PUSKESMAS SUMBERBERAS
Kami sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak atas
sumbangan pikirannya sehingga tersusunlah Panduan Manajemen Risiko Klinis ini.
Semoga panduan ini akan bermanfaat dan TuhanYang Maha Esa akan selalu
melimpahkan hidayahNya. Penyusunan panduan ini dirasakan masih belum
sempurna sehubungan dengan adanya keterbatasan. Saran yang membangun
sangatlah diharapkan demi penyempurnaan di masa yang akan datang.
Kepala Puskesmas
H. SUDARMAWAN, SKM
Penata Tk I / III d
0
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………….…………………………………………. 1
BAB II. RUANG LINGKUP
A. MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN………………………….….….. 5
B. MANAJEMEN RESIKO LAYANAN KLINIS………………………….…. 5
C. MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM………………… 6
BAB III. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO
A. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN…………….. 8
B. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO PELAYANAN KLINIS…...... 11
C. MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM………………... 14
REFRENSI…………………………………………………………………………….. 21
FORMULIR FMEA…………………………..……….……………..……….……….. 20
FORMULIR LAPORAN INSIDEN KTD, KNC, KTC DAN KEJADIAN
……. 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sarana pelayanan kesehatan Puskesmas termasuk ke dalam kriteria tempat
kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak
kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas,
tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas. Sehingga sudah
seharusnya Puskesmas menerapkan Manajemen Resiko.
Manajemen resiko adalah sebuah proses formal untuk mengidentifikasi,
menganalisa dan merespon sebuah resiko secara sistemik, sepanjang jalannya
pekerjaan, untuk mendapatkan tingkatan tertinggi atau yang bisa diterima dalam hal
mengeliminasi resiko dan control resiko. Manajemen resiko adalah upaya
menanggulangi semua resiko yang mungkin terjadi di sebuah instansi, diperlukan
sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen resiko. Manajemen resiko
merupakan metode penanganan sistematis formal dimana dikonsentrasikan pada
mengidentifikasikan dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki
kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan. Resiko adalah hal yang tidak akan
pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan/aktifitas yang dilakukan manusia.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan
puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan puskesmas yaitu
: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan puskesmas yang bias berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan puskesmas yang
terkait dengan kelangsungan hidup puskesmas. Kelima aspek keselamatan
puskesmas tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap puskesmas yang
harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
Resiko dapat dikelompokan dalam beberapa karakteristik, yaitu :
1. Resiko berdasarkan sifat
1.1 Resiko spekulatif yaitu resiko yang memang sengaja diadakan agar di
lain pihak dapat diharapkan hal-hal yang menguntungkan. Contoh : penjualan
produk.
1.2 Resiko murni yaitu resiko yang tidak disengaja yang jika terjadi dapat
menimbulkan kerugian secara tiba-tiba. Contoh resiko kebakaran.
1
2. Resiko berdasarkan asal timbulnya
2.1 Resiko internal yaitu resiko yang berasal dari dalam lingkungan sendiri.
Misalnya resiko kerusakan peralatan kerja karena kesalahan pengoperasian.
2.2. Resiko eksternal yaitu resiko yang berasal dari luar lingkungan sendiri.
Misalnya resiko pencurian.
Puskesmas merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks. Semakin luas
pelayanan kesehatan dan fungsi suatu puskesmas maka semakin kompleks
peralatan dan fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi segala hal tersebut
menyebabkan puskesmas mempunyai potensi yang bahaya yang sangat besar,
tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis, resiko ini juga membahayakan
pengunjung puskesmas.
Di puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan
berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin
canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi non profesi
yang memberikan pelayanan. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut
apabila tidak dikelola dengan baik berisiko menimbulkan insiden atau kejadian.
Karena itu puskesmas Sumberberas perlu melakukan pengelolaan risiko
dalam suatu manajemen risiko yang professional, komprehensif dan terintegrasi
agar insiden dapat diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.
Di puskesmas wongsorejo terdapat tiga kegiatan manajemen resiko yang
menjadi acuan sebagai dasar pencegahan terhadap resiko yang mungkin terjadi,
yaitu ;
a) Manajemen resiko lingkungan
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen
risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan di
Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.
b) Manajemen resiko klinis
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan
dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen
risiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang
menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk mencegah terjadinya
risiko tersebut. Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk
meminimalkan risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas
adalah untuk keselamatan pasien dan petugas.Penyusunan panduan manajemen
risiko layanan klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan
2
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang paling aman untuk pelanggan
Puskesmas.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Pada dasarnya dalam pelaksanaan manajemen resiko, terdapat beberapa
tahapan dalam manajemen resiko. Salah satu tahapannya adalah :
1. Identifikasi resiko
2. Menafsirkan kerugian atau resiko yang dapat terjadi
3. Menangani resiko
4. Pengimplementasian
5. Memonitor dan mengevaluasi pengimplementasiannya
Tahapan pertama dalam manajemen resiko adalah tahap identifikasi resiko.
Identifikasi resiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus
menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya resiko atau
kerugian. Proses identifikasi resiko ini mungkin adalah proses terpenting, karena
dengan proses inilah semua resiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu
pekerjaan harus diidentifikasikan. Adapun proses identifikasi harus dilakukan secara
secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada resiko yang terlewatkan atau
tidak teidentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi resiko dapat dilakukan
dengan beberapa teknik antara lain :
1. Incident investigation
2. Inspection
3. Checklist
4. Auditing
Puskesmas adalah upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan. Puskesmas merupakan salah satu tempat bagi masyarakat
untuk mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai
fasilitas dan peralatan kesehatan. Potensi bahaya di sarana pelayanan kesehatan,
selain penyakit infeksi juga ada potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan
kondisi tempat pelayanan tersebut seperti bahan kimia berbahaya, gangguan
psikososial. Semua potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan
karyawan, pasien maupun pengunjung yang ada di lingkungan Puskesmas. Sarana
pelayanan kesehatan mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan
peluang kecelakaan. Misalnya jari jemari acap kali menjadi tempat goresan kecil dan
luka, meningkatkan resiko infeksi terhadap pathogen yang ditularkan lewat darah.
Untuk itu perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin
meniadakannya, oleh karena itu manajemen resiko di tempat pelayanan kesehatan
perlu dikelola dengan baik.
4
A. MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN
Lingkup pelaksanaan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas meliputi :
- Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi lingkungan
Puskesmas
- Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien, petugas
dan lingkungan sekitar Puskesmas
- Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
- Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Penerapan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Sumberberas meliputi:
- Sarana dan prasarana bangunan Puskesmas
- Sarana prasarana fasilitas Puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan dan
toilet, dsb
- Tata ruang dan penetapan zona risiko
- Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan udara,
penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban
- Pemantauan fasilitas sanitasi Puskesmas :
1. Toilet dan Kamar Mandi,
2. Pembuangan sampah,
3. Penyediaan air minum dan air bersih,
4. Hygiene dan sanitasi makanan
5. Pengolahan limbah,
6. Pengolahan limbah medis
7. Pengelolaan linen
8. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
9. Dekontaminasi dan sterilisasi
10. Promosi hygiene dan sanitasi
5
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Sumberberas
dilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu:
1. Loket Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Ruang Umum
3. UGD
4. Ruang kesehatan Gigi dan Mulut
5. Ruang KIA/KB
6. Ruang Rawat inap
7. Ruang bersalin
8. Pelayanan gizi
9. Laboratorium
10. Apotek
Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga
dilaksanakan di jaringan pelayanan Puskesmas Sumberberas yang melaksanakan
layanan klinis seperti pemeriksaan, pengobatan dan tindakan termasuk imunisasi.
Jaringan pelayanan Puskesmas yang dimaksud meliputi: Puskesmas Pembantu
(Pustu), Polindes/Ponkesdes dan Posyandu.
6
Ketersediaan informasi yang kritis saat akan merumuskan keputusan penting,
komunikasi tepat waktu dan dapat diandalkan saat pemberian hasil pemeriksaan
yang kritis, kondisi intruksi obat saat transfer antar unit, informasi penting tidak
disertakan saat pasien dirujuk ke Rumah Sakit.
Masalah SDM
Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses-proses, labeling specimen yang
buruk, staf tidak mempunyai pengetahuan yang adekuat, untuk setiap pasien pada
saat dibutuhkan.
Hal-hal yang berhubungan dengan pasien
Identifikasi pasien yang tidak tepat, asesmen pasien yang tidak lengkap,
kegagalan memperoleh consent, pendidikan pasien yang tidak adekuat.
Kegagalan teknis
Kegagalan alat/perlengkapan, instruksi tidak adekuat, kegagalan alat tidak
teridentifikasi dengan tepat sebagai dasar cidera pasien.
Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat
Pedoman cara pelayanan dapat merupakan factor penentu terjadinya banyak
medical error. Kegagalan dalam proses pelayanan dapat ditelusuri sebabnya pada
buruknya dokumentasi, tidak adanya pencatatan atau SOP klinis yang tidak adekuat.
7
BAB III
TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO
8
Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan
peralatan, dsb
Kebersihan ruangan dan fasilitas
Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh,
paparan limbah pada lingkungan dll.
c) Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
Toilet dan Kamar Mandi,
Tersedia dalam keadaan bersih
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan
Tidak terdapat perindukan nyamuk
Pembuangan sampah,
Tersedia fasilitas tempat sampah organik dan non organik di
setiap ruangan
Tempat sampah tertutup
Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong
warna hitam. Sampah medis ditampung dalam kantong warna
kuning.
Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah
sementara
Penyediaan air minum dan air bersih.
Tersedia air bersih
Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
Hygiene dan sanitasi makanan
Kebersihan peralatan makan di Puskesmas.
Pengolahan limbah
Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
Pengolahan limbah medis
Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis
dengan kantong warna kuning
Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan
sementara untuk dikirim ke tepat pemusnahan
Pengelolaan linen
Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
Linen / kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
Linen / kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat
pencucian
9
Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan
tikus
Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang
pengganggu
Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
Dekontaminasi dan sterilisasi
Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses
dekontaminasi dan sterilisasi
Proses dekontaminasi dan sterilisasi dilaksanakan segera
setelah proses pelayanan,
Promosi hygiene dan sanitasi
Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan,
membuang sampah, kebersihan kamar mandi dan cara mencuci
tangan, etika batuk.
d) Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh
petugas sanitasi
10
Pasien tidak paham aturan/alur
pelayanan
2 Pengobatan umum Kesalahan identifikasi pasien/salah
orang
Kesalahan pemberian terapi
Kegagalan penulisan resep
Pasien infeksi tidak memakai APD
Pasien jatuh
3 Unit gawat darurat Salah identifikasi
Salah pemberian obat
Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
Pencemaran sampah medis
Tidak ada label unit rawan
Pasien jatuh
4 Kesehatan Gigi dan Kesalahan identifikasi pasien
Mulut Insiden tertusuk jarum dan alat gigi
Petugas tidak memakai APD
5 KIA dan KB Kesalahan identifikasi pasien
Insiden tertusuk jarum bekas pakai
Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
6 Laboratorium Kegagalan pengambilan sampel
sehingga menimbulkan perlukaan
Kesalahan pengambilan sampel
Tidak memakai APD
Salah pemeriksaan dengan permintaan
Pencemaran sampah medis
Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan
laboratorium
Pasien jatuh
7 Rawat Inap Kesalahan pemberian obat
Monitoring pengobatan atau tindakan
yang kurang baik
Insiden tertusuk jarum bekas pakai
Limbah medis berceceran
Tempat tidur tidak terpasang
pengaman
11
Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
8 Kamar Bersalin Kesalahan identifikasi pasien/salah
orang
Kesalahan pemberian obat
Insiden tertusuk jarum bekas pakai
Petugas tidak memakai APD
9 Farmasi dan Kesalahan identifikasi pasien
penyimpanan obat Kesalahan pemberian label obat lasa
Kesalahan edukasi cara
minum/pemakaian obat
Pasien infeksi tidak memakai APD
Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi manajemen
risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.
2. Analisis risiko ( Risk Assessment )
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko
(severity assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
untuk proses risiko tinggi atau sering terjadi minimum satu kali pertahun.
3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan
risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan
Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah
memerlukan tindakan perbaikan (treatment) ataukah tidak.
4. FMEA
Langkah-langkah:
1. Melakukan identifikasi failure mode yang akan terjadi.
2. Mengidentifikasi akibat jika terjadi failure mode jika terjadi failure mode
tersebut.
3. Mengidentifikasi penyebab dari failure mode dari tiap tiap failure mode.
4. Lakukan perhitungan RPN
N Failur Penyeba Akiba O S D RPN Solu Indikato
o e b t (occurrenc (severit (detectabilit (OxSx si r untuk
mode e) y) y) D) validasi
s
12
2
Keterangan:
- Rentang nilai Occurence mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi
dan 10= sangat sering terjadi
- Rentang nilai Severity mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan
10=sangat gawat
- Rentang nilai Detectability mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan
10=sangat sulit di deteksi
5. Urutkan failure mode mulai yang paling tinggi dengan teknik Pareto.
6. Tentukan batas / treshold.
7. Diskusikan mengenai rencana tindak lanjut yang akan dilakukan.
8. Pelaksanaan dan evaluasi.
5. Tindakan atau perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan.Setiap
tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas Puskesmas lainnya.
6. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko klinis didokumentasikan dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.
C. MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM
Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan :
1. Identifikasi risiko
Masing-masing program Puskesmas menyusun daftar risiko yang berpotensi
membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan dari:
• Hasil temuan pada audit internal
• Keluhan kader atau jaringannya
• Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di tempat
pelayanan program maupun aksesnya.
Contoh risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:
NO PROGRAM RISIKO
1 Posyandu Balita Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
Kesalahan cara pemberian imunisasi
Kesalahan jenis imunisasi
Kesalahan dosis vaksin
Insiden kegagalan pemberian imunisasi
13
Insiden efek samping imunisasi
Ceceran limbah medis
Insiden petugas tertusuk jarum
Insiden balita terluka pada proses
penimbangan menggunakan dacin
Kesalahan cara penimbangan
Kesalahan pencatatan hasil pengukuran
dan pemeriksaan
2 Posyandu Lansia Kesalahan identifikasi
Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
Insiden perlukaan karena penggunaan alat
periksa
Kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium
Insiden perlukaan karena pemeriksaan
laboratorium
Insiden tertusuk jarum
Insiden kontak dengan cairan tubuh
penderita
Tidak menggunakan APD
Kesalahan pemberian obat
Kesalahan dosis obat
2. Analisis risiko
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko
(severity assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
untuk proses risiko tinggi atau sering terjadi minimum satu kali pertahun.
3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan
risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan
Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah
memerlukan tindakan perbaikan (treatment) ataukah tidak.
4. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan. Setiap
tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas Puskesmas lainnya
14
5. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko program didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
15
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
1. Identifikasi risiko
Identifikasi resiko dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai dengan
jenis-jenis insiden keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan dalam table
berikut :
Error Kategori Hasil
No Error A Kejadian atau yang
berpotensi untuk
terjadinya
kesalahan (KPC)
Error, No Harm B Terjadi kesalahan tetapi
belum mencapai pasien
(KNC)
C Terjadi kesalahan dan
sudah terjadi tetapi tidak
menimbulkan cidera
(KTC)
D Terjadi kesalahan
sehingga monitoring
ketat harus dilakukan
tetapi tidak
membahayakan pasien
(KTC)
Error Harm E Terjadi kesalahan
sehingga evaluasi dan
intervensi lanjut diperlukan
dan kesalahan ini
memberikan efek yang
buruk yang sifatnya
sementara (KTD)
F Terjadi kesalahan dan
mengakibatkan pasien
harus dirawat lebih lama di
Puskesmas serta
memberikan efek buruk
yang sifatnya sementara
(KTD)
16
G Terjadi kesalahan yang
mengakibatkan efek
buruk yang bersifat
permanen (KTD)
H Terjadi kesalahan dan
hampir merenggut nyawa
pasien (KTD)
Error Death I Terjadi kesalahan dan
pasien meninggal dunia
(Sentinel)
2. Analisa risiko
Risiko yang telah teridentifikasi kemudian dianalisis oleh Tim Mutu. Analisis
risiko dilakukan dengan cara menilai dampak klinis /konsekuensi/severity dari risiko
17
berhubungan dengan
penyakit
5 Katastropik Kematian yang tidak
berhubungan dengan
penyakit
18
MATRIKS GRADING RISIKO
PROBABILITAS TIDAK MINOR MODERAT MAYOR KATASTROPIK
/FREKUENSI SIGNIFIKA
N
Sangat sering MODERAT MODERAT TINGGI EKSTRIM EKSTRIM
terjadi (Tiap
minggu/bulan)
5
Sering terjadi MODERAT MODERAT TINGGI EKSTRIM EKSTRIM
(beberapa kali
pertahun)
4
Mungkin terjadi RENDAH MODERAT TINGGI EKSTRIM EKSTRIM
(1-2 tahun
sekali)
3
Jarang terjadi RENDAH RENDAH MODERAT TINGGI EKSTRIM
(2-5 tahun
sekali)
2
Sangat jarang RENDAH RENDAH MODERAT TINGGI EKSTRIM
terjadi (>5 tahun
sekali)
1
19
FORMULIR FMEA
Unit Kerja :
Tim FMEA
1. Ketua :
2. Anggota :
3. Notulen :
2.
3.
2 Titik potong
20
2
Failure
No Sebab Akibat O S D RPN keterangan
Modes
21
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SUMBERBERAS
Jln. Raya Sidomulyo No. 381 Telp. 0333 593618
E-mail : sumberberaspkm@yahoo.co.id
MUNCAR 68472
No MR :........................................Ruangan......................
2. Insiden :.............................................................................
3. Kronologis Insiden :
22
..............................................................................................................
..
..............................................................................................................
..
..............................................................................................................
..
..............................................................................................................
..
..............................................................................................................
.
..............................................................................................................
.
..............................................................................................................
..............................................................................................................
4. Jenis Insiden :
Kejadian nyaris cedera / KNC ( Near miss )
Kejadian tidak cedera / KTC ( No Harm )
Kejadian tidak diharapkan / KTD ( Adverse Event )/ kejadian sentinel
( sentinel Event )
23
THT
Mata
Saraf
Anestesi
Kulit dan Kelamin
Jantung
Paru
Jiwa
Lain – lain :...............................................................(sebutkan)
10. Akibat insiden Terhadap pasien :
Kematian
Cedera Irreversibel / Cedera Berat
Cedera Reversibel / Cedera Sedang
Cedera Ringan
Tidak ada cedera
11. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
Unit kerja penyebab..............................................................
(sebutkan)
24
BIRU HIJAU KUNING MERAH
PROBABILITAS 1
HUN/3 KALI)
25
26
27