Anda di halaman 1dari 18

NO: /2022

PE
D
KESELAMATAN PASIEN DI
PUSKESMAS
(Patient Safety)

Pemeriksa /
No Tgl Keterangan Paraf
Pengesahan

UPTD PUSKESMAS BUKIT LAMANDO


DINAS KESEHATAN KAB. BUTON SELATAN
Desa Sandang Pangan, Kec. Sampolawa
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita semua sehingga kami
berhasil menyusun buku Pedoman Keselamatan Pasien (Pasien Safety) di
UPTD Puskesmas Bukit Lamando.
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama dituntut
agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, akuntabel dan
transparan kepada masyarakat, khususnya mendapatkan jaminan keselamatan
bagi pasien. Untuk itu perlu ditingkatkan pelayanannya khususnya dalam
keselamatan pasien di Puskesmas.
Disamping pedoman keselamatan pasien ini digunakan bagi seluruh
petugas, buku ini juga sangat penting bagi pasien, keluarga pasien, orang yang
berkunjung, dan lingkungan Puskesmas.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami
sangat berharap atas saran dan masukannya untuk pembenahan kedepannya.
Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua dalam upaya Keselamatan pasie
di UPTD Puskesmas Bukit Lamando.

Rongi, 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Tujuan Pedoman......................................................................... 1
C. Sasaran Pedoman...................................................................... 1
D. Ruang lingkup Pedoman............................................................. 1
E. Batasan Operasional.................................................................. 2
F. Landasan Hukum........................................................................ 2

BAB II STANDAR KETENAGAAN .................................................................. 3

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.............................................. 3


B. Distribusi Ketenagaan ................................................................ 3
C. Jadwal Kegiatan ......................................................................... 3

BAB III STANDAR FASILITAS ......................................................................... 4

A. Standar Fasilitas......................................................................... 4

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN............................................................ 7

BAB V LOGISTIK.............................................................................................. 11

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN /PROGRAM ......................... 12

BAB VII KESELAMATAN KERJA...................................................................... 13

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU...................................................................... 14

BAB IX PENUTUP.............................................................................................. 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global. Ada lima isu penting
yang terkait dengan keselamatan (safety) yaitu : keselamatan pasien
(patien safety) keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di puskesmas yang bias berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green
productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan “bisnis” yang terkait dengan kelangsungan hidup
puskesmas. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk
dilaksanakan. Namunharus diakui kegiatan-kegiatan institusi kesehatan
dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien
merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait
dengan isu mutu dan citra puskesmas. Harus diakui, pelayanan kesehatan
pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang
diucapkan hipocrates kira- kira 2400 tahun yang lalu yaitu primum, non
nocere (first, do no harm).
Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi
pelayanan kesehatan menjadi semakin kompeks dan berpotensi
terjadinya kejadian tidak diharapkan-KTD (Adverse event) apabila tidak
dilakukan dengan hati-hati. Dipuskesmas terdapat ratusan macam
obat,ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan
tehnologinya,bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus.keragaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat
terjadi KTD. Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan
masyarakat maka pelaksanaan program keselamatan pasien tersebut.

B. Tujuan Pedoman
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien dipuskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Puskesmas
4. Terlaksanakan program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulanggan kejadian tidak diharapkan

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan keselamatan pasien meliputi pelayanan
rawat jalan di Puskesmas Bukit Lamando dari pasien datang sampai
pasien pulang.

D. Batasan Operasional
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu system dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assesment risiko,identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien,pelaporan dan analisis
insiden,kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem

1
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksakan suatau tindakan atau tdak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.

E. Landasan Hukum
Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien
Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Tim keselamatan pasien Puskesmas terdiri dari


1. Pimpinan Puskesmas/Kepala Puskesmas
2. Ketua Tim : Lynda Asryanti, A.Md.Kep
3. Anggota Tim : Haly Sarina, A.Md.Keb

B. Distribusi Ketenagaan
Pada setiap hari jam kerja 08:00-14:00 Wib, kecuali hari jumat jam
08.00-11.30 Wib didistribusikan ketenagaan adalah sebagai berikut:
1. Pendaftaran : 1 Petugas
2. Poli Umum : 1 dokter umum, 2 perawat
3. Poli Ibu : 1 bidan
4. Gizi : 1 petugas
5. UGD : 2 perawat
6. Imunisasi : 1 petugas
7. Laboratorium : 1 analis
8. Farmasi : 2 petugas
9. MTBS : 1 bidan
10. Promkes : 1 Orang
11. Kesling : 1 Orang
12. P2P : 2 Orang

Jadwal kegiatan:
1. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat bersama-
sama dan dipertanggung jawabkan oleh koordinator klinis,
koordinator bidan dan koordinator perawat.
2. Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan didistribusikan
pada akhir bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Untuk tenaga dokter,bidan maupun perawat yang membuat
keperluan penting pada hari tertentu,maka petugas tersebut dapat
bertukar jadwal dengan sejawatnya dan mencatatkan perubahan
tersebut dilembar jadwal jaga.

3
BAB III
STANDAR FASILITAS

Ruang pelayan kepada pasien pada umumnya berlokasi dilantai bawah


gedung puskesmas sehingga memudahkan bagi pasien untuk mengakses.
Bagian depan gedung berdekatan dengan pintu masuk terdapat meja
resepsionis. Bagian pendaftaran (ruang kartu) terletak dibagian dalam gedung,
berdekatan dengan pintu masuk terdapat meja kerja, lemari status dan
perangkat komputer sehingga mudah diakses.
Ruang farmasi (gudang obat) memiliki sarana meja kerja, meja tempat
menyiapkan resep, lemari obat, kulkas dan perangkat komputer.
Tangga untuk mengakses ruang administrasi yang terdapat dilantai 2.
Poli umum/merupakan ruangan dengan 2 meja pemeriksaan dokter dengan
1 bed pemeriksaan. Dibagian depan ruangan ini disisi pintu masuk terdapat
meja anamnesis sekaligus pemeriksaan awal oleh perawat. Ruangan ini tidak
memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan, tetapi ruangan ini menggunakan
cairan antiseptik bagi petugas setelah melakukan tindakan kepada pasien.
Poli anak/MTBS merupakan ruangan dengan 1 meja pemeriksaan dokter
dengan 1 bed pemeriksaan. Dibagian depan ruangan ini disisi pintu masuk
terdapat meja anamnesis sekaligus pemeriksaan awal oleh perawat. Ruangan
ini tidak memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan, tetapi ruangan ini
menggunakan cairan antiseptik bagi petugas setelah melakukan tindakan
kepada pasien.
Ruang tunggu pasien berhadapan langsung dengan poli umum,yang
terdapat beberapa kursi tunggu pasien dan televisi.
Poli gigi memiliki 1 meja pemeriksaan dokter,3 perawat, 2 lemari peralatan
dan wastafel.
Ruang KIA/KB memberi pelayanan berupa pemeriksaan ibu hamil dan
pelayanan KB. Ruangan KIA memiliki meja administrasi, bed pemeriksaan dan
lemari peralatan.
Poli gizi terdapat 1 meja 2 kursi dan 1 lemari.
Ruang imunisasi memberi pelayanan imunisasi kepada balita, ibu hamil dan
calon pengantin. Ruangan ini terdapat 1 meja, 3 kursi, 1 lemari, kulkas vaksin.
Ruang laboratorium mempunyai meja administrasi, meja kerja sekaligus
meja peralatan, lemari reagen, kulkas, tempat cuci peralatan.
Ruang Surveilans dan Kesling terdapat 1 meja, 2 kursi, 1 lemari dan 1
komputer sebagai sarana system informasi puskesmas.
Ruang PROMKES terdapat 1 meja, 2 kursi, 1 lemari dan 1 komputer
sebagai sarana system informasi puskesmas.
UGD adalah satu bagian yang menyediakan penanganan awal bagi pasien
yang menderita sakit dan cidera, yang dapat mengancam kelangsungan
hidupnya. Di UGD terdapat 1 dokter umum, 5 perawat, 1meja, 4 kursi, 3
brangkar dan 1 lemari.

1. Peralatan

No Ruang Alat Keterangan


1 Pendaftaran  Alat tulis
 Buku register

4
 Komputer
 Nomor antrian
2 Poli Umum  Tensimeter
 Stetoskop
 Termometer
 Hammer
 Senter
 Diagnostik set
 Timbangan
 Pengukurtinggi badan
 Pita pengukur
 Autoskop
 Hanskun
 Masker
5 Poli Gigi  Dental unit
 Diagnostik set
 Tensimeter
 Tang pencabutan gigi
dewasa dan anak-anak
 Bein crayer
 Bor gigi
 Carpul
 Alat penambalan
 Spuit
 Masker
 Hanskun
6 Poli Ibu  Tensimeter
 Stetoskop
 Stetoskop laennec
 Termometer
 Doppler
 KB set
 Spuit
 Pita pengukur
7 MTBS
 Stetoskop
 Hammer
 Senter
 Diagnostik set
 Timbangan
 Pengukur tinggi badan
 Pita pengukur
9 Gizi  Timbangan
 Alat pengukur tinggi
badan
 Centimeter
 Toa

5
10 UGD  Bed
 Standar infus
 Alat vital sign
 Oksigen
 Set heating
 Nebulizer
 Secsion
 Set GV
 Infuset
 Kateter
 Kursi roda
 Brangkar
 Handskun
 Masker
 Autoskop
 Troli
11 Imunisasi  Kulkas penyimpanan
vaksin
 Spuit
 Masker
 Handskun
 Timbangan bayi
13 Laboratorium  Centrifuge
 Lampu spiritus
 Objek glass
 Tabung
 Mikroskop
 Spuit
 Pipet mikro
 Bok slide
14 Farmasi  Mortil dan stanfel
 Blender
 Kalkulator
 Plastik obat
 Label obat
 Shaker
 Sendok obat
 Kertas puyer

6
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan layanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut:


Standar I. Hak pasien

Standar:
Pasien dan keluargannya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan

Kriteria:
1.1 Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
1.2 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan.
1.3 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluargannya tentang
rencana dan hasil pelayanan, pengobatan ataw prosedur untuk pasien
termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

Standar II Mendidik pasien dan keluarga


Standar :
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluargannya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

kriteria:
keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. karena
itu ,dipuskesmas harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluargannya tentangkewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1. memberikan informasi yang benar,jelas,lengkap dan jujur.
2. mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga
3. mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4. memahai dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. mematuhi intruksi dan menghormati peraturan puskesmas
6. memperlihatkan sikap menghormati dan tengang rasa
7. memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

7
Standart III. keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Stadar :
Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antara tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari puskesmas
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga
pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan
baik dan lancar
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningaktan komunikasi
umtuk memfasilitasi dukungan keluarga,pelayanan kesehatan primer dan
tindak lanjut lainnya
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan
efektif

Standar IV. penggunaan metode-metode peningaktan kinerja untuk


melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien.
Standar:
Puskesmas harus mendesing proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pngumpulan data, menganalisis
secara intensif kejadian tidak di harapkan, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

Kriteria
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design) yang
baik. mengacu kepada visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan
pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkait, praktik bisnis
yang sehat faktor-faktor lain yang berpotensi resiko bagi psien sesuai
dengan “tujuh langkah meuju keselamatan pasien puskesmas”
4.2. Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antar
lain terkait dengan pelaporan insiden, akreditasi, manajemen resiko,
utilisasi, mutu pelyanan, keuangan.
4.3. Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua Kejadian Tidak Diharapakan, dan secara proaktif melakukan
evaluasi dan proses kasus resiko tinggi.
4.4. Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang di perlukan, agar
kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


standar:

8
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien puskesmas”.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
resiko keselamatan pasien dan program menekan untuk menguragi
Kejadian Tidak Diharapkan
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar
unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerjaPuskesmas serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja puskesmas dan keselamatan pasien.

Kriteria:
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
5.2.Tersedia progam proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan dan progam
meminimalkan insiden, yg mencakup jenis-jenis kejadian yang
memerlukan perhatian,mulai dari “kejadian nyaris cedera” (near miss)
sampai dengan “kejadian tidak diharapkan” (Adverse event).
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
puskesmas terintergrasi dan berpartisipasi dalam program kesalamtan
pasien
5.4. Tersedia prosedur “cepat- tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan ekternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
analisis akar masalah (RCA) “ kejadian nyaris cedera” (near miss) dan
“kejadian sentinel” pada saat program keselamatan pesien mulai
dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “kejadian sentinel” (sentinel event) atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil resiko,termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam
kaitan dengan “ kejadian sentinel”
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan didalam puskesmas dengan pendekatan antar
disiplin.
5.8. Tersedia sumberdaya dan system informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi perbaikan kinerja puskesmas dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar:

9
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas.
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
bekelajutan untuk meningkatkan dan memelihara competensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria:
6.1 Puskesmas harus memiliki program pendidikan,pelatihan,dan orientasi
bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan
tugasnya masing-masing
6.2 Setiap puskesmas harus mengintgrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan menservice training dan member pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden
6.3 Setiap puskesmas harus mnyelenggarakan pelatihan tentang kerja sama
kelompok (team work) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien

Standar VII. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mengenai


keselamatan pasien
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan melaksanakan proses kesealmatan
memberikan informasi keselamatan apsien untuk memenuhi kebutuhan
informasi internal dan eksternal
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat

Kriteria:
7.1. Perlu di sediakan anggaran untuk merencanakan proses dan proses
implementasi memproleh data dan informasi tentang hal hal terkait
dengan keselamatan pasien
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan komunikasi untuk interfensi
menejemen yang ada

10
BAB V
LOGISTIK

Tidak kalah penting dalam pedoman keselamatan pasien ini adalah


tentang ketersediaan logistik, yang anatar lain berupa form-form pelporan
maupun sarana yang di butuhkan untuk pencatatan dan pelaporan kejadian
kejadian maupun hasil diskusi adanya potensi yang mampu mempengaruhi
keselamatan pasien.
1. Form pelaporan isiden KTD, KNC, KPC, Resiko medik
2. Form petunjuk keselamatan dalam gedung
3. Petunjuk lantai bawah
4. Peralatan kebersihan lingkungan

11
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Langkah-langkah kegiatan dalam keselamatan pasien adalah sebagai berikut.


1. Puskesmas membentuk Tim Keselamatan Pasien,dengan susunan
organisasi sebagai berikut:ketua dokter umum,anggota
dokter,perawat,tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya
2. Puskesmas mengembangkan syestem informasi pencatatan dan
pelaporan internal tentang insiden.
3. Puskesmas melakukan pelaporan insiden kekomite keselamatan pasien
dinas kesehatan kabupaten kota secara rahasia.
4. Puskesmas memenuhi standar keselamatan pasien dan merupakan
tujuan langkah menuju keselamatan pasien.
Tujuh langkah keselamatan pasien puskesmas merupakan panduan yang
komprehensif untuk menuju keselamatan pasien,sehingga tujuh langkah
tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap puskesmas.
Uraian Tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut
1. Bagian kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Integrasikan aktifitas
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagai pengalaman tentang keselamatan pasien.
7. Cegah cedera melalui implentasi system keselamatan pasien.

Dalam pelaksanaan tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak
harus serentak,pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah
dilaksanakn dipuskesmas.
Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang
belum dilaksanakan.Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik
puskesmas dapat menambah penggunaan metode-metode lainnya.

12
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja (k3) adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan keselamatan dan kesejahteraan manusia yang bekerja disebuah
institusi maupun lokasi proyek. Tujuan k3 adalah untuk memelihara kesehatan
dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga
pekerja, konsumen dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi
lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
financial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa
pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman
sepanjang waktu. Praktek k3 / keselamatan kesehatan kerja meliputi
pencegahan, pemberian sanksi dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan
perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit.

13
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk menjamin pengendalian mutu keselamatan pasien, maka yang harus


dilakukan adalah :
1. Setiap unit kerja di Puskesmas mencatat semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan
dan Kejadian Potensial cedera) pada formulir yang sudah disediakan oleh
Puskesmas.
2. Setiap unit kerja melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan
pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian
Potensial cedera) kepada Tim Keselamatan Pasien pada formulir yang
sudah disediakan.
3. Tim Keselamatan Pasien menganalisi akar penyebab masalah semua
kejadian yang dilaporkan oleh unit kerja.
4. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan Pasien
merekomendasikan solusi pemecahan dan mengirimkan hasil solusi
pemecahan maslah kepada pimpinan Puskesmas.
5. Pimpinan Puskesmas melaporkan insiden dan hasil solusi pemecahan
masalah ke Komite Keselamatan Pasien setiap kejadiannya insiden dan
keselamatan melakukan analisis akar masalah yang bersifat rahasia.
6. Pimpinan Puskesmas melakukan monitoring dan evaluasi pada unit kerja
di Puskesmas terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit
kerja.

14
BAB IX
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap


pelayanan di puskesmas maka pelaksanaan kegiatan pasien puskesmas
sangatlah penting. Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi
penekanan/penurunan insiden sehingga dapat lebih meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas di Indonesia. Program
keselamatan pasien merupakan never ending proses,karena itu diperlukan
budaya termasuk motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia melaksanakan
program keselamatan secara berkesinambungan dan berkelanjutan.

15

Anda mungkin juga menyukai