PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu:
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit
yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek keselamatan
tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus
diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu
keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut
terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan.
Program WHO dalam keselamatan pasien adalah “WHO Patients Safety”
dimulai tahun 2004, dengan Visi: Every patient receives safe health care, every time,
everywhere. Misinya adalah to coordinate, facilitate and accelerate patient safety
improvements around the world by:
Being a leader and advocating for change;
Generating and sharing knowledge and expertise;
Supporting Member States in their implementation of patient safety action
B. Tujuan
a) Tujuan Umum
Memberikan informasi dan acuan bagi pemerintah pusat dan daerah, rumah
sakit, institusi pendidikan, institusi penelitian, dan masyarakat dalam
melaksanakan sistem keselamatan pasien rumah sakit sehingga tercipta budaya
keselamatan pasien dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
b) Tujuan Khusus
1) Terlaksananya program keselamatan pasien rumah sakit secara sistematis
dan terarah.
2) Terlaksananya sistem pelaporan insiden keselamatan pasien di rumah
sakit.
3) Terlaksananya pendidikan dan penelitian tentang keselamatan
pasien di berbagai institusi.
C. Sasaran
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan
sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI).
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik
dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti
dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara
intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu
tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang
menyeluruh.
Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut :
Sasaran 1 : ketepatan identifikasi pasien
Sasaran 2 : peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran 3 : peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
Sasaran 4 : kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien operasi
Sasaran 5 : pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sasaran 6 : pengurangan risiko pasien jatuh
B. Tujuan
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2) Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3) Menurunnya Angka Insiden Keselamatan Pasien di rumah sakit.
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
C. Dasar hukum
1) Undang – Undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
a) Pasal 2: RS diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada
nilai kemanusiaan, etika & profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan
hak & anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan
pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
b) Pasal 3 ayat b: memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakat, lingkungan RS dan SDM di RS
c) Pasal 29 ayat b: memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi, & efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
standar pelayanan RS.
d) Pasal 43:
1) Ayat 1; RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien
2) Ayat 2; Standar Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui pelaporan
insiden, menganalisa & menetapkan pemecahan masalah dalam
rangka menurunkan angka KTD
3) Ayat 3; RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite yang
membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan Menteri
4. DEFINISI
a) Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
b) Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya disebut Insiden, adalah setiap kejadian
yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien.
Kriteria:
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas
dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
insiden.
Kriteria:
1) Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan,
rujukan dan saat pasien keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3) Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
4) Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
Kriteria:
1) Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal - hal terkait
dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
Rumah sakit memastikan pasien teridentifikasi dengan tepat pada situasi khusus,
seperti pada pasien koma atau pada bayi baru lahir yang tidak segera diberi nama serta
identifikasi pasien pada saat terjadi darurat bencana.
Pedoman Keselamatan Pasien Rumah Sakit Haji Kamino 15
Penggunaan dua identitas juga digunakan dalam pelabelan. misalnya, sampel
darah dan sampel patologi, nampan makanan pasien, label ASI yang disimpan untuk
bayi yang dirawat di rumah sakit.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
dan dipahami oleh resipien / penerima pesan akan mengurangi potensi terjadinya
kesalahan serta meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi dapat dilakukan
secara lisan, tertulis dan elektronik.
Komunikasi yang paling banyak memiliki potensi terjadinya kesalahan adalah
pemberian instruksi secara lisan atau melalui telpon, pelaporan hasil kritis dan saat
serah terima. Latar belakang suara, gangguan, nama obat yang mirip dan istilah yang
tidak umum sering kali menjadi masalah.
Metode, formulir dan alat bantu ditetapkan sesuai dengan jenis komunikasi agar
dapat dilakukan secara konsisten dan lengkap.
1) Metode komunikasi saat menerima instruksi melalui telpon adalah:
“menulis/menginput ke komputer - membacakan - konfirmasi kembali”
(writedown, read back, confirmation) kepada pemberi instruksi misalnya kepada
DPJP. Konfirmasi harus dilakukan saat itu juga melalui telpon untuk
menanyakan apakah “yang dibacakan” sudah sesuai dengan instruksi yang
diberikan. Sedangkan metode komunikasi saat melaporkan kondisi pasien
kepada DPJP dapat menggunakan metode misalnya Situation-Background-
Assessment-Recommendation (SBAR).
2) Metode komunikasi saat melaporkan nilai kritis pemeriksaan diagnostik melalui
telpon juga dapat dengan: “menulis/menginput ke komputer – membacakan -
konfirmasi kembali” (writedown, read back). Hasil kritis didefinisikan sebagai
varian dari rentang normal yang menunjukkan adanya kondisi patofisiologis
yang berisiko tinggi atau mengancam nyawa, yang dianggap gawat atau darurat,
dan mungkin memerlukan tindakan medis segera untuk menyelamatkan nyawa
atau mencegah kejadian yang tidak diinginkan. Hasil kritis dapat dijumpai pada
pemeriksaan pasien rawat jalan maupun rawat inap. Rumah sakit menentukan
mekanisme pelaporan hasil kritis di rawat jalan dan rawat inap. Pemeriksaan
diagnostik mencakup semua pemeriksaan seperti laboratorium,
pencitraan/radiologi, diagnostik jantung juga pada hasil pemeriksaan yang
dilakukan di tempat tidur pasien (Point Of Care Testing (POCT). Pada pasien
rawat inap pelaporan hasil kritis dapat dilaporkan melalui perawat yang akan
meneruskan laporan kepada DPJP yang meminta pemeriksaan. Rentang waktu
Pedoman Keselamatan Pasien Rumah Sakit Haji Kamino 16
pelaporan hasil kritis ditentukan kurang dari 30 menit sejak hasil di verifikasi
oleh PPA yang berwenang di unit pemeriksaan penunjang diagnostik.
3) Metode komunikasi saat serah terima distandardisasi pada jenis serah terima
yang sama misalnya serah terima antar ruangan di rawat inap. Untuk jenis serah
terima yang berbeda maka dapat menggunakan metode, formulir dan alat yang
berbeda. Misalnya serah terima dari IGD ke ruang rawat inap dapat berbeda
dengan serah terima dari kamar operasi ke unit intensif;
2) Antara unit perawatan yang berbeda di dalam rumah sakit (misalnya saat pasien
dipindahkan dari ruang perawatan intensif ke ruang perawatan atau dari instalasi
gawat darurat ke ruang operasi); dan
3) Dari ruang perawatan pasien ke unit layanan diagnostik seperti radiologi atau
fisioterapi.
Formulir serah terima antara PPA, tidak perlu dimasukkan ke dalam rekam
medis. Namun demikian, rumah sakit harus memastikan bahwa proses serah terima
telah dilakukan. misalnya PPA mencatat serah terima telah dilakukan dan kepada
siapa tanggung jawab pelayanan diserahterimakan, kemudian dapat dibubuhkan tanda
tangan, tanggal dan waktu pencatatan).
Rumah sakit dapat menentukan pasien rawat jalan mana yang akan dilakukan
skrining risiko jatuh. Misalnya, semua pasien di unit rehabilitasi medis, semua
pasien dalam perawatan lama/tirah baring lama datang dengan ambulans untuk
pemeriksaan rawat jalan, pasien yang dijadwalkan untuk operasi rawat jalan dengan
tindakan anestesi atau sedasi, pasien dengan gangguan keseimbangan, pasien dengan
gangguan penglihatan, pasien anak di bawah usia 2 (dua) tahun, dan seterusnya.
Untuk semua pasien rawat inap baik dewasa maupun anak harus dilakukan
pengkajian risiko jatuh menggunakan metode pengkajian yang baku sesuai ketentuan
rumah sakit. Kriteria risiko jatuh dan intervensi yang dilakukan harus didokumentasikan
dalam rekam medis pasien. Pasien yang sebelumnya risiko rendah jatuh dapat meningkat
risikonya secara mendadak menjadi risiko tinggi jatuh. Perubahan risiko ini dapat
diakibatkan, namun tidak terbatas pada
b. Analisis
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul. Langkah penerapan:
1) Untuk Rumah Sakit:
a) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
b) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria pelaksanaan
Analisis Akar Masalah (root cause analysis/RCA) yang mencakup insiden
yang terjadi dan minimum satu kali per tahun melakukan Failure Modes and
Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.
2) Untuk Unit/Tim:
a) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden.
b) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa
depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengambarkan diagram sebab akibat
atau “diagram tulang ikan” (fish-bone). Diagram tulang ikan adalah alat untuk
mengambarkan penyebab-penyebab suatu masalah secara rinci. Diagram tersebut
memfasilitasi proses identifikasi masalah sebagai langkah awal untuk menentukan focus
perbaikan, mengembangkan ide pengumpulan data, mengenali penyebab terjadinya
masalah dan menganalisa masalah tersebut. Diagram tulang ikan.
People
c. Solusi
Sembilan Solusi Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
WHO Collaborating Centre for Patient Safety, dimotori oleh Joint Commission
International, Suatu badan akreditasi dari Amerika Serikat, mulai tahun 2005
mengumpulkan pakar keselamatan pasien dari lebih 100 Negara, dengan kegiatan
mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien, dan mencari
solusi berupa sistem atau intervensi sehingga mampu mencegah atau mengurangi cedera
pasien dan meningkatkan keselamatan pasien. Pada tgl 2 Mei 2007 WHO Colaborating
Centre for Patient Safety resmi menerbitkan panduan “Nine Life-Saving Patient Safety
Solutions” (“Sembilan Solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit”).
Sembilan topik yang diberikan solusinya adalah sbb:
a) Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (LookAlike, Sound-Alike
Medication Names)
b) Pastikan Identifikasi pasien
c) Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien
d) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
e) Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
f) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
g) Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)
h) Gunakan alat injeksi sekali pakai
i) Tingkatkan kebersihan tangan (Hand hygiene) untuk pencegahan infeksi
nosokomial
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera di
rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang
merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya .
Kegiatan standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :
a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metoda – metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Pedoman Keselamatan Pasien Rumah Sakit Haji Kamino 26
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Uraian tujuh kegiatan standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :
Standar I. Hak Pasien
Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria :
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan
benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria:
1) Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi
staf baru yang memuat topik keselamatan pasien
Pedoman Keselamatan Pasiensesuai dengan
Rumah Sakit tugasnya masing-
Haji Kamino 29
masing.
2) Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
3) Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan kolaboratif dalam
rangka melayani pasien
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien
Standar:
Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal. Transmisi data dan
informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
1) Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang halhal terkait dengan keselamatan
pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada
a. Rumah sakit , dalam hal ini seluruh unit, wajib melakukan pencatatan dan pelaporan
insiden yang meliputi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera
(KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) , Kejadian Potensial Cedera (KPC) dan
Kejadian Sentinel.
b. Pencatatan dan pelaporan insiden Keselamatan Pasien (IKP) mengacu pada pedoman
yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit .
c. Seluruh unit rumah sakit melaporkan hasil pencatatan tersebut kepada Komite Mutu
Rumah Sakit setiap bulan
e. Komite Mutu rumah sakit melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan
membuat laporan kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit secara berkala.
13. PENUTUP
Program PMKP merupakan kegiatan Peningkatan Mutu yang berjalan secara
berkesinambungan dan berkelanjutan. Buku Pedoman PMKP akan di review secara
berkala, paling lambat 3 tahun sekali.
Demikian buku Pedoman Keselamatan pasien dari Rumah Sakit Haji Kamino,
semoga dapat menjadi pegangan bagi seluruh staf Rumah Sakit Haji Kamino untuk
mewujudkan keselamatan baik bagi pasien, keluarga pasien, tenaga medis dan
paramedis, lingkungan serta setiap pihak yang berinteraksi di Rumah Sakit Haji
Kamino. Semoga usaha Rumah Sakit Haji Kamino ini dinilai ibadah di sisi Allah SWT.
Lampiran 1
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)
I. DATA PASIEN
NAMA :
No MR :
Umur : Ruangan :
0-1 bulan
> 1 tahun -5 tahun
> 15 tahun-30 tahun
> 65 tahun
> 1 bulan- 1 tahun
> 5 tahun -15 tahun
> 30 tahun-65 tahun
Jenis Kelamin :
Penanggung Biaya Pasien :
Pribadi
Askes Pemerintah
JAMKESMAS
Asuransi Swasta
Perusahaan
Tanggal Masuk RS :
2. Insiden :
3. Kronologis Insiden :
4. Jenis Insiden :
Kejadian Nyaris Cedera ( KNC )
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
Kejadian Potensial Cedera ( KPC )
Kejadian Tidak Cedera ( KTC )
Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian
(Tempat pasien berada)
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di unit kerja lain ?
Ya
Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini
Kapan ? dan langkah / tindakan yang telah diambil pada Unit kerja tersebut untuk
mencegah terulangnya kejadian yang
Pedoman sama Pasien
Keselamatan ? Rumah Sakit Haji Kamino 33
Pembuat Laporan Penerima Laporan
Paraf Paraf
Tgl Lapor Tgl Terima
Formulir 2
Rumah Sakit………………….
I . DATA PASIEN
Nama : ..................................................................................................
.............
No MR : ............................................ Ruangan :
.................................................
2. Insiden :
......................................................................................................................
3. Kronologis Insiden :
........................................................................................................................
..................
........................................................................................................................
..................
........................................................................................................................
..................
4. Jenis Insiden* :
□ Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
□ Kejadian Tidak Cedera/KTC (No Harm)
□ Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian............................................................................................................(sebutkan)
(Tempat pasien berada)
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
□ Ya □ Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja tersebut untuk
mencegah terulangnya kejadian yang sama?
....................................................................................................................
.................
....................................................................................................................
.................
....................................................................................................................
.................
Rumah Sakit………………….
2. KPC :
...................................................................................................
.........................
...................................................................................................
.........................
...................................................................................................
.........................
Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien.
Laporan bersifat anonim, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan
rincian kejadian, analisa penyebab dan rekomendasi.
Untuk mengisi laporan ini sebaiknya dibaca Pedoman Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP), bila ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan
pemahaman yang ada.
Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan
lengkap.
Jangan dikosongkan agar data dapat dianalisa.
Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Nasional Keselamatan Pasien
(KNKP).
Tipe Insiden :
.....................................................................................................
Sub Tipe Insiden :
..............................................................................................