetes milletus.
e. Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan, dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
C. Pemeriksaan Fisik
Data bergantung pada berat dan lamanya, serta pengaruh pada fungsi organ :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : pasien akan mengalami kesulitan bergerak atau beraktivitas akibat
kelemahan, hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
2. Sirkulasi
Gejala : ada riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia,
dan adanya hipertensi arterial.
3. Integritas Ego
Gejala : emosi labil, hilang harapan, perasaan tidak berdaya, respon yang tidak
tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri
4. Eliminasi
Gejala : perubahan kebiasaan BAB dan BAK. Misalnya inkontinentia urin, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, dan suara usus menghilang.
5. Makanan/cairan
Gejala : nafsu makan hilang, mual dan muntah adanya PTIK, daya sensori hilang
di lidah, pipi, tenggorokan, disfagia, peningkatan lemak dalam darah, masalah
dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring).
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala yang bervariasi intensitasnya, perubahan tingkah laku yang
tidak stabil, gelisah, kelemahan, ketegangan pada otak/muka.
7. Pernafasan
Gejala : ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas, suara nafas
wheezing atau ronkhi, timbulnya pernafasan yang sulit dan/atau tak teratur.
8. Keamanan
Gejala : sensorik motorik (masalah penglihatan) menurun atau hilang mudah
terjadi injury, perubahan persepsi dan orientasi, tidak mampu menelan sampai
ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi, dan tidak mampu mengambil
keputusan, gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu
tubuh, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri.
9. Interaksi Sosial
Gejala : gangguan dalam bicara, ketidakmampuan berkomunikasi
10. Neuro Sensori
Gejala : pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub archanoid, dan intracranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspallopia,
lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan
dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis : umumnya terdapat gangguan nervus
cranialis VII dan XII central. Penglihatan menurun, diplopia, gangguan
rasa pengecapan, dan penciuman, paralisis, atau parese wajah.
Pemeriksaan motorik : hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada
salah satu sisi tubuh, kelemahan, kesemutan, kebas, genggaman tidak
sama, refleks tendon melemah secara kontralateral, apraksia.
Pemeriksaan sensorik : dapat terjadi hemihipestesi, hilangnya rangsang
sensorik kontralateral.
Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan
refleks patologis
Sinkop/pusing, sakit kepala, gangguan status mental.tingkat kesadaran,
gangguan fungsi kognitif seperti penurunan memori, pemecahan masalah,
afasia, kekakuan nukhal, kejang, dll.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan b.d infark serebral (D.0009)
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d Hemiplegi dan hemiparesis (D.0054)
3. Kerusakan komunikasi verbal b.d Disartria, afasia, apraksia (D.0119)
III.Intervensi
IV. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat melaksanakan rencana tindakan yang telah
disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara
optimal (Nursalam, 2008)
V. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan perencanaan antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Aimadi, 2008)
STIKes Dian Husada Mojokerto
FORMAT PENGKAJIAN
A. Pengkajian
I. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny K
Umur : 58 Thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. Rambutan 7/8 wates magersari
Tanggal MRS : 23-09-2021
Tanggal Pengkajian : 27-09-2021
Diagnosa Medis : Stroke infark
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke RS karena mengalami pendarahan dari
kemaluan
2. Riwayat Kesehatan sekarang
Pada saat pengkajian tanggal 23 September 2021 keluarga
pasien mengeluh keluar darah dari kemaluan, pasien syok tadi
sore. Darah bercampur gumpalan-gumpalan darah, terdapat
kotoran pasien diantara darah, lemas (+), mual (-), muntah (-),
pasien susah diajak komunikasi, bisa berbicara tapi tidak
nyambung, lemah setengah badan (+) sebelah kanan, nyeri kepala
(-), BAB (+), BAK (+). Pada saat pengkajian didapatkan data TD :
110/70, N : 128, SPO2 : 93%, S : 36,5
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Hipertensi(+), DM (+), CVA(+)
4. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat
penyakit
B. PENGKAJIAN POLA
1. Pola persepsi kesehatan, pemeliharaan kesehatan
Sebelum Sakit : Keluarga pasien Ny.K terdapat stroke sebelah
kanan, hipertensi (+) diberi obat dari apotik, DM (+) diberikan obat
dari apotik. Keluarga pasien mengatakan berobat ketika penyakit
Ny.K tidak bisa ditangani sendiri dirumah.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan sudah menyadari
penyakit Ny.K tidak bisa ditangani oleh keluarga sendiri
2. Pola nutrisi dan metabolism
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan Ny.K makan dan
minum 2-3x sehari
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan Ny.K tidak mau makan
nasi samasekali hanya makan makanan ringan seperti kolak itupun
sedikit.
3. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum sakit : BAB 1-2x sehari, konsistensi lunak, berwarna
kekuningan, bau khas, tidak ada campuran darah
Saat sakit : pola BAB hanya 1x terkadang tidak sama sekali
karena Ny.K susah untuk mengkonsumsi makanan/tidak mau
makan
b. BAK
Sebelum sakit : BAK ± 4-5 dalam sehari konsistensi kuning
jernih, bau khas, tidak ada endapan dan tidak ada darah
Saat sakit : BAK setiap hari jam 07.15 terdapat di urine bag
200 cc- 800 cc konsistens warna kuning keruh, bau khas, ada
endapan darah (terkadang)
4. Pola aktivitas-latihan
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan Ny.K sedikit
aktivitas karena terdapat stroke sebelah kanan
Saat sakit : Ny.K hanya tidur di bad dan miring kanan kiri,
kelemahan otot (+)
5. Pola istirahat-tidur
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan N.y K tidur
berkualitas dan berkuantitas 8-11 jam tanpa adanya gangguan
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan N.y K saat sakit jarang
bisa tidur, sering begadang, kuantitas sekitar 8-10 perhari
6. Pola kognitif-persepsi (sensori)
Sebelum sakit : Pendengaran pasien tidak normal, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran maupun penglihatan, pasien
berbicara secukupnya terkadang kurang jelas
Saat sakit : Pendengaran pasien tidak normal, tidak menggunakan
alat bantu pendengaran dan penglihatan, pasien berbicara jika
ditanya dan menjawab tidak sesuai
7. Pola konsep diri
Sebelum sakit : Keluarga pasien selalu memberi dukungan kepada
pasien agar pasien penyakitnya tidak memburuk
Saat sakit : keluarga selalu memberi dukungan ke pasien agar
pasien cepat sembuh dan pulang kerumah dengan keadaan lebih
baik lagi
8. Pola hubungan peran
Sebelum sakit : Komunikasi sering menggunakan bahasa jawa
atau bahasa yg mudah di mengerti oleh Ny.K
Saat Sakit : Komunikasi sering menggunakan bahasa yang mudah
di mengerti oleh Ny.K dan terkadang bicara dengan tambahan
gerakan tangan
9. Pola seksual-reproduksi
Sebelum dan saat sakit : tidak ada gangguan dan kelainan pada
sistem reproduksi
10. Pola penanganan masalah stress
Sebelum dan saat sakit : Tidak terkaji
11. Pola keyakinan, nilai-nilai
Sebelum dan saat sakit : Tidak terkaji
VII. DIAGNOSA
a. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan konsentrasi hemoglobin ditandai
dengan hasil hemoglobin L 8.0 g/dL (D.0009)
b. Gangguan mobilitas fisik b.d Penurunan kendali otot, penurunan masa
otot, penurunan kekuatan otot, gangguan muskuloskeletal ditandai dengan
kekuatan otot (-) (D.0054)
VIII. INTERVENSI
Edukasi
- Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi
2. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
mobilitas fisik tindakan (1.05173)
b.d Penurunan keperawatan selama Observasi
kendali otot, 2x24 jam maka - Identifikasi
penurunan masa Kriteria Hasil : toleransi fisik
otot, penurunan - Pergerakan melakukan
kekuatan otot, ekstermitas pergerakan
gangguan meningkat - Monitor kondisi
muskuloskeletal - Kekuatan otot umum selama
ditandai dengan meningkat melakukan
kekuatan otot (-) - Rentang Gerak mobilisasi
(D.0054) (ROM)
Terapeutik
meningkat
- Fasilitasi aktivitas
- Kaku sendi
mobilisasi dengan
menurun
alat bantu (mis.
- Gerakan tidak
Pagar tempat tidur)
terkoordinasi
- Libatkan keluarga
menurun
untuk membantu
- Gerakan
pasien dalam
terbatas
meningkatkan
menurun
pergerakan
- Kelemahan
fisik menurun Edukasi
- Anjur melakukan
(L.05042)
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sesederhana yang
harus dilakukan
(mis. Duduk
ditempat tidur,
duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari
tempat tidur ke
kursi)
IX. IMPLEMENTASI
X. EVALUASI