Anda di halaman 1dari 25

CURRICULUM VITAE

Nama : Hj. Euis Kurniasari, SST., M.Keb


Tempat/tgl.lahir : Majalengka, 10 Maret 1974
Agama : Islam
Status : Menikah
Jenis Kelamin : Perempuan
Warganegara : Indonesia
Alamat : Blok Ganda Makmur, RT/RW 005/004
Desa Gandawesi Kecamatan Ligung
Kabupaten Majalengka
Hp : 082126940100
PENDIDIKAN

• SPK Depkes Cirebon tahun 1992


• PPB Depkes Cirebon tahun 1993
• D3 Kebidanan Rangkasbitung tahun 2000
• D4 Kebidanan Universitas Padjadjaran tahun 2003
• S2 Kebidanan Universitas Padjadjaran tahun 2010

PELATIHAN

• Pelatihan IUD
• Pelatihan Implant
• Pelatihan CTU
• Pelatihan APN
• Pelatihan Penangan Asfiksia
• Pelatihan BBLR
• Pelatihan Asesor
• Pelatihan Imunisasi
• Pelatihan HBB HMS
Pengalaman Organisasi/Kerja

• Bidan Desa Majasuka 1993 s/d 1997


• Bidan Desa Ligung Kidul 1997 s/d 2000
• Staf KIA Dinkes 2000 2013
• Kepala Seksi Yandasus dan RS 2013 s/d 2015
• Kepala Seksi Kesga dan KB 2015 s/d 2016
• Kepala Seksi Promkes dan PP 2016 s/d 2018
• Kepala Bidang Kesehatan Primer 2019 s/d sekarang
• Ketua PC IBI Majalengka 2014 s/d sekarang
PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
STUNTING

Hj Euis Kurniasari, SST, M.Keb


Kepala Bidang Kesehatan Primer
Ketua PC IBI Majalengka
5
DAMPAK STUNTING
Dampak Kesehatan Dampak Pertumbuhan Dampak Ekonomi
Penduduk
Jumlah Jumlah
Penduduk 2010 Penduduk: 2030 Potensi kerugian ekonomi setiap
: 238,5 296,4 Juta
Juta tahunnya: 2-3% dari GDP

201,8 juta Jika PDB Indonesia


penduduk Rp Rp 13.000 Triliun
usia
produktif
(15-64 Potensi Kerugian
tahun)
Perkembangan Otak Anak Perkembangan Otak Anak Rp 260-390 Triliun/tahun
Stunting Sehat
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Rasio ketergantungan: Rasio ketergantungan:
50,5 46,9

Sumber: Proyeksi Penduduk, 2010-2045 The Worldbank, 2016


Gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil,
pendek, kurus)
Stunting pada Balita:
Hambatan perkembangan kognitif dan • 15 tahun mendatang menjadi generasi penduduk usia Potensi keuntungan
motorik produktif
• Menurunkan produktivitas SDM ekonomi dari investasi
Gangguan metabolik pada saat dewasa  risiko
penyakit tidak menular (diabetes, obesitas, • Bonus Demografi tidak termanfaatkan dengan baik penurunan stunting di Indonesia:
stroke, jantung) 48 kali lipat
Perbaikan kualitas SDM:

Sumber: • investasi pendidikan dan kesehatan pada anak 


• Kakietek, Jakub, Julia Dayton Eberwein, Dylan Walters, and Meera Shekar.
pencegahan stunting
2017. Unleashing Gains in Economic Productivity with Investments in Hoddinott, et al, 2013
Nutrition. Washington, DC: World Bank Group International Food Policy Research
• www.GlobalNutritionSeries.org • peningkatan kesehatan perempuan
Institute
Pertumbuhan cepat pada 1000 hari pertama kehidupan
Bukan semata-mata stunting-nya
yang menjadi masalah
Yang lebih penting adalah:
proses terjadinya stunting bersamaan dengan proses terjadinya hambatan
pertumbuhan dan perkembangan semua orghan lainnya seperti Otak,
Jantung, Ginjal dan Pankreas

 Periode didalam kandungan dan dalam 2 tahun


pertama usia anak: 1000 HPK

dikutip dari slides Prof. Endang Ahadi


Periode terjadinya gangguan tumbuh

Stunting dapat terjadi sejak dalam kandungan dan dapat


berlanjut umumnya sampai 2 tahun pertama setelah lahir

Periode dari saat konsepsi sampai anak berusia 2 tahun


(1000 hari pertama) telah teridentifikasi merupakan masa
yang paling kritis dalam kesempatan untuk memberi
intervensi
Panjang Bayi Lahir (sumber : seksi kesga Dinkes Jabar 2018)

Dari 58 Balita yang dikunjungi, hasil


verifikasi ulang di lapangan diketahui
bahwa sebanyak 23% (13 orang balita),
22% yang lahir dengan panjang badan < 48
cm, dan 22% (13 orang ) lahir dengan
panjang badan > 48 cm : sedangkan
<48
55%
terdapat 55% (32 orang balita) yang
>48
TDA
tidak di ketahui panjang badan ketika
22% lahir karena ibu lupa dan tidak
mempunyai buku KIA sehingga tidak di
catat
FAKTOR RISIKO PENDEK PADA BAYI

 Faktor ibu selama masa kehamilan dan sebelum hamil, ikut menentukan
panjang bayi lahir
 Pertambahan berat badan selama kehamilan berpengaruh pada panjang lahir
bayi
 Hasil penelitian longitudinal data Indonesian Family Life Survey (IFLS)
menunjukkan : perubahan Z-score pertumbuhan pada usia dini hingga usia pra-
pubertas; pendek pada usia dini dan tidak berhasil mengejar (catch up )
pertumbuhannya pada usia Balita sebanyak 77% akan tetap pendek pada usia
pra-pubertas.

 Sebaliknya, anak yang pendek pada usia dini dan berhasil mengejar
pertumbuhannya pada usia Balita, sebanyak 84% akan tumbuh normal pada usia
pra-pubertas (Aryastami, 2015)

 Oleh karena itu upaya perbaikan dan intervensi untuk mencegah stunting tetap
dibutuhkan pada usia balita.
KONSEP PENANGGULANGAN
STUNTING

PENCEGAHAN PENANGANAN

STIMULASI –
1000 HARI
PENGASUHAN dan
PERTAMA
PENDIDIKAN
KEHIDUPAN (HPK)
BERKELANJUTAN

14
PENYELAMATAN MELALUI 1000
HARI PERTAMA KEHIDUPAN (HPK)

730 hari kehidupan


270 hari selama pertama bayi
kehamilan setelah dilahirkan

 Periode kritis dalam pembentukan masa emas (golden period) bagi pertumbuhan dan
perkembangan tubuh dan organ tubuh anak yang sehat daan cerdas
 terjadi malnutrition pada periode ini akibatnya berjangka panjang
 Perubahan yang terjadi pada 1000 HPK bersifat permanen 15
Mengapa 1000 HPK, Penting?

16
PENCEGAHAN STUNTING PEMBERDAYAAN ORANG
TERDEKAT (SUAMI, ORANG TUA,
GURU, REMAJA PUTRA)
Program 1000 HPK

HOLISTIK LINTAS GENERASI


INTERVENSI SOSIAL :
INTERVENSI SENSITIF : KUALITAS REMAJA PUTRI 1. Penggerakan Toma (Tokoh Masyarakat) untuk
1. Penyediaan akses dan ketersediaan air bersih serta INTERVENSI PENDIDIKAN : mensosialisasikan Keluarga Berencana
sarana sanitasi (jamban sehat) di keluarga
1. Pendidikan Kespro di Sekolah 2. Penyediaan Bantuan Sosial dari Pemda untuk
2. Pelaksanaan fortifikasi bahan pangan Keluarga Tidak Mampu (Keluarga Miskin)
2. Pemberian edukasi gizi remaja
3. Pendidikan dan KIE Gizi Masyarakat 3. Pembentukan konselor sebaya untuk

INTEGRASI KEGIATAN
4. Pemberian Pendidikan dan Pola Asuh dalam Keluarga membahas seputar perkembangan remaja TERSIER
5. Pemantapan Akses dan Layanan KB PEMBERDAYAAN ORANG TERDEKAT
6. Penyediaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan (SUAMI, ORANG TUA, GURU, REMAJA
Jaminan Persalinan PUTRA)
7. Pemberian Edukasi Kespro SEKUNDER INTERVENSI KESEHATAN :
PRIMER KUALITAS REMAJA PUTRI 1. Konsultasi perencanaan kehamilan dengan
melibatkan suami dan keluarga (orang tua)
PROGRAM 1000 HPK INTERVENSI KESEHATAN : 2. Pelayanan kontrasepsi bagi Suami untuk
1. Suplementasi Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri penundaan kehamilan
INTERVENSI SPESIFIK : 2. Pemberian obat cacing pada Remaja Putri 3. Bimbingan konseling ke Bidan bersama
1. Suplementasi Tablet Besi Folat pada Bumil 3. Promosi Gizi Seimbang dengan suami untuk penentuan tempat dan
2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Bumil KEK 4. Pemberian Suplementasi Zink penolong persalinan
3. Promosi dan Konseling IMD dan ASI Eksklusif 5. Penyediaan akses PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli 4. Pendidikan Kespro bagi Remaja Putra
4. Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) Remaja) di Puskesmas
5. Mempersiapkan konseling Calon Pengantin
5. Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
6. Pemberian Imunisasi
7. Pemberian Makanan Tambahan Balita Gizi Kurang
8. Pemberian Vitamin A
9. Pemberian Taburia pada Baduta
10. Pemberian Obat Cacing pada Bumil
17
KERANGKA PENANGANAN STUNTING

Intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000


INTERVENSI GIZI
Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini
SPESIFIK
umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan.
(BERKONTRIBUSI 30%)
Intervensi bersifat jangka pendek. Sasaran
intervensi ibu hamil, ibu menyusui dan balita.

Intervensi ditujukan melalui kegiatan pembangunan


INTERVENSI GIZI
diluar sektor kesehatan. Sasarannya adalah
SENSITIF
masyarakat umum, tidak khusus untuk 1.000 HPK.
(BERKONTRIBUSI
Contoh intervensi seperti pembangunan air bersih,
70%)
sanitasi, PAUD.

Sumber: TNP2K, 2017 18


Situasi Kesehatan
Keluarga
PETA STUNTING PROVINSI JAWA BARAT

HASIL PSG TAHUN 2017


No Kabupaten Jumlah Desa Jumlah Puskesmas Gizi Buruk Bumil Anemia Bumil KEK Balita Kurus Prevalensi Stunting Kema Tian Ibu Kematian Bayi
Prioritas Prioritas
1 Bogor 10 9 58 7,043 7,699 - 28.4 59 105
2 Sukabumi 10 4 50 3,923 4,841 - 37.6 41 254
3 Cianjur 10 9 171 2,199 4,086 9,288 35.7 26 160
4 Bandung 10 8 22 895 2,203 - 38.7 44 199
5 Garut 10 8 87 5,621 3,296 460 43.2 51 286
6 Tasikmalaya 10 6 31 4,240 2,562 9,360 33.3 37 247
7 Kuningan 10 7 30 4,055 2,030 110 28.5 24 84
8 Cirebon 10 6 23 6,429 5,483 3,763 25.6 39 15
9 Sumedang 10 9 46 1,799 1,675 2,326 28.1 19 137
10 Indramayu 10 7 45 4,876 5,344 11,544 29.9 45 253
11 Subang 10 9 51 3,100 2,170 5,277 25.5 27 126
12 Karawang 10 8 189 6,658 3,224 17,472 26.1 59 173
13 Bandung Barat 10 7 25 1,796 1,726 2,319 34.2 38 123
14 Majalengka 10 - 14 1,326 1,082 281 30.2 17 87
PROYEKSI PENDUDUK JAWA BARAT
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010
2015 2035

20 tahun
kemudian

Tingginya Usia Produktif:


1. Intelektual rendah
Pada usia Balita : 2. Generasi lemah Beban Ganda Ekonomi :
1. Sering sakit 3. Generasi yang tidak 1. Lambatnya Pertumbuhan Ekonomi
berberdaya saing Daerah
2. Menderita kurang gizi, pendek dan kurus
4. Produktifitas rendah 2. Meningkatnya Kemiskinan
3. Lingkungan tidak Higiens 5. Pengangguran bertambah
21
BESARAN MASALAH KEKURANGAN GIZI
DI JAWA BARAT HASIL RISKESDAS

10.8% (2013) 10.9% (2013)


Bayi di Jawa Barat lahir Balita di Jawa Barat memiliki
35.3% (2013)
dengan berat badan berat badan yang tidak Balita di Jawa Barat
rendah (< 2.500 gram) sesuai dengan Tingginyau memiliki tinggi badan yang
(Kurus) tidak sesuai dengan

6.3% (2018) 8.4% (2018) usianya (pendek)

31.1% (2018)
Prevalensi Underweight Balita
di Jawa Barat

Sumber : Riskesdas,
2018
Prevalensi Stunting Balita di Jawa Barat

Sumber : Riskesdas, 2018


Prevalensi Wasting Balita di Jawa Barat

Sumber : Riskesdas,
2018

Anda mungkin juga menyukai