Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TERAPI MODALITAS SPIRITUAL

Dzikir dan Wudhu

Topik : SPIRITUAL

A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah suatu pelayan kesehatan tentang masalah kesehatan jiwa dari
rentang sehat jiwa sampai gangguan jiwa yang terjadi pada anak sampai lansia. Salah satu
pilar model keperawatan profesional adalah pelayan keperawatan dengan menggunakan sistem
pemberian asuhan keperawatan (patient care delivery system ). Dan sistem pemberian asuhan
keperawatan yang diterapkan adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien harus holistik atau menyeluruh
mencakup biopsikososiospiritual.
Halusinasi merupakan gejala yang paling sering muncul pada pasien dengan gangguan
jiwa. Respons yang ditimbulkan dari adanya halusinasi adalah kehilangan kontrol diri, yang
mana dalam situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain, bahkan
merusak lingkungan (Hawari, 2003). Penatalaksanaan yang tepat diharapkan dapat
meminimalkan dampak yang ditimbulkan dari halusinasi. Definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa halusinasi adalah respons yang maladaptive dimana seorang individu memersepsikan
suatu stimulus pancaindera yang sebenarnya stimulus itu tidak ada. Penatalaksanaan yang
tepat diharapkan dapat meminimalkan dampak yang ditimbulkan dari halusinasi.
Kegagalan dalam memberi koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam
jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental.
Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan,
perbedaan antar individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan (Dermawan & Rusdi,
2013). Oleh karena itu perlunya terapi pendukung atau terapi modalitas yang dapat
memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahap dan bersosialisasi
dengan lingkungan masyarakat sekitar. Salah satu terapi modalitas yang dapat diterapkan yaitu
terapi spiritual.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien dapat mengontrol dan mengendalikan halusinasi

b. Tujuan Khusus
Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah terjadinya
atau timbulnya halusinasi
C. Landasan Teori
1. Konsep Dasar Kesehatan Jiwa
Menurut undang-undang No 3 tahun 1966, kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang
memungkinkan keseimbangan fisik , intelektual, dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembnagan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Ciri-ciri orang
yang mempunyai jiwa yang sehat ;
a. Merasa senang terhadap dirinya , serta;
- Mampu menghadapi situasi
- Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
- Puas dengan kehidupannya sehari-hari
- Mempunyai harga diri yang wajar
- Menilai dirinya secara realistik, tidak berlebihan dan tidak merendahkan
b. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain, serta
- Mampu mencintai orang lain
- Mempunyai hubungan probadi yang tetap
- Dapat menghargai pendapat orang lain
- Merasa bagian dari kelompok
c. Mampu memenuhi tuntutan hidup
- Menetapkan tujuan hidup yang realistis
- Mampu mengambil keputusan
- Dapat menerima ide dan pengalaman baru

2. Konsep Terapi Modalitas


terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan
dalam upaya mengubah perilaku pasien dan perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
adaptif (Kusumawati & Hartono, 2011). Terapi modalitas keperawatan jiwa dilakukan
untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahap dan
bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus
bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada
ketika menjalani terapi (Nasir, et al, 2011).

Jenis Terapi modalitas:


a. Terapi Individual. Pendekatan individual dengan klien gangguan jiwa
b. Terapi lingkungan. Menata lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari
maladaptif menjadi adaptif.
c. Terapi Biologis. Pemberian terapi somatik dimana gangguan jiwa dianggap suatu
penyakit.
d. Terapi Kognitif. Strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi
perasaan dan perilaku klien.
e. Terapi Keluarga. Terapi yang diberikan pada seluruh anggota keluarga
f. Terapi Kelompok. Perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur
g. Terapi Perilaku: role model, kondisioning operan, pengendalian diri
h. Terapi bermain. Melalui bermain, perawat dapat mengkaji perkembangan, status
emosional anak, hipotesa diagnostiknya
i. Terapi psikoreligius/spiritual, melalui pendekatan agama

3. Konsep Terapi Psikoreligius


Terapi Sufistik adalah Penyembuhan secara tasawuf yang bertujuan untuk
mengembalikan keseimbangan, keutuhan dan kesatuan antara dunia fisik dan metafisik
yang mengintegrasikan dimensi fisik, mental, emosional dan spiritual. Banyak cara yang
bisa di tempuh agar dapat melakukan terapi sufistik. Cara-cara tersebut adalah cara yang
sama dilakukan oleh para sufi yaitu melalui cara berdzikir, shalat, membaca sholawat, dan
mendengarkan music.
a. Dzikir
Dzikir berasal dari kata dzakara, yadzkuru, dzikran, yang berarti mengingat.
Sedangkan pengertian terminologinya adalah ingat kepada Allah dengan menghayati
kehadira-Nya, ke-Maha-Suciannya, dan ke- Maha- Besarannya. Dzikir dan bacaan
dalam shalat membuat hati seseorang menjadi tenang. Keadaan tenang atau rileks
mempengaruhi kerja kerja system syaraf dan endokrin.
b. Do’a
Do’a menurut bahasa adalah permohonan atau penggilan. Sedangkan do’a menurut
istilah adalah meminta pertolongan kepada Allah SWT, berlindung kepadaNya, demi
mendapatkan manfaat atau kebaikan dan menolak gangguan atau bala. Dengan do’a,
orang akan menyerahkan segala permasalahan kepada Allah, sehingga beban stress yang
dialaminya mengalami penurunan (Yosep, 2007).
c. Shalat
Shalat adalah aktivitas fisik dan psikis. Kedua hal itu tidak dapat dipisahkan, jika
seseorang melakukan sholat, berarti memadukan antara keduanya, fisik dan psikis secara
bersamaan. Selain mendekatkan diri kepada sang pencipta, shalat juga dipandnag
sebagai bentuk praktis dari berolahraga.
d. Shalawat
Shalawat adalah syarat mutlak yang dibaca atau diucapkan oleh orang yang
dikatakan muslim atau mukmin, ketika menyebut Allah dalam Syahadat, tak ketinggalan
nama Nabi Muhammad pun harus ikut disebut. Kekuatan shalawat adalah kekuatan yang
luar biasa, karena ketika berdo’a, belumlah lengkap jika tidak diawali dengan shalawat
dan kekuatan do’a mampu mewujudkan segalanya.
e. Music
Melalui proses mendengarkan music, atau memainkan alat music, aktivitas otak
akan terangsang kearah positive, dan perasaan akan menjadi tenang. Ketenangan dan
semangat hidup yang kuat akan menentukan kesembuhan penyakit lebih cepat daripada
keputusasaan.

4. Manfaat Terapi Spiritual


- Menurunkan gejala psikiatrik
- Mencegah dan melindungi dari penyakit kejiwaan, meningkatkan proses adaptasi dan
penyembuhan.
- Untuk memahami manusia sebagai makhluk biopsikososiospiritual, agar tidak
mengalami kekososngan spiritual.

D. Klien
1. Karakteristik/kriteri Klien
a. Bila dengan pengobatan antipsikotik selama 2-4 minggu, gejala-gejala waham,
halusianasi, inkoherensi dan tingkah laku kacau sudah mereda
b. Ego dan penalaran sudah mulai berfungsi kembali, sehingga interprestasi terhadap ide-
ide sudah tepat.
c. Status mental tidak rentan/rapuh atau emosi yang sudah stabil
d. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah klien yang tidak dalam keadaan sakit,
terinfus dan terpasang alat medis lainnya.
e. Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)
f. Beragama Islam

2. Proses Seleksi
a. Mengumpulkan data klien
b. Menganalisis data klien
c. Obsevasi di ruangan klien
d. Menentukan klien

3. Data Klien
Nama klien peserta TAK:
1. Ny “S ”
2. Ny “M ”
3. Ny “T ”
4. Ny “ D ”
5. Ny “D”
E. Pengorganisasian
1. Pelaksanaan
a. Hari/tanggal : 8 Mei 2018
b. Waktu : Pukul 09.00 s/d Selesai
c. Alokasi waktu : 30 Menit
d. Tempat : Ruang Cempaka RS Ernaldi Bahar
e. JumlahKlien : 5 ( Lima )

2. Tim Terapi
a. Leader : Evi Lestari
UraianTugas :
- Menyusun rencana Terapi
- Merencanakan, mengontrol dan mengatur berlangsungnya Terapi
- Mengarahkan kelompok dalam pencapaian tujuan, memimpin jalannya Terapi
- Menetapkan tujuan dan peraturan kelompok
- Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan, mengajukan pendapat
dan memberikan umpan balik
- Sebagai role model
- Memberi motivasi anggota untuk mengemukakan pendapat dan memberi
reinforcement positif
- Evaluasi tindak lanjut
b. Co-leader : Echa Kania Diva
UraianTugas :
- Membantu leader dalam pengorganisasian anggota kelompok
- Mengingatkan pemimpin bila diskusi menyimpang
- Bersama leader menjadi contoh bentuk kerja sama yang baik
c. Observer : Intan Permatasari
UraianTugas :
- Mencatat serta mengamati respon klien  (dicatat pada format yang tersedia), dinamika
jalannya terapi, keadaan peserta (aktif, pasif, kooperatif)
- Mengawasi berlangsungnya terapi dari mulai persiapan, proses hingga penutupan
- Memberikan umpan balik kepada leader, co-leader, fasilitator tentang jalannya terapi
d. Fasilitator : 1. Ayu Lutfiyah
2. Erlina Rosidah
3. Femy Lia Utami
UraianTugas :
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok
- Memberikan stimulus dan motivasi kepada klien anggota kelompok untuk aktif
mengikuti berlangsungnya terapi
- Mengikuti arahan dari leader dalam mengikuti kegiatan kelompok

3. Metode dan media


a. Metode :
 Diskusi dan tanya jawab
 Bermain peran atau stimulasi

b. Media :
 Spiker

F. Setting
Ruang TAK Cempaka RSJ.Ernaldi Bahar
a. Terapis dengan klien duduk bersama membentuk persegi panjang
b. Ruang nyaman dan tenang
Contoh Denah

Ket:
: Leader dan Co-Leader : Observer

: Klien : Fasilitator

G. Antisipasi Masalah
1. Beri Perhatian khusus dalam penyampain Materi dan Peragaan.
2. Bimbing sebisa mungkin peserta terapi mengikuti perintah terapis.
3. Buatlah kontrak dengan seluruh peserta terapi untuk dispilin selama proses berjalannya
terapi dengan tidak meninggalkan tempat pelaksaan sesuai dengan kontrak waktu.
H. Proses Pelaksanaan
Sesi I : Memahami Cara Berwudhu
a. Tujuan
1) Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama lengkap, nama
panggilan, asal dan hobi
2) Klien mampu menyebutkan fungsi berwudhu
3) Klien mampu menyebutkan cara  berwudhu
b. Kriteria Anggota
Kriteria klien sebagai anggota yang mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok ini adalah:
1) Status mental tidak rentan/rapuh atau emosi yang sudah stabil
2) Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah klien yang tidak dalam keadaan sakit,
terinfus dan terpasang alat medis lainnya.
3) Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)
4) Beragama islam
c. Nama Klien dan Ruangan
Klien yang mengikuti terapi berjumlah 5 orang
d. Alat
1) Kalung Nama
2) Sound/speaker
3) Tape recorder
4) Bola
5) Buku catatan dan pulpen
6) Jadwal kegiatan klien
e. Metode dan Media
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan Tanya jawab
3) Simulasi
f. Langkah Kegiatan
1) Persiapan
- Memilih klien dengan indikasi perlunya terapi spiritual
- Membuat kontrak dengan klien.
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
 Salam Terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien
- Terapis dan klien memakai papan nama
 Evaluasi/validasi
Menanyakan kepada klien apakah sudah pernah terlibat dalam terapi
 Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri.
- Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu dengan latihan menyebutkan manfaat berwudhu
dan cara berwudhu serta kapan saja kita dapat melakukan wudhu
- Menjelaskan aturan main berikut.
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yang akan meninggalkan kelompok harus meminta
izin kepada terapis.
- Lama kegiatan 30 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3) Tahap kerja
- Terapis menjelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan dihidupkan serta
bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kiri) dan pada saat
tape dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan
dirinya.
- Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah
jarum jam.
- Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran
untuk menyebutkan: salam, nama lengkap, nama panggilan, fungsi berwudhu dan
cara berwudhu, dimulai oleh terapis sebagai contoh.
- Ulangi poin kedua dan ketiga sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
- Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
1) Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti Terapi
- Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Rencana tindak lanjut
- Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang
lain di kehidupan sehari-hari.
- Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk menerapkan cara berwudhu yang benar
- Memasukkan kegiatan berwudhu dalam aktivitas sehari-hari
3) Kontrak yang akandatang
- Menyepakati kegiatan berikut, yaitu mengenal berdzikir dan do’a dalam dzikir
- Menyepakati waktu dan tempat.
5. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja
yang menilai kemampuan klien melakukan terapi. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan terapi. Untuk TAKS sesi 1, dievaluasi kemampuan
klien memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal, kemampuan klien menyebutkan
fusngi wudhu, cara berwuhdu dengan menggunakan formulir evaluasi

FORMULIR EVALUASI
Berwudhu

Nama Klien
No: Aspek yang Dinilai Ny.S Ny.D Ny. Ny.M Ny.T
D
1. Menyebutkan Nama Lengkap
2. Menyebutkan nama panggilan
3. Menyebutkan asal
Jumlah

- Kemampuan Non-verbal
Menyebutkan fungsi
No Nama Klien Menyebutkan cara berwudhu
berwudhu
1 Ny.s
2 Ny.D
3 Ny.D
4 Ny.M
5 Ny.T

Petunjuk:
- Tulis nama panggilan klien / nama inisial yang ikut terapi pada kolom nama
peserta Untuk tiap Peserta, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan fungsi
berwudhu dan cara berwudhu yang benar. Beri tanda jika klien mampu dan tanda
jika klien tidak mampu.
- Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada catatan proses
keperawatan tiap klien
Sesi II : DZIKIR
A. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien dapat mengontrol dan mengendalikan halusinasi
b. Tujuan Khusus
Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah terjadinya atau
timbulnya halusinasi
B. Alat
Sound/Speaker
C. Metode
1) Diskusi dan Tanya jawab
2) Bermain peran/simulasi
D. Langkah Kegiatan
1) Persiapan
- Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi sebelumnya
- Membuat kontrak dengan klien
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2) Orientasi
 Salam Terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien
- Klien dan terapis pakai papan nama
 Evaluasi/validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
- Menanyakan pengalaman klien dalam berdzikir.
 Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara berdzikir
- Menjelaskan cara main berikut: Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta izin kepada terapis dan Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.

3) Tahap Kerja
- Terapis meminta klien menyebutkan pengertian berdzikir, do’a dalam dzikir, dan cara
berdzkir. Ulangi sampai semua klien mendapat giliran.
- Berikan pujian setiap klien selesai menjawab.
- Terapis menjelaskan cara-cara dan do’a dalam dzikir.
- Meminta klien untuk mendemonstrasikan kembali tata cara berdzikir
- Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara berdzikir.
- Memberikan pujian kepada klien
- Upayakan semua klien mampu dan mau berdzikir.

4) Tahap Terminasi
 Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah berdzikir
- Menanyakan ulang pada saat kapan saja klien dapat berdzikir.
 Rencana Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari saat sedang sendiri atau
tidak ada pekerjaan
- Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.

5) Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapkan adalah menyebutkan
definisi berdzikir, do’a dalam dzikir dan menyebutkan cara berdzikir.

FORMULIR EVALUASI TAK

Menyebutkan
Menyebutkan Menyebutkan cara
No. Nama Klien definisi
do’a dalam dzikir berdzikir
berdzikir
Ny.S
1.

Ny. D
2.

3. Ny. D

4. Ny.M

5. Ny. T

Petunjuk:
- Tulis nama panggilan klien yang ikut Terapi pada kolom nama klien.
- Berikan penilaian pada masing-masing peserta terapi mengenai kemampuan
dalam menyebutkan definisi berdzikir, do’a dalam dzikir dan cara berdzikir.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden. 2017. Pengaruh Terapi Psikoreligi: Dzikir Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran di RSUD dr.Arif Zainudin Surakarta.
Dermawan & Rusdi. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyeng Publishing
Fanada, Merry. 2012. Perawat dalam Penerapan Therapi Psikoreligi untuk menurunkan tingkat
stress pada pasien dengan halusinasi pendengaran di rawat inap Bangau RS Ernaldi Bahar
SSPalembang. Badan Diklat Provinsi SumSel
Hartono,Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika
Inayah, Afi Dhotul. 2013. Metode Rehabilitasi Non Medis di Rumah Sakit Khusus Jiwa H.
Mustajab Purbalingga dalam Pandangan Terapi Sufistik
Isaacs, Ann.2004. Panduan Belajar : keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai