Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

STROKE

Di Susun Oleh:

Antonius Alexander (1302015)

I Gede Rendy A V (1302055)

Lades (1302073)

Petrus Sugiarto (1302097)

Yogi Natanael (1302140)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Kasus Stroke Fase Akut (Hemoraghie & Non
Hemoraghie) tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan yang
kami susun.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya penyusunan makalah ini.

Yogyakarta, 8 September 2016

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah infark dari sebagian otak karena kekurangan aliran darah ke
otak (Junaidi, 2004). Otak merupakan organ yang membutuhkan banyak
oksigen dan glukosa. Oksigen dan glukosa diperoleh dari darah. Apabila di
otak hampir tidak ada cadangan oksigen, maka dapat merusak daerah-daerah
yang ada di otak yang dapat menyebabkan fungsi otak terganggu oleh keadaan
aliran darah. Jadi otak sangat bergantung kepada keadaan aliran darah setiap
saat. Apabila aliran darah kesuatu daerah otak terhenti selama kira-kira tiga
menit maka jaringan otak akan mati. Stroke adalah manifestasi klinis dari
gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun motorik dan menyeluruh
(global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau
berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain dari pada
gangguan vascular (Hendarso Susilo 2000).

Di dunia stroke merupakan peringkat kedua penyebab kematian. Kasus stroke


di seluruh dunia diperkirakan mencapai 50 juta jiwa, 9 juta diantaranya
menderita kecacatan berat. Yang lebih berat lagi 10% mengalami kematian
(Yayasan Stroke Indonesia, 2005). Secara global, pada saat tertentu sekitar 80
juta orang menderita stroke. Setiap tahun terdapat 13 juta penderita stroke
baru, dimana sekitar 4,4 juta diantaranya meninggal dalam 12 bulan. Terdapat
sekitar 250 juta anggota keluarga yang dapat bertahan hidup dengan mengidap
stroke (Feigin, 2004).

Di Indonesia penyakit stroke menduduki posisi ketiga setelah jantung dan


kanker. Sebanyak 87% penduduk Indonesia menderita stroke, dan 28,5%
penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian
maupun total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke
atau kecacatan. Berdasarkan data Prevelensi Hipertensi sebagai faktor resiko
utama yang tidak terkendali di Indonesia adalah sekitar 95 %, maka para ahli
Epidemiologi meramalkan bahwa saat ini dan masa yang akan datang sekitar
12 juta penduduk Indonesia yang berumur diatas 35 tahun mempunyai potensi
terkena serangan Stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2005).

Hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan gaya hidup, terutama pada orang
yang tinggal di daerah perkotaan modern. Di daerah perkotaan modern banyak
dijumpai orang-orang yang memiliki kebiasaan makan makanan siap saji,
kebiasaan merokok, dan minum beralkohol. Era globalisasi menyebabkan
informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru
kebiasaan negara barat yang dianggap sebagai cermin pola hidup modern.
Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang
mengandung kadar lemak jenuh tinggi, minum beralkohol, merokok, kerja
berlebihan, kurang berolahraga, dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia
terutama di perkotaan. Sedangkan,kesemua perilaku tersebut merupakan
faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit stroke.\

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan disusunya makalah ini mahasiswa diharapkan mampu
mengaplikasikan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan gawat
darurat sistem neurologi (Stroke).
2. Tujuan Khusus
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu:
a. Mampu memahami patofisiologi stroke
b. Mampu memahami penatalaksanaan medis kegawatdaruratan stroke
c. Mampu memahami pengkajian keperawatan dalam konteks
kegawatdaruratan dengan kasus stroke
d. Mampu memahami diagnosa keperawatan yang muncul dalam
kontekskegawat daruratan kasus stroke
e. Mampu memahami rencana keperawatan dalam konteks
kegawatdaruratan kasus stroke
f. Mampu memahami intervensi keperawatan dalam konteks
kegawatdaruratan kasus stroke
g. Mampu memahami evaluasi keperawatan dalam konteks
kegawatdaruratan kasus stroke

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam konteks kegawatdaruratan sistem neurologi (stroke)
sebagai berikut ini:
1. Apa yang di maksud dengan patofisiologi stroke
2. Apa yang di maksud dengan penatalaksanaan medis kegawatdaruratan
stroke
3. Bagaimana melakukan pengkajian keperawatan dalam konteks
kegawatdaruratan dengan kasus stroke
4. Bagaimana merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul dalam
konteks kegawatdaruratan dengan kasus stroke
5. Bagaimana melakukan rencana keperawatan dalam konteks
kegawatdaruratan dengan kasus stroke
6. Bagaimana melakukan intervensi keperawatan dalam konteks
kegawatdaruratan dengan kasus stroke
7. Bagaimana melakukan evaluasi keperawatan dalam konteks
kegawatdaruratan dengan kasus stroke
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah diotak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
(Batticaca, Fransisca B, 2012)
Sedangkan menurut Hudak (1996), stroke adalah defisit neurologis yang
mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari
cardiovaskular disease (CVD).
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan gejala hilangnya fungsi
system saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik
atau menit). Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau
menyebabkan kematian.
(Lionel Ginsberg, 2007)
B. Patofisiologi
C. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan stroke hemoragik
1. Terapi stroke hemoragik pada serangan akut
a. Saran operasi diikuti pemeriksaan.
b. Masukkan klien ke unit perawatan saraf untuk dirawat diruangan
bedah saraf.
c. Penatalaksanaan umum dibagian saraf.
d. Penatalaksanaan khusus pada kasus:
 Subarachoid hemorrage dan intraventricular hemorrage,
 Kombinasi antara parenchymatous dan subarachoid hemorrage,
 Parenchymatous hemorrage.
e. Neurologis
 Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya.
 Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan
otak.
f. Terapi perdarahan dan perawatan pembuluh darah
 Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis kecil.
- Aminocaproic acid 100-150ml% dalam cairan isotonik 2 kali
selama 3-5 hari, kemudian 1 kali selama 1-3 hari.
- Antagonis untuk pencegahan permanen : Gordox dosis pertama
300.000 IU kemudian 100.000 IU 4 x per hari IV : Contrical
dosis pertama 30.000 ATU, kemudian 10.000 ATU x 2 per hari
selama 5-10 hari
 Natrii etamsylate (dynone) 250mg x 4 hari IV sampe 10 hari.
 Kalsium mengandung obat : rutinium, vicasolum, ascorbicum
 Profilaksis vasospasme
- Calcium-chanel antagonist (nimotop 50 ml [ 10mg per hari IV
diberikan 2mg per jam selama 10-14 hari ).
- Awasi peningkatan tekanan darah sistolik klien 5-10 mg,
koreksi gangguan irama jantung, terapi penyakit jantung
komorbid.
- Profillaksis hipostatik pnemonia, emboli arteri pulmonal, luka
tekan, cairan purulen pada luka kornea, kontraksi otot dini.
Lakukan perawatan respirasi, jantung, penatalaksanaan cairan
dan elektrolit, kontrol terhadap tekanan edema jaringan otak
dan peningkatan TIK, perawatan klien secara umum, dan
penatalaksanaan pencegahan komplikasi.
- Terapi infus, pemantauwan (monitoring) AGD,
tromboembolisme arteri pulmonal, keseimbangan asam basa,
osmolaritas darah dan urine, pemeriksaan biokimia darah.
- Berikan dexason 8+4+4+4 mg per IV ( pada kasus tanpa DM,
perdarahan internal, hipertensi maligna) atau osmotik diuretik
(dua hari sekali Rheugloman (manitol) 15 % 200 ml IV diikuti
oleh 20 mg lasix minimal 10-15 hari kemudian).
g. Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan
otak.
h. Pengawasan tekanan darah dan kosentrasinya.
2. Perawatan umum klien dengan serangan stoke akut
a. Pengaturan suhu, atur suhu ruangan menjadi 10-20 c
b. Pemantauan keadaan umum klien (EKG, nadi, saturasi O2, PO2,
PCO2)
c. Pengukuran suhu tubuh tiap dua jam.
(Batticaca, Fransisca B, 2012)
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
 Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk.
 Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi.
 Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin.
2. Pengkajian sekunder
 Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
- Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
- Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
Data obyektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis
(hemiplegia) , kelemahan umum.
- gangguan penglihatan
 Sirkulasi
Data Subyektif:
- Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial), polisitemia.
Data obyektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
 Integritas ego
Data Subyektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan ,
kegembiraan
- kesulitan berekspresi diri
 Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya
suara usus( ileus paralitik )
 Makan/ minum
Data Subyektif:
- Nafsu makan hilang
- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
- Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan
faring)
- Obesitas (faktor resiko)
 Sensori neural
Data Subyektif:
- Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA)
- nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas
dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama)
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan/paraliysis (kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek
tendon dalam (kontralateral)
- Wajah: paralisis / parese.
- Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif/kesulitan berkata kata
komprehensif, global/kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada
sisi ipsi lateral
 Nyeri/kenyamanan
Data Subyektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot/fasial
 Respirasi
Data Subyektif:
- Perokok (faktor resiko)
B. Diagnosa
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan merokok.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular.
3. Resiko jatuh dengan faktor resiko penurunan kekuatan ekstremitas
bawah.
4. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan sistem saraf
pusat.
C. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan dan Tindakan Rasional
Kriteria Hasil
1. Ketidakefektif Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Untuk
an perfusi asuhan status mengetahui
jaringan keperawatan dehidrasi hidrasi pasien
perifer selama ….x 2. Kaji tonus 2. Untuk menilai
berhubungan 24jam diharapkan otot tonus otot dan
dengan ketidakefektifan pergerakan gaya berjalan
merokok. perfusi jaringan motorik dan 3. Untuk
perifer membaik gaya berjalan mengetehaui
dengan kriteria 3. Ajarkan tingkat
hasil : pasien atau perubahan
- Tidak ada keluarga integritas kulit
edema untuk 4. Untuk
- Integritas memeriksa memperlancar
jaringan baik kulit setiap jaringan perfusi
- Perfusi hari untuk perifer.
jaringan baik perubahan
di tandai integritas
dengan, kulit
warna kulit 4. Kolaborasika
tidak ada n dengan
sianosis, dokter untuk
sensasi kulit pemberian
baik obat
vasodilator
dan
antikoagulan
2. Hambatan Setelah dilakukan 1. Kaji fungsi 1. Lobus frontal
mobilitas fisik asuhan motorik dan dan parietal
berhubungan keperawatan sensorik berisi saraf-
dengan selama …. X dengan saraf yang
gangguan 24jam diharapkan mengobservas mengatur
neuromuskular klien memiliki i setiap fungsi motoric
monilitas fisik ekstremitas dan sensorik
yang maksimal secara terpisah dan dapat
dengan kriteria terhadap dipengaruhi
hasil: kekuatan dan oleh iskemia
- Tidak ada gerakan atau
kontraktur normal, peningkatan
otot respons tekanan.
- Tidak terjadi terhadap 2. Mencegah
penyusutan rangsang. terjadinya luka
otot 2. Ubah posisi tekan akibat
- Tidak ada klien setiap 2 tidur terlalu
ankilosis pada jam. lama.
sendi 3. Lakukan 3. Mencegah
latihan secara deformitas dan
teratur dan komplikasi
letakkan seperti foodrop
telapak kaki 4. Untuk
klien dilantai mencegah
saat duduk terjadinya
dikursi atau paralisis
papan
penyangga
saat tidur
ditempat tidur.
4. Kolaborasikan
dengan dokter
untuk ke
fisioterapi
setiap pagi.
3. Resiko jatuh Setelah dilakukan 1. Pantau faktor 1. Untuk
dengan faktor asuhan yang mengetahui
resiko keperawatan mempengaruh faktor yang
penurunan selama …. X i mempengaruhi
kekuatan 24jam diharapkan meningkatkan potensi yang
ekstremitas risiko jatuh potensi jatuh. berisiko pasien
bawah. menurun dengan 2. Lakukan jatuh
kriteria hasil: pengkajian 2. Untuk
- Gerakan risiko jatuh mendapatkan
terkoordinasi pada pasien data dalam
- Perilaku 3. Ajarkan pengkajian
pencegahan pasien 3. Agar pasien
jatuh bagaimana mengetahui
posisi terjatuh posisi aman
yang dapat ketika terjatuh
meminimalka 4. Untuk
n cedera memantau
4. Kolaborasikan pasien
dengan tim
kesehatan lain
untuk
memantau
pasien
4. Hambatan Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Untuk
komunikasi asuhan kemampuan mengetahui
verbal keperawatan bicara sejauh mana
berhubungan selama …. X komunikasi kemampuan
dengan 24jam diharapkan klien komunikasi
gangguan klien dapat 2. Berikan klien
sistem saraf berkomunikasi penguatan 2. Untuk
pusat. dengan baik, positif dengan memotivasi
dengan kriteria sering atas klien dalam
hasil: upaya pasien sering
- Klien berkomunikas berkomunikasi
memahami i 3. Untuk
dan 3. Ajarkan terapi mempermudah
membutuhkan bicara atau
komunikasi 4. Kolaborasikan mempercepat
- Klien dengan tenaga klien bias
menunjukan kesehatan lain berkomunikasi
memahami untuk 4. Untuk
komunikasi memantau mengetahui
dengan orang pasien setiap perkembangan
lain. hari pasien.

D. Evaluasi
1. Tidak terdapat edema pada pasien.
2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi:
- Turgor kulit baik
- Tidak ada tanda clubbing finger
3. Kemampuan berkomunikasi baik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian
Secara garis besar, stroke dibagi menjadi 2 yaitu Stroke karena pendarahan
(Haemorragic) dan Stroke bukan karena pendarahan (Non Haemorragic/
Iskemik)
Penyebab utama dari stroke adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme,
hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme
sakular.

B. Saran
saran dari pembaca agar dapat member kritik dan saran untuk kesempurnaan
makalah Stroke. Kami dari kelompok juga menyarankan kepada para
pembaca hendaknya tidak hanya mengambil satu referensi dari makalah ini
saja dikarenakan kami dari penulis menyadari bahwa makalah ini hanya
mengambil reperensi dari beberapa sumber saja.
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Lionel, G. (2007). Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Erlangga
Oman, Kathleen S. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergency.
Jakarta: EGC
Pinzon, Rizaldy. (2014). Profil Stroke: Gambaran Tentang Demografi, Faktor
Resiko, Gejala Klinik, dan Luaran Klinis Pasien Stroke. Yogyakarta:
Betha Grafika
Ratna Mardiana. (2010). Mencegah Penyakit Kronis Sejak Dini. Yogyakarta:
Tora Book
Wilkinson, Judith M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai