Anda di halaman 1dari 8

KONSEP DASAR MENERIMA PASIEN SEBELUM

OPERASI

A. PENGERTIAN PRE OPERASI


Pre operasi merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif
yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan
berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan
tindakan pembedahan (Basra, dkk , 2017). Konsep pre operasi adalah
bagian dari keperawatan perioperatif dan merupakan persiapan awal
sebelum melakukan tindakan operasi.Dalam kosep pre operasi membahas
tentang pengertian pre operasi, persiapan pre operasi, indikasi dan
klasifikasi Pembedahan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
pada pasien pre operasi. Pre operasi adalah tahap yang dimulai ketika ada
keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika klien
dikirim ke meja operasi. Keperawatan pre operatif merupakan tahapan
awal dari keperawatan perioperatif. Tahap ini merupakan awalan yang
menjadi kesuksesan tahap-tahap berikutnya. Kesalahan yang dilakukan
pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya (HIPKABI,
2014).
Fase pre operasi dari peran keperawatan pre operasi dimulai ketika
diambil keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika
pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktifitas keperawatan selama
waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien
ditatanan klinik atau dirumah, menjalani wawancara pre operasi, dan
menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan pebedahan.
Bagaimanapun aktifitas perawat dibatasi hingga melakukan pengkajian
pasien pre operasi ditepat atau di ruang operasi.
Sign In adalah prosedur yang dilakukan sebelum induksi anastesi
prosedur Sign In idealnya dilakukan oleh tiga komponen, yaitu pasien
(bila kondisi sadar/memungkinkan), perawat anastesi , dan dokter anastesi.
Pada fase Sign In dilakukan konfirmasi berupa identitas pasien, sisi
operasi yang sudah tepat dan telah ditandai, apakah mesin anastesi
sudah berfungsi, apakah pulse oksimeter pada pasien berfungsi, serta
faktor resiko pasien seperti apakah ada reaksi alergi, resiko kesulitan
jalan nafas, dan adanya resiko kehilangan darah lebih dari 500ml.

B. TUJUAN SIGN IN

1. Menurunkan angka kematian dan komplikasi


2. Menurunkan surgical site infection dan mengurangi risiko kehilangan
darah lebih dari 500 ml.
3. Menyediakan informasi yang detail mengenai kasus yang sedang
dikerjakan, korfimasi detail, penyuaraan fokus diskusi dan
pembentukan tim (Hasri, 2012)

C. PELAKSANAAN SIGN IN
Langkah-langkah Surgical Safety Checklist yang harus dikonfirmasi saat
pelaksanaan Sign In adalah :
1. Konfirmasi identitas pasien
Koordinator Check list secara lisan menegaskan identitas pasien, jenis
prosedur pembedahan, lokasi operasi, serta persetujuan untuk
dilakukan operasi. Langkah ini penting dilakukan agar petugas
kamar operasi tidak salah melakukan pembedahan terhadap pasien,
sisi, dan prosedur pembedahan. Bagi pasien anak-anak atau pasien yang
tidak memungkinkan untuk berkomunikasi dapat dilakukan kepada
pihak keluarga, itulah mengapa dilakukan konfirmasi kepada pasien
sebelum pembedahan.
2. Konfirmasi sisi pembedahan
Koordinator Check list harus mengkonfirmasi kalau ahli bedah telah
melakukan penandaan terhadap sisi operasi bedah pada pasien
(biasanya menggunakan marker permanen) untuk pasien dengan kasuss
lateralitas (perbedaan kanan atau kiri) atau beberapa struktur dan
tingkat (misalnya jari tertentu, jari kaki, lesi kulit, vertebrata) atau
tunggal (misalnya limpa). Penandaan yang permanen dilakukan dalam
semua kasus, bagaimanapun, dan dapat memberikan ceklist cadangan
agar dapat mengkonfirmasi tempat yang benar dan sesuai prosedur.
3. Persiapan mesin pembedahan dan anestesi
Koordinator Checklist melengkapi langkah berikutnya dengan meminta
bagian anastesi untuk melakukan konfirmasi penyelesaian pemeriksaan
keamanan anastesi, dilakukan dengan pemeriksaan peralatan anastesi,
saluran untuk pernafasan pasien nantinya (oksigen dan inhalasi),
ketersediaan obat-obatan, serta resiko pada pasien setiap kasus.
4. Pengecekan pulse oximetri dan fungsinya
Koordinator Checklist menegaskan bahwa pulse oksimetri telah
ditempatkan pada pasien dan dapat berfungsi benar sebelum induksi
anastesi. Idealnya pulse oksimetri dilengkapi sebuah sistem untuk dapat
membaca denyut nadi dan saturasi oksigen, pulse oksimetri sangat
direkomendasikan oleh WHO dalam pemberian anastesi, jika pulse
oksimetri tidak berfungsi atau belum siap maaka ahli bedah anastesi
harus mempertimbangkan menunda operasi sampai alat-alat sudah siap
sepenuhnya
5. Konfirmasi tentang alergi pasien
Koordinator Checklist harus mengarahkan pertanyaan ini dan dua
pertanyaan berikutnya kepada ahli anastesi. Pertama, koordinator harus
bertanya apakah pasien memiliki alergi? Jika iya, apa itu? Jika
koordinator tidak tahu tentang alergi pada pasien maka informasi ini
harus dikomunikasikan.
6. Konfirmasi Resiko Operasi
Ahli anastesi akan menulis apabila pasien memiliki kesulitan jalan
nafas pada status pasien, sehingga pada tahapan Sign Inini tim bedah
dapat mengetahuinya dan mengantisipasi pemakaian jenis anastesi yang
digunakan. Resiko terjadinya aspirasi dievaluasi sebagai bagian dari
penilaian jaln nafas sehingga apabila pasien memiliki gejala refluks
aktif atau perut penuh, ahli anastesi harus mempersiapkan
kemungkianan terjadi aspirasi. Resiko aspirasi dapat dikurangi dengan
cara memodifikasi rencana anastesi, misalnya menggunakan teknik
induksi cepat dan dengan bantuan asisten memberikan tekanan krikoid
selama induksi untuk mengantisipasi aspirasi pasien yang telah
dipuasakan enam jam sebelum operasi.
7. Konfirmasi resiko kehilangan darah lebih dari 500 ml (700ml/kg pada
anak- anak)
Dalam langkah keselamatan, koordinator Check list meminta tim anastesi
memastikan apa ada resiko kehilangan darah lebih dari setengah liter darah
selama operasi karena kehilangan darah merupakan salah satu bahaya
umum dan sangat penting bagi pasien bedah, dengan resiko syok
hipovolemik terjadi ketika kehilangan darah 500ml (700ml/kg pada anak-
anak), Persiapan yang memadai dapat dilakukan dengan perencanaan
jauh-jauh hari dan melakukan resusitasi cairan saat pembedahan berlangsung.
(Kusumawati, 2017)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLTEKKES
KEMENKES PALEMBANG PRODI D4
D Sign In adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh petugas kamar
E KEPERAWATAN
operasi sesaat sebelum tindakan induksi anestesi dilakukan untuk
FI
N memastikan
IS
kesiapan tindakan operasi yang akan dilakukan
I
SOP MENERIMA PASIEN SEBELUM OPERASI (SIGN IN)
T 1. Menurunkan angka kematian dan komplikasi
U
2. Menurunkan surgical site infection dan mengurangi risiko kehilangan darah
J
U lebih dari 500 ml.
A
3. Menyediakan informasi yang detail mengenai kasus yang sedang dikerjakan,
N
korfimasi detail, penyuaraan fokus diskusi dan pembentukan
Tim
A Lembar Surgical Checklist
L
A
T
DILA
NO AKTIVITAS KUK SK
AN
YA TI
DA
K
Petugas kamar operasi menerima
1 pasien dengan
rencana pembedahan di kamar
operasi.
Petugas kamar
2 operasi menyiapkan ceklis
keselamatan pasien operasi.
Petugas kamar operasi menanyakan
identitas pasien yang meliputi nama,
tanggal lahir, lokasi operasi, jenis
3
operasi dan penandaan luka operasi
bila ada. Apabila kondisi pasien tidak
memungkinkan untuk menjawab atau
memberi
keterangan, dapat diwakilkan
keluarga.
Petugas kamar operasi menuliskan
4 identitas dan nomor RM pasien pada
ceklis keselamatan
pasien operasi.
Petugas kamar operasi melakukan
5 konfirmasi
atau verifikasi identitas kepada
pasien dengan
mengidentifikasi kecocokan penulisan pada
gelang pasien.
Petugas kamar operasi melakukan konfirmasi
kepada pasien atau keluarga pasien mengenai
6 informasi bahwa rencana operasi, jenis operasi,
lokasi operasi dan penjelasan prosedur tindakan
operasi sudah diberikan.
Petugas kamar operasi melakukan identifikasi
7
apakah sudah dilakukan penandaan luka operasi.
Petugas kamar operasi melakukan konfirmasi
8 kepada tim anestesi mengenai kesiapan peralatan
dan obat anestesi yang akan digunakan.
Petugas kamar operasi memastikan pasien sudah
9
terpasang oksimetri dan berfungsi dengan baik.
Petugas kamar operasi memastikan riwayat alergi
pasien dan menuliskan pada kolom yang tersedia
10
apabila ada riwayat alergi serta
menyampaikan kepada tim anestesi.
Petugas kamar operasi melakukan konfirmasi
kepada tim anestesi apakah pasien mengalami
hambatan jalan nafas atau beresiko terjadi aspirasi,
11
jika ada hambatan atau beresiko maka petugas
memastikan tersedianya alat bantu atau
rencana solusi untuk mengatasi masalah tersebut
Petugas kamar operasi melakukan konfirmasi
kepada tim anestesi apakah pasien beresiko
mengalami perdarahan lebih dari 500 ml selama
12 tindakan operasi, jika beresiko maka harus
konfirmasi ketersediaan cairan atau darah untuk
resusitasi dan pemasangan infus dua jalur
apabila diperlukan.
Petugas kamar operasi memberikan tanda
13 contreng pada ceklis sesuai dengan item yang
sudah dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Abrar, S. S. (2018, Januari 25).Retrieved April 10, 2020, from Scribd:


https://www.scribd.com/document/369936879/Sop-Penerimaan-Pasien-
Pre-Operasi- Diruang-Operasi
Hasri, E. T. (2012). Praktik Keselamatan Pasien Bedah di RSUD X. Retrieved April
10, 2020, from mutupelayanankesehatan.net:
https://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/conte
nt/article/22/58 5
HIPKABI. (2014). Buku pelatihan dasar-dasar keterampilan bagi perawat kamar
bedah. Jakarta: HIPKABI Press.
Kusumawati, Y. (2017). Hubungan Antara Pengetahuan Perawat Perioperatif
Dengan Pelaksanaan Prosedur Safety Surgical Di Kamar Operasi RS
Lavalette Malang. Retrieved April 10, 2020, from
http://perpustakaan.poltekkes- malang.ac.id/assets/file/kti/1601410023/

Anda mungkin juga menyukai