Elemen Penilaian:
1. Dilakukan identifikasi pasien sebelum dilakukan prosedur diagnostik, tindakan, pemberian obat,
pemberian imunisasi, dan pemberian diit, sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.
(D,O,W)
2. Dilakukan prosedur tepat identifikasi pada kondisi khusus seperti disebutkan pada pokok pikiran
(D,O,W)
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 1
2. SASARAN 2
Kriteria 5.3.2 Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi dalam pemberian asuhan
ditetapkan dan dilaksanakan
Pokok Pikiran:
Kesalahan pembuatan keputusan klinis, tindakan, dan pengobatan dapat terjadi akibat komunikasi
yang tidak efektif dalam proses asuhan pasien
Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami penerima,
mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan keselamatan pasien
Komunikasi yang rentan terjadi kesalahan antara lain : 1) terjadi pada saat pemberian perintah
secara verbal, 2) pemberian perintah verbal melalui telpon, 3) penyampaian hasil kritis
pemeriksaan penunjang diagnosis, 4) serah terima antar shift, dan 5) pemindahan pasien dari unit
yang satu ke unit yang lain.
Kebijakan dan prosedur komunikasi efektif perlu disusun dan diterapkan dalam penyampaian
pesan verbal, pesan verbal lewat telpon, penyampaian nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang
diagnosis, serah terima pasien pada serah terima jaga maupun serah terima dari unit yang satu ke
unit yang lain, misalnya untuk pemeriksaan penunjang, dan pemindahan pasien ke unit lain.
Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal atau lewal telpon antara lain dapat dilakukan
dengan menggunakan tehnik SBAR (Situation, Background, Asessment, Recommendation)
Pelaksanaan serah terima pasien dilakukan dengan teknik SBAR, memperhatikan kesempatan
untuk bertanya dan memberi penjelasan (readback, repeat back), menggunakan formulir yang
baku, dan berisi informasi kritikal yang harus disampaikan antara lain: tentang status/kondisi
pasien, pengobatan, rencana asuhan, tindak lanjut yang harus dilakukan, adanya perubahan
status/kondisi pasien yang signifikan, dan keterbatasan maupun risiko yang mungkin dialami oleh
pasien.
Pelaksanaan komunikasi efektif verbal atau lewat telpon ditulis lengkap (T), dibaca ulang oleh
penerima perintah (B), dan dikonfirmasi kepada pemberi perintah(K).
Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang yang berada di luar rentang angka normal secara
mencolok harus ditetapkan dan segera dilaporkan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab
dalam pelayanan penunjang kepada dokter penanggung jawab pasien sesuai dengan ketentuan
waktu yang ditetapkan oleh Puskesmas.
Untuk meningkatkan kompetensi dalam melakukan komunikasi efektif maka perlu dilakukan
edukasi kepada karyawan. Edukasi dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan, lokakarya, on the job
training atau bentuk lain yang dianggap efektif transfer skill dan pengetahuan terhadap
peningkatan kompetensi karyawan dalam melakukan komunikasi efektif
Elemen Penilaian:
1. Pemberian perintah secara verbal ditulis lengkap dan dibaca ulang oleh penerima perintah serta
dikonfirmasi oleh pemberi perintah. (D,W)
2. Pelaporan kondisi pasien, dan pelaporan nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium ditulis lengkap,
dibaca ulang oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan dilakukan sesuai
prosedur, dan dicatat dalam rekam medis termasuk identifikasi kepada siapa nilai kritis hasil
pemeriksaan laboratorium dilaporkan. (D,O,W,S)
3. Proses komunikasi serah terima pasien yang memuat hal-hal kritial dilakukan secara konsisten
sesuai dengan prosedur, metoda, dan menggunakan form yang dibakukan (D,O,W,S)
3. SASARAN 3
Kriteria 5.3.3 Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu diwaspadai
ditetapkan dan dilaksanakan
Pokok Pikiran:
Pemberian obat pada pasien perlu dikelola dengan baik dalam upaya keselamatan pasien.
Kesalahan penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai dapat menimbulkan cedera pada pasien.
Obat yang perlu diwaspadai (high alert) adalah obat-obat yang dalam penggunaannya sering
menyebabkan kesalahan dan/ atau kejadian sentinel, berisiko tinggi untuk penyalahgunaan,
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 2
antara lain: obat-obatan dengan rentang terapi yang sempit, insulin, anti koagulan, kemoterapi,
obat-obatan psikoterapi, narkotika, dan obat-obatan dengan nama dan rupa mirip
Kesalahan pemberian obat dapat juga terjadi akibat adanya obat dengan nama dan rupa obat
mirip (look alike sound alike)
Perlu ditetapkan dan dilaksanakan kebijakan dan prosedur pengelolaan obat yang perlu
diwaspadai dan obat dengan nama dan rupa mirip, meliputi: penyimpanan, penataan, peresepan,
pelabelan, penyiapan, penggunaan, evaluasi penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai
termasuk obat psikotropika, narkotika, dan obat dengan nama atau rupa mirip
Elemen Penilaian:
1. Disusun daftar obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama atau rupa mirip serta dilakukan
pelabelan dan penataan obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama atau rupa mirip sesuai
dengan kebijakan dan prosedur yang disusun.(D,O,W)
2. Dilakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan obat-obatan psikotropika/narkotika dan
obat-obatan lain yang perlu diwaspadai (high alert). (D, W)
4. SASARAN 4
Kriteria 5.3.4 Proses untuk memastikan tepat pasien, tepat prosedur, tepat sisi pada pasien yang
menjalani operasi/tindakan medis ditetapkan dan dilaksanakan.
Pokok Pikiran:
Terjadinya cedera dan kejadian tidak diharapkan dapat diakibatkan oleh salah orang, salah
prosedur, salah sisi pada pemberian tindakan invasif atau tindakan pada pasien.
Puskesmas harus menetapkan tindakan operatif, tindakan invasif dan prosedurnya, yang meliputi
semua tindakan yang meliputi sayatan/ insisi atau tusukan, pengambilan jaringan, pencabutan
gigi, pemasangan implan, dan tindakan atau prosedur invasif yang lain yang menjadi kewenangan
puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Puskesmas harus mengembangkan suatu sistim untuk memastikan benar pasien, benar prosedur,
benar sisi jika melakukan tindakan dengan menerapkan Protokol Umum (Universal Protocol),
yang meliputi:
o Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan;
o Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan / prosedur; dan
o Time out yang dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur.
Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan bertujuan untuk verifikasi benar orang, benar
prosedur, benar sisi, memastikan semua dokumen, persetujuan tindakan medis, rekam medis,
hasil pemeriksaan penunjang tersedia dan diberi label, memastikan obat- obatan, cairan
intravena, jika ada ada produk darah yang diperlukan, peralatan medis atau implant tersedia dan
siap digunakan.
Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan/ prosedur melibatkan pasien jika memungkinkan
dan dilakukan dengan tanda yang langsung dapat dikenali dan tidak membingungkan. Tanda
harus dilakukan secara seragam dan konsisten. Penandaan dilakukan pada semua organ yang
mempunyai lateralitas (kanan lawan kiri, seperti salah satu dari dua anggota badan, satu dari
sepasang organ), beberapa struktur (seperti jari, jari kaki, lesi), atau beberapa tingkat (tulang
belakang). Untuk tindakan di poli gigi, seperti pencabutan gigi, penandaannya bila perlu,
menggunakan hasil rontgen gigi atau odontogram. Penandaaan harus dilakukan oleh
operator/orang yang akan melakukan tindakan yang akan melakukan seluruh prosedur dan tetap
bersama pasien selama prosedur berlangsung
Penandaan sisi dapat dilakukan kapan saja sebelum prosedur dimulai selama pasien terlibat
secara aktif dalam penandaan sisi dan tanda. Adakalanya pasien tidak memungkinkan untuk
berpartisipasi, misalnya: pasien anak, atau ketika pasien tidak kompeten membuat keputusan
tentang perawatan kesehatan.
Jeda / Time Out merupakan peluang untuk menjawab semua pertanyaan yang belum terjawab
atau meluruskan kerancuan. Jeda dilakukan di lokasi tempat prosedur akan dilakukan, tepat
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 3
sebelum memulai prosedur, dan melibatkan seluruh tim yang akan melakukan tindakan operasi
atau invasif.
Elemen Penilaian:
1. Dilakukan penandaan sisi operasi/ tindakan medis secara konsisten oleh pemberi pelayanan
yang akan melakukan tindakan sesuai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. (O,W)
2. Dilakukan verifikasi sebelum operasi/tindakan medis untuk memastikan prosedur telah
dilakukan dengan benar. (D, O, W)
3. Dilakukan time-out sebelum operasi/ tindakan medis, untuk memastikan semua pertanyaan
sudah terjawab atau meluruskan kerancuan. (D, W)
5. SASARAN 5
Kriteria 5.5.3 Puskesmas mengurangi risiko infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan perlu
melaksanakan dan mengimplementasikan program PPI, untuk mengurangi risiko infeksi baik bagi
pasien, petugas, keluarga pasien, masyarakat, dan lingkungan.
Pokok Pikiran:
Program pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas adalah untuk mengidentifikasi dan
mengurangi risiko tertular dan menularkan infeksi di antara pasien, petugas, keluarga dan
masyarakat dan lingkungan melalui penerapan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasar transmisi, penggunaan antimikroba secara bijak, dan bundles
untuk infeksi terkait pelayanan kesehatan. Pelaksanaan program tersebut perlu dipantau secara
terus menerus untuk menjamin penerapan yang konsisten.
Kewaspadaan standar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
melalui
a. Kebersihan tangan:
Kebersihan tangan merupakan salah satu cara yang sangat efektif dalam pencegahan infeksi
yang wajib dilakukan baik oleh petugas kesehatan, pasien, pengunjung, dan masyarakat luas.
Penerapan dan edukasi tentang kebersihan tangan perlu dilakukan secara terus menerus agar
dapat dilaksanakan secara konsisten
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) secara benar dan sesuai indikasi
Alat Pelindung Diri (APD) digunakan dengan benar untuk mencegah dan mengendalikan
infeksi Alat Pelindung Diri (APD) digunakan dengan benar untuk mencegah dan
mengendalikan infeksi Alat Pelindung Diri (APD) digunakan dengan benar untuk mencegah
dan mengendalikan infeksi, APD yang dimaksud meliputi tutup kepala (topi), masker, google
(perisai wajah), sarung tangan, gaun pelindung, sepatu pelindung digunakan secara tepat dan
benar oleh petugas Puskesmas, dan digunakan sesuai dengan indikasi dalam pemberian
asuhan pasien
c. Etika batuk dan bersin
Etika batuk dan bersin diterapkan untuk semua orang untuk kasus infeksi dengan transmisi
droplet atau airborne. Ketika batuk atau bersin tutup hidung dan mulut dengan menggunakan
tisu atau lengan dalam baju, segera buang tisu yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah,
kemudian cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci tangan
berbasis alkohol, dan wajib menggunakan masker.
d. Penempatan pasien dengan benar
Pasien dengan penyakit infeksi harus ditempatkan terpisah dengan pasien bukan penyakti
infeksi. Penempatan pasien harus disesuaikan dengan pola transmisi infeksi dan sebaiknya
ditempatkan di ruangan tersendiri. Bila tidak tersedia ruangan tersendiri dapat dilakukan
kohorting. Jarak antara tempat tidur pasien yang satu dengan yang lain minimal satu meter.
e. Penyuntikan yang aman
Tindakan penyuntikan yang aman perlu memperhatikan kesterilan alat yang digunakan dan
prosedur penyuntikannya. Pemakaian spuit dan jarum suntik steril harus sekali pakai, dan
berlaku juga pada penggunaan vial multi dosis untuk mencegah timbulnya kontaminasi
mikroba saat obat dipakai pada pasien.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 4
Penyuntikan yang aman berdasarkan prinsip PPI meliputi:
(1) menerapkan teknik aseptik untuk mencegah kontaminasi alat injeksi.
(2) semua alat suntik yang dipergunakan harus sekali pakai untuk satu pasien dan satu
prosedur walaupun jarum suntiknya berbeda.
(3) gunakan single dose untuk obat injeksi dan cairan pelarut/flushing.
(4) proses pencampuran obat dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(5) pengelolaan limbah tajam bekas pakai perlu dikelola dengan benar sesuai perundang-
undangan yang berlaku.
f. Dekontaminasi peralatan perawatan pasien dengan benar.
Menurunkan risiko infeksi melalui kegiatan dekontaminasi melalui proses pembersihan awal
(pre cleanning), pembersihan, disinfeksi dan /atau sterilisasi dengan mengacu pada kategori
Spaulding. meliputi:
(1) kritikal berkaitan dengan alat kesehatan yang digunakan pada jaringan steril atau sistim
pembuluh darah dengan menggunakan tehnik sterilisasi, seperti instrumen bedah, partus
set.
(2) semi kritikal, peralatan yang digunakan pada selaput mukosa dan area kecil dikulit yang
lecet dengan menggunakan Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), seperti oropharyngeal airway
(OPA)/Guedel, penekan lidah, kaca gigi.
(3) non kritikal peralatan yang digunakan pada permukaan tubuh yang berhubungan dengan
kulit yang utuh dilakukan Disinfeksi Tingkat Rendah, seperti tensimeter atau termometer.
Proses dekontaminasi tersebut meliputi:
pembersihan awal dilakukan oleh petugas di tempat kerja dengan menggunakan APD
dengan cara membersihkan dari semua kotoran, darah dan cairan tubuh dengan air
mengalir, untuk kemudian dilakukan transportasi ke tempat pembersihan, disinfeksi dan
sterilisasi.
pembersihan merupakan proses secara fisik membuang semua kotoran, darah, atau cairan
tubuh lainnya dari permukaan peralatan secara manual atau mekanis dengan mencuci
bersih dengan detergen (golongan disinfenktan dan klorin dengan komposisi sesuai
dengan standar yang berlaku) atau larutan enzymatic, dan ditiriskan sebelum dilakukan
disinfeksi atau sterilisasi.
disinfeksi tingkat tinggi dilakukan untuk peralatan semi kritikal untuk menghilangkan
semua mikroorganisme kecuali beberapa endospore bacterial dengan cara merebus,
menguapkan atau menggunakan disinfektan kimiawi.
sterilisasi merupakan proses menghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospore
menggunakan uap bertekanan tinggi (autoclave), panas kering (oven), sterilisasi kimiawi,
atau cara sterilisasi yang lain.
Dekontaminasi lingkungan yaitu pembersihan permukaan lingkungan yang berada di sekitar
pasien dari kemungkinan kontaminasi darah, produk darah atau cairan tubuh. Pembersihan
dilakukan dengan menggunakan cairan desinfektan seperti klorin 0,05% untuk permukaan
lingkungan dan 0,5% pada lingkungan yang terkontaminasi darah dan produk darah. Selain
klorin dapat digunakan desinfektan lain sesuai ketentuan.
g. Pengelolaan linen dengan benar
Pengelolan linen yang baik dan benar adalah salah satu upaya untuk menurunkan resiko
infeksi. Linen terbagi menjadi linen kotor non infeksius dan linen kotor infeksius. Linen kotor
infeksius adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya. Penatalaksanaan linen
yang sudah digunakan harus dilakukan dengan hati-hati. Kehati-hatian ini mencakup
penggunaan APD petugas yang mengelola linen, dan kebersihan tangan sesuai prinsip PPI
terutama pada linen infeksius. Fasilitas kesehatan harus membuat regulasi pengelolaan.
Penatalaksanaan linen meliputi penatalaksanaan linen di ruangan, transportasi linen ke ruang
cuci/laundry, dan penatalaksanaan linen di ruang cuci/laundry. Prinsip yang harus
diperhatikan dalam penatalaksanaan linen adalah selalu memisahkan antara linen bersih,
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 5
linen kotor dan steril atau dengan kata lain setiap kelompok linen tersebut harus ditempatkan
pada tempat yang terpisah
h. Pengelolaan limbah dengan benar dan sesuai peraturan perundangan.
Puskesmas setiap harinya menghasilkan limbah, terutama limbah infeksius, benda tajam dan
jarum yang apabila pengelolaan pembuangan dilakukan dengan tidak benar dapat
menimbulkan risiko infeksi. Pengelolaan limbah infeksius meliputi pengelolaan limbah cairan
tubuh infeksius, darah, sampel laboratorium, benda tajam (seperti jarum) dalam safety box
(penyimpanan khusus), dan limbah B3. Proses edukasi kepada karyawan mengenai
pengelolaan yang aman, ketersediaan tempat penyimpanan khusus dan pelaporan pajanan
limbah infeksius atau tertusuk jarum dan benda tajam.
Pengelolaan limbah meliputi :
(1) limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh, sample
laboratorium, produk darah dan lain-lain, yang dimasukan kedalam kantong plastik
berwarna kuning dan dilakukan proses sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) limbah benda tajam adalah semua limbah yang memiliki permukaan tajam yang
dimasukkan ke dalam safety box (penyimpanan khusus tahan tusukan dan tahan air).
Penyimpanan tidak boleh melebihi ¾ isi safety box.
(3) limbah cair infeksius segera dibuang ketempat pembuangan limbah cair (spoel hoek)
(4) pengelolaan limbah dimaksud meliputi identifikasi, penampungan, pengangkutan, tempat
penampungan sementara, pengolahan akhir limbah.
Pembuangan benda tajam (seperti jarum) yang tidak benar merupakan salah satu penyebab
bahaya luka tusuk jarum yang berisiko pada penularan penyakit infeksi melalui darah sehingga
diperlukan pengelolaan risiko pasca pajanan.
i. Perlindung petugas terhadap infeksi.
Petugas kesehatan dalam menjalankan tugas pelayanan perlu dilindungi terhadap terpapar
infeksi. Perlindungan petugas dilakukan melalu pemeriksaan berkala, pemberian vaksinasi,
dan perlindungan serta tindak lanjut jika terjadi pajanan.
Penerapan kewaspadaan standar perlu dipantau oleh tim PPI atau petugas yang diberi tanggung
jawab agar dilaksanakan secara periodik dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan Puskesmas.
Elemen Penilaian:
1. Terdapat bukti penerapan dan pemantauan prinsip-prinsip kewaspadaan standar sesuai pokok
pikiran huruf a sampai dengan huruf i sesuai prosedur yang ditetapkan . (D,O,W)
2. Bila ada pengelolaan pada pokok pikiran huruf f sampai dengan huruf h yang dilaksanakan
oleh pihak ketiga, Puskesmas harus memastikan standar mutu diterapkan oleh pihak ketiga
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (D,W)
6. SASARAN 6
Kriteria 5.3.5 Proses untuk mengurangi risiko pasien jatuh disusun dan dilaksanakan
Pokok Pikiran:
Cedera pada pasien dapat terjadi karena jatuh di fasilitas kesehatan. Risiko jatuh dapat terjadi
pada pasien dengan riwayat jatuh, penggunaan obat, minum minuman beralkohol, gangguan
keseimbangan, gangguan visus, gangguan mental, dan sebab yang lain.
Penapisan dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang disusun untuk meminimalkan
terjadinya risiko jatuh pada pasien rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas.
Penapisan risiko jatuh dilakukan pada pasien di rawat jalan dengan mempertimbangkan :
(1) kondisi pasien, contoh : pasien geriatri, dizziness, vertigo, gangguan keseimbangan, gangguan
penglihatan, penggunaan obat, sedasi, status kesadaran dan atau kejiwaan, konsumsi alkohol
(2) diagnosis, contoh pasien dengan diagnosis penyakit Parkinson
(3) situasi : Pasien yang mendapatkan sedasi atau pasien dengan riwayat tirah baring lama yang
akan dipindahkan untuk pemeriksaan penunjang dari ambulans, perubahan posisi akan
meningkatkan risiko jatuh
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 6
(4) lokasi : hasil identifikasi area-area di Puskesmas yang berisiko terjadi pasien jatuh, antara lain
lokasi yang dengan kendala penerangan atau mempunyai barrier/penghalang yang lain,
misalnya tempat pelayanan fisioterapi, tangga.
Kriteria untuk melakukan penapisan kemungkinan terjadinya risiko jatuh harus ditetapkan baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan, dan dilakukan upaya untuk mencegah atau
meminimalkan kejadian jatuh di fasilitas kesehatan.
Contoh alat untuk melakukan penapisan pada pasien rawat inap adalah skala Morse untuk pasien
dewasa, dan skala Humpty Dumpty untuk anak, sedangkan untuk rawat jalan dengan
menggunakan get up and go test, atau dengan menanyakan tiga pertanyaan:
(1) apakah dalam enam bulan terakhir pernah jatuh
(2) apakah menggunakan obat yang mengganggu keseimbangan
(3) apakah jika berdiri dan/atau berjalan membutuhkan bantuan orang lain. Jika satu dari
pertanyaan tersebut mendapat jawaban ya, maka pasien tersebut dikategorikan berisiko
jatuh
Elemen Penilaian:
1. Dilakukan penapisan pasien dengan risiko jatuh sesuai dengan kebijakan dan prosedur serta
dilakukan upaya untuk mengurangi risiko tersebut (O,W,S)
2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut untuk mengurangi risiko terhadap situasi dan lokasi yang
diidentifikasi berisiko terjadi pasien jatuh (D, O, W).
Keterangan
R: Regulasi D: Dokumen Bukti O: Observasi W: Wawancara S: Simulasi
F. TIM KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS ATAU TIM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
(TIM PMKP) PUSKESMAS
Tim Keselamatan Pasien melaksanakan tugas:
1. menyusun kebijakan dan pengaturan di bidang Keselamatan Pasien untuk ditetapkan oleh pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan;
2. mengembangkan program Keselamatan Pasien di fasilitas pelayanan kesehatan;
3. melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan dan penilaian tentang penerapan program
Keselamatan Pasien di fasilitas pelayanan kesehatan;
4. melakukan pelatihan Keselamatan Pasien bagi fasilitas pelayanan kesehatan;
5. melakukan pencatatan, pelaporan Insiden, analisis insiden termasuk melakukan RCA, dan
mengembangkan solusi untuk meningkatkan Keselamatan Pasien;
6. memberikan masukan dan pertimbangan kepada pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dalam
rangka pengambilan kebijakan Keselamatan Pasien;
7. membuat laporan kegiatan kepada pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan; dan
8. mengirim laporan Insiden secara kontinu melalui e-reporting sesuai dengan pedoman pelaporan
Insiden.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 7
G. INSIDEN
Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:
1. Kondisi Potensial Cedera (KPC);
merupakan kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden
atau semua situasi atau kondisi terkait perawatan pasien yang sangat berpotensi cedera pada pasien.
Misalnya alat pengukur tekanan darah rusak di letakkan di ruang pemeriksaan, timbangan bayi yang
rusak dan diletakkan di ruang gizi
2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC);
merupakan insiden yang terjadi tapi belum mengenai / terpapar pada pasien karena dapat dicegah.
Misalnya: perawat mau memberikan obat kepada pasien, ketika di cek ternyata obat yang diberikan
oleh farmasi milik pasien yang lain yang namanya mirip, sehingga obat tersebut tidak jadi diberikan.
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
merupakan insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera. Misalnya Perawat salah
memberikan obat pada pasien, obat telah diminum tapi pasien tidak mengalami cedera.
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
merupakan Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien. Misalnya pasien jatuh dari tempat tidur
dan menimbulkan luka pada pergelangan kaki.
Penyebab Insiden
1. Immediate Cause / Proximate cause (Penyebab Langsung): Penyebab yang langsung berhubungan
dengan insiden/dampak terhadap pasien.
a) Faktor Pasien
b) Faktor Individu yang terlibat (petugas / dokter)
c) Faktor tugas
d) Faktor Lingkungan kerja
e) Alat
2. Underlying Cause --Root Cause (Akar Masalah): Penyebab yang melatarbelakangi penyebab langsung
a) Faktor Manajemen
b) Faktor Institusi / Organisasi
c) Faktor eksternal
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 8
3. Akankah koreksi atau eliminasi penyebab menimbulkan insiden serupa?
Tidak = akar masalah Yes : faktor kontributor
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 9
5. TIPE: PERILAKU PASIEN
a. Subtipe: Perilaku pasien 1. Tidak kooperatif
2. Tidak pantas/sikap bermusuhan/ kasar
3. Berisiko/sembrono/berbahaya
4. Masalah dengan penggunaan substansi/abuse
5. Mengganggu (harassment)
6. Diskriminatif/berprasangka
7. Berkeliaran, melarikan diri
8. Sengaja mencederai diri, bunuh diri
b. Subtipe: Agresi/ assault 1. Agresi verbal
2. Kekerasan fisik
3. Ancaman nyawa
6. TIPE: PASIEN JATUH
a. Subtipe: Tipe jatuh 1. Tersandung
2. Slip
3. Kolaps
4. Hilang keseimbangan
b. Subtipe: Keterlibatan saat jatuh 1. Velbed
2. Tempat tidur
3. Kursi
4. Stretcher
5. Toilet
6. Peralatan terapi
7. Tangga
8. Dibawa/dibantu oleh orang lain
7. TIPE: PASIEN KECELAKAAN
a. Subtipe: Benturan tumpul 1. Kontak dengan benda/binatang
2. Kontak dengan orang
3. Hancur, remuk
b. Subtipe: Serangan 1. Cakaran, sayatan
tajam/tusukan
2. Tusukan
3. Gigitan, sengatan
4. Serangan tajam lainnya
c. Subtipe: Kejadian mekanik lain 1. Benturan akibat ledakan bom
2. Kontak dengan mesin
d. Subtipe: Peristiwa mekanik lain
e. Subtipe: Mekanisme panas 1. Panas yang berlebihan, dingin yang berlebihan
f. Subtipe: Ancaman pada 1. Ancaman mekanik pernafasan, tenggelam atau hampir
pernafasan tenggelam, pembatasan oksigen-kekurangan tempat
(confinement to oxygen-deficient place)
g. Subtipe: Paparan bahan kimia 1. Keracunan bahan kimia atau substansi lain
atau substansi lainnya
2. Bahan kimia korosif
h. Subtipe: Mekanisme spesifik 1. Paparan listrik/radiasi
yang lain menyebabkan cedera
2. Paparan suara/getaran
3. Paparan tekanan udara
4. Paparan karena gravitasi rendah
i. Subtipe: Paparan karena dampak cuaca, bencana alam
8. TIPE: INFRASTRUKTUR/BANGUNAN/BENDA LAIN YANG TERPASANG TETAP
a. Subtipe: Keterlibatan 1. Daftar struktur
struktur/bangunan masalah
2. Daftar bangunan
3. Daftar furniture
4. Inadekuat
5. Damaged/faulty/worn
I. PELAPORAN INSIDEN
1. Setiap Insiden harus dilaporkan secara internal kepada tim Keselamatan Pasien dalam waktu paling
lambat 2x24 (dua kali dua puluh empat) jam
2. Laporan diverifikasi oleh tim Keselamatan Pasien untuk memastikan kebenaran adanya Insiden.
3. Setelah melakukan verifikasi laporan, tim Keselamatan Pasien melakukan investigasi dalam bentuk
wawancara dan pemeriksaan dokumen.
4. Berdasarkan hasil investigasi, tim Keselamatan Pasien menentukan derajat insiden (grading) dan
melakukan Root Cause Analysis (RCA) dengan metode baku untuk menemukan akar masalah.
5. Tim keselamatan pasien harus memberikan rekomendasi keselamatan pasien kepada pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan hasil Root Cause Analysis (RCA).
6. Fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan pelaporan Insiden, secara online atau tertulis kepada
Komite Nasional Keselamatan Pasien sesuai dengan format laporan.
7. Pelaporan Insiden disampaikan setelah dilakukan analisis, serta mendapatkan rekomendasi dan solusi
dari tim Keselamatan Pasien fasilitas pelayanan kesehatan. Pelaporan insiden ditujukan untuk
menurunkan insiden dan mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan Keselamatan Pasien dan
tidak untuk menyalahkan orang (non blaming). Pelaporan insiden harus dijamin keamanannya,
bersifat rahasia, anonim (tanpa identitas), dan tidak mudah diakses oleh orang yang tidak berhak.
8. Setelah menerima pelaporan Insiden, Komite Nasional Keselamatan Pasien melakukan pengkajian dan
memberikan umpan balik (feedback) berupa rekomendasi Keselamatan Pasien dalam rangka
mencegah berulangnya kejadian yang sama di fasilitas pelayanan kesehatan lain secara nasional.
Setiap dokumen pelaporan dan analisis Insiden tidak diperuntukkan sebagai alat bukti hukum dalam
proses peradilan.
Jika tidak ada laporan eksternal yang dikirim ke KNKP pada bulan berjalan, maka pada akhir bulan berjalan
Puskesmas mengisi IKP Nihil. Tidak ada laporan pada bulan berjalan bisa karena:
1. Tidak ada insiden, atau
2. Investigasi insiden belum selesai dilakukan.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 12
J. PELAPORAN KEJADIAN SENTINEL
1. Kejadian sentinel yang berdampak luas/nasional dilaporkan sesegera mungkin paling lama 1 (satu) jam
setelah diketahuinya kejadian sentinel.
2. Pelaporan dilakukan secara lisan melalui media telepon kemudian dilengkapi dengan laporan tertulis.
3. Pelaporan bersifat rahasia tanpa menyebutkan identitas pasien dan tenaga kesehatan pemberi
pelayanan kesehatan.
4. Pelaporan paling sedikit memuat:
a) lokasi kejadian;
b) kronologis kejadian;
c) waktu kejadian;
d) akibat kejadian; dan
e) jumlah pasien yang mengalami kematian atau cedera berat akibat kejadian sentinel.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 13
BAB II
ANALISIS MATRIKS GRADING RISIKO
Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu insiden
berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
A. DAMPAK (CONSEQUENCES)
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien mulai dari tidak
ada cedera sampai meninggal.
Setelah nilai Dampak dan Probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel Matriks Grading Risiko untuk
menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
a. SKOR RISIKO
b. BANDS RISIKO
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : Biru, Hijau, Kuning dan
Merah. Warna "bands" akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan : (tabel 3)
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 14
1. Bands BIRU dan HIJAU: : Investigasi sederhana
2. Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif / RCA
Contoh :
Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di Puskesmas X terjadi pada 2 tahun
yang lalu.
Nilai dampak: : 5 (extreme ) karena pasien meninggal
Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 tahun lalu
Skoring risiko : 5 x 3 = 15
Warna Bands : Merah (ekstrim)
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 15
BAB III
ANALISA INSIDEN DENGAN METODE INVESTIGASI SEDERHANA DAN ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA)
A. DEFINISI RCA
1. Root Cause : Faktor penyebab yang paling mendasar, atau faktor yang jika dikoreksi atau dihilangkan
akan mencegah terulangnya kejadian serupa.
2. RCA : Proses identifikasi untuk mencari akar masalah / basic factor yang melatarbelakangi variasi
dalam kinerja (variation performance) termasuk kejadian sentinel event. Variasi kinerja : unexpected
dan undesired outcome termasuk sentinel event (unexpected occurrence) (JCI).
RCA : Metode evaluasi terstuktur untuk identifikasi akar masalah dari KTD, dengan tindakan adekuat
untuk mencegah kejadian yang sama berulang kembali.
B. PRINSIP RCA
Fokus pada “problem solving” dalam sistem bukan pada individu. RCA di desain untuk menjawab 3
pertanyaan :
1. Apa yang terjadi ?
2. Mengapa hal itu terjadi ?
3. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut terulang lagi?
C. INVESTIGASI INSIDEN
Investigasi adalah pengkajian lebih lanjut laporan insiden dengan mencatat kronologis kejadian,
mengidentifikasi masalah baik masalah asuhan pelayanan pasien (Care Management Problem (CMP)
maupun masalah pelayanan (Service delivery Problem (SDP), mencatat staf yang terlibat dan menentukan
siapa yang akan diinterview.
Pembatasan kejadian yang diinvestigasi tergantung pada bagian dalam proses pelayanan yang akan
ditelusuri seperti kondisi pasien, kapan dan dimana insiden terjadi.
1. INVESTIGASI SEDERHANA
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 16
FORM INVESTIGASI SEDERHANA
(UNTUK BANDS WARNA BIRU DAN HIJAU)
Insiden :
Kronologi Kejadian :
Masalah:
a. Care Management :
Problem (CMP)
b. Service Delivery Problem :
(SDP)
Penyebab Langsung Insiden :
Akar Masalah Insiden :
Faktor Kontributor :
a. Komponen :
b. Sub Komponen :
Nama : Mulai :
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 17
a) Langkah 1: Identifikasi Insiden
a. Tentukan Insiden “what happened” atau “what nearly happened”
b. Buat pernyataan insiden dengan mengacu pada what is wrong and focuses on the outcome,
NOT why the outcome occurred.
c. Gunakan Tools brainstorming
Contoh Insiden (Sentinel event)
a) Dokter bedah melakukan operasi pada bagian tubuh yang salah
b) Pasien bunuh diri dengan cara gantung diri di kamar mandi
c) Pasien meninggal akibat salah pemberian obat
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 18
5. Integrated care pathway yang berhubungan
6. Pernyataan-pernyataan dan observasi
7. Lakukan interview dengan siapa saja yang terlibat insiden
8. Bukti fisik ( contoh: tata ruang bangsal, dan lain-lain)
9. Daftar staf yg terlibat
10.Informasi mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi insiden (contoh: pergantian jaga,
ada tidaknya staf yang terlatih, dan lain-lain)
c) Interviews
Untuk mengetahui kejadian secara langsung untuk pengecekan pada hasil observasi dan data
dokumentasi (Tape, Notes)
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 19
c) Time Person Grids
Memungkinkan untuk melacak gerak / kehadiran orang sebelum dan sesudah insiden.
Alat pemetaan tabular yang dapat membantu pencatatan pergerakan orang (Staf, Dokter,
pengunjung, pasien dan lain-lain) sebelum, selama dan sesudah kejadian.
Membantu investigator mengetahui keberadaan seseorang pada saat kejadian /insiden.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 20
e) Langkah 5: Identifikasi Masalah CMP (Care Management Problem) / SDP (Service
Delivery Problem)
a) Masalah yang terjadi dalam Insiden bisa diakibatkan karena asuhan pasien (Care Management
Problem (CMP) dan masalah pelayanan kepada pasien (Service Delivery Problem (SDP).
b) Tim investigator akan mengidentifikasi CMP/ SDP untuk mengetahui serangkaian masalah
yang mengakibatkan insiden
c) Masalah yang terjadi dalam pelayanan baik itu melakukan tindakan (commision) atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya (ommission)
d) Suatu insiden bisa terdiri dari CMP dan SDP atau hanya salah satu CMP / SDP.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 21
Tools untuk Identifikasi Proximate & Underlying Cause:
• 5 Why
• Change Analysis
• Barrier Analysis
• Fish bone
• Flow chart
• Cause and Effect analysis
b) Change Analysis
Digunakan untuk menganalisa proses yang tidak bekerja sesuai rencana (Apa dan mengapa
berubah ?). Metode sederhana yg dapat membantu membandingkan proses yang berjalan efektif
atau gagal.
Analisis komparativ
Apa yang berubah sehingga menimbulkan kejadian / event
Mencari dampak dari perubahan (potential dan aktual)
Kapan digunakan ?
Bila suatu sistem / tugas yang awalnya berjalan efektif kemudian terjadi kegagalan / terdapat
sesuatu yg menyebabkan perubahan situasi
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 22
Mencurigai suatu perubahan yang menyebabkan ketidaksesuaian tindakan atau kerusakan
alat.
c) Barrier Analysis
Penghalang atau kontrol untuk mencegah terjadinya bahaya. Analisa penghalang didesain untuk
mengidentifikasi :
Penghalang mana yang seharusnya untuk mencegah insiden
Mengapa penghalang gagal ?
Penghalang apa yang dapat digunakan untuk mencegah insiden terulang kembali ?
Ada 4 tipe “barrier” ;
1. Physical barier : misalnya Bar code, pintu dengan akses masuk terbatas (Card/password),
lemari narkotika (double lock)
2. Natural barrier : mis Dx MBO o/ 2 dr & tunggu 6 jam, pemberian Vincristin & MTX diberikan di
hari yang berbeda oleh dua orang berbeda
3. Human action barrier : memeriksa suhu air sebelum memandikan pasien, pengecekan “ mark
site”, desain nurse station untuk perawatan pasien penyakit jiwa
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 23
4. Administrative barrier : Supervisi & training, double check obat oleh 2 orang dan diberikan
paraf.
d) Fish bone
Tiap masalah (CMP/ SDP) dapat berkaitan dengan beberapa faktor yang dapat memberikan
dampak pada timbulnya insiden. Misalnya motivasi individu kurang, supervisi tim kurang,
kebijakan pelatihan tidak adekuat dan lain-lain. Berbagai metode dapat digunakan untuk mencatat
faktor kontribusi yang berkaitan dengan CMP / SDP.
Faktor kontributor adalah faktor yang melatarbelakangi terjadinya insiden. Penyebab insiden
dapat digolongkan berdasarkan penggolongan faktor Kontributor seperti terlihat pada tabel
dibawah ini. Faktor kontributor dapat dipilih lebih dari satu.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 24
TABEL FAKTOR KONTRIBUTOR
A. FAKTOR STAF
1. Komponen: Faktor kognitif
Subkomponen:
a. Persepsi/pemahaman
b. Berdasarkan pengetahuan/ pemecahan 1. Kegagalan menganalisis /bertindak berdasarkan
masalah informasi yang tersedia
2. Masalah dengan kausalitas/ penyebab
3. Masalah dengan kompleksitas
2. Komponen: Faktor kinerja/performance
Subkomponen:
a. Kesalahan teknis dalam penatalaksanaan Kesalahan: slips (konsentrasi terpecah)/lapses
(berdasarkan fisik keterampilan) (lupa)
b. Kesalahan teknis dalam penatalaksanaan 1. Kesalahan penerapan aturan/ prosedur
(berdasarkan aturan/ prosedur) 2. Aturan/prosedur yang tidak sesuai
c. Melakukan pemilihan/ seleksi
d. Bias (cenderung berasumsi/ opini tanpa 1. Bias review (berasumsi/beropini tanpa review)
data/fakta) 2. Bias konfirmasi (berasumsi/ beropini tanpa
konfirmasi)
3. Komponen: Faktor tingkah laku
Subkomponen:
a. Masalah perhatian 1. Gangguan konsentrasi
2. Ketidakpedulian
3. Perhatian berlebihan
4. Hilang konsentrasi
b. Kelelahan/keletihan
c. Terlalu percaya diri
d. Ketidakpatuhan
e. Pelanggaran dilakukan secara rutin
f. Perilaku berisiko
g. Perilaku sembrono
h. Sabotase/tindak pidana
4. Komponen: Faktor komunikasi
Subkomponen:
a. Metode komunikasi 1. Tertulis
2. Elektronik
3. Lisan
b. Perbedaan bahasa
c. Awam tentang kesehatan (health literacy)
d. Dengan siapa 1. Dengan staf
2. Dengan pasien
5. Komponen: Faktor-faktor terkait: faktor patologis/penyakit pasien
Subkomponen:
a. Klasifikasi penyakit (ICD IX/ICD X)
b. Masalah penyalahgunaan
6. Komponen: Faktor emosi
7. Komponen: Faktor sosial
B. FAKTOR PASIEN
1. Komponen: Faktor kognitif
Subkomponen:
a. Persepsi/pemahaman
b. Berbasis pengetahuan/ pemecahan 1. Kegagalan menganalisa/ bertindak berdasarkan
masalah yang tersedia
2. Masalah dengan kausalitas
3. Masalah dengan kompleksitas
2. Komponen: Faktor tingkah laku
Subkomponen:
a. Masalah perhatian 1. Gangguan konsentrasi
2. Ketidakpedulian
3. Perhatian berlebihan
4. Hilang konsentrasi
b. Kelelahan/keletihan
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 25
c. Terlalu percaya diri
d. Ketidakpatuhan
e. Pelanggaran dilakukan secara rutin
f. Perilaku beresiko
g. Perilaku sembrono
h. Sabotase/tindak pidana
3. Komponen: Faktor komunikasi
Subkomponen:
a. Metode komunikasi 1. Tertulis
2. Elektronik
3. Lisan
b. Perbedaan bahasa
c. Awam tentang kesehatan (health literacy)
d. Dengan siapa 1. Dengan staf
2. Dengan pasien
4. Komponen: Faktor-faktor terkait: faktor patologis/penyakit pasien
Subkomponen:
a. Klasifikasi penyakit (ICD IX/ICD X)
b. Masalah penyalahgunaan
5. Komponen: Faktor emosi
6. Komponen: Faktor sosial
C. FAKTOR EKSTERNAL
1. Komponen: Faktor lingkungan alam
2. Komponen: Faktor produk teknologi infrastruktur
3. Komponen: Faktor pelayanan, sistem, kebijakan
D. FAKTOR FASYANKES
1. Komponen: Faktor kebijakan, prosedur, protokol, proses
2. Komponen: Faktor keputusan organisasi, budaya organisasi
3. Komponen: Faktor kerjasama tim
4. Komponen: Faktor sumber daya/beban kerja
E. FAKTOR LINGKUNGAN
1. Komponen: Faktor lingkungan fisik/ infrastruktur
2. Komponen: Faktor lokasi yang jauh dari fasilitas pelayanan (remote area)
3. Komponen: Faktor assessment risiko lingkungan/evaluasi keselamatan lingkungan
4. Komponen: Faktor regulasi/kode yang digunakan saat ini
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 26
D. STUDI KASUS
1. Pada tanggal 1 Agustus 2017 pukul 11.00, seorang ibu hamil bernama Ny. M, usia 25 tahun
mendatangi loket pendaftaran untuk memeriksakan kehamilan pertamanya di Poliklinik KIA
Puskesmas A. Suami Ny. M, yaitu Tn. A yang adalah seorang karyawan swasta, turut mendampingi
istrinya. Ny. M tidak memiliki kartu BPJS, biaya pemeriksaan kehamilannya dibayar oleh perusahaan
tempat suaminya bekerja.Setelah dilakukan pemeriksaan, bidan memberikan penyuluhan dan resep
kepada pasien. Selanjutnya, pasien mengambil obat di ruang farmasi pada pukul 11.25. Petugas
farmasi memberikan obat sesuai resep, namun Vitamin B12 yang diberikan sudah kedaluwarsa.
Pada tanggal 12 Agustus 2017 pukul 10.55, pasien menghubungi bidan dan memberikan informasi
bahwa obat yang diberikan sudah kedaluwarsa. Pasien sudah sempat minum 2 tablet Vitamin B12
yang sudah kedaluwarsa. Setelah mendapat informasi tersebut, bidan segera menghubungi petugas
farmasi untuk koordinasi penarikan obat. Kejadian pemberian obat kedaluwarsa seperti ini sudah
pernah terjadi 2 kali selama tahun 2017, namun belum ada tindakan untuk mencegah terulangnya
kejadian yang sama. Petugas farmasi mendatangi rumah pasien untuk mengganti obat Vitamin B12
yang kedaluwarsa dengan obat yang baru. Kemudian petugas farmasi melakukan konseling edukasi
kepada pasien tentang efektivitas vitamin tersebut dan meminta maaf kepada pasien dan keluarga.
Untuk mengurangi kekuatiran pasien dan keluarga, Kepala Puskesmas membawa pasien ke rumah
sakit untuk dilakukan pemeriksaan oleh seorang dokter ahli kebidanan dan kandungan, dr. M, Sp.OG
pada tanggal 13 Agustus 2017 pukul 11.00. Hasil pemeriksaan dr. M, SpOG menunjukkan bahwa
kandungan Ny. M dalam keadaan sehat.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 27
Penyelesaian:
A. LANGKAH-LANGKAH INVESTIGASI SEDERHANA
1. Kumpulkan data dan informasi (Observasi, Review Dokumen; Interview)
2. Petakan kronologi kejadian
a. Narrative Chronology
b. Tabular Timeline (menentukan masalah (CMP (Care Management Problem (permasalahan
yang terkait asuhan pasien) )/ SDP (Service Delivery Problem (permasalahan yang terkait
fasilitas dan sarana prasarana))
3. Analisa masalah : Flow chart dengan 5 Why's, Faktor kontributor, Rekomendasi dan Tindakan
WAKTU 13 Agustus
1 Agustus 2017 12 Agustus 2017 2019
Jam 11.05 Jam 11.15 Jam 11.25 Jam 10.55 Jam 12.00 Jam13.00 Jam 11.00
KEJADIAN Ny.M, 25 tahun, ke Bidan Pasien Pasien Petugas Pasien dan Pasien diperiksa
poli KIA untuk memberikan mengambil obat menghubungi Farmasi keluarga dr. M SpOG.
pemeriksaan penyuluhan dan di farmasi lantai 1 bidan dan mendatangi datang ke
kehamilan oleh bidan resep kepada sesuai resep yang memberikan rumah PKM untuk
di lantai 2 pasien diberikan bidan. informasi pasien untuk meminta
bahwa obat mengganti keterangan
yang diberikan obat Vit B 12 dari kepala
sudah yang PKM
kadaluarsa kadaluarsa
dengan obat
yang baru
INFORMASI Pasien mendapat Pasien di damping SOP Peresepan Pasien sudah Pasien di Pasien dan Hasil USG usia
TAMBAHAN nomor antrian 12 dan suaminya, Tuan A. dan Pemberian sempat dampingi keluarga kehamilan 14
tidak memiliki kartu Resep yang Informasi minum 2 Suaminya. khawatir minggu 4 hari,
BPJS diberikan adalah Penggunaan obat tablet VIt B12 pasien sudah DJJ positif, letak
Vitamin B6 10 : "Petugas yang sudah sempat janin sungsang,
mg, 30 tablet Farmasi kadaluarsa. minum 2 kandungan
(dalam bentuk mengambil obat tablet vit B12 dalam keadaan
blister) dosis 2x1, yang dibutuhkan dan ingin sehat
Vitamin B12 12,5
dgn mencari jalan
mcg, 30 tablet memperhatikan keluar secara
(dalam bentuk nama obat, tgl kekeluargaan
blister) dosis 2x1, kadaluwarsa dan
Kalsium 500 mg, keadaan fisik
30 tablet (dalam
obat". Cara
bentuk blister) penyimpanan
dosis 1x1, Asam obat Kadaluarsa
folat 1 mg 30 yang dilakukan
tablet (dalam selama ini : Obat
bentuk tablet) 1 bulan sebelum
dosis 1x1 kadaluarsa sudah
dipisahkan di
tempat khusus
(Container obat
Kadaluarsa) dan
akan
dikembalikan ke
PKM Kecamatan
untuk
dimusnahkan.
Obat berbentuk
blister : ditandai
jika sudah
Kadaluarsa dan
disimpan dalam
Kotak yg sudah
ditandai
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 28
GOOD Bidan melakukan Farmasi sudah Bidan segera Petugas Kepala PKM Dokter
PRACTICE pemeriksaan pada mendeteksi ada menghubungi farmasi memutuskan menjelaskan
pasien, HPHT obat kadaluarsa di Petugas melakukan untuk kembali bahwa
28/05/2017, hasil lab laci Farmasi saat farmasi untuk konseling membawa vitamin B12
11 Juli 2017 dbn. stock Opname koordinasi edukasi pasien untuk yang sudah
Diagnosa pasien : bulan Maret, dan penarikan kepada dilakukan Kadaluarsa
G1P0A0 hamil ± 11 sudah ditandai obat pasien pemeriksaan tidak
minggu dengan dengan spidol tentang ke SpOG di RS mempengaruhi
anemia ringan. biru dan sudah efektivitas kesesokam kesehatan ibu
diketik di LPLPO vitamin tsb. harinya dan janin
sebagai obat Dan
Kadaluarsa meminta
maaf kepada
pasien dan
keluarga.
MASALAH
(SDP)
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 29
2. Pada tanggal 19 September 2018 pukul 07.30, An. B yang berusia 5 tahun diantar orang tuanya untuk
daftar ulang di loket pendaftaran Puskesmas S untuk menjalani sirkumsisi. Pasien mengalami fimosis
ringan sejak bayi. Pasien adalah peserta BPJS. Menurut rencana awal, dr. C yang akan melakukan
sirkumsisi pada An. B. Namun, mendadak dr. C harus menghadiri rapat di Dinas Kesehatan yang
berlangsung hingga sore hari. Dr. C mendelegasikan kepada dr. A yang baru bertugas 1 bulan di
Puskesmas S untuk melakukan sirkumsisi terhadap An. B. Setelah melakukan prosedur asepsis dan
antisepsis, lalu dipasang doek steril dan dilakukan prosedur anestesi lokal dengan lidocain 2% pada
pangkal penis dan anestesi infiltrasi pada sekeliling pangkal penis.
Dr. A mulai melakukan diseksi dengan menggunakan klem bengkok untuk memisahkan preputium dari
glans penis lalu membebaskan preputium. Pada pukul 08.43, dr. A mulai tindakan dengan memasang
klem di atas ujung glans penis lalu menggunting preputium dengan teknik guillotine, namun sesudah
klem dibuka dan hendak menjahitkan mukosa dengan kulit, didapatkan perdarahan yang cukup
banyak. Dr. A dan perawat W berusaha menghentikan perdarahan dengan melakukan tekanan dan
saat mencoba mencari sumber perdarahan, didapatkan ternyata bukan hanya preputium saja yang
terpotong, namun juga glans penis. Dr. A menghubungi RS R untuk merujuk pasien ke dokter ahli
bedah di RS tersebut. Kejadian semacam ini, baru sekali ini terjadi di Puskesmas S.
Pasien tiba di RS R pada pukul 10.00 dan segera diperiksa oleh dokter ahli bedah, dilakukan evaluasi
penis, didapatkan glans penis yang terpotong. Diputuskan untuk dilakukan rekonstruksi di kamar
operasi. Amputee dipreservasi sesuai aturan. Dokter ahli bedah melakukan eksplorasi puntung penis
dan diputuskan bahwa tidak dapat dilakukan reanimasi terhadap amputee, sehingga yang dilakukan
adalah rekonstruksi puntung penis. Pada pukul 15.00 operasi selesai dilakukan. Orang tua pasien
meminta pertanggungjawaban dr. A yang telah menyebabkan terpotongnya glans penis anaknya.
Penyelesaian:
LANGKAH-LANGKAH INVESTIGASI KOMPREHENSIF RCA
1. Identifikasi insiden yang akan diinvestigasi
2. Tentukan Tim Investigator
3. Kumpulkan data dan informasi
a. Observasi
b. Review Dokumen
c. Interview
4. Petakan kronologi kejadian
a. Narrative Chronology
b. Timeline
c. Tabular Timeline
d. Time Person Grid
5. Identifikasi masalah CMP/SDP
Brainstorming, brainwriting
6. Analisis masalah
a. 5 Why's
b. Analisis Perubahan
c. Analisis Penghalang
d. Fishbone / Analisis Tulang Ikan
7. Rekomendasi dan rencana perbaikan
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 30
1. LANGKAH 1 DAN 2: IDENTIFIKASI INSIDEN DAN TENTUKAN TIM
1. Dokter A
2. Dokter C
3. Perawat W
4. Sopir Ambulans
5. (dr SpB ) dst
6.
REVIEW DOKUMEN
OBSERVASI
LOKASI
No. OBSERVASI HASIL OBSERVASI
Ruang Tindakan
1.
2.
3. dst
Catatan :
L ; Lengkap
TL : Tidak lengkap
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 31
3. LANGKAH 4: PETAKAN KRONOLOGI KEJADIAN
TABULAR TIMELINE
WAKTU
9 Sept 2018 19 sept
Jam Jam Jam Jam Jam
Jam 14.00 Jam 07.30 Jam 8.35 Jam 8.40 Jam 8.43 Jam 8.50 Jam 8.55 Jam 9.3 Jam 15.00
8.30 10,00 10.30 11.15 11.30
KEJADIAN An. B 5 Pasien Pasien Pasien Dokter A Dokter A Dokter A Perawat W Perawat Pasien tiba DPJP DPJP Pasien siap Operasi
tahun, diantar orang dipanggil disiapkan di mulai mulai menghubungi menghubungi berusaha di RS R dan melaporkan menjelaskan diatas meja selesai.
diantar tuanya ke PKM untuk atas tempat melakukan tindakan RS R (RS sopir mencari mobil segera kejadian ke mengenai operasi
orang S, melakukan dilakukan tidur diseksi dengan dengan terdekat Ambulans yang bisa diperiksa pihak kondisi
tuanya ke daftar ulang Tindakan menggunakan memasang dengan PKM untuk mengantarkan oleh SpB, pimpinan. pasien
PKM S sirkumsisi klem bengkok klem diatas PKM), untuk mengantar pasien ke RS dilakukan kepada
untuk oleh untuk ujung glans merujuk pasien ke RS R. evaluasi orang tua
dilakukan dokter A memisahkan penis lalu pasien ke SpB R penis pasien dan
sirkumsisi preputium menggunting di RS tsb. didapatkan meminta
dari glans preputium glans penis persetujuan
penis lalu dengan teknik yang Tindakan
membebaskan guillotine terpotong operasi.
preputium namun
sesudah klem
dibuka dan
hendak
menjahitkan
mukosa
dengan kulit,
didapatkan
perdarahan
yang cukup
banyak
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 32
INFORMASI Pasien menunggu di Pasien Dilakukan Anak masih pasien di Diputuskan Petugas Dokter SpB Pasien di
TAMBAHAN mengalami tempat yang didampingi prosedur memberontak rujuk untuk lainnya melakukan observasi
fimosis telah Ayahnya asepsis dan dan menangis. menggunakan dilakukan melakukan eksplorasi paska
ringan sejak disediakan. Saat karena antisepsis lalu mobil pribadi rekonstruksi persiapan puntung operasi.
bayi. itu dr C tidak takut saat dipasang doek dokter A ke RS di kamar operasi penis dan Tidak ada
dapat datang ke hendak steril dan R. Pasien operasi diputuskan perdarahan.
PKM karena dilakukan dilakukan diantar ke RS Amputee bahwa tidak
harus Saat prosedur R didampingi dipreservasi dapat
menghadiri Tindakan. anestesi lokal dr A dan sesuai dilakukan
rapat di Dinas Dokter A dengan PErawat W aturan. reanimasi
Kesehatan didampingi lidocain 2% serta Orang terhadap
hingga sore hari Perawat pada pangkal tua pasien amputee
W. penis dan sehingga
Perawat W anestesi yang
adalah infiltrasi pada lakukan
perawat sekeliling adalah
senior pangkal penis rekonstruksi
yang Anak puntung
sudah menangis dan penis.
bertugas 5 memberontak,
tahun di namun dapat
PKM ditahan oleh
keluarga yang
mendampingi
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 33
TIME PERSON GRID
WAKTU 19 September
2018
14. 07.30 08. 08. 08. 08. 08. 08. 09. 10. 10. 11.
00 30 35 40 43 50 55 30 00 30 15
STAF
5.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 34
ANALISIS PERUBAHAN
Catatan:
Lanjutkan dengan 5 Why's
ANALISIS PENGHALANG
Catatan:
Lanjutkan dengan 5 Why's
Catatan:
Jika ada faktor penyebab selanjutnya, maka dapat di-insert row pada sel yang terkait
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 35
6. LANGKAH 7: REKOMENDASI DAN RENCANA TINDAKAN
PARAF
TINDAKAN UNTUK WAKTU SUMBER DAYA OLEH PJ
TEMPAT RENCANA
MENCAPAI MULAI (WAKTU YANG ANGGARAN BUKTI TINDAKAN MUTU TANGGAL
NO ROOT CAUSE REKOMENDASI PIC (WHOM) PELAKSANAAN MONITORING
REKOMENDASI TINDAKAN DIBUTUHKAN (MODEY) TELAH DILAKSANAKAN (JIKA PARAF
(WHERE) DAN EVALUASI
(HOW) (WHEN) (TIME) SUDAH
SELESAI)
1. Prosedur Mengusulkan Membuat dan koord pelayanan Oktober Puskesmas 1 minggu tidak ada SPO Informed consent Monev
(belum ada SPO pembuatan SPO sosialisasi SPO kepatuhan
IC) informed consent Informed consent pelaksanaan
di Puskesmas di Puskesmas Informed
consent
2. Protokol (belum Mengusulkan Membuat PPK koord pelayanan Oktober Puskesmas 2 minggu tidak ada PPK sirkumsisi Monev
ada PPK pembuatan sirkumsisi kepatuhan
sirkumsisi) Panduan Praktek terhadap PPK
Klinik (PPK) di
puskesmas
3. Kebijakan koord pelayanan Oktober Puskesmas tidak ada SK Kredential Monev
(belum ada SK kepatuhan
kredential di pelaksanaan
Puskesmas ) kredential
4. Prosedur Mengusulkan Membuat dan bagian TU Oktober Puskesmas 2 minggu tidak ada SPO Pemeliharaan Monev
(belum ada SPO pembuatan SPO sosialisasi SPO Ambulance dan kepatuhan
pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan Supervisi pelaksanaan
Ambulance) berkala untuk berkala untuk pemeliharaan
ambulance, ambulance, ambulance dan
termasuk termasuk supervisi
supervisinya. supervisinya.
5. Kebijakan Mengusulkan Membuat surat ke Kepala Puskesmas Oktober Puskesmas 1 minggu tidak ada Surat usulan ke Dinkes ~
(belum ada pembuatan Dinkes untuk
Regulasi Regulasi tentang pembuatan
tentang Kredential di Regulasi kredential
kredential di Puskesmas kepada di Puskesmas
Puskemas) Dinkes
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 36
TIPE DAN SUBTIPE INSIDEN
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 37
BAB IV
APLIKASI PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
B. TAMPILAN AWAL
Tampilan awal memperlihatkan
halaman Dashboard.
Aplikasi dan fitur dalam
https://mutufasyankes.kemkes.go.id
adalah:
1. Dashboard.
2. Aplikasi Laporan IKP Puskesmas.
3. Aplikasi Indikator Nasional Mutu
Puskesmas.
4. Upload Dokumen Peningkatan
Mutu.
5. Mengganti password tingkat
pertama.
6. Sign out.
C. MENGGANTI PASSWORD TINGKAT PERTAMA DAN SIGN OUT SERTA PASSWORD TINGKAT KEDUA
Kepala Puskesmas menetapkan
dan menugaskan petugas yang
diberikan kewenangan untuk
menginput data dalam Aplikasi
Laporan IKP Puskesmas,
termasuk untuk mengganti
password (tingkat pertama dan
kedua).
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 38
Password berjenjang
diterapkan, agar keamanan
akses dan data Aplikasi
Laporan IKP Puskesmas lebih
terjamin.
Puskesmas selanjutnya.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 39
D. MENU TAMBAHAN
Ketika menu FORM LAPORAN
IKP di-klik, maka akan muncul
menu-menu tambahan pada
Navigasi Utama, yaitu:
1. IKP Nihil.
2. Form Laporan IKP.
3. Rekap Laporan IKP.
4. Rekap Bulanan IKP.
5. Monitoring IKP.
6. Contact Us.
1. IKP NIHIL
Jika tidak ada laporan eksternal
yang dikirim ke KNKP pada
bulan berjalan, maka pada akhir
bulan berjalan Puskesmas
mengisi
IKP Nihil.
► Tidak ada laporan pada bulan
berjalan bisa karena:
3. Tidak ada insiden, atau
4. Investigasi insiden belum
selesai dilakukan.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 40
Grading (bands merah, kuning,
hijau, biru) insiden akan dilakukan
by system berdasarkan dampak
dan probabilitas yang telah
diisikan pada Form Laporan IKP
Bagian Pertama.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 41
Form Laporan IKP Bagian 1 dan
Bagian 2 dapat dicetak. Sebelum
dicetak akan muncul print
preview.
Penanggung Biaya Pasien dipilih: BPJS, Jamkesda, Umum/Pribadi, asuransi swasta, pemerintah,
perusahaan, lain-lain.
B. RINCIAN KEJADIAN
1) TANGGAL DAN WAKTU INSIDEN
Pilih tanggal-bulan-tahun-jam-menit di mana pasien mengalami insiden terkait.
2) INSIDEN
Sebutkan secara ringkas insiden yang terjadi pada pasien.
3) KRONOLOGIS INSIDEN
Uraikan peristiwa yang menggambarkan insiden yang terjadi secara jelas berdasarkan urutan
waktu. Hindari penulisan menggunakan singkatan.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 42
4) JENIS INSIDEN
Pilih menu drop-down ini sesuai dengan jenis insiden yang terjadi (Sentinel, KTD, KTC dan KNC).
5) INSIDEN TERJADI PADA PASIEN YANG AKAN MELAKUKAN PELAYANAN
Pilih menu drop-down ini sesuai dengan jenis pelayanan yang menjadi tujuan utama pasien
mendatangi Puskesmas.
6) DAMPAK INSIDEN
Pilih menu drop-down ini sesuai dengan tingkat keparahan dampak yang dialami pasien akibat
insiden yang terjadi.
7) PROBABILITAS
Pilih menu drop-down ini sesuai dengan tingkat frekuensi/kekerapan terjadinya insiden tersebut
di Puskesmas.
8) ORANG PERTAMA YANG MELAPORKAN INSIDEN
Pilih menu drop-down ini sesuai dengan pihak yang pertama kali melaporkan terjadinya insiden
tersebut kepada Puskesmas.
9) INSIDEN TERJADI PADA
Pilih menu drop-down ini sesuai dengan lokasi pelayanan Puskesmas yang diterima pasien yang
mengalami insiden tersebut.
10) TEMPAT INSIDEN
Pilih menu drop-down ini sesuai dengan lokasi terjadinya insiden pada pasien tersebut.
11) JENIS PELAYANAN TERKAIT INSIDEN
Pilih menu drop-down ini sesuai dengan jenis pelayanan Puskesmas yang terkait langsung dengan
terjadinya insiden.
12) TINDAKAN YANG DILAKUKAN SEGERA SETELAH KEJADIAN DAN HASILNYA
Tuliskan deskripsi tindakan apa saja yang dilakukan segera setelah kejadian insiden dan bagaimana
hasil dari tindakan tersebut.
13) TINDAK LANJUT OLEH
Pilih menu drop-down ini sesuai dengan pihak yang melakukan tindak lanjut pada pasien yang
mengalami insiden tersebut).
14) APAKAH KEJADIAN YANG SAMA PERNAH TERJADI
Pada field ini terdapat pilihan untuk menyatakan apakah kejadian insiden yang sama pernah
terjadi sebelumnya di Puskesmas. Bila memilih opsi YA, akan muncul field baru di bawah ini:
LANGKAH TINDAKAN APA YANG DIAMBIL PADA PELAYANAN TERSEBUT UNTUK MENCEGAH
TERULANGNYA KEJADIAN YANG SAMA
Tuliskan langkah/tindakan apa yang telah diambil pada pelayanan tersebut untuk mencegah
terulangnya kejadian insiden yang sama.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 43
Dalam hal isian 1) umur pasien,
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 44
3) 3A. ASUHAN PELAYANAN (CMP/CARE MANAGEMENT PROBLEM)
Tuliskan masalah asuhan pelayanan (CMP) yang dijumpai. Jika tidak ada masalah jangan kosongkan,
tapi ditulis TIDAK ADA.
3B. MASALAH PELAYANAN (SDP/SERVICE DELIVERY PROBLEM)
Tuliskan masalah pelayanan (SDP) terkait kondisi fasilitas dan sarana-prasarana. Jika tidak ada masalah
jangan kosongkan, tapi ditulis TIDAK ADA.
4) 4A. PENYEBAB LANGSUNG INSIDEN
Tuliskan penyebab langsung insiden misalnya terkait staf/individu, alat, lingkungan dan lainnya.
4B. AKAR MASALAH INSIDEN
Tuliskan akar masalah insiden misalnya terkait sistem dalam manajemen, faktor eksternal dan lainnya.
Baik penyebab langsung maupun akar masalah insiden harus saling berhubungan sesuai hasil analisis
akar masalah yang dilakukan.
5) ORANG YANG TERLIBAT SEBAGAI PENYEBAB LANGSUNG INSIDEN
Pilih menu drop-down ini sesuai dengan hasil investigasi orang yang terlibat sebagai penyebab
langsung insiden.
6) PROSES/FASE PELAYANAN SAAT TERJADI INSIDEN
Pilih menu drop-down ini sesuai dengan proses/fase pelayanan saat terjadi insiden tersebut.
7) FAKTOR-FAKTOR KONTRIBUTOR
Pilih menu drop-down ini sesuai dengan faktor-faktor kontributor terhadap terjadinya insiden
tersebut.
8) FAKTOR MITIGASI
Pilih menu drop-down pada masing-masing aspek ini sesuai mitigasi yang dilakukan saat terjadi
insiden tersebut. Pada setiap menu drop-down akan muncul opsi. Aspek-aspek tersebut adalah (1)
Untuk Pasien, (2) Untuk Petugas, (3) Untuk Fasyankes dan (4) Untuk Faktor Penyebab Terkait.
Contoh: langsung ditangani, pasien dirujuk, pemberian penjelasan kepada pasien dan keluarga.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 45
9) CARA MENDETEKSI INSIDEN
Pilih menu drop-down ini sesuai dengan cara mendeteksi/mengetahui informasi terjadinya insiden
tersebut.
10) DAMPAK PADA FASYANKES
Pilih menu drop-down ini sesuai dengan dampak insiden tersebut yang ditimbulkan terhadap
Puskesmas.
11) REKOMENDASI
Tuliskan rekomendasi/usulan langkah-langkah/tindak lanjut yang harus dikerjakan untuk perbaikan
sistem guna mencegah terulangnya insiden serupa di Puskesmas.
Contoh: peningkatan kapasitas staf klinis tentang keselamatan pasien.
12) TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN
Tuliskan tindakan/kegiatan yang akan dilakukan Puskesmas berdasarkan hasil rekomendasi untuk
mencegah terulangnya insiden serupa di kemudian hari. Contoh: pelatihan untuk staf klinis tentang
keselamatan pasien.
13) TINDAKAN PERBAIKAN
Pilih menu drop-down pada masing-masing aspek ini sesuai tindakan perbaikan/korektif yang
dilakukan terhadap dampak insiden. Pada setiap menu drop-down akan muncul opsi. Aspek-aspek
tersebut adalah (1) Kepada pasien dan (2) Kepada fasyankes.
Contoh: penatalaksanaan cedera,pengelolaan media/hubungan masyarakat, penatalaksanaan
keluhan/complain.
14) TINDAKAN UNTUK MENGURANGI RISIKO
Pilih menu drop-down pada masing-masing aspek ini sesuai dengan tindakan untuk mengurangi risiko
setelah tindak lanjut insiden yang dilakukan. Aspek-aspek tersebut adalah (1) Untuk Pasien, (2) Untuk
Petugas, (3) Untuk Fasyankes/Lingkungan dan (4) Faktor Yang Mempengaruhi.
Contoh: pengaturan beban kerja, meningkatkan budaya keselamatan pasien, ketersediaan sarana
prasarana, audit internal.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 46
4. REKAP BULANAN IKP
Menu REKAP BULANAN IKP
akan menampilkan grafik
batang dan tabel jumlah
laporan IKP yang telah
dikirim Puskesmas menurut
bulan pada tahun yang
dipilih.
5. MONITORING IKP
Menu MONITORING IKP akan
menampilkan tabel
monitoring dan jumlah
laporan IKP yang telah
dikirim Puskesmas menurut
bulan pada tahun yang
dipilih.
6. CONTACT US
Jika ada hal-hal yang ingin
ditanyakan terkait Aplikasi
Laporan IKP Puskesmas dapat
menggunakan menu Contact Us
pada Navigasi Utama.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 47
BAB V
PEMBINAAN
A. TAHAPAN PEMBINAAN
Tahapan pembinaan penyusunan indikator keselamatan pasien meliputi:
1. Tim Pembina Mutu Dinas Kesehatan (TPMDK) melaporkan kegiatan kepada Kepala Puskesmas
(mengisi buku tamu dan melengkapi administrasi pembinaan)
2. Kepala Puskesmas mengumpulkan tim puskesmas terkait indikator keselamatan pasien yaitu KTU/PJ
Admen atau KMP, PJ Mutu dan anggota, PJ UKM, PJ UKP, Ketua Tim PPI, Koordinator PMKP, Ketua Tim
Audit Internal, Ketua Tim Akreditasi dan pelaksana lainnya yang terkait.
3. Dalam rangka upaya perbaikan mutu yang berkesinambungan, TPMDK melakukan pembinaan agar
Kepala Puskesmas memberlakukan Indikator sasaran keselamatan pasien dengan menetapkan Surat
Keputusan (SK) Indikator Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) yang sesuai untuk pelayanan tersebut.
4. TPMDK membina/mendampingi puskesmas dalam melakukan penginputan data pelaporan indikator
keselamatan pasien puskesmas tahun berjalan dan tahun sebelumnya (n-1) melalui aplikasi Indikator
Nasional Mutu.
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 48
2. Indikator Keberhasilan Puskesmas sebagai Obyek Pembinaan
Kegiatan Input Proses Output Outcome Impact
Perbaikan Terpenuhinya 1. Puskesmas 1. Puskesmas Puskesmas Kepuasan
Kinerja sumber daya melakukan melakukan mengalami pelayanan
Puskesmas di puskesmas review perencanaan peningkatan meningkat
Penerima sesuai standar dokumen berdasarkan status
Pembinaan secara periodik data hasil akreditasi
2. Puskesmas evaluasi puskesmas
melakukan 2. puskesmas
penilaian mengalami
kepatuhan perbaikan
terhadap SOP indikator
secara periodik mutu dan
3. Puskesmas indikator
melakukan kinerja
pengukuran
INM
4. Puskesmas
melakukan CQI
(Continous
Quality
Improvement)
secara periodik
Pedoman Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Page 49