Anda di halaman 1dari 6

PROSES TIME OUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

010/SPO/MKP 0 1/6

Tanggal terbit Ditetapkan,


Direktur
SPO
20 Mei 2013

Pengertian 1. Operasi adalah tindakan bedah/pembedahan/surgery.


2. Tindakan Invasif adalah tindakan atau teknik yang mencakup
upaya memasukkan jarum, probe atau alat lain ke dalam tubuh
untuk tujuan diagnostik/terapi.
3. Tim Operasi/Tindakan Invasif tersusun dari seluruh individu
yang terlibat dalam operasi/tindakan invasif, dimana setiap
individu memiliki peranannya masing-masing dalam memastikan
keselamatan dan keberhasilan operasi.
4. Operator adalah dokter bedah atau dokter yang akan melakukan
operasi/tindakan invasif terhadap pasien.
5. Proses Time Out adalah bagian akhir dari Protokol Universal
yang berupa serangkaian kegiatan untuk keselamatan pasien
operasi /tindakan invasif yang terdiri dari tahap “Sign In”, “Time
Out”, dan “Sign Out” dengan menggunakan formulir “Checklist
Keamanan Tindakan Bedah / Invasif”, sebagai adaptasi dari
WHO Surgical Safety Checklist.
6. Penanggung Jawab Checklist, selanjutnya disebut Penanggung
Jawab adalah orang yang memimpin proses time out (checklist)
dan menjadi penanggung jawab pengisian checklist dalam setiap
operasi/tindakan invasif.

Tujuan 1. Mencegah terjadinya salah pasien, salah lokasi/sisi operasi atau


salah prosedur operasi dalam melakukan tindakan bedah/invasif.

Kebijakan 1. Keputusan Direktur RS Pantang mundur No. 024/Dir/SK/IV/13


tentang Sasaran Keselamatan Pasien RS Pantang mundur , poin
KEENAM: Sasaran keempat: Kepastian tepat lokasi, tepat
prosedur, tepat pasien operasi/tindakan invasif: 2. Melaksanakan
Universal Protocol yang meliputi: c. Proses Time Out.....
2. Keputusan Direktur RS Pantang mundur No 031/Dir/SK/IV/13
tentang Pelayanan Anestesi dan Bedah di RS Pantang mundur ,
PROSES TIME OUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

010/SPO/MKP 0 2/6

point KELIMA : Pelayanan Bedah : Untuk menjamin keamanan


tindakan bedah, dilakukan proses ‘Time out’ untuk menjamin
tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi.
3. Keputusan Direktur No. 065/Dir/SK/IV/13 tentang Panduan
Keselamatan Operasi dan Tindakan Invasif, Lampiran: V.B.3.
Proses Time Out.

Prosedur A. SIGN IN (Dilakukan sebelum Induksi Anestesi)


1. Mulai dilakukan di ruang transfer unit bedah.
2. Dikerjakan oleh Penanggung Jawab Checklist.
3. Memerlukan kehadiran dokter spesialis anestesi.
4. Pasien dikonfirmasi tentang identitasnya, lokasi operasi, jenis
/ nama operasi yang direncanakan, dan persetujuan operasi.
a. Jika pasien sadar, Penanggung Jawab:
i. Memastikan identitas pasien dengan menanyakan
nama lengkap pasien, dan mencocokkan jawabannya
dengan yang tertulis pada gelang identitas pasien.
ii. Menanyakan kepada pasien jenis / nama operasi yang
akan dilakukan, dan mencocokkannya dengan catatan
di dalam berkas rekam medis.
iii. Menanyakan kepada pasien lokasi operasi yang akan
dilakukan, dan mencocokkannya dengan catatan di
dalam berkas rekam medis dan hasil pemeriksaan
penunjang (misal: rontgen, CT Scan, MRI, dll.)
iv. Menanyakan apakah pasien sudah mendapat
penjelasan dari Operator tentang operasi yang akan
dilakukan, dan memastikan apakah sudah ada surat
persetujuan operasi (Informed Consent Form) yang
ditandatangani oleh pasien / keluarga pasien.
b. Jika pasien tidak sadar / tidak kapabel / pasien anak
i. Pertanyaan bisa diajukan kepada pendamping pasien /
keluarga pasien.
c. Jika pasien dalam kondisi emergensi (live saving)
i. Isian checklist boleh dikosongkan.
5. Penanggung Jawab melihat secara langsung apakah
penandaan lokasi operasi sudah dilakukan oleh Operator,
atau tidak dilakukan karena tidak memungkinkan (not
applicable). Lihat juga SPO Penandaan Lokasi Operasi.
PROSES TIME OUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

010/SPO/MKP 0 3/6

6. Jika penandaan belum dilakukan, maka Penanggung Jawab


harus menghadirkan Operator untuk melakukan penandaan.
7. Penanggung Jawab melihat secara langsung untuk
memastikan alat Pulse Oximeter sudah terpasang pada pasien
dan berfungsi dengan baik.
a. Jika alat tidak berfungsi, tunda operasi sampai didapatkan
alat yang berfungsi baik.
b. Jika operasi untuk live saving, maka syarat ini boleh
ditinggalkan.
8. Penanggung Jawab bertanya kepada dokter anestesi untuk
memverifikasi “anesthesia safety check”:
a. Kelengkapan dan ketersediaan peralatan anestesi, serta
memastikan seluruh peralatan anestesi tersebut dapat
berfungsi dengan baik.
b. Kelengkapan dan ketersediaan obat-obat anestesi.
c. Kelengkapan dan ketersediaan obat-obat dan peralatan
emergensi.
9. Penanggung Jawab bertanya kepada dokter anestesi:
a. Apakah pasien memiliki riwayat alergi. Jika ya, alergi apa.
Jika dijawab tidak, tetapi Penanggung Jawab tahu ada
riwayat alergi berdasarkan catatan di berkas rekam medis,
maka harus diberitahukan kepada dokter anestesi.
b. Apakah pasien memiliki kondisi jalan nafas yang sulit
atau risiko aspirasi. Jika ya, apakah tim anestesi telah
mempersiapkan rencana, peralatan, dan bantuan untuk
mengatasi terjadinya dampak dari risiko tersebut.
c. Apakah pasien memiliki risiko kehilangan darah > 500 ml
(dewasa) atau 7 ml/kgBB (anak). Jika ya, apakah pada
pasien telah dipasang 2 (dua) jalur intravenous perifer atau
1 (satu) jalur vena sentral, serta persiapan cairan/darah.
Jika tidak tahu, tim anestesi harus menanyakannya kepada
Operator.
10. Tuliskan tanggal dan jam dilakukannya sign in.
11. Jika tahap ini telah selesai, maka tim anestesi dapat mulai
menginduksi pasien.
B. TIME OUT (Sebelum memulai operasi/tindakan/insisi kulit)
1. Dilakukan sebelum tindakan bedah/invasif dimulai.
2. Berupa penghentian aktivitas secara sengaja, kecuali
PROSES TIME OUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

010/SPO/MKP 0 4/6

bantuan pernafasan, yang melibatkan komunikasi secara


jelas (termasuk mendengarkan dengan aktif dan memberikan
konfirmasi verbal) tentang pasien, prosedur operasi,
lokasi/sisi operasi, di antara seluruh anggota tim operasi.
3. Dipimpin oleh Penanggung Jawab, dengan menyerukan
ucapan “TIME OUT”, kemudian membacakan checklist
Time Out secara jelas dan keras.
a. Penanggung Jawab meminta setiap anggota Tim operasi
memperkenalkan diri dan menyebutkan tugas / perannya
masing-masing, serta membuat tanda centang (√) pada
checklist jika sudah dilakukan.
b. Penanggung Jawab menyebutkan nama pasien, nama
operasi dan lokasi operasi/insisi. Masing-masing anggota
Tim operasi harus mengkonfirmasi dengan kata “Setuju”
atau “Tidak”. Penanggung Jawab membuat tanda centang
(√) pada checklist jika seluruh anggota tim operasi telah
menyatakan setuju.
c. Penanggung Jawab memastikan pemberian antibiotik
profilaksis, dengan cara:
1). Melihat catatan pemberian obat, jika sudah diberikan
dalam waktu 60 menit sebelum operasi (sebelum
dilakukannya insisi), beri tanda centang (√) pada
kotak Sudah.
2). Jika sudah diberikan, tetapi lebih dari 60 menit
sebelum operasi, tanyakan kepada Operator apakah
perlu diberi dosis tambahan. Jika tidak, jangan beri
tanda centang (√) apapun.
3). Jika antibiotika belum diberikan, berikan sekarang
atau tanyakan kepada Operator apakah antibiotik
profilaksis perlu diberikan. Jika dianggap tidak perlu,
maka beri tanda centang (√) pada kotak tidak perlu
dan tuliskan alasannya.
d. Antisipasi terhadap kejadian kritis, dimana Penanggung
Jawab menanyakan beberapa pertanyaan kepada Operator,
dokter anestesi, dan perawat, serta membuat tanda centang
(√) jika jawaban sudah diberikan.
i. Kepada Operator:
 Apakah ada tahapan operasi yang tidak rutin atau
PROSES TIME OUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

010/SPO/MKP 0 5/6

memberikan risiko terjadinya situasi kritis?


Misalnya: dijawab “Ada tahapan yang berisiko
menyebabkan perdarahan yang banyak”. Atau
“Prosedur rutin dan tidak berisiko situasi kritis”.
 Berapa lama operasi akan berlangsung?
 Adakah risiko kehilangan banyak darah dan apa
antisipasinya?
ii. Kepada Dokter anestesi:
 Apakah ada hal khusus yang perlu diperhatikan?
Misal: dijawab “Tidak ada sesuatu yang khusus”.
iii. Kepada perawat anggota Tim tentang sterilitas alat
dan fungsi alat – alat bedah yang digunakan dalam
operasi. Misal: dijawab “Sterilitas oke. Tidak ada
sesuatu yang khusus”.
e. Penanggung Jawab juga menanyakan kepada Operator
apakah memerlukan hasil diagnostic imaging.
i. Jika ya, maka Penanggung Jawab berseru untuk
memastikan foto rontgen/ CT Scan/ MRI telah
ditayangkan dan posisi foto tidak terbalik, serta
membuat tanda centang (√) pada kotak Ya.
ii. Jika ya tapi benda tidak ada, maka Operator yang
membuat keputusan apakah operasi dilanjutkan atau
ditunda sampai ada hasil diagnostic imaging, dan jika
dilanjutkan, maka tidak dibuat tanda centang (√).
iii. Jika tidak diperlukan, maka dibuat tanda centang (√)
pada kotak N/A.
4. Tuliskan tanggal dan jam dilakukannya time out.
5. Jika tahap ini telah selesai, tim dapat memulai operasi.
6. Bila kegiatan time out belum sempurna, Penanggung Jawab
dapat menghentikan prosedur operasi itu. Semua anggota tim
mempunyai tanggung jawab untuk bicara jika mereka
mempunyai informasi yang dapat mempengaruhi
keselamatan pasien. Prosedur operasi belum dapat dimulai
jika masalah belum terpecahkan.
C. SIGN OUT (Sebelum pasien meninggalkan kamar operasi)
1. Dilakukan di kamar operasi sebelum pasien dibawa keluar
dari kamar operasi, atau bisa dimulai bertepatan dengan
penutupan luka insisi kulit, dan diselesaikan sebelum
PROSES TIME OUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

010/SPO/MKP 0 6/6

Operator meninggalkan ruangan.


2. Dilakukan oleh Penanggung Jawab dengan membacakan
checklist Sign Out dengan jelas dan keras, dan tanda centang
(√) dibuat jika telah dikonfirmasi oleh anggota tim operasi.
a. Penanggung Jawab mengonfirmasikan kebenaran nama
operasi, dengan bertanya “ Apa nama operasi yang kita
lakukan?” atau “Apakah benar kita telah melakukan
operasi X ?”
b. Penanggung Jawab menanyakan kecocokan perhitungan
antara jumlah instrumen, kasa, tampon dan jarum yang
telah digunakan selama operasi dengan sisa yang ada, dan
anggota tim melengkapi formulir instrumen yang
digunakan setelah tindakan operasi (tidak boleh kosong).
c. Penanggung Jawab menanyakan tentang identifikasi pada
specimen yang telah dituliskan / ditempel stiker nama
pasien dan asal jaringan specimen, serta apakah ada
masalah peralatan selama operasi berlangsung.
3. Operator, dokter anestesi dan tim perawat secara berurutan
menyampaikan masalah utama yang harus diperhatikan untuk
penyembuhan dan penatalaksanaan pasien selanjutnya dan
dituliskan pada rekam medis pasien.
4. Selama di ruang pemulihan, pasien harus diobservasi dan
didokumentasikan hasil observasinya di lembar observasi.
5. Tuliskan tanggal dan jam dilakukannya sign out.
D. PENYIMPANAN DOKUMEN
Form Cheklist Keamanan Tindakan Bedah/Invasif yang telah
diisi, dimasukkan ke dalam berkas rekam medis pasien.

Unit Terkait 1. Unit Bedah


2. Unit Rawat Intensif
3. Unit Gawat Darurat
4. Unit Poliklinik
5. Unit Endoskopi
6. Subunit Angiografi
7. Unit Rekam Medis

Anda mungkin juga menyukai