Oleh :
Pega, S. Kep
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) :
SPIRITUAL
B. Latar Belakang
Kemajuan zaman yang sedemikian cepat menuntut manusia untuk bisa menyesuaikan
ritmenya. Mereka yang menang adalah orang-orang yang mampu berjalan selaras dengan
kemajuan dan bertahan dalam persaingan hidup. Sementara yang tidak mampu
menyesuaikan diri maka akan segera tersingkir dan mati. Demikianlah realita hidup masa
kini, manusia dihadapkan pada tekanan hidup yang berat dan sangat memengaruhi kondisi
psikis mereka. Sehingga tidak jarang mereka yang tidak kuat menghadapi tekanan-tekanan
hidup akan stress.
Kegagalan dalam memberi koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam
jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental.
Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber
tekanan, perbedaan antar individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan
(Dermawan & Rusdi, 2013). Oleh karena itu perlunya terapi pendukung atau terapi
modalitas yang dapat memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahap
dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar. Salah satu terapi modalitas yang
dapat diterapkan yaitu terapi spiritual.
C. Tujuan
Tujuan Umum: Tujuan umum yaitu klien untuk mengembalikan keseimbangan,
keutuhan dan kesatuan antara dunia fisik dan metafisik yang
mengintegrasikan dimensi fisik, mental, emosional dan spiritual.
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat mengenal apa itu dzikir
2. Klien mampu menyebutkan bacaan / do’a dalam dzikir
3. Klien mampu memperagakan cara berdzikir
4. Klien dapat menerapkan dzikir dalam mengisi waktu kosongnya.
D. Landasan Teori
1. Konsep Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan
dalam upaya mengubah perilaku pasien dan perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku adaptif (Kusumawati & Hartono, 2011). Terapi modalitas keperawatan jiwa
dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahap
dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat
terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung
yang ada ketika menjalani terapi (Nasir, et al, 2011).
E. Klien
1. Karakteristik/kriteri Klien
a. Status mental tidak rentan/rapuh atau emosi yang sudah stabil
b. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah klien yang tidak dalam keadaan
sakit, terinfus dan terpasang alat medis lainnya.
c. Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)
d. Beragama Islam
2. Proses Seleksi
a. Mengumpulkan data klien
b. Menganalisis data klien
c. Obsevasi di ruangan klien
d. Menentukan klien
3. Antisipasi Masalah
a. Beri perhatian khusus pada penyampaian materi dan praktek
b. Bimbing peserta TAK mengikuti perintah terapis
c. Buat kontrak dengan seluruh peserta TAK untuk disiplin selama proses kegiatan
berlangsung dengan tidak meninggalkan tempat sesuai kontrak waktu.
4. Lama : 30 menit
8. Pengorganisasian
- Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia),
dinamika jalannya terapi, keadaan peserta (aktif, pasif, kooperatif)
- Mengawasi berlangsungnya terapi dari mulai persiapan, proses hingga
penutupan
- Memberikan umpan balik kepada leader, co-leader, fasilitator tentang
jalannya terapi
H. Setting Tempat
Ruang Pertemuan Panti Sosial Harapan Kita
a. Terapis dengan klien duduk bersama membentuk persegi panjang
b. Ruang nyaman dan tenang
Contoh Denah
Ket:
: Leader dan Co-Leader : Observer
: Klien : Fasilitator
: Dokumentasi
I. Langkah Kegiatan
a. Tahap Pre-Orientasi
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi sebelumnya
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Tahap Orientasi
1. Salam Terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien
- Klien dan terapis pakai papan nama
2. Evaluasi/validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
- Menanyakan pengalaman klien dalam berdzikir.
3. Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara berdzikir
- Menjelaskan cara main berikut: Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada terapis dan Setiap klien mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai.
c. Tahap Kerja
1. Terapis meminta klien menyebutkan pengertian berdzikir, do’a dalam dzikir,
dan cara berdzkir. Ulangi sampai semua klien mendapat giliran.
2. Berikan pujian setiap klien selesai menjawab.
3. Terapis menjelaskan cara-cara dan do’a dalam dzikir.
4. Meminta klien untuk mendemonstrasikan kembali tata cara berdzikir
5. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara berdzikir.
6. Memberikan pujian kepada klien
7. Upayakan semua klien mampu dan mau berdzikir.
d. Tahap Terminasi
1. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah berdzikir
- Menanyakan ulang pada saat kapan saja klien dapat berdzikir.
2. Rencana Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari saat
sedang sendiri atau tidak ada pekerjaan
- Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut Terapi pada kolom nama klien.
b. Berikan penilaian pada masing-masing peserta terapi mengenai kemampuan dalam
menyebutkan definisi berdzikir, do’a dalam dzikir dan cara berdzikir.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien pada proses kegiatan berlangsung
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan & Rusdi. 2013. Asuhan Keperawatan Psikiatrik. Yogyakarta : Gosyeng Publishing
Fanada, Merry. 2012. Perawat dalam Penerapan Therapi Psikoreligi untuk menurunkan tingkat
stress pada pasien dengan halusinasi pendengaran di rawat inap Bangau RS Ernaldi Bahar
Palembang. Badan Diklat Provinsi SumSel
Inayah, Afi Dhotul. 2013. Metode Rehabilitasi Non Medis di Rumah Sakit Khusus Jiwa H.
Mustajab Purbalingga dalam Pandangan Terapi Sufistik
Isaacs, Ann.2004. Panduan Belajar : keperawatan kesehatan psikiatrik. Jakarta : EGC