Anda di halaman 1dari 39

Strategi Nasional

Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024

G. Irwan Suryanto
Asisten Koordinator Pokja Kebijakan TNP2K

Bimbingan Teknis Penyusunan Peraturan Daerah Perubahan Perilaku


Untuk Percepatan Pencegahan Stunting

Makassar, 30 Oktober 2019 1


Dampak Stunting

Dampak Kesehatan Dampak Pertumbuhan Dampak Ekonomi


Penduduk
Jumlah Jumlah
Penduduk: 2010 Penduduk: 2030 Potensi kerugian ekonomi
238,5 Juta 296,4 Juta

setiap tahunnya: 2-3% dari GDP

201,8 juta Jika PDB Indonesia


pendudu Rp Rp 13.000 Triliun
k usia
produktif
(15-64
Potensi Kerugian
tahun)
Perkembangan Otak Anak Perkembangan Otak Anak Rp 260-390
Stunting Sehat Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Triliun/tahun

Rasio Rasio
ketergantungan: ketergantungan:
50,5 46,9
Sumber: Proyeksi Penduduk, 2010-2045 The Worldbank, 2016
Gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil,
pendek, kurus) Stunting pada Balita:
Hambatan perkembangan kognitif dan • 15 tahun mendatang menjadi generasi penduduk
usia produktif Potensi keuntungan
motorik
• Menurunkan produktivitas SDM ekonomi dari investasi
Gangguan metabolik pada saat dewasa → risiko • Bonus Demografi tidak termanfaatkan dengan baik
penyakit tidak menular (diabetes, obesitas, stroke, penurunan stunting di Indonesia:
penyakit jantung)
Perbaikan kualitas SDM: 48 kali lipat
Sumber: • investasi pendidikan dan kesehatan pada anak →
• Kakietek, Jakub, Julia Dayton Eberwein, Dylan Walters, and Meera pencegahan stunting
Shekar. 2017. Unleashing Gains in Economic Productivity with Hoddinott, et al, 2013
Investments in Nutrition. Washington, DC: World Bank Group International Food Policy Research
• www.GlobalNutritionSeries.org • peningkatan kesehatan perempuan
Institute

2
Indikator Status Gizi Anak (Stunting)
Riskesdas 2013 & 2018 (%)
40

37.2
30
32.8
Prevalensi Stunting (%)

30.8 29.9
20

10

0
Balita Baduta
2013 2018

3
Sumber: Riskesdas 2013-2018, Diolah Balitbangkes

10 17.7

20

30

40

50

60
0

27.5
DKI Jakarta
DI Yogyakarta

Prevalensi Balita Kerdil (Stunting) 2013-2018


Bali
Kepulauan Riau
Bangka Belitung
Sulawesi Utara
Banten
Kalimantan Utara
Lampung
Riau

Berdasarkan Provinsi
Papua Barat
Bengkulu
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Timur
Sumatera Barat
2013

Jambi
30.8

37.2

INDONESIA
Jawa Barat
Jawa Tengah
2018

Maluku Utara
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
Gorontalo
Jawa Timur
Papua
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
Nusa Tenggara Barat
Maluku
Kalimantan Tengah
Sulawesi Selatan
Aceh
Sulawesi Barat
42.6

51.7

Nusa Tenggara Timur


4
Indikator Status Gizi Anak Lainnya
Riskesdas 2013 & 2018 (%)

Proporsi Panjang Badan Lahir Proporsi Imunisasi Dasar


41 Kurang dari 48 Cm & Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR)
Lengkap Usia 12 – 23 Bulan &
Tidak Imunisasi
< 2500 gr
Proporsi Balita Yang 25 70
Mendapatkan Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) 22.7 60
20 59.2 57.9
20.2 50
15 40

58,3 10 30

20
5
5.7 6.2 10
Dari 41 % Balita yang 8.7 9.2
mendapatkan PMT, 58,3% 0 0
Mendapatkannya Dari Panjang Kurang BBLR Lengkap Tidak Imunisasi
Program PMT Kemenkes 2013 2018 2013 2018

5
Kerangka Penyebab dan Pendekatan

Pencegahan stunting Hasil

Asupan gizi Status kesehatan Penyebab


langsung

Lingkungan sosial Lingkungan Penyebab


Ketahanan pangan Lingkungan tidak
(norma, makanan permukiman
(ketersediaan, kesehatan langsung
bayi dan anak, (air, sanitasi,
keterjangkauan, dan (akses, pelayanan
higiene, pendidikan, kondisi
akses pangan bergizi) preventif dan kuratif)
tempat kerja) bangunan)

Pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, perlindungan
Proses
sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan.

Komitmen politis dan kebijakan pelaksanaan aksi;


kebutuhan dan tekanan untuk implementasi, tata kelola
keterlibatan antar lembaga pemerintah dan Prasyarat
non-pemerintah, kapasitas untuk implementasi. pendukung

Sumber: UNICEF 1997; IFPRI, 2016; BAPPENAS 2018, disesuaikan dengan konteks Indonesia
6
Tantangan Percepatan Pencegahan Stunting

Belum efektifnya program-program


1 pencegahan stunting

Belum optimalnya koordinasi penyelenggaraan

2 intervensi gizi spesifik dan sensitif di semua tingkatan-


terkait dengan perencanaan dan penganggaran,
penyelenggaraan, dan pemantauan dan evaluasi

3 Belum efektif dan efisiennya pengalokasian dan


pemanfaatan sumber daya dan sumber dana
Penting untuk
pelibatan
multisektor

4 Keterbatasan kapasitas dan kualitas


penyelenggaraan program

Masih minimnya advokasi, kampanye, dan


5 diseminasi terkait stunting, dan berbagai
upaya pencegahannya
7
Kendala di Tingkat Masyarakat

1 | Istilah stunting belum dikenal dengan baik di tingkat


masyarakat
2| Pendek dianggap bukan sebagai sebuah masalah, faktor
keturunan lebih dominan
3| Penanganan stunting masih dianggap sebagai tanggungjawab
sektor kesehatan
4| Di beberapa tempat terdapat budaya atau mitos yang
mempunyai pengaruh negatif, seperti Ibu Hamil dilarang
makan cumi, colostrum yang dibuang, anak baru lahir diberi
madu, dll
5| Perubahan perilaku tidaklah mudah, butuh waktu untuk
melakukannya
8
Faktor Pendukung Untuk
Percepatan Pencegahan Stunting

1 | Adanya Komitmen Politik yang tinggi dari Presiden dan Wakil


Presiden
2| Adanya dasar hukum yang cukup kuat; seperti UU Pangan
dan Perpres 42 tahun 2014 tentang percepatan perbaikan
gizi
3| Indonesia ikut dalam SUN Global Network
4| Pemerintah sudah mempunyai program-program yang terkait
dengan percepatan pencegahan stunting
5| Beberapa langkah menuju konvergensi sudah dilakukan di
tingkat Pusat

9
Pentingnya Stranas Stunting

1| Stranas Stunting disusun berdasarkan bukti-bukti dan pengalaman


Indonesia dan global terkait dengan upaya pencegahan stunting
2| Stranas Stunting bertujuan untuk memastikan agar semua
sumber daya diarahkan dan dialokasikan untuk mendukung dan
membiayai kegiatan-kegiatan prioritas, terutama meningkatkan
cakupan dan kualitas pelayanan gizi pada rumah tangga 1.000 HPK
(ibu hamil dan anak usia 0-2 tahun)
3| Stranas Stunting disusun agar semua pihak di semua tingkatan
dapat bekerja sama untuk mempercepat pencegahan stunting
4| Penyusunan Stranas Stunting melibatkan: K/L, akademisi dan
organisasi profesi, masyarakat madani, dunia usaha, dan
mitra pembangunan/donor

10
23 Kementerian/Lembaga Berkolaborasi untuk
Percepatan Pencegahan Stunting

KEMENTERIAN KOORDINATOR KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN


BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET
REPUBLIK INDONESIA

11
Strategi Nasional
Percepatan Pencegahan Stunting

12
Skenario Penurunan Angka Stunting

Dengan mempertimbangkan tren penurunan stunting dan


penyebab langsung (BBLR, asupan gizi mikro ibu hamil, dan
angka diare) terdapat 3 skenario penurunan angka stunting,
yaitu sebagai berikut:
1. Skenario 1: dengan upaya yang dilakukan seperti saat ini,
angka stunting pada Baduta akan turun antara 1 – 1,5%
pertahun
2. Skenario 2: dengan peningkatan upaya yang dilakukan,
angka stunting ada Baduta akan turun antara 1,5 – 2 % per
tahun.
3. Skenario 3: dengan melakukan upaya percepatan, angka
stunting pada Baduta akan turun antara 2 – 2,5% per tahun
13
Intervensi Gizi Spesifik
Intervensi
Kelompok Sasaran Intervensi Prioritas Intervensi Penting
Sesuai Kondisi
Intervensi gizi spesifik – Sasaran prioritas

• Pemberian makanan tambahan bagi ibu • Perlindungan


• Suplementasi kalsium
Ibu hamil hamil dari kelompok miskin dari malaria
• Pemeriksaan kehamilan
• Suplementasi tablet tambah darah • Pencegahan HIV

• Suplementasi kapsul
• Promosi dan konseling menyusui
vitamin A
• Promosi dan konseling pemberian
• Suplementasi taburia
makan bayi dan anak (PMBA)
Ibu menyusui dan anak • Imunisasi • Pencegahan
• Tata laksana gizi buruk akut
0-23 bulan • Suplementasi zinc untuk kecacingan
• Pemberian makanan tambahan
pengobatan diare
pemulihan bagi anak gizi kurang akut
• Manajemen terpadu balita
• Pemantauan pertumbuhan
sakit (MTBS)

Intervensi gizi spesifik – Sasaran Penting

Remaja dan wanita usia subur • Suplementasi tablet tambah darah


• Suplementasi kapsul
vitamin A
• Tata laksana gizi buruk akut
• Suplementasi taburia
• Pemberian makanan tambahan • Pencegahan
Anak 24-59 bulan • Suplementasi zinc untuk
pemulihan bagi anak gizi kurang akut kecacingan
pengobatan diare
• Pemantauan pertumbuhan
• Manajemen terpadu balita
sakit (MTBS)

14
Intervensi Gizi Sensitif
Jenis Intervensi Program/Kegiatan Intervensi

Peningkatan
• Akses air minum yang aman
penyediaan air
• Akses sanitasi yang layak
minum dan sanitasi

Peningkatan akses
• Akses pelayanan Keluarga Berencana (KB)
dan kualitas
• Akses Jaminan Kesehatan (JKN)
pelayanan gizi dan
• Akses bantuan uang tunai untuk keluarga kurang mampu (PKH)
kesehatan

• Penyebarluasan informasi melalui berbagai media


Peningkatan
• Penyediaan konseling perubahan perilaku antar pribadi
kesadaran,
• Penyediaan konseling pengasuhan untuk orang tua
komitmen, dan
• Akses Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan pemantauan tumbuh-kembang anak
praktik pengasuhan
• Penyediaan konseling kesehatan dan reproduksi untuk remaja
dan gizi ibu dan anak
• Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

• Akses bantuan pangan non tunai (BPNT) untuk keluarga kurang mampu
Peningkatan akses • Akses fortifikasi bahan pangan utama (garam, tepung terigu, minyak goreng)
pangan bergizi • Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
• Penguatan regulasi mengenai label dan iklan pangan

15
5 Pilar Pencegahan Stunting

PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5

Kampanye
Nasional Berfokus Konvergensi,
pada Koordinasi, dan Mendorong
Komitmen dan
Pemahaman, Konsolidasi Kebijakan Pemantauan
Visi Pimpinan
Perubahan Program Nasional, “Nutritional dan Evaluasi
Tertinggi Negara
Perilaku, Daerah, dan Food Security”
Komitmen Politik Masyarakat
dan Akuntabilitas

16
Pilar 1. Komitmen dan Visi Kepemimpinan

17
Situasi Nasional dan Pengalaman Internasional

SITUASI NASIONAL
• Perpres No. 42/2013 memberikan mandat kepada Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) untuk memimpin percepatan perbaikan gizi.
• Kementerian/Lembaga yang relevan dengan upaya pencegahan stunting tidak
berada dibawah koordinasi Menko Kesra.

PENGALAMAN INTERNASIONAL
• Pengalaman baik internasional menunjukkan pentingnya kepemimpinan tingkat
tinggi untuk menurunkan prevalensi stunting.
• Peru and Brazil: Komitmen dan kepemimpinan Presiden untuk memprioritaskan
upaya peningkatan gizi dan akses terhadap layanan kesehatan.
• Peru: Prevalensi stunting turun dari 28,5 persen (2007) ke 14,4 persen (2015)
• Brazil: Dalam 30 tahun, prevalensi stunting menurun dari 37 persen ke 7 persen.

18
TUJUAN
Memastikan pencegahan stunting menjadi
prioritas pemerintah dan masyarakat di semua tingkatan.

STRATEGI
1. Kepemimpinan Presiden/Wakil Presiden untuk pencegahan stunting; dengan
memastikan bahwa visi, arahan, dan dukungan Presiden dan Wakil Presiden tersosialisasi
dengan baik dan diterjemahkan ke dalam kebijakan dan distribusi sumber daya yang tepat
sasaran dan memadai di semua tingkatan..
2. Kepemimpinan Pemerintah Daerah untuk pencegahan stunting; dengan menciptakan
lingkungan kebihakan yang mendukung bagi penyelenggaraan kegiatan konvergensi
pencegahan stunting berbasis hasil.
3. Kepemimpinan Pemerintah Desa untuk pencegahan stunting; dengan menciptakan
lingkungan kebijakan yang mendukung bagi penyelenggaraan pencegahan stunting secara
konvergen di tingkat desa.
4. Pelibatan swasta, masyarakat madani, dan komunitas; dengan memastikan keterlibatan
mereka secara aktif dalam percepatan pencegahan stunting di masyarakat.

KOORDINATOR
Pilar ini dikoordinasikan oleh Sekretariat Wakil Presiden/TNP2K
19
Pilar 2. Kampanye Nasional dan
Komunikasi Perubahan Perilaku

20
Around 37% (9 Million) Children are Stunting
Stunting occur in all region and across income groups

Number of stunted children <5 year

Stunting U-5, Indonesia


60.0

50.0

40.0
2007
30.0
2010
20.0 2013

10.0

-00
Q-1 (poorest) Q-2 Q-3 Q-4 Q-5 (richest)
Source: RISKESDAS (prevalence of stunting) and BPS 21
Situasi Nasional dan Pengalaman Internasional
SITUASI NASIONAL
• Keterbatasan kampanye, advokasi dan diseminasi tentang stunting serta
upaya-upaya pencegahannya.
• Kampanye nasional yang sistematis, termasuk komunikasi perubahan
perilaku dalam pencegahan stunting masih perlu dikembangkan.

PENGALAMAN INTERNASIONAL
• Pengalaman baik internasional menunjukkan pentingnya kampanye nasional
untuk mendorong kesadaran publik tentang stunting.
• Peru: Kampanye media massa dan advokasi publik.
• Vietnam: Kampanye kesadaran publik untuk mempromosikan pesan-pesan
kunci.
• India and Bangladesh: Mempromosikan komunikasi perubahan perilaku di
tingkat komuniti.

22
TUJUAN
Meningkatkan kesadaran publik dan perubahan perilaku masyarakat
untuk mencegah stunting.

STRATEGI
1. Kampanye perubahan perilaku bagi masyarakat umum yang konsisten dan
berkelanjutan; dengan memastikan pengembangan pesan, pemilihan saluran
komunikasi, dan pengukuran dampak yang efektif, efisien, tepat sasaran, dan
berkelanjutan.
2. Komunikasi antar pribadi sesuai konteks sasaran; dengan memastikan
pengembangan pesan sesuai kebutuhan kelompok sasaran.
3. Advokasi berkelanjutan kepada pengambil kebutuhan; dengan memastikan
terselenggaranya penjangkauan yang sistematis.
4. Pengembangan kapasitas penyelenggara; dengan memberikan pengetahuan dan
pelatihan bagi penyelenggara kampanye dan komunikasi perubahan perilaku yang
efektif dan efisien.

KOORDINATOR
Pilar ini dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan dan Menteri Komunikasi dan Informasi.
23
Pilar 3. Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi
Program Pusat, Daerah, dan Desa

24
Situasi Nasional dan Pengalaman Internasional

SITUASI NASIONAL
• Belum optimalnya koordinasi penyelenggaraan intervensi gizi spesifik
dan sensitif di semua tingkatan- terkait dengan perencanaan dan
penganggaran, penyelenggaraan, dan pemantauan dan evaluasi.

PENGALAMAN INTERNASIONAL
• Pengalaman baik internasional menunjukkan konvergensi program lintas
sektor efektif untuk percepatan penurunan stunting.
• Peru: Penganggaran berbasis hasil yang terfokus pada 1000 HPK, seleksi
prioritas anggaran.
• Bangladesh: Intervensi lintas sektor untuk mengatasi masalah stunting.
• Brazil: Intervensi lintas sektor untuk meningkatkan akses terhadap
layanan kesehatan bagi perempuan hamil dan anak-anak.

25
TUJUAN
Memperkuat konvergensi melalui koordinasi dan konsolidasi program dan kegiatan pusat,
daerah, dan desa.

STRATEGI
1. Memperkuat konvergensi dalam perencanaan dan penganggaran program dan
kegiatan; untuk meningkatkan cakupan dan kualitas intervensi gizi prioritas melalui
pengembangan kapasitas pemerintah kabupaten/kota.
2. Memperbaiki disain dan pengelolaan program; untuk memastikan sasaran prioritas
(rumah tangga 1.000 HPK) memperoleh dan memanfaatkan paket intervensi yang
disediakan.
3. Memperkuat koordinasi lintas sektor dan antar tingkatan pemerintah sampai desa;
untuk memastikan keselarasan penyediaan dan penyelenggaraan pelaksanaan
program.

KOORDINATOR
Pilar ini dikoordinasikan oleh Menteri Bappenas dan Menteri Dalam Negeri.

26
Sumber Pembiayaan Pemerintah untuk
Pencegahan Stunting
Kementerian/Lembaga
Dana Vertikal
Mendanai Kewenangan
6 Urusan (Mutlak)
Program/Kegiatan Pusat (K/L)

Dana Sektoral: Dikerjakan oleh UPT


Belanja Kementerian/Lembaga
Pemerintah Dana Dekonsentrasi: DESA
Mendanai Kewenangan
(Pusat) Dilimpahkan ke Gubernur
Di luar 6 Urusan
1. Intervensi Sasaran
Dana Tugas Pembantuan: Ibu Hamil
Ditugaskan ke Gub/Bupati/Walikota 2. Intervensi Sasaran
Anggaran non-K/L Ibu Menyusui dan
Subsidi Anak 0-6 Bulan
3. ….dst….
4. Intervensi Air
APBN Dana Otsus dan Bersih
Keistimewaan DIY 5. Sanitasi
DAU Block Grant
6. Edukasi
Dana Perimbangan DBH 7. ….dst…

Transfer Ke
Specific grant, penggunaanya
Daerah dan
Dana Desa
APBD DAK
di-earmark untuk bidang tertentu
(TKDD) Dana Insentif Mendanai kebijakan tertentu
Daerah Pemerintah (misal: infrastruktur)
Masuk dalam
APBD Dana Desa
APBDes
Program/kegiatan Desa
Alokasi Dana Desa

27
Pilar 4. Ketahanan Pangan dan Gizi

28
Situasi Nasional dan Pengalaman Internasional
SITUASI NASIONAL
• Keterbatasan akses kelompok miskin terhadap pangan bergizi.
• Keterbatasan regulasi mengenai pelabelan dan iklan pangan.
• Keterbatasan cakupan intervensi fortifikasi pangan.
• Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang menyediakan beras dan telur bagi
keluarga miskin.

PENGALAMAN INTERNASIONAL
• Pengalaman baik internasional memperlihatkan pentingnya ketahanan pangan
bergizi, termasuk kontrol label makanan, iklan pangan, dan fortifikasi pangan.
• India: Memperluas intervensi fortifikasi pangan untuk meningkatkan kualitas diet.
• Mexico: Bantuan tunai untuk membeli pangan bergizi selama masa kehamilan,
menyusui, dan tahap pemberian makanan tambahan.
• Vietnam: Pelarangan iklan pengganti susu pengganti ASI yang berpengaruh
terhadap promosi pemberian ASI ekslusif.

29
TUJUAN
Meningkatkan akses terhadap makanan bergizi dan mendorong ketahanan pangan.

STRATEGI
1. Akses pangan yang bergizi; dengan memastikan keterjangkauan dan keteresediaan
pangan bergizi, dan mendorong cakupa dan kualitas program fortifikasi pangan utama
yang sudah berjalan (garam, tepung terigu, minyak goreng).
2. Perluasan program bantuan sosial dan bantuan pangan non tunai yang bergizi
untuk keluarga kurang mampu; agar dapat memenuhi kebutuhan gizi sasaran
prioritas dari keluarga kurang mampu.
3. Pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga; dengan mempercepat diversifikasi
pangan berbasis sumber daya pangan lokal dan pengembangan Kawasan Ramah
Pangan Lestari (KRPL) berkelanjutan.
4. Penguatan regulasi mengenai label dan iklan pangan; dengan memperkuat
koordinasi kelembagaan, penegakan hukum, dan mekanisme pelabelan dan
penyampaiaan iklan pangan untuk memastikan keamanan dan mutu pangan.

KOORDINATOR
Pilar ini dikoordinasikan oleh Menteri Pertanian dan Menteri Kesehatan.
30
Pilar 5. Pemantauan dan Evaluasi

31
TUJUAN
Meningkatkan pemantauan dan evaluasi sebagai dasar untuk memastikan pemberian
layanan yang bermutu, peningkatan akuntabilitas, dan percepatan pembelajaran.

STRATEGI
1. Peningkatan sistem pendataan; yang dapat memantau secara akurat dan berkala
data prevalensi stunting di tingkat nasional dan kabupaten/kota.
2. Penggunaan data dalam perencanaan dan penganggaran berbasis hasil;
data harus mudah diakses, dipahami, dan digunakan pemerintah pusa dan daerah
dalam menyusun perencanaan dan penganggaran berbasis hasil pada tahun anggaran
berikutnya.
3. Percepatan siklus pembelajaran; dengan meningkatkan mekanisme berbagi
pengetahuan, pembelajaran, dan inovasi.

KOORDINATOR
Pilar ini dikooordinasikan oleh Sekretariat Wakil Presiden/TNP2K dan Bappenas

32
Siklus Kinerja dan Akuntabilitas Pemantauan dan Evaluasi

33
Pelaksanaan Konvergensi Percepatan
Pencegahan Stunting

34
Kemajuan Pelaksanaan
Percepatan Pencegahan Stunting Hingga September 2019 (1)

Pilar 1: Komitmen dan Pilar 2: Kampanye Nasional dan


Visi Kepemimpinan Nasional Komunikasi Perubahan Perilaku
dan Daerah
• Presiden dan Wakil Presiden • Kementerian Kesehatan telah
mempunyai komitmen yang kuat menyusun Strategi Komunikasi
dalam upaya percepatan Perubahan Perilaku untuk
pencegahan stunting di Indonesia percepatan pencegahan stunting
sebagai salah satu prioritas • 99 kab/kota telah menyusun
nasional peraturan untuk pelaksanaan
• Rembuk stunting sudah dilakukan kampanye dan komunikasi
untuk 160 kab/kota prioritas percepatan pencegahan stunting di
tahun 2019 daerahnya
• Hingga September 2019, sebanyak • Kementerian Kominfo sedang
155 kab/kota telah melaksanakan serangkaian kegiatan
menandatangani komitmen kampanye tentang stunting di
percepatan pencegahan stunting daerah
di daerahnya masing-masing
35
Kemajuan Pelaksanaan
Percepatan Pencegahan Stunting Hingga September 2019 (2)
Pilar 3: Konvergensi Program Pusat, Daerah dan Desa
Mendorong Konvergensi Program di Mendorong Konvergensi Program di
Tingkat Pusat Kab/Kota dan Desa
1. StraNas Percepatan Pencegahan Stunting 1. Kemendagri telah melakukan
sudah disusun sebagai acuan bersama pendampingan dan pelatihan pelaksanaan
dalam melaksanakan program 8 Aksi Konvergensi kepada 160 Kab/Kota
prioritas
2. Lokasi prioritas sudah ditentukan sebagai
lokus bersama pelaksanaan program 2. 51 Kab/Kota telah mempunyai SK Tim
Koordinasi Percepatan Percepatan
3. Memastikan intervensi prioritas dibiayai Pencegahan Stunting
dan dilaksanakan di lokasi prioritas
melalui Tagging dan Tracking Anggaran, 3. Kemendesa telah memasukan
serta evaluasi kinerja anggaran pencegahan stunting sebagai salah
prioritas yang dapat didanai
4. Pengalokasian DAK khusus untuk stunting menggunakan dana Desa
5. Penguatan Design dan Pelaksanaan 4. Kemendesa telah menyusun Panduan
Program di Pusat seperti Program PAUD Kader Pembangunan Manusia (KPM) yang
lebih sensitive gizi bagi anak 0-2 thn; akan memfasilitasi pelaksanaan Progra di
BPNT lebih sensitive gizi dan mencakup Desa
seluruh lokasi prioritas; dan Sanitasi dan
Air minum focus di rumah tangga 1000 5. KPM sudah dimobilisasi di 90% Desa dan
HPK sedang dalam proses pelatihan
konvergensi pencegahan stunting 36
Kemajuan Pelaksanaan
Percepatan Pencegahan Stunting Hingga September 2019 (3)
Pilar 4:
Pilar 5: Pemantauan dan Evaluasi
Ketahanan Pangan dan Gizi
• Program Bantuan Pangan Non • Setwapres telah telah menyusun mekanisme
Tunai (BPNT) sudah mencakup pemantauan yang akan dilakukan secara
lebih dari 72% Keluarga Penerima berkala.
Manfaat (KPM) di lokasi prioritas • Untuk memperoleh data stunting tahunan,
• Program BPNT akan diperluas di BPS dan Balitbangkes sedang melaksanakan
seluruh lokasi prioritas Suvei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) dan
diharapkan hasilnya dapat dipublikasikan pada
• Penambah jenis item makan akhir tahun 2019.
dalam paket BPNT sedang dalam
• Kemendagri telah melakukan evaluasi kinerja
proses pembahasan konvergensi untuk Kabupaten secara berkala
• Fortifikasi makanan didorong • BPS sudah menyusun Indek Khusus
untuk dilakukan perluasan Pencegahan Stunting (IKPS) yang akan
digunakan untuk menilai konvergensi di
Kab/kota
• Untuk Evaluasi, akan dilakukan beberapa study
tematik untuk menilai pelaksanaan program,
termasuk base line dan end line surve
37
Komitmen Pelaksanaan
Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting)

38
Terima Kasih

39

Anda mungkin juga menyukai