Anda di halaman 1dari 32

KEPERAWATAN KOMUNITAS KELOMPOK 2

“EPIDEMIOLOGI DAN KEPENDUDUKAN”

Disusun oleh :

KELOMPOK 2 :
Aditria Suryaningrat 20200910170040
Dwi Rita Istiani 20200910170014
Mohammad Rifky Fahruroji 20200910170030

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat- Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Keperawatan
Anak, yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi buku, dan berita. Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampuh mata kuliah penulis meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah penulis di masa-masa yang akan datang
dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Akhirnya penulis mengucapkan jazakumullahu khaeran katsiran, billahi fii
sabilil haq fastabiqul khaerat.

Jakarta, 18 Febuari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Epidemiologi..................................................................................................3
2.1.1 Definisi Epidemiologi..............................................................................3
2.1.2 Ruang Lingkup Epidemiologi.................................................................4
2.1.3 Kegiatan-Kegiatan Epidemiologi............................................................7
2.1.4 Triad Epidemiologi..................................................................................8
2.1.5 Tingkat Pencegahan Penyakit................................................................11
2.1.6 Infestigasi Wabah atau KLB..................................................................13
2.2 Kependudukan..............................................................................................16
2.2.1 Definisi Demografi................................................................................16
2.2.2 Komponen Demografi...........................................................................16
2.2.3 Pengelompokan Komposisi Penduduk..................................................26
BAB III PENUTUP...............................................................................................28
3.1 Kesimpulan...................................................................................................28
3.2 Saran.............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.a Latar Belakang
Pada setiap kelompok penduduk, tiap individu yang membentuk kelompok
tersebut dan memiliki tingkat atau derajat keterpaparan atau resiko yang
berbeda pada setiap penyakit tertentu. Mereka mempunyai derajat keterpaparan
yang sama terhadapsuatu penyakit tertentu, tidak semuanya menderita penyakit
tersebut secara sama pula pada waktu dan tempat tertentu. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan demikian, penjelasan epidemiologi
harus sebanyak mungkin keterangan yang ada sehingga memungkinkan untuk
membedakan besarnya kejadian insiden maupun prevalensi pada setiap
karakteristik tertentu terutama karakteristik tentang orang atau person (siapa-
siapa yang terkena dengan sifat karakteristiknya masing-masing), tentang
tempat kejadian (kapan dan berapa lama kejadiannya) termasuk pula
penjelasan tentang lingkungan, keadaan sosial budaya serta pekerjaan dan
keterangan lainnya. Epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang
frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor penentu)
masalah kesehatan masyarakat (Maryani, 2010).
Dalam bidang epidemiologi, untuk memberikan gambaran keadaan
penyakit dan peristiwa pada umumnya digunakan angka perbandingan
(terutama rate) dan bukan nilai absolute. Dalam menggunakan  nilai-nilai
perbandingan tersebut kita  menghadapi beberapa keterbatasan. Pertama,
keadaan  penyakit dalam masyarakat sangat dipengaruhi  oleh kemampuan dan
tingkat kebenaran pelaporan, sistem  klasifikasi  penyakit yang  digunakan
serta alat dan cara diagnosis. Kedua, dalam  menghitung nilai perbandingan
atau  rate, kemungkinan jumlah populasi yang mengalami resiko atau
keterpaparan tidak diketahui dengan pasti. Ketiga, kemungkinan adanya
variabel yang saling  mempengaruhi atau saling ketergantungan satu dengan
yang lain serta umur atau jenis kelamin dengan pekerjaan , daerah tempat 
tinggal  dengan status ekonomi dan lainnya. Keempat, variabel yang
berpengaruh  secara bermakna  mungkin  tidak tampak atau tidak dicurigai atau
mungkin pula belum dapat dijelaskan secara epidemiologis.

1
I.b Tujuan
1. Mengetahui definisi, ruang lingkup, kegiatan-kegiatan, sejarah
perkembangan, triad epidemiologi, ukuran frekuensi penyakit,
infestigasi wabah dan KLB serta terjadi penyakit.
2. Mengetahui definisi demografi, komponen demografi serta
pengelompokan komposisi penduduk

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.a Epidemiologi
II.a.i Definisi Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari bahasa yunani, dimana Epi = upon
(pada/tentang), demos = penduduk/masyarakat, dan logia = ilmu
pengetahuan. Secara etimologis epidemiologi berarti ilmu mengenai
kejadian yang menimpa penduduk. Pada awal perkembangannya,
epidemiologi dianggap sebatas ilmu tentang epidemi yaitu penyakit
yang timbul sebagai kasus barupada suatu populasi manusia dalam
suatu periode dengan jumlah yang melebihi batas normal atau kejadian
luar biasa (KLB), perkembangan saat ini, epidemiologi juga diartikan
sebagai ilmu tentang frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan
determinan (faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat (Maryani,
2010).
Dari pengertian diatas terlihat bahwa ada tiga hal pokok dalam
epidemiologi, yaitu:
a. Frekuensi masalah kesehatan
Menggambarkan besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada
sekelompok manusia. Untuk mendapatkan frekuensi suatu masalah
kesehatan perlu dilakukan pengukuran atas masalah kesehatan
tersebut.
b. Distribusi (penyebaran) masalah kesehatan
Menggambarkan pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu
keadaan tertentu, yang dibedakan menurut ciri ciri manusia,
menurut tempat, dan menurut waktu.
c. Determinan (faktor yang mempengaruhi)
Menggambarkan faktor penyebab suatu masalah kesehatan. langkah
yang dilakukan untuk mengetahui determinan yaitu merumuskan
dugaan tentang penyebab yang dimaksud, melakukan pengujian
terhadap rumusan dugaan yang telah disusun dan menarik
kesimpulannya.

3
Seiring dengan perkembangan, epidemiologi mengalami
perkembangan pengertian yaitu dari beberapa ahli, diantaranya adalah:
a. W.H. Frost (1927)
Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang berbagai fenomena
massal penyakit menular atau sebagai riwayat alamiah penyakit
menular. Hal ini hanya ditujukan pada masalah penyakit menular
yang mengenai masyarakat
b. Brian MacMahon dan Thomas F.Pugh (1970)
Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari
penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya
penyakit pada manusia.
c. Abdel R Omran (1974)
Epidemiologi sebagai suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi
keadaan kesehatn, penyakit dan perubahan pada penduduk begitu
juga determinannya serta akibat yang terjadi pada kelompok
penduduk.
d. Hirsch (1883)
Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari
jenis-jenis penyakit pada manusia, pada saat tertentu di bumi dan
kaitanya dengan kondisi eksternal
e. Last (1998)
Studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau
kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan
aplikasi studi untuk menanggulangi masalah kesehatan
II.a.ii Ruang Lingkup Epidemiologi
a. Subjek dan objek berupa masalah kesehatan :
1) Epidemiologi dan pencegahan penyakit menular
Aplikasi epidemiologi telah mampu membawa keberhasilan
dalam pencegahan penyakit menular misal: adanya imunisasi
BCG maka penyakit campak tertanggulangi
2) Epidemiologi dan pencegahan penyakit tidak menular

4
Aplikasi epidemiologi telah mampu membawa keberhasilan
dalam pencegahan penyakit tidak menular. Dalam hal ini adalah
mencari beberapa faktor yang memegang peranan dalam
timbulnya berbagai penyakit tidak menular . misal: keracunan
makanan dapat di cari faktor yang menjadi penyebabnya
3) Epidemiologi dalam klinik
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang
sedang dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan untuk
membekali para klinisi/ dokter tentang cara pendekatan masalah
melalui disilin ilmu epidemiologi. Dalam penggunaan
epidemiologi klinik sehari-hari, para petugas medis terutama
para dokter sering menggunakan prinsip- prinsip epidemiologi
dalam menangani kasus secara individual. Mereka lebih
berorientasi pada penyebab dan cara mengatasinya terhadap
kasus secara individu dan biasanya tidak tertarik unutk
mengetahui serta menganalisis sumber penyakit, cara penularan
dan sifat penyebarannya dalam masyarakat. Berbagai hasil yang
diperoleh dari para klinisi tersebut, merupakan data informasi
yng sanat berguna dalam analisis epidemiologi tetapi harus pula
diingat bahwa epidemiologi bukanlah terbatas pada data dan
informasi saja tetapi merupakan suatu disiplin ilmu yang
memeliki metode pendekatan serta penerapannya secara khusus
4) Epidemiologi kependudukan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiolgi yang
menggunakan system pendekatan epidemiolgi dalam menganalisi
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi
serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan
demografis yang terjadi didalam masyarakat. Sistem pendekatan
epidemiologi kependudukan tidak hanya memberikan analisis
tentang sifat karakteristik penduduk secara demografis dalam
hubungannya dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam
masyarakat tetapi juga sangat berperan dalam berbagai aspek

5
kependudukan serta keluarga berencana. Pelayanan melalui jasa,
yang erat hubungannya dengan masyarakat seperti pendidikan,
kesejahteraan rakyat, kesempatan kepegawaian, sangat berkaitan
dengan keadaan serta sifat populasi yang dilayani. Dalam hal ini
peranan epidemiologi kependudukan sangat penting untuk
digunakan sebagai dasar dalam/ mengambil kebijakn dan dalam
menyusun perencanaan yang baik. Juga sedang dikembangkan
epidemiologi system reproduksi yang erat kaitannya dengan
gerakan keluarga berencana dn kependudukan.
5) Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan
Bentuk ini merupakan salah satu system pendekatan manajemen
dalam menganalis masalah, mencari factor penyebab timbulnya
suatu maslah serta penyusunan pemecahan masalah tersebut
secara menyeluruh dan terpadu. Sisem pendekatan epidemiologi
dalam perencanaan kesehatan cukup banyak digunakan oleh para
perencana kesehatan baik dalam bentuk analisis situasi, penetuan
prioritas maupun dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan
kesehatan yang bersifat umum maupun dengan sasaran khusus.
6) Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemioloi yang
mempelajari serta mnganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja
akibat pengaruh keterpaparan pada lingkubngan kerja, baik yang
bersifat fisik kimiawo biologis maupun social budaya, serta
kebiasaan hidup para pekerja. Bentuk ini sangat berguna dalam
analisis tingkat kesehatan ekerja serta untuk menilai keadaan dan
lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja.
7) Epidemiologi kesehatan jiwa
Merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah
gangguan jiwa dalam masyarakat, baik mengenai keadan
kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis
berbagai factor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa
dalam masyarakat. Dengan meningkatnya berbagai keluhan

6
anggota masyarakat ang lebih banyak mengarh ke masalah
kejiwaan disertai dengan perubahan social masyarakat menuntut
suatu car pendekatan melalui epidemilogi social masyarakat
menuntu suatu cara pendekatan melalui epidemiologi social yang
berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa, mengingat bahwa
dewasa ini gangguan kesehatan jiwa tidak lagi merupakan
masalah kesehaan individu saja, tetau telah merupakan masalah
social masyarakat.
8) Epidemiologi gizi
Dewasa ini banyak digunakan dalm analisis masalah gizi
masyarakat dimana masalah ini erat hubungannya dengan
berbagai factor yang menyangkut pola hidup masyarakat.
Pendekatan masalah gizi masyarakat melaui epidemiologi gizi
bertujuan untuk menganalisis berbagai factor yang berhubungan
erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang
bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan dengan kehidupan
social masyarakat. Penanggulangan maslah gizi masyarakat yang
disertai dengan surveilans gizi lebih mengarah kepad
penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat dengan
timbulnya masalah tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya
terbatas pada sasaran individu atau lingkungan kerja saja.
a) Masalah kesehatan lain seperti Program KB, Perbaikan
lingkungan pemukiman, pengadaan sarana pelayanan
kesehatan
b) Sasaran berupa populasi
c) Mengukur dan menganalisa frekuensi dan penyebaran
masalah kesehatan manusia
II.a.iii Kegiatan-Kegiatan Epidemiologi
a. Pengumpulan dan analisis pencatatan vital (kelahiran dan kematian)

b. Pengumpulan dan analisis data morbiditas dari rumah sakit, lembaga


kesehatan, klinik, dokter dan industri

7
c. Pemantauan penyakit dan masalah kesehatan komunitas yang lain

d. Investigasi kejadian luar biasa yang mengarahkan program


pemberantasan atau pencegahan epidemik dan masalah kesehatan
komunitas yang lain

e. Merancang dan melaksanakan penelitian kesehatan

f. Merancang dan melaksanakan registrasi kesehatan untuk masalah


yang menjadi perhatian seperti: cacat lahir, insidens kanker, atau
penggunaan napza

g. Skrining (penapisan) untuk penyakit

h. Penilaian efektivitas keberadaan pengobatan yang baru

i. Mendeskripsikan riwayat alamiah penyakit

j. Identifikasi individu atau kelompok pada populasi umum terhadap


peningkatan risiko perkembangan penyakit tertentu

k. Identifikasi keterkaitan etiologi penyakit

l. Identifikasi masalah kesehatan masyarakat dan pengukuran besar


distribusi, frekuensi, atau dampak pada kesehatan masyarakat

m. Penilaian program kesehatan

n. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan


atau pembuatan keputusan oleh badan administrasi kesehatan atau
pembuat kebijakan kesehatan

II.a.iv Triad Epidemiologi


Menurut John Gordon dan La Richt (1950), model ini
menggambarkan interaksi tiga komponen penyebab penyakit, yaitu
manusia (host), penyebab (Agent), dan lingkungan (environment).

8
Gordon berpendapat bahwa :
a. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab)
dan manusia (host).
b. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan
karakteristik agent dan host (baik individu/kelompok).
c. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam
interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami
dari lingkungan (lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan biologis).

Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya


analisis dan pemahaman masing-masing komponen. Penyakit dapat
terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara ketiga komponen
tersebut. Model ini lebih di kenal dengan model triangle epidemiologi
atau triad epidemologi, dan cocok unutk menerangka penyebab
penyakit infeksi. Sebab peran Agent (mikroba) mudah diisolasi
dengan jelas dari lingkungannya.

Menurut model ini perubahan salah satu komponen akan mengubah


keseimbangan interaksi ketiga komponen yang akhirnya berakibat
bertambah atau berkurangnya penyakit. Hubungan antara ketiga
komponen tersebut digambarkan seperti tuas pada timbangan. Host
dan Agent berada di ujung masing- masing tuas, sedangkan
environment sebagai penumpunya.

a. Host atau Penjamu


Host merupakan manusia atau mahluk hidup lainnya yang menjadi
tempat proses alamiah perkembangan penyakit yang termasuk
factor host adalah:

9
1) Genetika, merupakan factor keturunan yang mempengaruhi
kesehatan. Misalnya buta warna, asma, hemofili ,dll
2) Umur, merupakan penyakit yang menyerang factor umur
tertentu. Misalnya usia balita dan usia lanjut rentan terhadap
penyakit
3) Jenis kelamin (gender) Gender yang mrmpengaruhi status
kesehatan karena ada penyakityang terjadi lebih banyak atau
hanya ditemukan mungkin pada wanita atau hanya pada laki-
laki.Misalnya ca cervix pada wanita, bph pada laki-laki
4) Etnis/ras/warna kulit misalnyaras kulit putih memiliki resiko
lebih tinggi terkena kanker kulit dibandingkan ras kulit hitam
5) Keadaan fisiologis tubuh keadaan fisiologis tubuh merupakan
keadaan tubuh yang berfungsi normal.Misalnya
kelelahan,kehamilan,stress,
6) Imunologis merupakan pertahanan tubuh dimana didapat secara
aktif maupun passif. Misalnya antibody yg didapat karna adanya
infeksi sebelumnya atau karna pemberian vaksinasi
7) perilaku/kebiasaan;gaya hidup,personal hygiene

Karakteristik host asalah resistensi, kemampuan agent bertahan


terhadap infeksi, imunitas; mengembangkan suatu respon
imunologis, infektifnes, kemampuan agent yang terinfeksi ,
menularkan penyakit pada orang lain.

b. Agent atau Faktor Penyebab


Agent adalah suatu unsur,organisme hidupatau kuman infeksi yang
dapat menyebabkan terjadinya penyakit ataumasalah kesehatan
lainnya.Yang termasuk factor agent adalah biotis dan abiotis.
1) Biotis
Penyebabnya adalah protozoa, metozoa, bakteri, jamur.
2) Abiotis
Penyebabnya adalah factor nutrisi yang bisa menyebabkan
kekurangan/kelebihan gizi, factor kimia bisa menyebabkan
keracunan zat berbahaya, factor fisik yang menyebabkan

10
penyakit dalam bentuk fisik atau benda yang dapat terlihat oleh
mata misalnya jatuh, tabrakan, pukulan.
Selain segi epidemologi menggunakan konsep agent
sebagai penyebab penyakit juga menggunakan termonologi
factor resiko. Dimana agent merupakan penyebab pasti suatu
penyakit sedangkan factor resiko merupakan seluruh factor
yang dapat memberikan kemungkinan menyebabkan terjadinya
penyakit. Yang termasuk factor resiko adalah gaya hidup,
gangguan gizi, kemiskinan, perilaku tidak sehat kurang olah
raga.
Karakteristik agent adalah efektifitas kemampuan
organisme menyesuaikan diri terhadap lingkungan,
pathogenesis, kemmpuan organisme menimbulkan suatu reaksi
yang patologis, virulensa, reaksi patologis yang berat yang
memungkinkan menyebabkan kematian, toksisitas,
memproduksi reaksi kimia yang toksik dalam merusak jaringan.
Invasitas; kemampuan organisme masuk dalam penjamu dan
menyebar ke dalam jaringan. antigenitas; kemampuan
organisme merangasang reaksi antibody dalam penjamu
c. Lingkungan
Lingkungan adalah semua factor diluar individu yang dapat berupa
lingkungan fisik,social,dan ekonomi
1) Lingkungan fisik misalnya;air,tanah,struktur bumi dll
2) Lingkungan biologis
3) Lingkungan social
4) Lingkungan ekonomi
Karakteristik lingkungan adalah topografi; berkaitan dengan
situasi lokasi tertentu yang mempengaruhi penyebaran suatu
penyakit. Georafis; struktur geologi bumi yang berhubungan
dengan suatu penyakit.

11
II.a.v Tingkat Pencegahan Penyakit
Dalam epidemiologi, pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan
sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu :
1. Pencegahan primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupkan upaya untuk
mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah
orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya
pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan pencegahan
khusus.
Pencegahan umum dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan
pada masyarakat umum, misalnya pendidikan kesehatan dan
kebersihan lingkungan.
Pencegahan khusus ditujukan pada orang-orang yang mempunyai
risiko dengan melakukan imunisasi, misalnya imunisasi terhadap
difteri, pertusis, tetanus, morbili, hepatitis, sanitasi lingkungan
seperti penjernihan air minum, pencegahan terhadap kecelakaan dan
keselamatan kerja.
2. Pencegahan sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk
mencegah orang yang telah sakit agarsembuh, menghambat
progresitifitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi
ketidakmampuan.
Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan cara mendeteksi
penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan secara cepat dan
tepat. Deteksi penyakit secara dini dapat dilakukan dengan cara :
penyaringan, pengamatan epidemiologis, survei epidemiologis dan
memberi pelayanan kesehatan sebaik-baiknya pada sarana
pelayanan umum atau praktek dokter swasta.
Mengadakan pengobatan penyakit menular yang terdapat di
masyarakat seperti penyakit akibat hubungan seksual dapat
melindungi orang lain terkena penyakit tersebut. Dengan cara
demikian, kita mengadakan pencegahan sekunder bagi penderita

12
dan pencegahan primer bagi orang yang berpotensi terkena
penyakit. Pencegahan sekunder banyak dilakuakan pada penyakit
kronis seperti hipertensi dan diabetes mellitus. Hal ini karena
kesulitan untuk mengadakan pencegahan primer.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan
dan mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini
dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ yang cacat,
membuat protesa ekstemitas akibat amputasi dan mendirikan pusat-
pusat rehabilitasi medik. Pencegahan penyakit ini terus diupayakan
selama orang yang menderita belum meninggal dunia.
II.a.vi Infestigasi Wabah atau KLB
a. Infestikasi Wabah
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU No 4. tahun
1984). Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu
(disebut outbreak yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas
(epidemi), lingkup global (pandemic).
Outbreak dikategorikan apabila dalam suatu episode terdapat dua
atau lebih penderita mempunyai hubungan satu sama lain.
Epidemologi keadaan suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
daerah tertentu yang dalam waktu yang singkat frekuensinya
meningkat. Pandemic dikategorikan apabila frekuensi penyakit
meningkat sangat tinggi dalam waktu yang sangat singkat dan
mencangkup wilayah yang sangat luas.
Infestigasi Wabah
Fungsi dilaksanakannya investigasi wabah adalah untuk
mendeteksi adanya wabah dan dasar membuat program pencegahan
dan pengendalian penyakit, untuk keperluan penelitian dan pelatihan
sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan.

13
Langkah langkah investigasi wabah :
a) Identifikasi dan verifikasi diagnosis kasus baru.Lakukan
surveilens secara prospektif dengan melakukan pemantaun hasil
laboratorium,hasil catatan msdis pasien,dan laporan pengelola
pelayanan kesehatan
b) Tentukan definisi kasus. Menggunakan kriteria epidemologik,
klinis dan laboratorium untuk menggambarkan dan
mengkalsifikasikan kasus serta digunakan untuk membatasi
kasus berdasarkan waktu ,tempat dan orang secara
spesifik.sehingga dapat dikalsifikasikan menjadi possible
(mungkin) probable (kemungkinan besar) definite (pasti)
c) Tinjau ulang temuan klinis dan laboratorium.Apabila wabah
yang terjadi termasuk dalam golongan infeksi hasil
laboratorium dan klinis perlu ditinjau ulang pada awal
pelaksanaan investigasi
d) Konfirmasikan adanya epidemic.
e) Pencarian literatur
f) Konsultasi dengan laboratorium
g) Melaporkan ke pihak yang berkepentingan.
h) Bentuk tim investigasi
i) Menentukan adanya bantuan pihak luar.
j) Memulai tindakan pengendalian awal.
k) Mencari kasus tambahan.
l) Menjelaskan hubungan wabah berdasarkan orang,tempat,dan
waktu.
m) Orang harus ditabulasikan berdasarkan usia, jenis kelamin,
Pendidikan, pekerjaan, agama, dan cirinterkait lainnya. tempat
menggunakan dot map dan spot map.waktu mencatat tanggal
dan jam mulai terjadi penyakit.
n) Menggambar kurva epidemic (grafik histogram)
o) Evaluasi masalah
p) Menentukan kebutuhan ujindiagnostik lain

14
q) Rumuskan hipotesis sementara
r) Mengevaluasi efektifitas tindakan pengendalian
s) Uji hipotesis secara statistic
t) Analisis dan investigasi lanjut
u) Menyiapkan dan mendistribusikan laporan tertulis

b. Investigasi KLB
KLB merupakan suatu kategori status wabah dalam peraturan yang
berlaku di Indonesia sesuai permenkes RI No. 949/MENKES/SK/VII/
2004. Dijelaskan bahwa timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
atau kematian yang bermakna secara epidemologi pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria KLB sesuai keputusan Dirjen No.45/9:
1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal
2) Peningkatan kejadian penyakit /kematian terus menerus selama tiga
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari,
minggu).
3) Peningkatan kejadian penyakit /kematian dua kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, mimggu, bulan,
tahun).
4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua
kali lipat atau lebih jika dibandingkan dengan angka rata rata per
bulan dalam tahu sebelumnya.
Klasifikasi KLB:
1) Common source adalah jika kelompok orang yang terpajan infeksi
yang biasa atau umum. Common source dibagi menjadi tiga
subkategori
2) Point sources epidemic; jika agent berasal adari sumber tunggal
misalnya makanan, tetapi sembuh dalam waktu yang singkat. mis
keracunan makanan.

15
3) Intermitten epidemic; wabah yang terjadi karna penularan atau
terpajan suatu penyakit tetapi tidak selama satu periode, dapat terjadi
dalam beberapa hari beberapa minggu atau lebih lama. mis TBC.
4) Continous epidemic; apabila tingkat penyebaran epidemic cukup
tinggi dimasyarakat dan menyerang banyak orang didalam populasi
tanpa kecuali, pajanan bertambah dan meluas dan orang yang sakit
menjadi tetap dan bertambah.
5) Propagated epidemic, terjadi peningkatan jumlah orang yang sakit dan
biasanya membentuk pola pertumbuhan eksponensial atau sangat
mencolok, kasus terjadi terus menerus dan melampaui satu masa
inkubasi
6) Mixed Pidemix, beberapa KLB penyakit memperlihatkan ciri common
source maupun propageted epidemic

II.b Kependudukan
II.b.i Definisi Demografi
Demografi berasal dari kata demos yang berarti rakyat atau penduduk dan
grafein yang berarti menulis. Jadi, demografi adalah tulisan-tulisan atau
karangan-karangan mengenai penduduk. Menurut A.Guillard (1985) dalam
Mubarak (2013), demografi adalah elements de statistique humaine on
demographic compares. Definisi demografi antara lain sebagai berikut
a. Demografi merupakan studi ilmiah yang menyangkut masalah
kependudukan, terutama dalam kaitannya dengan jumlah, struktur, dan
perkembangan suatu penduduk.
b. Demografi merupakan studi statistic dan matematis tentang besar,
komposisi, dan distribusi penduduk, serta perubahan-perubahannya
sepanjang masa melalui komponen demografi, yaitu kelahiran,
kematian, perkawinan, dan mobilitas sosial.
c. Demografi merupakan studi tentang jumlah, penyebaran territorial dan
komposisi penduduk, serta perubahan-perubahan dan sebab-sebabnya.
II.b.ii Komponen Demografi
a. Fertilitas (kelahiran)

16
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil
reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok
wanita. Dengan kata lain, fertilitas menyangkut banyaknya bayi
yang lahir hidup. Sebaliknya, fekunditas merupaka potensi fisik
untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas.
Natalitas mempunyai arti yang sama dengan fertilitas, hanya
berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran
pada perubahan penduduk. Sedangkan natalitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Konsep-konsep yang terkait dengan fertilitas, anatara lain sebagai
berikut
1) Lahir hidup (live birth). Menurut PBB dab WHO adalah suatu
kelahiran bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam
kandungan, dimana bayi menunjukan tanda-tanda kehidupan,
misalnya bernapas, ada denyut jantung atau denyut tali pusat,
dan gerakan-gerakan otot
2) Lahir mati (still birth). Adalah kelahiran seorang bayi dari
kangdungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa
menunjukan tanda-tanda kehidupan.
3) Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan usia
kehamilan kurang dari 28 minggu. Ada dua macam abortus,
yaitu disengaja (inducec) dan tidak disengaja (spontaneus).
Induced abortion dapat dilakukan berdasarkan alasan medis,
misalnya karena mempunyai penyakit jantung berat, sehinggga
membahayakan jiwa ibu dan tidak berdasarkan alasan medis.
4) Masa reproduksi (chilbearing age), yaitu masa dimana wanita
mampu melahirkan, disebut juga usia subur (15-49 tahun).

Langkah-langka yang dilakukan untuk mengetahui tingkat


fertilitas penduduk:

1) Registrasi data yang tersedia, seperti statistik kelahiran


(birth statistic), kelemahanya:
a) Ketepatan definis yang digunakan dan aplikasinya

17
b) Kelengakapan registrasi
c) Ketepatan alokasi tempat
d) Ketepatan pengelompokan kelahiran berdasarkan
karakteristik ekonomi atau demografi
2) Sensus data yang tersedia berupa hal-hal di bawah ini
a) Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin
b) Jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup
c) Jumlah anak yang dilahirkan dalam suatu periode
yang lalu (misalnya : 1 tahun yang lalu)
d) Data penduduk yang berhubungan dengan variable
fertilitas (misalnya penduduk usia kawin)
Kelemahan sensus adalah
a) Keterangan jumlah anak yang pernah dilahirkan
sangat bergantung pada daya ingat dari si ibu .
semakintua usia ibu semakin besar kemingkinan
melupakan jumalh anak yang pernah dilahirkan. Hal
ini dapat disebabkan anaknyamungkin sudah
menikah.
b) Keterangan mengenai banyaknya anak yang lahir
setahun yang lalu bergantujng pada ketepatan dalam
memperkirakan jangka waktu satu tahun sebelum
sensus. Perkiraan jangka waktu ini bisa terlalu
panjang atau sebaliknya terlalu pendek.
c) Keterangan-keterangan penduduk yang dikaitkan
dengan variabel fertilitas juga mengundang kesalahan
pelaporan usia oleh penduduk, dan biasanya sering
etrjadi di negara yang sedang berkembang.
3) Survei data yang tersedia berupa:
a) Sama dengan data yang etrsedia dalam sensus
b) Keteranagan tambahan mengenai fertilitas yang lebih
terperinci

18
c) Riwayat kelahiaran mulai dari anak pertama hingga
anak terakhir
d) Status kehamilan
e) Kelemahan yang ditemui disensus ini juga berlaku
didalam survei, karena kedua jenis sumber data tersebut
berdasarkan informasi mengenai kejadian kelahiran
yang sudah lampau.

b. Mortalitas (kematian)
United Nations (UN) dan World Health Orgsnization (WHO) membuat
definisi “mati” adalah keadaan menghilangkan semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup. Mortalitas salah satu diantara 3 komponen demografi yang
memengaruhi perubahan penduduk. Konsep yang terkait mortalitas ada
tiga keadaan vital yaitu :
1) Lahir hidup (live brith), yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari
rahim seorang ibu secara lengkap
2) Mati (death), keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen
3) Lahir mati (fetal death), peristiwa mengihilangnya tanda-tanda
kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut
dikeluarkan dari rahim ibunya.

Sumber data kematian


1) Sistem Registrasi Kematian, di Indonesian belum ada sistem registrasi
vital yang bersifat nasional, yang ada hanya sistem registrasi lokal
2) Sensus atau survei penduduk, merupakan kegiatan sesaat yang
bertujuan untuk mengumpulkan data penduduk. Data kematian yang
diperoleh melalui sensu atau survei dapat di golongkan menjadi dua
bentuk, bentuk langsung dan bentuk tidak langsung.

c. Migrasi
1) Definisi migrasi

19
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap
disuatu lain melampaui batas politik/ negara ataupun batas
administratif negara.
2) Jenis-jenis migrasi
a) Migrasi masuk (in migration) : masuknya penduduk ke suatu
daerah tempat tujuan (area of destination)
b) Migrasi keluar (out migration) : perpindahan penduduk ke suatu
daerah asal (area of origin)
c) Migrasi netto (net migration) : selisih antara jumlah migrasi masuk
dan migrasi keluar. Apabila migrasi yang masuk lebih besar
daripada migrasi yang keluar, maka disebut migrasi netto positif,
tapi jika migrasi keluar lebih besar dari pada migrasi masuk disebut
migrasi netto negatif
d) Migrasi bruto (gross migration) : jumlah migrasi masuk dan
migrasi keluar
e) Migrasi total (total migration) : seluruh kejadian migrasi mencakup
migrasi semasa hidup (life time migration) dan migrasi pulang
(return migration)
f) Migrasi internasional (international migration) : perpindahan
penduduk dari suatu negara ke negara lain. Migrasi yang
merupakan masuknya penduduk ke suatu negara disebut imigrasi,
sedangkan jika migrasi itu keluarnya penduduk dari suatu negara
disebut emigrasi
g) Migrasi semasa hidup (life time migration) : migrasi berdasarkan
tempat kelahiran, yaitu mereka pada waktu pencacahan sensus
tempat tinggal didaerah yang berbeda dengan daerah temapt
kelahirannya.
h) Migrasi parsial (partial migration) : jumlah migrasi kesuatu daerah
tujuan dari satu daerah asal atau dari daerah asal ke satu daerah
tujuan. Migrasi ini merupakan ukuran dari arus migrasi antara dua
daerah asal dan tujuan

20
i) Arus migrasi (migration stream) : jumlah atau banyaknya
perpindahan yang terjadi dari daerah asal ke daerah tujuan dalam
jangka waktu tertentu
j) Urbanisasi (urbanization) : bertambahnya proposrsi penduduk yang
berdiam didaerah kota disebabkan oleh proses perpindahan
penduduk ke kota atau akibat perluasan daerah kota
k) Transmigrasi (transmigration/resettlement atau settlement):
perpindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah
lain yang ditetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna
kepentingan pembangunan negara atau karena alasan-alasan yang
dipandang perlu oelh pemerintah berdasarkan ketentuan yang
diatur undang-undang transmigrasi dan undang-undang No.3 tahun
1972.

3) Faktor-faktor yang Memengaruhi Migrasi


Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi,
yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Berikut ini adalah faktor
pendorong migrasi
a) Makin berkurang seumber-sumber alam, yaitu menurunnya
permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin
susah, seperti: hasil tambang, bahan baku kayu, hasil pertanian,
industri dan lain-lain
b) Menyempitnya lapangan pekerjaan, seperti di desa dengan
masuknya teknologi (mesin-mesin) sebagai pengganti tenaga
manusia
c) Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, dan suku
di daerah asal
d) Tidak cocok lagi dengan adat atau budaya di tempat asal
e) Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebab tidak bisa
mengembangkan karier pribadi

21
f) Bencana alam, seperti : banjir, gempa bumi, tanah longsor, musim
kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.
4) Berikut adalah faktor-faktor penarik migrasi
a) Adanya rasa superir di tempat baru atau kesempatan di lapangan
kerja yang cocok
b) Kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik
c) Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi
d) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan,
misalnya : iklim, perumahan, sekolag, dan lainnya
e) Adanya ajakan orang yang diharapkan sebagai tempat pelindung
f) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan,
pusat kebudayaan sebagai faktor penarik bagi orang-orang desa
atau kota kecil.
Secara umum seseorang mengambil keputusa untuk melakukan
migrasi adalah faktor yang terdapat di daerah asal, tempat tujuan,
rintangan-rintangan yang menghambat dan faktor pribadi seseorang
Ditempat asal atau tujuan ada sejumlah faktor yang menahan orang
untuk tetap tinggal dan menarik orang luar untuk pindah ke tempat
tersebut. Ada sejumlah faktor negatif yang mendorong orang untuk
pindah dari tempat tersebut, sejumlah faktor netral yang tidak menjadi
masalah dalam keputusan untuk migrasi. Selalu terdapat sejumlah
rintangan dalam keadaan tertentu, walaupun tidak seberapa beratnya,
tetapi dalam keadaan lain tidak dapat diatasi. Rintangan-rintangan ini
antara lainjarak antara daerah asal ke daerah tujuan. Rintangan dan
jarak meskipun selalu ada, namun bukan merupaka faktor terpenting,
tetapi bagaiman bisa berhasil. Contohnya adalah pengahalang atau
ringtangan seperti biaya pengankutan alat-alat rumah tangga dari
tempat asal ke tempat tujuan. Sedangkan faktor pribadi mempunyai
peranan penting, karena faktor nyata yang berada ditempat asal belum
merupakan faktor utama, sehingga pada akhirnya kembali pada
tanggapan seseorang tentang faktor tersebut, kepekaan pribadi dan
kecerdasan.

22
d. Morbilitas Sosial
1) Definisi morbilitas sosial
Gerak sosial (morbilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran,
peningkatan, ataupun penurunan stasus dan peran anggotanya.
Morbilitas berasal dari bahasa latin “morbillis” yang berarti mudah
dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang
lain. Kata sosial yang ada pada istilah tersebut mengandung makna
gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam
kelompok sosial. Jadi mobilitas sosial adalah perpindahan posisi
seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan
yang lain. Misalnya, seseorang pensiunan pegawai rendahan salah satu
departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil
dengan gemilang.
2) Bentuk-bentuk mobilitas sosial
Dilihat dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas sosial,
yaitu mobilitas sosial vertical dan mobilitas sosial horizontal.
Mobilitas sosial vertical dapat dibedakan lagi menjadi sosial sinking
dan sosial climbing. Sedangkan mobilitas horizontal dibedakan
menjadi mobilitas sosial antar wilayah (geografis) dan mobilitas antar
generasi.
a) Mobilitas vertical
Mobilitas vertical adalah perpindahan status sosial yang dialami
seseorang atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang
berbeda. Mobilitas vertical mempunyai dua bentuk yang utama:
(1) Mobilitas vertical keatas
(2) Mobilitas vertical kebawah
(3) Mobilitas vertical ke atas (sosial climbing)
b) Mobilitas vertical ke bawah (social sinking)
Sosial sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan
seseorang. Proses sosial sinking scring kali menimbulkan gejolak
psikis bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan
kewajibannya.

23
Penyebab sosial sinking :
(1) Berhalangan tetap atau sementara,
(2) Memasuki masa pension
(3) Berbuat kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau di
pecat dari jabatannya.
3) Faktor-faktor pendorong dan penghambat mobilitas sosial
a) Faktor pendorong mobilitas sosial
(1) Faktor structural, adalah jumlah relative dari kependudukan
tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk
memperolehnya.
(2) Faktor individu, adalah kualitas seseorang, baik ditinjau dari
segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan
pribadi
(3) Status sosial
(4) Keadaan ekonomi
(5) Situasi politik
(6) Kependudukan (Demografi)
(7) Dampak mobilitas sosial
b) Dampak mobilitas sosial
Adapun dampak mobilitas sosial bagi masyarakat, baik yang
bersifat positif maupun negative antara lain sebagai berikut:
(1) Dampak Positif
1. Mendorong seseorang untuk lebih maju terbukanya
kesempatan untuk pindah dari strata yang lain menimbulkn
motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju dalam
berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi
2. Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat kea rah
yang lebih baik
3. Meningkatkan intergrasi sosial terjadinya mobilitas sosial
dalam suatu masyarakat.
(2) Dampak Negatif

24
Timbulnya konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial
dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Konflik antar kelas dalam masyarakat terdapat lapisan-
lapisan. Kelompok dalam lapisan-lapisan disebut kelas
sosial
2. Konflik antar kelompok sosial konflik yang menyangkut
antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya.
3. Konflik antar generasi konflik yang terjadi karena adanya
benturan nilai dan kepentingan antara generasi yang satu
dengan generasi yang lain dalam mempertahankan nilai-
nilai dengan nilai-nilai baru yang ingin mengadakan
perubahan.
e. Perkawinan
1) Pengertian Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga. (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal bedasarkan Ketuhan Yang Maha Esa.
2) Jenis-Jenis Perkawinan
Ada beberapa jenis-jenis perkawinan yang dapat kita cermati secara
universal, diantaranya:
a) Perkawinan Poligami
Suatu perkawinan dimana seseorang suami mempunyai istri lebih
dari satu, dan banyak alasan yang mendasari bentuk perkawinan ini
diantaranya: anak, jenis kelamin anak, ekonomi, status sosial dan
lain-lain.
b) Perkawinan Eugenis
Suatu bentuk perkawinan yang bertujuan untuk memperbaiki atau
memuliakan ras.
c) Perkawinan periodic atau term marriage
Perkawinan periodic yaitu merencanakan adanya suatu kontrak
tahap pertama selama 3-5 tahun, dan kontrak tahap kedua ditempuh
selama 10 tahun, dan perpanjangan kontrak dapat dilakukan untuk

25
perpanjangan tahap ketiga yang memberikan hak pada kedua
pasangan “untuk saling memiliki” secara permanen.
d) Perkawianan percobaan atau trial marriage
Dua orang akan melibatkan diri dalam suatu relasi atau hubungan
yang sangat intim dan mencobanya terlebih dahulu selama satu
periode tertentu, jika dalam periode itu kedua belah pihak bisa
saling menyesuaikan atau merasa cocok barulah dilakukan ikatan
pernikahan yang permanen.
e) Perkawianan persekutuan
Perkawinan persekutuan yaitu pola perkawinan yang menganjurkan
dilaksankannya perkawinan tanpa anak, dengan melegalisasi
keluarga berencana atau KB atas dasar kesepakatan kedua belah
pihak
3) Bentuk-bentuk pernikahan
Pernikahan merupakan legalisai penyatuan antara laki-laki dan
perempuan sebagai suami istri oleh institusi agama, pemerintah atau
kemasyarakatan. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk perkawinan:
a) Monogrami
Monogrami adalah suatu bentuk perkawinan atau pernikahan di
mana si suami tidak menikah dengan perempuanlaindan si istri
tidak menikah dengan lelaki lain. Jadi singkatnya monogrami
merupakan nikah antara seorang laki-laki dengan seorang wanita
tanpa ada ikatan pernikahan lain.
b) Poligami
Poligami adalah bentuk perkawinan diama seseorang pria menikahi
beberapa wanita atau seseorang perempuan menikah dengan
beberapa laki-laki.
Berikut ini poligami digolongkan menjadi dua jenis:
(1) Poligini: satu orang laki-laki memiliki banyak isteri
(2) Poliandri: satu orang perempuan memiliki banyak suami

26
II.b.iii Pengelompokan Komposisi Penduduk
a. Definisi Pengelompokan Penduduk
Komposisi penduduk adalah penyusunan atau pengelompokan
penduduk berdasarkan kriteria tertantu. Adapun kriteria yang
digunakan antara lain kriteria usia dan jenis kelamin, angkatan kerja,
dan rasio ketergantungan.
b. Macam-macam Komposisi Penduduk
Menurut Mubarak (2013) pengelompokan penduduk berdasarkan
ciri-ciri tetentu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin
Usia dan jenis kelamin merupakan karakter penduduk yang
pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting, baik terhadap
tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi. Distribusi usia
dalam demografi penduduk dapat digolongkan menurut usia satu
tahunan dan lima tahunan.
Contoh distribusi usia dalam demogafi
Usia satu tahunan: 0,1,2,3,4,5 dst
Lima tahunan: 1-4, 5-9, 10-14 dst
2) Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri sosial
Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri sosial antara lain
tingkat pendidikan penduduk, status perkawinan, dan sebagainya.
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan tercermin pada
kepandaian membaca, menulis, dan tingkat pendidikan.
3) Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri ekonomi
Penduduk berdasarkan ciri-ciri ekonomi meliputi: lapangan
pekerjaan, jenis pekerjaan status pekerjaan dan sebagainnya.
4) Pengelompokan penduduk berdasarkan tempat tinggal (geografis)
Berdasarkan tempat tinggalnya pengelompokan penduduk dibag
menjadi dua yaitu penduduk yang tinggal di perkotaan, dan
penduduk yang tinggal di pedesaan.

27
BAB III
PENUTUP
III.a Kesimpulan
Epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang frekuensi (jumlah),
distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor penentu) masalah kesehatan
masyarakat. Ruang lingkup epidemiologi adalah epidemiologi dan
pencegahan penyakit menular, pencegahan penyakit tidak menular,
epidemiologi klikik, kependudukan, pengolahan pelayanan kesehatan,
lingkungan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa dan epidemiologi gizi. Triad
epidemiologi memiliki komponen manusia (host), penyebab (agent), dan
lingkungan (environment).
Demografi adalah tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai
penduduk. Komponen demografi adalah fertilitas (kelahiran), mortalitas
(kematian), migrasi, perkawinan, morbilitas sosial. Komposisi penduduk
dibagi menjadi empat yaitu menurut usia dan jenis kelamin, sosial, ekonomi,
dan geografis.

III.b Saran
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang epidemiologi. Dan harapan penulis makalah ini tidak
hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca.
Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang sempurna penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dikemudian hari. yang
membedakan epidemiologi dari ilmu kedokteran klinik dan ilmu-ilmu
biomedik, yang lebih memusatkan perhatiannya kepada individu, jaringan,
atau organ.

28
DAFTAR PUSTAKA

Syafrudin, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta.
Penerbit: Trans Info Media
Wahyuni,puji,dkk.2009. dasar ilmu kesehatan masyarakat dalam kebidanan.jakarta. penerbit:
fitramaya
Notoadmojo.seokidjo.2011.kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta. Penerbit: rineko cipto
Ikbal.mubarak. 2012.ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta. Penerbit : salemba medik
Budiarto, eko dan dewi anggraeni. 2002. Pengantar epidemiologi. Egc : jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai