Anda di halaman 1dari 30

PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO

PUSKESMAS SUMBERBERAS

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SUMBERBERAS
KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya


perlu diperhatikan, salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai peranan yang
cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Agar
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan,
maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya tersedia dan
berkesinambungan, dapat diterima dan wajar,mudah dicapai, mudah dijangkau dan
bermutu.

Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha


Esa,Puskesmas Sumberberas telah menyusun Panduan Manajemen Risiko Klinis ini
sebagai panduan dalam melaksanakan upaya menanggulangi semua resiko yang
mungkin terjadi di Puskesmas Sumberberas.

Kami sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak atas
sumbangan pikirannya sehingga tersusunlah Panduan Manajemen Risiko Klinis ini.
Semoga panduan ini akan bermanfaat dan TuhanYang Maha Esa akan selalu
melimpahkan hidayahNya. Penyusunan panduan ini dirasakan masih belum
sempurna sehubungan dengan adanya keterbatasan. Saran yang membangun
sangatlah diharapkan demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Kepala Puskesmas

H. SUDARMAWAN, SKM

Penata Tk I / III d

NIP 19690524 199103 1 008

0
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………...... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………….…………………………………………. 1
BAB II. RUANG LINGKUP
A. MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN………………………….….….. 5
B. MANAJEMEN RESIKO LAYANAN KLINIS………………………….…. 5
C. MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM………………… 6
BAB III. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO
A. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN…………….. 8
B. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO PELAYANAN KLINIS…...... 11
C. MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM………………... 14
REFRENSI…………………………………………………………………………….. 21
FORMULIR FMEA…………………………..……….……………..……….……….. 20
FORMULIR LAPORAN INSIDEN KTD, KNC, KTC DAN KEJADIAN
……. 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sarana pelayanan kesehatan Puskesmas termasuk ke dalam kriteria tempat
kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak
kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas,
tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas. Sehingga sudah
seharusnya Puskesmas menerapkan Manajemen Resiko.
Manajemen resiko adalah sebuah proses formal untuk mengidentifikasi,
menganalisa dan merespon sebuah resiko secara sistemik, sepanjang jalannya
pekerjaan, untuk mendapatkan tingkatan tertinggi atau yang bisa diterima dalam hal
mengeliminasi resiko dan control resiko. Manajemen resiko adalah upaya
menanggulangi semua resiko yang mungkin terjadi di sebuah instansi, diperlukan
sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen resiko. Manajemen resiko
merupakan metode penanganan sistematis formal dimana dikonsentrasikan pada
mengidentifikasikan dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki
kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan. Resiko adalah hal yang tidak akan
pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan/aktifitas yang dilakukan manusia.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan
puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan puskesmas yaitu
: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan puskesmas yang bias berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan puskesmas yang
terkait dengan kelangsungan hidup puskesmas. Kelima aspek keselamatan
puskesmas tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap puskesmas yang
harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
Resiko dapat dikelompokan dalam beberapa karakteristik, yaitu :
1. Resiko berdasarkan sifat
1.1 Resiko spekulatif yaitu resiko yang memang sengaja diadakan agar di
lain pihak dapat diharapkan hal-hal yang menguntungkan. Contoh : penjualan
produk.
1.2 Resiko murni yaitu resiko yang tidak disengaja yang jika terjadi dapat
menimbulkan kerugian secara tiba-tiba. Contoh resiko kebakaran.

1
2. Resiko berdasarkan asal timbulnya
2.1 Resiko internal yaitu resiko yang berasal dari dalam lingkungan sendiri.
Misalnya resiko kerusakan peralatan kerja karena kesalahan pengoperasian.
2.2. Resiko eksternal yaitu resiko yang berasal dari luar lingkungan sendiri.
Misalnya resiko pencurian.

Puskesmas merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks. Semakin luas
pelayanan kesehatan dan fungsi suatu puskesmas maka semakin kompleks
peralatan dan fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi segala hal tersebut
menyebabkan puskesmas mempunyai potensi yang bahaya yang sangat besar,
tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis, resiko ini juga membahayakan
pengunjung puskesmas.
Di puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan
berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin
canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi non profesi
yang memberikan pelayanan. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut
apabila tidak dikelola dengan baik berisiko menimbulkan insiden atau kejadian.
Karena itu puskesmas Sumberberas perlu melakukan pengelolaan risiko
dalam suatu manajemen risiko yang professional, komprehensif dan terintegrasi
agar insiden dapat diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.
Di puskesmas wongsorejo terdapat tiga kegiatan manajemen resiko yang
menjadi acuan sebagai dasar pencegahan terhadap resiko yang mungkin terjadi,
yaitu ;
a) Manajemen resiko lingkungan
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen
risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan di
Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.
b) Manajemen resiko klinis
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan
dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen
risiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang
menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk mencegah terjadinya
risiko tersebut. Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk
meminimalkan risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas
adalah untuk keselamatan pasien dan petugas.Penyusunan panduan manajemen
risiko layanan klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan

2
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang paling aman untuk pelanggan
Puskesmas.

c) Manajemen resiko pelaksanaan program


Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan upaya
untuk mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau risiko atas
pelaksanaan program Puskesmas.

3
BAB II
RUANG LINGKUP
Pada dasarnya dalam pelaksanaan manajemen resiko, terdapat beberapa
tahapan dalam manajemen resiko. Salah satu tahapannya adalah :
1. Identifikasi resiko
2. Menafsirkan kerugian atau resiko yang dapat terjadi
3. Menangani resiko
4. Pengimplementasian
5. Memonitor dan mengevaluasi pengimplementasiannya
Tahapan pertama dalam manajemen resiko adalah tahap identifikasi resiko.
Identifikasi resiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus
menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya resiko atau
kerugian. Proses identifikasi resiko ini mungkin adalah proses terpenting, karena
dengan proses inilah semua resiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu
pekerjaan harus diidentifikasikan. Adapun proses identifikasi harus dilakukan secara
secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada resiko yang terlewatkan atau
tidak teidentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi resiko dapat dilakukan
dengan beberapa teknik antara lain :
1. Incident investigation
2. Inspection
3. Checklist
4. Auditing
Puskesmas adalah upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan. Puskesmas merupakan salah satu tempat bagi masyarakat
untuk mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai
fasilitas dan peralatan kesehatan. Potensi bahaya di sarana pelayanan kesehatan,
selain penyakit infeksi juga ada potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan
kondisi tempat pelayanan tersebut seperti bahan kimia berbahaya, gangguan
psikososial. Semua potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan
karyawan, pasien maupun pengunjung yang ada di lingkungan Puskesmas. Sarana
pelayanan kesehatan mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan
peluang kecelakaan. Misalnya jari jemari acap kali menjadi tempat goresan kecil dan
luka, meningkatkan resiko infeksi terhadap pathogen yang ditularkan lewat darah.
Untuk itu perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin
meniadakannya, oleh karena itu manajemen resiko di tempat pelayanan kesehatan
perlu dikelola dengan baik.

4
A. MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN
Lingkup pelaksanaan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas meliputi :
- Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi lingkungan
Puskesmas
- Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien, petugas
dan lingkungan sekitar Puskesmas
- Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
- Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Penerapan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Sumberberas meliputi:
- Sarana dan prasarana bangunan Puskesmas
- Sarana prasarana fasilitas Puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan dan
toilet, dsb
- Tata ruang dan penetapan zona risiko
- Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan udara,
penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban
- Pemantauan fasilitas sanitasi Puskesmas :
1. Toilet dan Kamar Mandi,
2. Pembuangan sampah,
3. Penyediaan air minum dan air bersih,
4. Hygiene dan sanitasi makanan
5. Pengolahan limbah,
6. Pengolahan limbah medis
7. Pengelolaan linen
8. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
9. Dekontaminasi dan sterilisasi
10. Promosi hygiene dan sanitasi

B. MANAJEMEN RESIKO LAYANAN KLINIS


Manajemen risiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk mencegah
kejadian yang membahayakan (preventing harm) dan prosedur untuk meminimalkan
risiko (patient safety).
Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas
Sumberberas meliputi:
1. Risiko yang berhubungan dengan pasien/pengunjung Puskesmas
2. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Risiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainnya
4. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan properti
Puskesmas lainnya

5
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Sumberberas
dilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu:
1. Loket Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Ruang Umum
3. UGD
4. Ruang kesehatan Gigi dan Mulut
5. Ruang KIA/KB
6. Ruang Rawat inap
7. Ruang bersalin
8. Pelayanan gizi
9. Laboratorium
10. Apotek
Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga
dilaksanakan di jaringan pelayanan Puskesmas Sumberberas yang melaksanakan
layanan klinis seperti pemeriksaan, pengobatan dan tindakan termasuk imunisasi.
Jaringan pelayanan Puskesmas yang dimaksud meliputi: Puskesmas Pembantu
(Pustu), Polindes/Ponkesdes dan Posyandu.

C. MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM


Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas meliputi risiko :
 Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
 Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
 Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada
pelaksanaan kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia.

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)


Merupakan kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada
pasien karena suatu tindakan atau karena tidak bertindak dan bukan karena
underlying disease atau kondisi pasien. Masalah KTD bisa terjadi dikarenakan :
 Masalah komunikasi
Penyebab yang paling umum terjadi medical error. Kegagalan komunikasi :
verbal/ tertulis, miskomunikasi antar staf, antar shift, informasi yang tidak di
dokumentasikan dengan baik/hilang, masalahmasalah komunikasi, antar tim layanan
dengan pekerja non klinis, dan antara staf dengan pasien.

 Arus informasi yang tidak adekuat

6
Ketersediaan informasi yang kritis saat akan merumuskan keputusan penting,
komunikasi tepat waktu dan dapat diandalkan saat pemberian hasil pemeriksaan
yang kritis, kondisi intruksi obat saat transfer antar unit, informasi penting tidak
disertakan saat pasien dirujuk ke Rumah Sakit.
 Masalah SDM
Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses-proses, labeling specimen yang
buruk, staf tidak mempunyai pengetahuan yang adekuat, untuk setiap pasien pada
saat dibutuhkan.
 Hal-hal yang berhubungan dengan pasien
Identifikasi pasien yang tidak tepat, asesmen pasien yang tidak lengkap,
kegagalan memperoleh consent, pendidikan pasien yang tidak adekuat.
 Kegagalan teknis
Kegagalan alat/perlengkapan, instruksi tidak adekuat, kegagalan alat tidak
teridentifikasi dengan tepat sebagai dasar cidera pasien.
 Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat
Pedoman cara pelayanan dapat merupakan factor penentu terjadinya banyak
medical error. Kegagalan dalam proses pelayanan dapat ditelusuri sebabnya pada
buruknya dokumentasi, tidak adanya pencatatan atau SOP klinis yang tidak adekuat.

KEJADIAN NYARIS CEDERA, KEJADIAN TIDAK CEDERA DAN KEJADIAN


POTENSIAL CEDERA

Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum


sampai terpapar ke pasien.
Kejadian tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terjadi ke pasien tapi
tidak timbul cedera.
Kejadian Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang berpotensi
untuk merambulkan cedera tetapi tidak timbul cedera.
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah suatu kejadian yang mengakibatkn
cidera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau
karena tidak mengambil tindakan (omission) yang seharusnya diambil dan bukan
karena underliying disease atau kondisi pasien.

7
BAB III
TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO

A. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN


Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Sumberberas diterapkan pada
seluruh kegiatan yang menimbulkan dampak risiko terhadap lingkungan yaitu:
1. Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas
2. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu, Ponkesdes dan Posyandu
3. Kegiatan pasien/pengujung Puskesmas
4. Kegiatan karyawan/ staf Puskesmas
Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan
a) Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas
 Bangunan Puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat,
atap tidak bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata
serta menggunakan bahan bangunan yang tidak membahayakan
 Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan
cukup, seluruh ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
 Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi
dan pintu darurat jika terjadi kecelakaan
 Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan
jumlah karyawan dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap penambahan
20 karyawan harus ditambah I toilet dan 1 kamar mandi.
 Tata ruang
o Zona ruang dengan
 Risiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, Ruang
Kepala Puskesmas, Ruang pertemuan, ruang penyimpanan
rekam medis bersatu dengan loket (unit pendaftaran), ruang
penyimpanan obat dan Musholla
 Risiko sedang : meliputi ruang pemeriksaan rawat jalan
 Risiko tinggi : Laboratorium, UGD dan tempat
penampungan limbah/sampah medis.
Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan
b) Identifikasi risiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara lain:
1. Sarana
 Kerusakan bangunan atau sarana prasarana
 Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah
medis tidak tersedia, toilet rusak, dll

8
 Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan
peralatan, dsb
 Kebersihan ruangan dan fasilitas
 Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh,
paparan limbah pada lingkungan dll.
c) Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
 Toilet dan Kamar Mandi,
 Tersedia dalam keadaan bersih
 Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
 Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan
 Tidak terdapat perindukan nyamuk
 Pembuangan sampah,
 Tersedia fasilitas tempat sampah organik dan non organik di
setiap ruangan
 Tempat sampah tertutup
 Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong
warna hitam. Sampah medis ditampung dalam kantong warna
kuning.
 Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah
sementara
 Penyediaan air minum dan air bersih.
 Tersedia air bersih
 Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
 Hygiene dan sanitasi makanan
 Kebersihan peralatan makan di Puskesmas.
 Pengolahan limbah
 Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
 Pengolahan limbah medis
 Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
 Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis
dengan kantong warna kuning
 Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan
sementara untuk dikirim ke tepat pemusnahan
 Pengelolaan linen
 Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
 Linen / kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
 Linen / kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat
pencucian

9
 Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
 Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan
tikus
 Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang
pengganggu
 Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
 Dekontaminasi dan sterilisasi
 Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses
dekontaminasi dan sterilisasi
 Proses dekontaminasi dan sterilisasi dilaksanakan segera
setelah proses pelayanan,
 Promosi hygiene dan sanitasi
 Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan,
membuang sampah, kebersihan kamar mandi dan cara mencuci
tangan, etika batuk.
d) Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh
petugas sanitasi

B. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO PELAYANAN KLINIS


Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan:
1. Identifikasi risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun daftar
risiko yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan
dari:
 Hasil temuan pada audit internal
 Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
 Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit
pelayanan tersebut.
Contoh daftar risiko pada layanan klinis di Puskesmas Sumberberas :

No Unit layanan Risiko klinis


1 Loket dan rekam medis Kesalahan pemberian identitas rekam
medis
Kesalahan pengambilan rekam medis
Kesalahan tujuan
pemeriksaan/pengobatan
Pasien menular tidak memakai APD

10
Pasien tidak paham aturan/alur
pelayanan
2 Pengobatan umum Kesalahan identifikasi pasien/salah
orang
Kesalahan pemberian terapi
Kegagalan penulisan resep
Pasien infeksi tidak memakai APD
Pasien jatuh
3 Unit gawat darurat Salah identifikasi
Salah pemberian obat
Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
Pencemaran sampah medis
Tidak ada label unit rawan
Pasien jatuh
4 Kesehatan Gigi dan Kesalahan identifikasi pasien
Mulut Insiden tertusuk jarum dan alat gigi
Petugas tidak memakai APD
5 KIA dan KB Kesalahan identifikasi pasien
Insiden tertusuk jarum bekas pakai
Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
6 Laboratorium Kegagalan pengambilan sampel
sehingga menimbulkan perlukaan
Kesalahan pengambilan sampel
Tidak memakai APD
Salah pemeriksaan dengan permintaan
Pencemaran sampah medis
Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan
laboratorium
Pasien jatuh
7 Rawat Inap Kesalahan pemberian obat
Monitoring pengobatan atau tindakan
yang kurang baik
Insiden tertusuk jarum bekas pakai
Limbah medis berceceran
Tempat tidur tidak terpasang
pengaman

11
Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
8 Kamar Bersalin Kesalahan identifikasi pasien/salah
orang
Kesalahan pemberian obat
Insiden tertusuk jarum bekas pakai
Petugas tidak memakai APD
9 Farmasi dan Kesalahan identifikasi pasien
penyimpanan obat Kesalahan pemberian label obat lasa
Kesalahan edukasi cara
minum/pemakaian obat
Pasien infeksi tidak memakai APD

Kesalahan penulisan label


10 Pelayanan Gizi Kesalahan pemberian diet makanan

Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi manajemen
risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.
2. Analisis risiko ( Risk Assessment )
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko
(severity assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
untuk proses risiko tinggi atau sering terjadi minimum satu kali pertahun.
3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan
risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan
Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah
memerlukan tindakan perbaikan (treatment) ataukah tidak.
4. FMEA
Langkah-langkah:
1. Melakukan identifikasi failure mode yang akan terjadi.
2. Mengidentifikasi akibat jika terjadi failure mode jika terjadi failure mode
tersebut.
3. Mengidentifikasi penyebab dari failure mode dari tiap tiap failure mode.
4. Lakukan perhitungan RPN
N Failur Penyeba Akiba O S D RPN Solu Indikato
o e b t (occurrenc (severit (detectabilit (OxSx si r untuk
mode e) y) y) D) validasi
s

12
2

Keterangan:
- Rentang nilai Occurence mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi
dan 10= sangat sering terjadi
- Rentang nilai Severity mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan
10=sangat gawat
- Rentang nilai Detectability mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan
10=sangat sulit di deteksi
5. Urutkan failure mode mulai yang paling tinggi dengan teknik Pareto.
6. Tentukan batas / treshold.
7. Diskusikan mengenai rencana tindak lanjut yang akan dilakukan.
8. Pelaksanaan dan evaluasi.
5. Tindakan atau perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan.Setiap
tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas Puskesmas lainnya.
6. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko klinis didokumentasikan dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.
C. MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM
Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan :
1. Identifikasi risiko
Masing-masing program Puskesmas menyusun daftar risiko yang berpotensi
membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan dari:
• Hasil temuan pada audit internal
• Keluhan kader atau jaringannya
• Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di tempat
pelayanan program maupun aksesnya.
Contoh risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:

NO PROGRAM RISIKO
1 Posyandu Balita Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
Kesalahan cara pemberian imunisasi
Kesalahan jenis imunisasi
Kesalahan dosis vaksin
Insiden kegagalan pemberian imunisasi

13
Insiden efek samping imunisasi
Ceceran limbah medis
Insiden petugas tertusuk jarum
Insiden balita terluka pada proses
penimbangan menggunakan dacin
Kesalahan cara penimbangan
Kesalahan pencatatan hasil pengukuran
dan pemeriksaan
2 Posyandu Lansia Kesalahan identifikasi
Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
Insiden perlukaan karena penggunaan alat
periksa
Kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium
Insiden perlukaan karena pemeriksaan
laboratorium
Insiden tertusuk jarum
Insiden kontak dengan cairan tubuh
penderita
Tidak menggunakan APD
Kesalahan pemberian obat
Kesalahan dosis obat

2. Analisis risiko
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko
(severity assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
untuk proses risiko tinggi atau sering terjadi minimum satu kali pertahun.
3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan
risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan
Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah
memerlukan tindakan perbaikan (treatment) ataukah tidak.
4. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan. Setiap
tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas Puskesmas lainnya

14
5. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko program didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.

15
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
1. Identifikasi risiko
Identifikasi resiko dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai dengan
jenis-jenis insiden keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan dalam table
berikut :
Error Kategori Hasil
No Error A Kejadian atau yang
berpotensi untuk
terjadinya
kesalahan (KPC)
Error, No Harm B Terjadi kesalahan tetapi
belum mencapai pasien
(KNC)
C Terjadi kesalahan dan
sudah terjadi tetapi tidak
menimbulkan cidera
(KTC)
D Terjadi kesalahan
sehingga monitoring
ketat harus dilakukan
tetapi tidak
membahayakan pasien
(KTC)
Error Harm E Terjadi kesalahan
sehingga evaluasi dan
intervensi lanjut diperlukan
dan kesalahan ini
memberikan efek yang
buruk yang sifatnya
sementara (KTD)
F Terjadi kesalahan dan
mengakibatkan pasien
harus dirawat lebih lama di
Puskesmas serta
memberikan efek buruk
yang sifatnya sementara
(KTD)

16
G Terjadi kesalahan yang
mengakibatkan efek
buruk yang bersifat
permanen (KTD)
H Terjadi kesalahan dan
hampir merenggut nyawa
pasien (KTD)
Error Death I Terjadi kesalahan dan
pasien meninggal dunia
(Sentinel)

2. Analisa risiko
Risiko yang telah teridentifikasi kemudian dianalisis oleh Tim Mutu. Analisis
risiko dilakukan dengan cara menilai dampak klinis /konsekuensi/severity dari risiko

Tingkat risiko Deskripsi Dampak


1 Tidak signifikan Tidak ada cidera
2 Minor Cidera ringan misal luka
lecet
Dapat diatasi dengan
pertolongan pertama
3 Moderat Cidera sedang misal luka
robek
Berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual
(reversible),tidak
berhubungan dengan
penyakit
Setiap kasus yang
memperpanjang
perawatan
4 Mayor Cidera luas/berat misal
cacat,lumpuh
Kehilangan fungsi
motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual
(irreversible),tidak

17
berhubungan dengan
penyakit
5 Katastropik Kematian yang tidak
berhubungan dengan
penyakit

Menentukan tingkat probabilitas/frekuensi kejadian


Tingkat Risiko Deskripsi
1 Sangat jarang/ Rare (>5thn sekali)
2 Jarang/unlikely (2-5 thn sekali)
3 Mungkin/Possible (1-2 thn sekali)
4 Sering/likely (beberapa kali setahun)
5 Sangat sering/almost certain (tiap minggu atau bulan)

Menghitung skor risiko :

Skor risiko = Dampak x Probabilitas

Cara menghitung skor risiko menggunakan matriks grading risiko :


1. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
2. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan
3. Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi
dan dampak
BANDS RISIKO
Adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu :
biru,hijau,kuning dan merah. Warna brands akan menentukan investigasi yang akan
dilakukan :
Bands BIRU dan HIJAU : investigasi sederhana
Bands KUNING dan MERAH : investasi komprehensif/RCA

18
MATRIKS GRADING RISIKO
PROBABILITAS TIDAK MINOR MODERAT MAYOR KATASTROPIK
/FREKUENSI SIGNIFIKA
N
Sangat sering MODERAT MODERAT TINGGI EKSTRIM EKSTRIM
terjadi (Tiap
minggu/bulan)
5
Sering terjadi MODERAT MODERAT TINGGI EKSTRIM EKSTRIM
(beberapa kali
pertahun)
4
Mungkin terjadi RENDAH MODERAT TINGGI EKSTRIM EKSTRIM
(1-2 tahun
sekali)
3
Jarang terjadi RENDAH RENDAH MODERAT TINGGI EKSTRIM
(2-5 tahun
sekali)
2
Sangat jarang RENDAH RENDAH MODERAT TINGGI EKSTRIM
terjadi (>5 tahun
sekali)
1

3. Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut


Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan tingkat
kegawatan dan bands risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab
masalah menggunakan Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause Analysis)
kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan perbaikan (treatment)
ataukah tidak. Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu
merekomendasikan rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap
tindakan perbaikan. Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala
Puskesmas dan dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas lainnya.
4. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko di dokumentasikan dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.

19
FORMULIR FMEA

Unit Kerja :
Tim FMEA
1. Ketua :
2. Anggota :
3. Notulen :

I. Identifikasi Failure Modes


No Tahapan kegiatan pada alur Failure modes
proses

II. Perhitungan RPN


Failur
O S D RPN
N e Penyeba Akiba Rankin
(occurrenc (severit (detectabilit (OxSxD
o mode b t g RPN
e) y) y) )
s

2.

3.

III. Menentukan cut off


No Failure modes: Persentas
Failur Kumulati Keteranga
(urutkan dari RPN tertinggi ke RPN e
e F n
terendah) kumulatif
Modes

2 Titik potong

IV. Matriks FMEA


Failur
O S D RPN Indikato
N e Penyeba Akiba Solu
(occurrenc (severit (detectabilit (OxSx r untuk
o mode b t si
e) y) y) D) validasi
s

20
2

V. Monitoring dan Validasi

Failure
No Sebab Akibat O S D RPN keterangan
Modes

21
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SUMBERBERAS
Jln. Raya Sidomulyo No. 381 Telp. 0333 593618
E-mail : sumberberaspkm@yahoo.co.id
MUNCAR 68472

LAPORAN INSIDEN KNC,KTC,KTD DAN SENTINEL


I. DATA PASIEN
Nama :...........................................................................

No MR :........................................Ruangan......................

Umur : 0 – 1 bulan > 1 bulan – 1 tahun


> 1 tahun – 5 tahun > 5 tahun – 15 tahun
> 15 tahun – 30 tahun > 30 tahun – 65 tahun
> 65 tahun

Jenis Kelamin:  Laki – laki  perempuan

Penanggung biaya pasien :  pribadi  JAMKESDA


 ASKES Pemerintah  JAMKESMAS
 Asuransi Swasta...............................
(sebutkan)
 Perusahaan......................................
(sebutkan)
Tanggal Periksa /
Masuk :...................................jam.....................................

II. RINCIAN KEJADIAN

1. Tanggal dan waktu Insiden


Tanggal :...................................................jam........................................
.

2. Insiden :.............................................................................

3. Kronologis Insiden :

22
..............................................................................................................
..
..............................................................................................................
..
..............................................................................................................
..
..............................................................................................................
..
..............................................................................................................
.
..............................................................................................................
.
..............................................................................................................
..............................................................................................................
4. Jenis Insiden :
 Kejadian nyaris cedera / KNC ( Near miss )
 Kejadian tidak cedera / KTC ( No Harm )
 Kejadian tidak diharapkan / KTD ( Adverse Event )/ kejadian sentinel
( sentinel Event )

5. Orang pertama yang melaporkan Insident


 Karyawan : Dokter / perawat / petugas lainnya
 pasien
 Keluarga / pendamping pasien
 pengunjung
 Lain – lain..........................................................(sebutkan)
6. Insiden terjadi pada :
 pasien
 Lain – lain
..............................................................................(sebutkan)
Mis : Karyawan / pengunjung /pendamping /keluarga pasien
7. Insiden menyangkut pasien :
 Pasien Pemeriksaan umum
 Pasien KIA/KB
 Pasien Kesehatan GiLut
 Pasien Persalinan
 Pasien Pelayanan Gawat Darurat
 Lain-lain ............................................................(sebutkan)
8. Tempat insiden
Lokasi kejadian .....................................................(sebutkan)
(Tempat pasien berada)
9. Insiden terjadi pada pasien (sesuai kasus penyakit) :
 Anak
 Bedah
 Obstetri Ginekologi

23
 THT
 Mata
 Saraf
Anestesi
 Kulit dan Kelamin
 Jantung
 Paru
 Jiwa
 Lain – lain :...............................................................(sebutkan)
10. Akibat insiden Terhadap pasien :
 Kematian
 Cedera Irreversibel / Cedera Berat
 Cedera Reversibel / Cedera Sedang
 Cedera Ringan
 Tidak ada cedera
11. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
Unit kerja penyebab..............................................................
(sebutkan)

12. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian dan hasilnya:


...........................................................................................................
...........................................................................................................
.
...........................................................................................................
...........................................................................................................
13. Tindakan dilakukan oleh :
 Dokter
 Perawat
 Petugas lainnya...............................................................(sebutkan)
 Tim yang terdiri dari :
....................................................................................................
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain ?
 Ya  Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan insiden tersebut terjadi?
Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja tersebut
untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama ?
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................

Pembuat Laporan : ........................... Penerima Laporan : ...........................

Paraf : ........................... Paraf : ...........................


Tgl Terima : ........................... Tgl Lapor : ...........................

Grading Resiko Kejadian* (dapat diisi atasan pelapor)

24
BIRU HIJAU KUNING MERAH

NB. *= pilih satu jawaban

MATRIKS GRADING RISIKO

DAMPAK TAK MINOR 2 MODERAT MAYOR 4 KATASTROPIK


SIGNIFICANT 3 5

PROBABILITAS 1

SANGAT MODERAT MODERAT TINGGI EKSTRIM EKSTRIM


SERING(TIAP
MINGGU/BULAN)

SERING MODERAT MODERAT TINGGI EKSTRIM EKSTRIM


TERJADI(BEBERAPA
KALI/TAHUN 4)

MUNGKIN RENDAH MODERAT TINGGI EKSTRIM EKSTRIM


TERJADI(1-< 2 TA

HUN/3 KALI)

JARANG RENDAH RENDAH MODERAT TINGGI EKSTRIM


TERJADI(>2-<5
TH/KALI 2)

SANGAT JARANG RENDAH RENDAH MODERAT TINGGI EKSTRIM


TERJADI (>5
TH/KALI 1)

25
26
27

Anda mungkin juga menyukai