Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI…………….................................................................................................................. i

BAB I................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................................1

A. Latar belakang.....................................................................................................................1

B. Pengertian............................................................................................................................1

BAB II...............................................................................................................................................2

RUANG LINGKUP..........................................................................................................................2

A. Ruang Lingkup....................................................................................................................2

B. Kewajiban dan Tanggung Jawab.......................................................................................2

BAB III.............................................................................................................................................3

TATA LAKSANA.............................................................................................................................3

A. Penandaan Lokasi Operasi/Tindakan Invasif...................................................................3

B. Jenis Tindakan Operasi Yang Tidak Perlu Dilakukan Penandaan..................................3

C. Ceklis Keselamatan Pasien di Kamar Operasi..................................................................4

D. Tiga Fase Operasi................................................................................................................5

E. Prosedur Pengaplikasian Ceklis Keselamatan Operasi....................................................5

BAB IV...........................................................................................................................................12

DOKUMENTASI............................................................................................................................12

i
PANDUAN TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, TEPAT PASIEN
RUMAH SAKIT ALMAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah Lokasi, salah prosedur, salah pasien operasi, adalah satu kejadian
yang menghawatirkan dan bisa terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini dapat
diakibatkan oleh komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota
tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien didalam penandaan lokasi, dan tidak ada
prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Untuk itu rumah sakit bekerjasama
mengembangkan panduan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien yang
dioperasi disamping kebijakan dan prosedur yang diharapkan dapat dengan efektif
digunakan dalam mengeliminasi masalah atau kesalahan tersebut.

B. Pengertian
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam
pelayanan kesehatan. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan
yang menggunakan cara infasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
yang akan ditangani (R.Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2005).
Proses operasi merupakan pembukaan bagian tubuh untuk dilakukan
perbaikan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka, Sedang JCI ( 2011 ),
mengemukakan bahwa operasi juga dapat diartikan sebagai prosedur yang
meninvestigasikan dan / atau mengobati penyakit dan kelainan pada tubuh manusia
dengan cara menyayat, membuang, mengubah, atau menyisipkan kesempatan
diagnostik/terapeutik. Proses pembedahan harus dilakukan dengan penuh kehati-
hatian dan tepat secara lokasi, prosedur dan identifikasi pasien agar meminimalkan
terjadinya kesalahan dalam pemberian pelayanan di instalasi Bedah Sentral dan
ESWL.
Tujuan tepat pasien, tepat lokasi dan tepat prosedur:
1. Memverifikasi lokasi, prosedur dan pasien dengan benar.
2. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang
relevan tersedia, diberi label yang baik dan dipampang.
3. Lakukan verifikasi ketersedian setiap peralatan khususdan/atau implant-implant
yang dibutuhkan.

BAB II

RUANG LINGKUP

1
A. Ruang Lingkup
Panduan ini diterapkan pada semua tindakan operasi dan tindakan invasif
sejak persiapan, tindakan operasi dan setelah selesai operasi. Prinsip pelayanan bedah
tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi, adalah :
1. Sebelum tindakan, petugas melakukan pengecekan ulang seluruh identifikasi
pasien dan kelengkapan berkas penunjang sebelum dilakukan tindakan operasi.
2. Sebelum tindakan dilakukan operator melakukan penandaan area yang akan
dilakukan operasi.
3. Dalam pelaksanaan tindakan operasi, petugas melakukan tindakan berdasarkan
atas Standar Prosedur Operasional ( SPO ) yang berlaku.
B. Kewajiban dan Tanggung Jawab
1. Operator
a. Melakukan penandaan yang tepat pada lokasi yang akan dilakukan tindakan
operasi.
b. Melakukan prosedur sebelum pasien meninggalkan ruang operasi.
2. Petugas/Perawat Kamar Operasi
a. Memimpin Prosedur Time Out sebelum melakukan insisi.
b. Memahami dan mengimplementasikan seluruh prosedur yang ada.
c. Memastikan ketepatan pasien dan penandaan lokasi yang akan dilakukan
tindakan operasi bersama Dokter Spesialis Anastesi.
d. Melaporkan jika terjadi kesalahan dalam identifikasi ataupun marking area.
3. Kepala Instalasi/Kepala Ruang Instalasi IBS dan ESWL
a. Memastikan dan memantau petugas telah melaksanakan panduan tindakan
preoperatif dengan baik.
b. Melakukan penyelidikan jika telah terjadi kesalahan dalam melakukan tindakan
operasi.
4. Ketua Sub Komite Keselamatan Pasien
a. Melakukan pemantauan atas tatakelola panduan tindakan operasi bersama
dengan Kepala Instalasi IBS dan ESWL.
b. Melakukan verifikasi dan penyelidikan jika terjadi kesalahan dalam tindakan
operasi.

BAB III

TATA LAKSANA

Rumah sakit wajib mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan


tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien. Tahap “sebelum insisi” ( Time Out )
mungkin semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan. Time out dilakukan ditempat
dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan
seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu didokumentasikan
secara ringkas, dengan menggunakan ceklis di Instalasi Kamar Bedah Sentral.
A. Penandaan Lokasi Operasi/Tindakan Invasif

2
Berikut ini merupakan teknik yang dilakukan dalam penandaan lokasi operasi:
1. Pasien diberi tanda saat informed consent telah dilakukan.
2. Penandaan dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar. Jika memungkinkan dan
harus terlihat sampai saat akan diinsisi.
3. Penandaan dilakukan sebelum diantar keruang operasi untuk paien IGD dan rawat
jalan, dan setidaknya sehari sebelum tindakan untuk pasien elektif diruang rawat
inap dan ruang rawat intensif, untuk pasien operasi cito dapat dilakukan di ruang
operasi OK.
4. Tanda yang diberikan berupa lingkaran ( “O” ) di bagian tubuh pasien yang akan
di lakukan penandaan menggunakan spidol bewarna biru(anti luntur/anti air) dan
tetap terlihat ketika sudah diberi disinfektan.
5. Tidak menggunakan tanda yang ambigu (contoh tanda “X” merupakan tanda
ambigu )
6. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi ( laterality ),
multipel struktur ( jari tangan, jari kaki, lesi ), atau multipel level (tulang
belakang).
7. Penandaan lokasi operasi gigi/dental dilakukan dengan cara melingkari bagian
yang akan di operasi pada foto ponoromik.
8. Pada formulir penandaan lokasi operasi perlu dibubuhkan nama tindakan, identitas
pasien (nama, tanggal lahir, rekam medis dan tanda tangan pasien), nama operator,
tanda tangan operator dan penandaan ceklis “O” pada gambar sesuai dengan
lokasi operasi.
9. Penandaan dilakukan oleh Operator

10. Lakukan proses verifikasi sebagai berikut :


 Pra operatif (check in) tempat penerimaan pasien
 Lokasi ,prosedur dan pasien yang benar
 Dokumen (Surat Ijin Operasi, inform consent), foto (imaging), hasil

pemeriksaan yang berkaitan tersedia, di beri label dengan baik dan di

pampang
 Ketersediaan peralatan khusus dan atau implant yang di butuhkan

B. Jenis Tindakan Operasi Yang Tidak Perlu Dilakukan Penandaan


1. Prosedur Endoskopi
2. Kateterisasi Jantung
3. Prosedur yang mendekati atau melalui garis midline tubuh: SC, histerektomi,
tyroidektomi
4. Pencabutan gigi
5. Operasi pada membran mukosa
6. Perineum
7. Anus
8. Kulit yang rusak
a. Operasi pada bayi dan neonatus.

3
b. Lokasi intra organ seperti mata dan organ THT maka penandaan dilakukan
pada daerah yang mendekati organ berupa lingkaran.
c. Pasien yang tidak dilakukan penandaan ( site marking ) dapat diverifikasi pada
saat time out.
C. Ceklis Keselamatan Pasien di Kamar Operasi
Kejadian kematian dan komplikasi akibat pembedahan dapat dicegah
dengan prosedur surgycal safety ceklist, yaitu sebuah daftar periksa untuk
memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien. Surgycal safety
ceklist merupakan alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh
tim profesional di ruang operasi. Tim Profesional terdiri dari perawat, dokter bedah,
anastesi dan lainnya. Tim bedah harus konsisten melakukan setiap item yang
dilakukan dalam pembedahan mulai dari sign in, time out, dan sign out sehingga
dapat meminimalkan setiap resiko yang tidak diinginkan.
Tujuan utama dari surgycal safety checklist adalah untuk membantu mendukung
bahwa tim secara konsisten mengikuti beberapa langkah keselamatan yang kritis dan
meminimalkan hal yang umum dan resiko yang membahayakan dan dapat dihindari
dari pasien bedah. ceklis juga memandu interaksi verbal antar tim untuk konfirmasi
bahwa standar perawatan yang tepat dipastikan untuk setiap pasien. Untuk
mengimplementasikan ceklis selama pembedahan, seseorang harus bertanggung
jawab untuk melakukan pengecekan ceklis. Biasanya dikoordinatori oleh perawat
sirkuler atau setiap klinisi yang berpartisipasi dalam operasi.
Ceklis membedakan operasi menjadi 3 fase:
1. berhubungan dengan waktu tertentu seperti pada prosedur normal periode sebelum
induksi anastesi.
2. sebelum insisi pembedahan.
3. Sebelum pasien meninggalkan ruang operasi.
Dalam setiap fase, perawat sirkuler harus diizinkan mengkonfirmasi bahwa tim sudah
melengkapi tugas nya sebelum proses operasi dilakukan. Tim operasi harus paham
dengan langkah dalam ceklis sehingga mereka dapat melengkapi secara verbal tanpa
intervensi dari perawat sirkuler. Setiap tim harus menggabungkan penggunaan ceklis
kedalam pekerjaan dengan efesien yang maksimum dan gangguan yang minimal
selama bertujuan untuk melengkapi langkah secara efektif.
D. Tiga Fase Operasi
a. Fase Sign In
Fase Sign In adalah fase sebelum induksi anastesi. Koordinator secara verbal
memeriksa apakah identifikasi pasien telah dikonfirmasi, prosedur dan sisi
operasi sudah benar, sisi yang kan dioperasi telah ditandai, persetujuan operasi
telah diberikan, oksimeter pulse pada pasien berfungsi. Koordinator dengan
profesional anestesi mengkonfirmasi risiko pasien apakah pasien ada resiko
kehilangan darah, kesulitan bernafas, reaksi alergi.
b. Fase Time Out

4
Fase Time Out adalah fase setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan
saling kenal. Sebelum melakukan sayatan/insisi pertama pada kulit, tim
mengkonfirmasi dengan suara yang keras mereka melakukan operasi yang benar,
pada peran masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang
diruang operasi pasien yang benar. Mereka juga mengkonfirmasi bahwa
antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60 menit sebelumnya.
c. Fase Sign Out
Fase Sign Out adalah fase tim bedah meninjau operasi yang telah dilakukan.
Dilakukan pengecekan kelengkapan kassa, penghitungan instrumen, pemberian
label pada spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani.
Langkah akhir yang dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan memusatkan
perhatian pada management post operasi serta pemulihan sebelum
memindahkan pasien dari kamar operasi.
E. Prosedur Pengaplikasian Ceklis Keselamatan Operasi
( Pra – Intra – Postoperasi )
1. Sebelum Induksi Anestesi
Untuk kepentingan keselamatan pasien, ceklis keselamatan penting untuk
dilengkapi sebelum induksi anestesi. Dibutuhkan kehadiran dari setidaknya dokter
anestesi dan perawat. Detail dari setiap langkah adalah sebagai berikut:
a. Apakah pasien sudah dikonfirmasi identitasnya, tempat operasi, prosedur
dan persetujuan?
Perawat sirkuler secara verbal mengkonfirmasi identitas pasien, tipe prosedur
yang akan dilaksanakan, lokasi operasi, dan persetujuan pembedahan yang
sudah diberikan. Walau hal ini terlihat berulangkali namun langkah ini penting
untuk
memastikan tim tidak melakukan tindakan pada pasien yang salah atau bagian
yang salah atau melakukan prosedur yang salah. Saat konfirmasi dengan pasien
tidak mungkin dilakukan seperti pada kasus anak atau pasien yang cacat, maka
orang tua atau keluarga dapat menggantikan peran pasien. Jika pengasuh atau
keluarga tidak ada dapat dilewati, seperti halnya dalam gawat darurat, tim
harus memahami alasan dan persetujuan yang perlu diproses.
b. Apakah tempat operasi sudah ditandai?
Perawat sirkuler harus mengkonfirmasi bahwa ahli bedah yang melakukan
operasi sudah menandai tempat yang akan dibedah dengan menggunakan
surgical skin masker pada kasus yang melibatkan bagian tubuh samping
(kanan-kiri) atau struktur yang banyak atau bertingkat (contoh: bagian jari
tangan, jari kaki, lesi kulit ataupun tulang belakang). Penandaan tempat operasi
untuk struktur menengah (contoh: tiroid) atau struktur tunggal (contoh: spleen)
harus mengikuti praktek yang biasa dilakukan. pemberian tanda pada lokasi
yang dioperasi pada semua kasus, harus dibuatkan salinan cek dari tempat dan
prosedur yang tepat.

5
c. Apakah pulse oximeter (Sp02) sudah dipasang pada pasien dan berfungsi?
Perawat sirkuler mengkonfirmasi bahwa pulse oximeter sudah dipasang pada
pasien dan berfungsi dengan baik sebelum induksi anastesi. Idealnya, indikator
pulse oximeter dapat terlihat oleh semua tim operasi. Sistem suara harusnya
digunakan untuk memberikan tanda pada tim tentang denyut nadi dan saturasi
oksigen. Pulse oximeter sudah direkomendasikan sebagai komponen yang
dibutuhkan untuk anestesi yang aman oleh WHO. Jika pulse oximeter tidak
berfungsi, maka ahli bedah dan anastesi harus mengevaluasi ketajaman pada
kondisi pasien dan mempertimbangkan penundaan operasi hingga langkah
yang lengkap dipenuhi untuk keselamatan. Dalam keadaan emergensi demi
menyelamatkan nyawa, maka hal ini dapat dilewati. Namun pada kondisi ini
tim harus melakukan dengan tentang kebutuhan untuk melakukan operasi.
d. Apakah mesin anestesi dan pemeriksaan medis sudah lengkap?
Perawat sirkuler melengkapi langkah ini dengan menanyakan kepada penata
anestesi untuk memverifikasi kelengkapan dari ceklis keselamatan pasien
terkait anestesi, hasil pemeriksaan dan kesiapan perelatan anestesi, sirkuit
pernafasan, medikasi, dan resiko anestesi pasien sebelum pembedahan. Untuk
membantu mengingat, sebagai tambahan apakah pasien fit untuk pembedahan
tersebut, tim anestesi harus melengkapi ‘ABCD’ pemeriksaan dari
perlengkapan Airway, Breathing sistem ( meliputi oksigen dan agen
inhalasinya), suction, Drugs and Devices ( Obat dan Alat ) dan Emergency
medication ( medikasi emergensi),
peralatan dan bantuan untuk mengkonfirmasi ketersedian dan berfungsi dengan
baik.
e. Apakah pasien memiliki alergi?
Perawat sirkuler harus langsung menanyakan ini dan dua pertanyaan
selanjutnya kepada dokter anestesi. Pertama, perawat sirkuler harus bertanya
apakah pasien memiliki alergi di pasien yang tidak diprhatikan oleh anestesi,
maka perawat sirkuler harus mengkomunikasikan kepada anestesi
f. Apakah pasien memiliki risiko kesulitan jalan nafas/risiko operasi
Perawat sirkuler harus secara verbal mengkonfirmasi bahwa tim anestesi sudah
secara objektif mengkaji apakah pasien memiliki kesulitan jalan nafas? Dengan
menilai kepatenan jalan nafas ( airway ) pasien. Evaluasi yang obyektif untuk
jalan nafas dengan metode yang valid lebih penting daripada pilihan metode itu
sendiri. Kematian dari jalan nafas selama anestesi adalah bencana yang global
namun dapat dicegah dengan rencana yang tepat. Jika evaluasi jalan nafas
menujukan resiko tinggi untuk kesulitan jalan nafas, tim anastesi harus

6
mempersiapakan cara mengatasinya. Dalam hal ini termasuk penggunaan
pendekatan anastesi yang minimum dan memiliki peralatan gawat darurat yang
cukup. Asisten yang kopabel. Apakah dengan asisten 2 ahli bedah atau
anggotan tim perawat harus hadir secara fisik untuk membantu induksi
anastesi. Resiko aspirasi juga harus di evaluasi sebagai bagian dari pengkajian
airway. Jika pasien memiliki gejala refluks aktif atau perut yang penuh, maka
anastesi harus mempersiapkan kemungkinan aspirasi. Resiko ini dapat di
kurangi dengan memodifikasi rencana anastesi sebagai contoh dengan induksi
cepat dan meminta bantuan asisten untuk menekan cricoit selama induksi.
untuk pasien yang dikenali memiliki kesulitan jalan nafas atau beresiko untuk
aspirasi, induksi anastesi harus dimulai saat dokter anastesi sudah
menkonfirmasi bahwa dia telah memiliki peralatan yang adekuat dan adanya
asisten di sampingnya.
g. Apakah pasien resiko kehilangan darah > 500ml ( 7ml/kg pada anak) ?
Pada langkah keselamatan ini, perawat sirkuler menanyakan pada tim anastesi
apakah pasien memiliki resiko kehilangan darah lebih dari setengah liter darah
selama operasi, untuk meyakinkan dan mengenali serta mempersiapkan untuk
kejadian kritis. Kehilangan volume darah melebihi 500ml ( 7ml/kg pada anak )
dapat membuat pasien menjadi syok hipopolemik. diperlukan persiapan yang
adekuat dan resusitasi. Ahli beda mungkin tidak secara konsisten
mengkomunikasikan resiko dari kehilangan darah kepada anastesi dan staff
perawat. Oleh karna itu, jika anastesi tidak mengetahui bagaimana resiko utama
dari kehilangan darah untuk kasus operasi, maka dia harus berdiskusi dengan
ahli bedah tentang resiko kehilangan darah sebelum operasi dimulai. Jika
terjadi kehilangan darah lebih dari 500ml, direkomendasikan untuk membuat 2
jalur intravena atau 2 jalur CVC. Sebagai tambahan, tim harus mekonfirmasi
ketersediaan dari cairan atau darah untuk resusitasi ( catatan tentang kehilangan
darah yang akan terjadi akan di review lagi oleh ahli bedah sebelum insisis ).
Jika point ini sudah dilengkapi, maka fase ini sudah lengkap dan tim dapat
melakukan proses induksi anastesi.
2. Sebelum Insisis Kulit (Time Out)
Sebelum membuat insisi bedah yang pertama, perlu dilakukan pengecekan bahwa
cek keselamatan yang penting sudah dilakukan. Cek ini dilakukan olah semua
anggota tim. dipastikan semua anggota tim memperkenalkan diri dengan nama
dan perannya. Tim operasi mungkin sering berubah, efektif menejemen dari
situasi yang beresiko tinggi yang membutuhkan pemahaman siapa anggota tim
operasi dan peran serta kemampuan mereka. Sebuah perkenalan yang simpel

7
seperti yang menyuruh semua orang diruang untuk memperkenalkan diri dengan
nama dan peranya. Tim yang sudah familiar dengan satu sama lain dapat
menkonfirmasi bahwa sudah di perkenalkan semua nama anggota baru atau staf
baru harus memperkenalkan diri termasuk siswa dan personel lain. Konfirmasi
nama pasien, prosedur dan dimana insisi akan dilakukan, perawat sirkuler atau
anggotan tim yang alin aakan menyuruh setiap orang di kamar operasi untuk
berhenti dan secara verbal menkonfirmasi nama pasien, operasi yang akan
dilakukan, tempat pembedahan dan posisi dari pasien untuk menghindari salah
pasien atau salah tempat operasi. Untuk contoh, perawat sirkuler mengumumkan,
“ sebelum kita memulai insisi “ dan lalu dilanjutkan “ apakah semua sepakat
bahwa ini adalah pasien x dengan tindakan repair inguinal hernia kanan? “
( contoh ). Anastesi, ahli bedah dan perawat sirkuler harus secara eksplisit dan
individual menyepakati. Jika pasien tidak di sedasi, dia dapat menolongan untuk
di konfirmasi dengan hal yang sama.
a. Apakah antibiotik profilaksis sudah diberikan kurang lebih 60 menit yang
lalu?
Berdasarkan bukti yang kuat dan konsensus di seluruh dunia bahwa antibiotik
profilaksis melawan infeksi luka yang paling efekfit adalah untuk tingkat
serum dan atau tingkat jaringan dari antibiotik dapat dicapai, namun tim bedah
tidak konsisten tentang pemberian antibiotik antara 1 jam sebelum insisi. Untuk
mengurangi resiko infeksi pembedahan, koordinatro akan bertanya dengan
keras apakah antibiotik sudah diberikan kurang lebih 60 menit sebelumnya.
Anggota tim bertanggung jawab untuk memberikan antibiotik, biasanya
anastesi harus
memberikan konfirmasi secara verbal. Jika antibiotik profilaksis belum
diberikan, harus segera diberikan, sebelum insisi. Jika antibiotik diberikan
lebih dari 60 menit sebelumnya, anggota tim harus memberikan dosis ulang
untuk pasien. Jika antibiotik profilaksis di rasakan tidak perlu di berikan
( contoh kasus tanpa insisi kulit, kasus kontaminasi dimana anti biotik sudah di
berikan untuk treadment ), maka kotak tidak di centang tim memverbalkan hal
ini.
b. Antisipasi kejadian kritis
Komunikasi efektif dalam tim merupakan komponen penting dari operasi yang
aman dan dapat mencegah terjadinya komplikasi berat. Untuk memastikan
terjadinya komunikasi terkait kejadian kritis pada pasien, perawat sirkuler
memimpin diskusi cepat antar ahli bedah, anastesi dan perawat untuk
memutuskan apakah pasien membutuhkan tindakah segera seperti konsultasi
ahli bedah lain, ahli anastesi, pemberian transfusi darah dan lain-lain saat
bahaya kritis. Hal ini dapat di lakukan dengan bertanya pada setiap anggota tim

8
dengan pertanyaan yang spesifik dan jelas. Hal yang penting dari diskusi ini
adalah setiap disiplin klinis harus menyediakan informasi dan berkomunikasi
dengan baik. selama prosedur rutin atau dengan tim yang sudah familiar, ahli
bedah dapat bertanya dengan mudah, “ ini adalah kasus rutin dari durasi x “
dan menanyakan kepada anastesi dan perawat tentang tindakan yang di
perlukan.
Kepada Ahli Bedah: Apakah ada kemungkinan kritisnya dan langkah yang
tidak rutin? berapa lama operasi akan terjadi? bagaimana mengantisipasi
kehilangan darah? sebuah diskusi dari “ kejadian yang tidak di harapkan”
bertujuan untuk menginformasikan kepada semua anggota tim setiap langkah
yang perlu dilakukan untuk pasien dengan perdarahan yang cepat, cidera atau
morbiditas umum lainnya. Hal ini juga memberi kesempatan untuk mereview
langkah yang mungkin memerlukan alat khusus, implan, atau persiapan
lainnya. Kepada Doketer Anastesi: Apakah pasien memerlukan perhatian
kusus? Pasien yang beresiko mengalami perdarahan yang banyak,
hemodinamik tidak stabil atau morbiditas umum yang berhubungan dengan
prosedur, tim anastesi dan tim bedah harus mereview dengan jelas rencana
yang spesifik dan perhatian untuk resusitasi secara terpisah, perhatian untuk
menggunakan darah dan setiap karakteristik pasein dengan komplikasi atau
komorbiditas ( seperti jantung atau penyakit paru, aritmia, gangguan darah,
dll ). Perlu dipahami bahwa banyak operasi tidak boleh melupakan atau
memperhatikan resiko kritis atau perhatian yang harus dibagi dengan tim.
Dalam sebuah contoh kasus, anastesi dapat berkata, “ saya rasa tidak perlu
perhatian kusus pada kasus pasien ini “.
Kepada Tim Perawat: Apakah sterilitas ( termasuk hasil indikator ) sudah di
konfirmasi? Apakah ada alat yang perlu atau di perhatikan kusus? Perawat
instrument atau teknisi yang melakukan setting peralatan untuk setiap kasus
harus mengatakan bahwa sterilisasi sudah dilakukan dan untuk yang sterilliasis
dengan alat, indikator steril sudah diverifikasi dengan baik. jika di temukan
ketidakcocokan antara yang diharapkan dan kenyataan indikator steril, harus
dilaporkan kepada semua anggota tim dan diberitahukan sebelum insisis. hal
ini dapat memberikan kesempatan untuk mendiskusikan setiap masalah yang
berhubungan dengan peralatan dan persiapan lain untuk pembedahan atau
perhatian kusus untuk keamanan dari perawat sirkuler atau instrument, secara
umum dilakukan oleh ahli bedah dan tim anastesi. Jika tidak di perlukan
perhatian kusus, perawat scrub atau perawat instrumen dapat mengatakan, “
Sterilitas sudah diverifikasi. Saya rasa tidak perlu perhatian kusus “.

9
3. Sebelum Pasien Meninggalkan Kamar Operasi ( Sign Out )
a. Ceklis keselamatan ini harus dilengkapi sebelum memindahkan pasien
dari kamar operasi.
Tujuanya untuk memfasilitasi transferninformasi yang penting untuk tim
yang bertanggung jawab terhadap pasien setelah pembedahan. Ceklis dapat
diinsiasi oleh perawat sirkuler, ahli bedah atau anestesi dan harus dilengkapi
sebelum ahli bedah meninggalkan kamar operasi. Hal ini dapat dilakukan
bersamaan, contoh bersamaan dengan penutupan luka. Perawat secara
verbal mengkonfirmasi nama dan prosedur tindakan. Selama tindakan
operasi, mungkin prosedur dapat berubah atau berkembang, koordinator
ceklis harus
mengkonfirmasi dengan ahli bedah dan tim secara pasti mengenai tindakan
atau prosedur yang sudah dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan
pertanyaan, ‘’ apa tindakan yang dilakukan?’’ atau dengan konfirmasi,’’kita
tadi melakukan prosedur X, benar bukan?’’ Kelengkapan dari instrumen,
kassa dan jumlah jarum. Memelihara instrumen, kassa dan jarum tidak lazim
namun secara persisten berpotensi untuk terjadi keselahan. Perawat
instrumen harus secara verbal mengkonfirmasi kelengkapan dari jumlah
kassa terakhir dan jumlah jarum. Dalam kasus dengan cavitas yang terbuka,
penghitungan instrumen harus dikonfirmasi kelengkapan nya. Jika
penghitungan tidak dilakukan, dapat diambil langkah lain yang tepat (seperti
memeriksa linen, sampah dan luka atau jika perlu gambaran radiografi).
b. Pemberian label pada spesimen (membaca label spesimen dengan keras
termasuk nama pasien)
Label yang salah dari spesimen berpotensi mengganggu pasien dan
merupakan sumber yang paling sering terjadi kesalahan laboratorium.
Perawat sirkuler harus mengkonfirmasi pemberian label yang benar dari
spesimen selama prosedur operasi dengan membaca dengan keras nama
pasien, gambaran spesimendan tanda yang lain.
c. Apakah terdapat masalah peralatan yang perlu diperhatikan?
Masalah peralatan adalah masalah yang umum di kamar operasi.
Mengidentifikasi secara akurat sumber kesalahan dan instrumen atau
peralatan yang tidak berfungsi penting untuk mencegah peralatan dipakai
lagi kedalam kamar operasi sebelum diperbaiki. Perawat sirkuler harus
memastikan bahwa masalah peralatan selama operasi sudah diindentifikasi
oleh tim. Ahli beda, anestesi dan perawat mereview apa yang perlu
diperhatikan untuk di recavery dan managemen pasien. Ahli bedah, anestesi
dan perawat harus meriview rencana post-operatif dan menagemennya,

10
berfokus pada selama intraoperasi atau isu anestesi yang mungkin
mempengaruhi pasien. Bahkan saat muncul risiko yang spesifik terhadap
pasien selama recovery. Tujuan dari langkah ini adalah untuk transfer yang
efisien dan tepat informasi yang kritis (pentin) untuk seluruh tim. Selain itu,
dinilai pula luka operasi apakah terdapat rembesan darah atau sudah tidak
ada rembesan darah.
Setiap langkah sign in, time out dan sign out perlu diverifikasi dengan tanda
tangan setiap langkahnya. Pada sign in, dokter anestesi dan perawat sirkuler
wajib menandatangani sebelum dilakukan insisi. Pada saat time out,
perawat sirkuler wajib memverifikasi dan menilai jalan nya time out.
Dokter bedah dan dokter anestesi juga wajib menandatangani bagian time
out dan sign out serta dapat dilakukan segera setelah operasi selesai.

11
BAB IV

DOKUMENTASI

1. Formulir Penandaan Lokasi Operasi


2. Formulir Ceklis Keselamatan Pasien di Kamar Operasi
3. Monitoring Kelengkapan Pengisian Ceklis Keselamatan Pasien

12

Anda mungkin juga menyukai