Anda di halaman 1dari 48

PEDOMAN MANAJEMEN

RISIKO TERINTEGRASI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Pedoman Manajemen Risiko
Terintegrasi” ini. Keberhasilan dalam penyusunan pedoman ini tidak lepas dari berbagai
pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya.

Kami menyadari bahwa pedoman ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik
yang konstruktifsangat kami harapkan. Semoga bantuan yang telah diberikan dapat menjadi
amalan baik dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Aamiin

Selong, November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Pengertian..................................................................................................................... 2
C. Maksud, Tujuan, dan Manfaat.......................................................................................3
D. Ruang Lingkup..............................................................................................................3
BAB II KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM.............................................................................6
A. Kebijakan...................................................................................................................... 6
B. Dasar Hukum................................................................................................................ 6
BAB III STRUKTUR ORGANISASI.........................................................................................8
A. Struktur Organisasi.......................................................................................................8
B. Peran dan Tanggung Jawab.........................................................................................8
BAB IV PELAKSANAAN MANAJEMEN RiSIKO..................................................................12
A. Kerangka Kerja Manajemen Risiko.............................................................................12
B. Proses Manajemen Risiko Terintegrasi.......................................................................14
C. Pendidikan dan Pelatihan............................................................................................24
BAB V MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN.......................................................25
A. Monitoring................................................................................................................... 25
B. Evaluasi...................................................................................................................... 25
C. Pelaporan.................................................................................................................... 25
LAMPIRAN........................................................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit berkewajiban untuk mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh
risiko strategis dan operasional yang penting. Hal ini mencakup seluruh area baik
manajerial maupun fungsional termasuk area pelayanan, tempat pelayanan, area
klinis dan area non klinis. Rumah sakit perlu menjamin berjalannya sistem untuk
mengendalikan dan mengurangi risiko. Manajemen resio berhubungan erat dengan
pelaksanaan kepada pencaoaian mutu rumah sakit.
RSUD Dr.R.Soedjono Selong merupakan ruamh sakit kelas B milik
pemerintah Kabupaten Lombok Timur tepatnya di wilayah Kota Khusus Selong dan
menjadi pusat rujukan pelyanan kesehatan spesialistik. RSUD Dr.R.Soedjono Selong
menyelenggarakan pelyanan keseatan dengan upaya penyembuhan, pemulihan,
peningkatan, pencegahan, pelayanan rujukan, menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat.
RSUD Dr.R.Soedjono Selong dituntut untuk meberikan pelayanan terbaik dan
bermutu dengan aspek pokok kaidah pelyanan yang cepat, tepat, nyaman, dan
mudah.
RSUD Dr.R.Soedjono Selong mempunyai visi yaitu “Rumah Sakit bermutu
dalam pelayanan dan menjadi pusat rujukan regional”. Visi tersebut ditempuh melalui
3 misi yaitu :
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai standar.
2. Mengembangkan berbagai pelyanan kesehatan sesuai dnegan kenutuhan
masyarakat dan perkembangan teknologi.
3. Membangun sumber daya yang berorientasi pada keselamatan dan kepuasan
pelanggan (customer)
Untuk mencapai visi dengan mengimplementasikan misi tersebut, RSUD
Dr.R.Soedjono Selong akan menghadapai berbagai faktor, baik eksternal maupun
internal yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menghambat
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Ketidakpastian terhadap pencapaian
tujuan dan sasaran inilah yang disebut dengan Risiko. Apabila RSUD
Dr.R.Soedjono Selong tidak dapat mengelola resiko tersbut, maka dapat dipastikan
RSUD Dr.R.Soedjono Selong tidak akan mencapai visi yang telah ditetapkan.
Untuk melakukan antisipasi terhadap kondisi ketidakpastian dimasa yang
akan datang dan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No 25 Tahun 2019
tentang Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi DI Lingkungan Kementerian

1
Kesehatan, RSUD Dr.R.Soedjono Selong dituntut untuk dapat mengelola risiko yag
ada secara terintegrasi. Manajemen risiko merupakan cara pnedekatan yang teapt
untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko ya
dapat mengahmabta pencapain visi RSUD Dr.R.Soedjono Selong. Manajemen risiko
dapat diterapkan ke seluruh satuan kerja lingkup RSUD Dr.R.Soedjono Selong.

B. Pengertian
1. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak negaif
terhadap pencapaian sasaran organisasi.
2. Manajemen risiko adalah proses yan proaktif dan kontinu meliputi identifikasi,
analisi, evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi, pemantauan, dan elaporan
risiko, termasuk bebagai srategi yang dijalankan untuk mengelola risiko dan
potensinya.
3. Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses iedntifkasi, analisi, evaluasi dan
pengelolaan semua risiko yang potensial dan diterapkan terhadap semua
unit/bagian/program/kegiatan mulai dari penyusunan rencana strategis,
penyusunan dan pelaksanaan program dan anggaran, pertanggungjawaban dan
monitoring dan evaluasi serta pelaporan.
4. Unit Pemilik Risiko adalah Satuan Kerja di RSUD Dr.R.Soedjono Selong yang
bertanggung jawab melaksanakan Manajemen Resiko Terintegrasi.
5. Proses Manajemen Risiko adlaah suatu proses yang bersifat berkesinambungan,
sistematis, lois, dan terukur yang digunkan untuk mengelola Risiko di RSUD
Dr.R.Soedjono Selong
6. Reteknsi adalah keputusan untuk menerima dan menyerap suatu Risiko.
7. Selera Risiko adalah tingkat Risiko yang bersedia diambil oleh RSUD
Dr.R.Soedjono Selong dalam upayanta mewujudkan tujuan dan sasaran yang
dikehendakinya.
8. Peta Risiko adalah gambaran total Risiko dan distribusi posisinya dalam grafik
dengan frekuensi pada sumbu horinzontal (x) dan konsekuensinya pada sumbu
vertikal (y).
9. Probabilitas adalah kemungkinan terjadinya atau tidak terjadinya sesuatu.
10. Konsekuensi adalah dampak yang ditimbulkan akibat pajanan bahaya seperti
penyakit akibat kerja, kecelakaan akibat kerja, bahkan kematian.
11. Risiko Klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian
pelayanan pasien yang bermutu, aman, dan efektif.
12. Risiko non klinis dalah semua isu yang dapat berdampak terhadap tercapainya
tugas pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit sebagai korporasi.

2
13. Risiko keuangan adalah risiko yang timbul akibat ketidakpastian target keuangan
sebuah usaha atau ukuran keuangan usaha. Target keuangan sebuah usaha
adalah besaran target yang ditetapkan oleh wirausaha dalam kurun waktu
tertentu. Sedangkan ukuran keungan usaha dalah kondisi keuangan usaha yang
bisa berupa arus as, laba usaha, dan pertumbuhan.
14. Pegawai adalah pegawai negri sipil, calon pegawai negri sipil, Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak, pegawai BLUD, pegawai honorer,
outsourching yag bekerja di lingkunagn RSUD Dr.R.Soedjono Selong.
C. Maksud, Tujuan, dan Manfaat
1. Maksud
a. Meningkatkan mutu pelayanan dan informasi untuk pengmabilan keputusan
b. Pelrindungan terhadap satuan kerja dan pegawai, dan
c. Mengurangi kejutan atas risiko yang tidak diinginkan
2. Tujuan
a. Mengantisipasi dan menangani segala betuk risiko secara efektif dan efisien
b. Meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi
c. Memberikan dasar pada setiap pemgambilan keputusan dan perencanaan,
dan
d. Meningkatkan pencapaiantujuan dan peningkatan kerja
3. Manfatat
a. Meningkatkan mutu informasi untuk pengambilan keputusan
b. Melindungki pasien, staf klinis, tenaga kesehatan dan tenaga lain yang
nekerja di rumah sakit, fasilitas dan lingkungan bisnis rumah sakit
c. Mengurangi risiko yang tidak diinginkan
D. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup manajemen risiko rumah sakit meliputi :
a. Pasien dan keluarga
b. Pengunjung
c. Staf Medis
d. Tenaga Kesehatan Lain yang bekerja dirumah sakit
e. Bisnis rumah sakit
f. Fasilitas dan lingkungan Rumah sakit yang terdiri dari :
1) Keselamatan dan keamanan
a) Keselamatan : keadaan tertentu karena gedung, lantai, halaman dan
peralatan ruamh sakit yang menimbulkan bahaya atau risiko bagi
pasien, staf, dan pengunjung

3
b) Keamanan : risiko terhadap kehilangan, pengrusakan, dan kerusakan,
atau penggunaan akses oleh mereka yang tidak berwenang
2) Bahan berbahaya dan beracn (B3) dan limbahnya : risiko penanganan,
penyimpnana, dan penggunaan bahan radioaktif serta bahan berbahaya
lainnya dan limbah bahan berbahaya
3) Penanggulangan bencana (emergency) : risiko kemungkinan terjadi
bencana, respons bila terjadi wabah, bencana dan keadaan emergensi
temasuk evaluasi lingkungan pasien secara terintegrasi.
4) Proteksi kebakaran (fire safety) : risiko kebakaran dari property/bangunan
dan penghuninya
5) Peralatan medis : risiko pemilhan, peliharaan, dan penggunaan alat
medis
6) Sistem penunjang (utilitas) : risiko kegagalan pengoperasia\onalan listrik,
air, dan sistem pendukung lainnya.
2. Pengelompokan berdasarkan kategori risiko
a. Strategi (terakit dengan tujuan organisasi) : risiko yang mempenagruhi
pedoman rencana jangka anjang untuk pencapaian tujuan
b. Operasioanl (rencana pengembangan untuk mencapai tujuan organisasi) :
proses internal/eksterbal yang mempengaruhi operasional organisasi
c. Keuangan (menjaga aset) : segala sesuatu yang menimbulkan tekanan
terhadap keuangan dan belanja organisasi
d. Kepatuhan (kepatuhan terhadap hukum dan peraturan) : tidak mematuhi atau
tidak melaksanakan peraturan/ketentyan yang berlaku/kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan
e. Reputasi (image yan dirasakan oleh masyarakat) : Mneurunnta kepercayaan
publik/masyarakat karena persepsi negatif
f. Kebijakan : kebijakan organisasi baik internal/eksternal yan berdampak
langsung terhadap organisasi
g. Risiko legal : tuntukan hukum terhadap organisasi
h. Risiko Fraud : Kedurangan oleh pihak internal yang merugikan keuangan
negara
3. Pengelompokan berdasarkan jenis risiko
a. Risiko klinis antara lain :
1) Risiko terkiat dengan sistem manajemen obat
2) Risiko jatuh
3) Pengendalia risiko infeksi
4) Risiko terkait dengan masalah gizi

4
5) Risiko fasilitas dan perlatan (risiko kebakaran, cedera karena
penggunaan laser, risiko-risiko yang diakiatkan dari kondisi jangka
panjang)
b. Risiko nonklinis anatar lain :
1) Risiko keuangan
2) Risiko hukum
3) Risiko properti
4) Risiko reputasi

5
BAB II
KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM

A. Kebijakan
1. Rumah sakit mempunyai regulasi berupa pedoman manajemen risiko
terintegrasi dan program manajemen risiko yang luas tidak terbatas pada
pasien, staf medis, tenaga kesehatan dan tenaga lainya, fasilitas rumah sakit,
lingkungan rumah sakit dan bisnis rumah sakit
2. Rumah sakit menyusun program manajemen risiko berkelanjutan digunakan
untuk melakukan identifkasi dan mengurangi risiko
3. Rumah sakit mempunyai daftar risiko di tingakt unit dan tingkat rumah sakit
4. Rumah sakit telah membuat strategi untuk mengurnagi risiko yang ada
5. Manajemen risiko harus diterapkan secara terintegrasi seluruh area program dan
kegiatan
6. Dalam rangka pencaoaian tujuan penyelenggaraan manajemen risiko
terintegrasi dibentuk Tim Penyelenggara Manajemen Risiko Terintegrasi yang
terdiri atas Bidang/bagian, K3RS, PPI, KMKP, SPIP, Ka. Instalasi sebagai
penanggung jawab pada unit kerjanya.
7. Setiap satuan kerja harus membuat dan menetapkan risiko dan menyusun
rencana perlakuan risiko
8. Daftar risiko yang telah ditetapkan harus disampaikan kepada Direktur.
9. Rumah skait telah melakukan Failure Mode Effect Analysis/Efek Modus
Kegagalan (FMEA/AEMK), Hazard Vulnerability Analysis (HVA), Infection
Control Risk Assessment (ICRA), Pre Contruction Risk Assessment (PCRA),
Hospital Safety Index (HSI) setahun sekali pada proses berisiko tinggi yang di
prioritaskan.
10. Rumah skait telah melakukan tindak lanjut hasil Failure Mode Effect
Analysis/Efek Modus Kegagalan (FMEA/AEMK), Hazard Vulnerability Analysis
(HVA), Infection Control Risk Assessment (ICRA), Pre Contruction Risk
Assessment (PCRA), Hospital Safety Index (HSI)
11. Manajemen risiko harus diterapkan secara terintegrasi seluruh area program dan
kegiatan
B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomr 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerka
2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Pratik Kedokteran
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tetang Pemerintahan Daerah
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

6
5. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
6. Keppres RI No 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan
Kerja
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 432/MENKES/SK/IV/2007
tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah
Sakit.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2019 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi di Lingkungan Kementerian
Kesehatan
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020
Tentang Akreditasi Rumah Sakit
16. Peraturan Menteri Kesehata Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2020 tentang
Komite Mutu Rumah Sakit

7
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
A. Struktur Organisasi

Gambar 1. Bagan Struktur Manajemen Risiko Terintegrasi

B. Peran dan Tanggung Jawab


1. Pemilik rumah sakit/Dewan Pengawas
a. Menetapkan arah kebijakan umum dan pedoman manajemen risiko
b. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penerapan manajemen risiko
c. Memastikan proses manajemen risiko berjalan efektif
2. Direktur
a. Menetapkan arah kebijakan, strategi penerapan, dan metodologi manajemen
risiko
b. Menetapkan rencana kerja pelaksanaan manajemen risiko terintegrasi
c. Melaksanakan manajemen risiko terintegrasi
d. Melakukan penilaian risiko terhadap pencapaian tujuan dan sasaran tahunan
dalam upaya pencapaian program
3. Wakil Direktur Pelayanan
a. Bertanggung jawab kepada direktur dalam hal pelaksanaan manajemen risiko
klinis.
b. Melakukan monitoring dan evauasi pelaksanaan manajemen risiko klinis.
4. Wakil Direktur Umum dan Keuangan

8
a. Bertangung jawab kepada direktur dalam hal pelaksanaan manajemen risiko
non klinis (hukum, properti, reputasi, keselamatan kerja, keuangan, dan
bisnis rumah sakit).
b. Membantu cost benefit analisis
c. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan manajemen risiko non klinis
(hukum, properti, reputasi, keselamatan kerja, keuangan, dan bisnis rumah
sakit).
5. Kepala Bidang Pelayanan Medis
a. Menetapkan profil risiko pelayanan Medis dan rencana penanganannya
berdasarkan sasaran
b. Melakukan pengelolaan risiko pelayanan medis
c. Melakukan monitoring dan evalusi risiko bidang medis
d. Melaporkan pengelolaan risiko secara berjenjang kepada pimpinan diatas
6. Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan
a. Menetapkan profil risiko pelayanan keperawatan dan rencana
penanganannya berdasarkan sasaran
b. Melakukan pengelolaan risiko bidang pelayanan keperawatan
c. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko bidang keperawatan
d. Melaporkan pengelolaan risiko secara berjenjang kepada pimpinan diatasnya
7. Kepala Bidang Pelayanan Penunjang
a. Menetapkan profil risiko pelayanan penunjang dan rencana penanganannya
berdasarkan sasaran
b. Melakukan pengelolaan risiko bidang pelayanan penunjang
c. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko bidang pelayanan penunjang
d. Melaporkan pengelolaan risiko secara berjenjang kepada pimpinan diatasnya
8. Kepala Bagian Program, Humas, dan Rekam Medik
a. Menetapkan profil risiko reputasi rumah sakit dan rencana penangannya
berdasarkan sasaran
b. Melakukan pengelolaan riisko reputasi rumah sakit
c. Melakukan monitoing dan evaluasi risiko rumah sakit
d. Melaporkan pengelolaan risiko reputasi secara berjenjang kepada pimpinan
diatasnya
9. Kepala Bagian Keuangan
a. Menetapkan profil risiko bisnis rumah sakit dan rencana penangannya
berdasarkan sasaran
b. Melakukan pengelolaan risiko bisnis rumah sakit
c. Melakukan monitoring dan velausi risiko bisnis rumah sakit

9
d. Melaporkan pengelolaan risiko secara berjenjang kepada pimpinan diatasnya
10. Kepala Subbagian Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pendidikan, dan
Pelatihan serta Akreditasi
a. Menetapkan profil risiko Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pendidikan,
dan Pelatihan serta Akreditasi serta rencana penanganannya berdasarkan
sasaran
b. Melakukan pengelolaan risiko terkait Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Pendidikan, dan Pelatihan serta Akreditasi
c. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko terkait Pengembangan Sumber
Daya Manusia, Pendidikan, dan Pelatihan serta Akreditasi
d. Melaporkan pengelolaan risiko secara berjenjangan kepada pimoinan
diatasnya
11. Kepala Subbagian Tata Usaha dan Kepegawaian
a. Menetapkan profil risiko legal dan kebijakan serta rencana penanganannya
berdasarkan sasaran
b. Melakukan pengelolaan risiko legal dan kebijakan
c. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko legal dalam kebijakan
d. Melaporkan pengelolaan risiko secara berjenjang kepada pimpinana
diatasnya
12. Instalasi
a. Menetapkan profil risiko unit dan rencana penanganannya berdasarkan
sasaran unit
b. Melakukan pengelolaan risiko unit
c. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko unit
d. Melaporkan pengelolaan risiko secara berjenjang kepada pimpinan diatasnya
13. Komite Mutu, Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko (KMKP)
a. Menyusun rancangan regulasi dan program manajemen risiko terintegrasi
rumah sakit berkoordinasi dnegan bagian terkait
b. Melakukan pemetaan area risiko dan merekap data risiko seluruh area
c. Mengkoordinir pelaksanaan manajemen risiko terintegrasi
d. Melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan risiko terintegrasi
e. Melaporkan kegiatan manajemen risiko terintegrasi kepada direktur
14. Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3-RS)
a. Menetapkan profil risiko K3 (fasilitas dan lingkungan) dan rencanan
penangannya
b. Melakukan pengelolaan risiko K3 (fasilitas dan lingkungan)
c. Melakuakn monitoring dan evaluasi risiko K3 (fasilitas dan lingkungan)

10
d. Melaporkan kegiatan manajemen risiko K3 (Fasilitas dan lingkungan) kepada
direktur
15. Satuan Pengawas Internal (SPI)
a. Menetapkan profil risiko non klinis dan rencanan penanganannya berdasakan
sasaran
b. Melakukan pengelolaan risiko non klinis
c. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko
d. Melaporkan kegiatan manajemen non klinis kepada direktur (internal) dan
APIP (eksternal)
16. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
a. Menetapkan profil risiko infeksi dan rencana penanganannya
b. Melakukan pengelolaan risiko infeksi
c. Melaporkan pengelolaan risiko secara berjenjang kepada pimpinan diatasnya
d. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko infeksi
e. Melaporkan kegiatan manajemen infeksi kepada direktur
17. Seluruh anggota staf memiliki tanggungjawab pribadi dalam hal pelaksanaan
manajemen risiko, dan seluruh tingkatan manajemen harus mengerti dan
mengimplementasikan strategi dan kebijakan manajemen risiko

11
BAB IV
PELAKSANAAN MANAJEMEN RiSIKO

A. Kerangka Kerja Manajemen Risiko

Gambar 2. Kerangka kerja Manajemen Risiko


Penjelasan gambar :
1. Mandat dan Komitmen (4.2)
Bagian awal dari komitmen risiko adalah memastikan adanya mandat dan
komitmen yang kuat dan berkelanjutan oleh seluruh struktur manajemen risiko
dan seluruh pemangku kepentingan terkiat serta perencanaan strategis untuk
mencapai komitmen disemua ttingkatan. Untuk mencapai komitmen di semua
tingkatan, seluruh struktur manajemen risiko dan seluruh pemangku kepentingan
terkait harus :
a. Mendefinisikan dan mendukung kebijakan manajemen risiko
b. Memastikan bahwa budaya dan kebijakan manajemen risiko organisasi
selaras
c. Menentukan indikator kinerja manajemenrisiko yang sejalan dnegan indikator
kinerja organisasi
d. Menyelaraskan tujuan manajemen resiko dengam tujuan dan strategi
organisasi
e. Memastikan kepatuhan hukum dan peraturan
f. Menetapkan akuntabilitas dan tanggung jawab pada tingkat yang sesuai
dalam organisasi

12
g. Memastikan bahwa sumber daya yang dipelrukan dialokasikan untuk
manajemen risiko
h. Menyampaikan manfaat manajemen risiko kepada stakeholder
i. Memastikan bahwakernagka kerja untuk meneglola risiko tetap sesuai
2. Rancangan kernagka pengelolaan risiko
a. Pemahaman tetang organisasi dan konteksnya
b. Menetapkan kebijakan manajemen risiko
c. Akuntabilitas
d. Integrasi ke dalam proses organisasi
e. Sumber daya
f. Membangun komunikasi internal dan mekanisme pelaporan
g. Membangun komunikasi eksternal dan mekanisme pelaporan
3. Implementasi manajemen resiko
a. Menerapkan kerangka erja untuk mengelola risiko
Dalam melaksanakan kerangka kerja organisasi untuk mengelola risiko,
organisasi harus :
1) Menentukan waktu yang teapt dan strategoi untuk menerapkan kerangka
kerja
2) Menerapkan kebijakan dan proses manajemen risiko ke proses
organisasi
3) Mematuhi persyaratan hukumdan peraturan
4) Memastikan bahwa pengambilan keputusan, termasuk pengembangan
dan penetapan tujuan, sejalan dengan hasil dari proses manajemen risiko
5) Berkomunikasi dan berkonsultasi dengan para pihak terkait unutk
memastikan bahwa kerangka kerja manajemen risiko tetap sesuai
b. Menerapkan proses manajemen risiko
Manajemen risiko harus dilaksanakan dengan memastikan bahwa proses
manajemen risiko diterapkan melaui rencana manajemen risiko di semua
tingkat dan fungsi organisasi yang relevan sebagai bagian dari praktis dan
proses
4. Monitoring da tinjauan kerangka kerja manajemen risiko
Dalam rangka memastikan bahwa manajemen risiko secara efektif dan
berkelajutan dalam mendukung kinerja organisasi, organisasi harus :
a. Mengukur kinerja manajemen risiko melalui indikator, yan secara berkala
diriview
b. Mengukur secara berkala kemajuan dan penyimpangan dari rencana
manajemen risiko

13
c. Meninjau secara berkala apakah kerangka kerja manajemen risiko, kebijakan
dan rencana masih sesuai, mengingta konteks eksternal dan internal
organisasi, laporan risiko, kemajuan terhadap rencana manajemen risiko dan
seberapa baik kebijakan manajemen risiko dilaksanakan
d. Review efektivitas kerangka kerja manajemen risiko
5. Perbaikan berkelanjutan terhadap kerangka kerja manajemen risiko
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, keputusan harus dibuat
bagaimana kerangka manajemen risiko, kebijakan dan rencana dapat diperbaiki.
Keputusan ini harus mengarah pada perbaikan dalam manajemen risiko
organisasi dan budaya manajemen risiko

B. Proses Manajemen Risiko Terintegrasi

Gambar 3. Proses Manajemen Risiko

1. Komunikasi dan konsultasi


Komunikasi risiko secara umum dapat diartikan sebagai proses interaktif
dalam hal tukar menukar informasi dan pendapat yang mencakup multi pesan
mengenai risiko dan pengelolaannya. Proses ini berjalan secara internal
organisasi, bagian, unit atau eksternal yang ditunjukkan kepada stakeholder
eksternal
Konsultasi dapat dijelaskan sebagai suatu proses komunikasi antara organisasi
dnegan pemangku kepentingan, mengenai isu tertentu, terkait dengan
pengambilan keputusan termasuk penerapan manajemen risiko.
Bentuk komunikasi dan konsultasi dapat berupa :
a. Rapat berkala

14
b. Rapat insidental
c. Semianr/sosialisasi/workshop
d. Forum pengelola resiko
Selain bentuk diatas komuniaksi dan konsultasi dapat melalui media
elektronik. Pelaksanaan komunikasi dan konsultasi merupakan tanggung jawab
pemilik risiko.

2. Penetapan Konteks
Penetapan konteks merupakan artikulasi tujuan dan mendefinisikan
parameter eksternal dan internal untuk diperhitungkan ketika mengelola risiko,
kemudian menetapkan ruang lingkup dan kriteria risiko untuk prosedur
selanjutnya. Dalam menentukan konteks perlu diperhatikan beberapa hal,
sebagai berikut :
a. Konteks Eksternal
Konteks Eksternal merupakan situasi dari luar yang dapat mempengaruhi
cara organisasi dalam mengelola riisko
Konteks eksternal dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada :
1) Hukum, sosial, budaya, politik, regulasi, keuangan, teknologi, lingkungan
ekonomi, alam dan persaingan dengan organisasi lain dalam lingkup
nasional, regional, atau internasional
2) Hubungan, persepsi dan nilai-nilai pemangku kepentingan eksternal
b. Konteks Internal
Konteks internal merupakan segala sesuatu dari dalam organisasi yang dapat
mempengaruhi cara organisasi dalam mengelola risiko. Hal ini dapat meliputi,
namun tidak terbatas pada :
1) Tata kelola, struktur, peran dan akuntabilitas organisasi
2) Kebijakan, sasaran , dan strategi
3) Kemampuan dan pemahaman tentang sumber daya (modal, waktu,
orang, prosedur, sistem, dan teknologi)
4) Hubungan, persepsi dan nilai-nilai pemangku kepentingan internal dan
budaya organisasi
5) Sistem informasi, arus informasi dan prosedur pengambilan keputusan
6) Standr, panduan dan model yang diterapkan oelh organisasi.
Dalam menetapkan konteks dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Melakukan analisis secara umum tentang situasi internal dan kesternal
terkait dengan perkiraan skenario keterjadian pernyataan risiko

15
2) Memanfaatkan informasi dari berbagai sumber untuk melakukan analisis
situasi internal dan eksternal
3) Memahami tujuan satuan kerja melalui Renacana Startegis dan
Renacana Kerja/Penetapan Kinerja yang telah disusun
4) Memahami jumlah dan jenis risiko yang siap ditangani atau diterima
organisasi dan kesiapan organisasi untuk menanggung risiko setelah
perlkauan risiko dalam upaya mencapai sasaran.
c. Kriteria Risiko
Kriteria risiko harus konsisten dengan kebijakan manajemen risiko
organisasi yang didefinikan pada awal setiap prosedur manajemen risiko dan
akan terus ditinjau. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam mendefinisikan
kriteria risiko sebagai berikut :
1) Sifat dan jenis sebab dan akibat yang dapat terjadi dan bagaimana akan
diukur
2) Bagaimana kemungkinan akan didefinisikan
3) Jangka waktu dari kemungkinan dan/atau konsekuensi
4) Bagaimana tingkat resiko ditentukan
5) Pandangan dari pemnagku kepentingan
6) Tingkatan atau bobot risiko yang dapat diterima atau ditoleransi
7) Apakah kombiasi dari beberapa risiko harus diperhitungkan, apabila
demikian, bagaimana dan kombina apa yang harus dipertimbangkan
3. Penialaian Risiko
a. Identifikasi risiko
Setiap pemilik risiko harus mengidentifikasi sumber risiko, area dampak,
peristiwa (termasuk perubahan keadaan), penyebabnya dan konsekuensi
potensi risiko. Tujuan dari langkah ini adalah untuk menghasilkan daftar
lengkap risiko berdasarkan peristiwa yang mungkin mendukung,
meningkatkan, mencegha, menurunkan, mepercepat atau menunda
pencapaian tujuan.
Untuk melaksanakan identifikasi risiko di lingkungan kerja masing-masing,
dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1) Memahami dan mengidentifikasi kegiatan utama unit kerja
2) Mengidentifkasi tujuan dari masing-masing kegiatan tersebut
3) Mengumpulkan data dan informasi tentang risiko yang mungkin terjadi
atas kegiatan tersebut, baik risiko yang pernah terjadi aupun yang belum
pernah terjadi

16
4) Mencari penyebab dari risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk
mendapatkan penyebab utamanya
5) Mengidentifkasi apakah penyebab tersebut sifatnya dapat dikendalikan
(controllabel) atau tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) bagi unit kerja
6) Mengindentifkasi dampak jika risiko tersebut terjadi
7) Mengisi hasil butir 1 – 6 diatas, dalam formulir identifikasi risiko dan
memperbarui setiap saat terjadi pernyataan risiko. Identifkasi pernyataan
risiko dapat dilakukan degan mendasarkan pada hasil penilaian risiko
sebelumnya dengan penyelarasan terhadap perkembangan situasi
lingkungan internal dan eksternal yang terjadi

Identifikasi risiko juga dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai


dengan jenis-jenis insiden keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan
dalam table berikut :

Error Kategor Hasil


i
No Error A Kejadian atau yang berpotensi untuk
terjadinya kesalahan (Kejadian
Potensial Cidera/KPC)
Error, No Harm B Terjadi kesalahan sebelum obat
mencapai pasien (Kejadian Nyaris
Cidera/KNC)
C Terjadinya kesalahan dan obat sudah
diminum/digunakan pasien teatpi tidak
membahayakan pasien (Kejadian
Tidak Cidera/KTC)
D Terjadinya kesalahan, sehingga
monitoring ketat harus dilakukan tetapi
tidak membahayakan pasien (Kejadian
Tidak Cidera/KTC)
Error, harm E Terjadinya kesalahan, hingga tx dan
intervensi lanmjut diperlukan dan
kesalhaan ini memberikan efek yang
buruk yang sifatnya sementara
(Kejadian Tidak Diharapkan/KTD)
F Terjadinya kesalahan dan

17
mengakibatkan pasien ahrus dirawat
lebih lama di RS serta ,memberikan
efek buruk yang sifatnya sementara
(Kejadin Tidak Diharapkan/KTD)
G Terjadinya kesalahan yang
mengakibatkan efek buruk yang
bersifat permanen (Kejadian Tidak
Diharapkan/KTD)
H Terjadinya kesalahan dan hamper
merenggut nyawa pasien contoh syok
anafilaktik (Kejadian Tidak
DIharapkan/KTD)
Error, death I Terjadinya kesalahan dan pasien
meninggal dunia

b. Analisis risiko
Analisis risiko melibatkan pengembangan akan pemahaman risiko.
Analisis risiko memberikan masukan mengambil risiko untuk dilakukan
evaluasi dan keputusan apakah risiko perlu ditangani, dan pada strategi risiko
dan metode penanganan yang paling tepat.
Untuk melaksanakan analisis risiko di lingkungan kerja asing-masing,
degan urutan langkah sebagai berikut :
1) Dapatkan data hasil identifikasi risiko
2) Lakukan evaluasi atas kecukupan disain dan penyelenggaraan sistem
penegndalian intern yang sudah ada
3) Ukur tingkat probabilitas terjadinya resiko
4) Ukur tingkat besaran dampak jika risiko terjadi
5) Hitung score risiko dengan mengalikan probabilitas dengan dampak
6) Tentukan tingkat risiko termasuk risiko rendah, rendah sedang, tinggi
atau sangat tinggi.
7) Isikan hasil langkah-langkah diatas, ke dalam formulir analisis risiko.
8) Dari risiko-risiko tersebut diatas, selanjutnya dibuat peta risiko.

18
Perangkat yang dibutuhkan dalam melakukan analisi resiko adalah
sebagai berikut :
1) Tabel kemungkinan (probabilitas) terdiri atas :

19
2) Tabel Dampak (konsekuensi) terdiri atas :

20
3) Kategori Risiko
Kategori Risiko sangat penting dalam menjamin identifikasi risiko yan
komperhensif dan pengikhtisaran atau pelaporan risiko. Kategori
risiko disusun sesuai dengan kondisi lingkungan organisasi. Kategori
risiko minimal RSUD Dr.R.Soedjono Selong adalah sebagaimana
tabel berikut :

4) Selera Risiko
Selera Risiko merupakan kebijakan yang menjadi acuan dalam
menentukan apakah suatu risiko perlu ditangani atau tidak. Selera
risiko mencerminkan bagaimana rumah sait menyeimbangkan
efisiensi, pertumbuhan, hasil, dan risiko.
5) Kebijakan grading risiko
Level risiko ditentukan berdasarkan atas 2 (dua) elemen atau
dimensi, yatu level kemungkinan terjadinya risiko dan level dampak
(konsekuensi) risiko. Kedua dimensi tersebut harus dikombinasikan
dan diperhitungkan secara bersmaan dalam penentuan level risiko.
Level kemungkinan terjadinya risiko, level dampak, dan level resiko
masing-masing menggunakan 5 (lima) skala tingkatan (level).
Penentuan level risiko beserta dengan urutan prioritasnya
menggunakan matriks analisis risiko sebagai berikut :

21
c. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa
risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dapat diterima
atau ditoleransi.
Tujuan evaluasi risiko adalah unutk membantu dalam membuat
keputusan, berdasakan hasil analisis risiko, berkaitan dengan risiko yan
memerlukan prioritas penanganannya.
Evaluasi risiko menggunakan perbandingan tinglat risiko yang
ditemukan selama prosedur analisis dengan kriteria risiko yang dibuat ketika
konteksnya ditetapkan. Berdasakan perbandingan ini, penangannya perlu
dipertimbangkan. Keputusan harus memerptimbangkan komnteks yang lebih
luas dari risiko dan mencaku pertimbangan toleransi risiko yang ditanggung
oleh pihak lain selain manfaat risiko bagi organisasi. Keputusan harus dibuat
sesuai dengan persyarata hukum, peraturan dan lainnya. Dalam beberapa
situasi, evaluasi risiko dapat menyebabkan keputusan untuk melakukan
analisa lebih lanjut. Evaluasi risiko juga dapat menyebabkan keputusan untuk
tidak memperlakukan risiko dengan cara lain selain memepertahakan
pengendalian yang ada. Keputusan ini akan dipengaruhioleh karakteristik
risiko organisasi dan kriteria risiko yang telah ditetapkan.
Hasil evaluasi risiko sebagaimana dimaksud berisi urutan prioritas
risiko dan daftar risiko yag akan ditangani dengan mengalikan score risiko

22
dengan menentukan ranking piroritas risiko dengan mengallikan score risiko
yaotu frekuensi/probabilitas X Dampak X score controllability

d. Kelola Risiko
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya
adalah pengelolaan risiko atau insiden dengan target menghilangkan atau
menekan risiko hingga ke level terendsah (risiko sisa) dan meminimalisir
dampak atau kerugian yang timbul dari insiden yang sudah terjadi.

Level/Bands Tindakan
Ekstrem Risiko eksterem, dilakukan RCA paling lama 45 hari,
(Sangat membutuhkan Tindakan segera, perhatian sampai Direktur
Tinggi) RS
High Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dengan
(Tinggi) detai; dan perlu Tindakan segera, serta membutuhkan
Tindakan top manajemen
Moderate Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling lama 2
(sedang) minggu. Manajer/Pimpinan klinis sebaiknya menilai dampak
terhadap bahaya dan Kelola risiko
Low Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana paling lama 1
(Rendah) minggu diselesaikan dengan prosedur rutin

1. Investigasi Sederhana
Dalam pengelolaan risiko/IKP yang masuk dalam kategori biru atau hijau,
maka tindak lanjut evaluasi dan penyelesaiannya dilakukan dengan
investigasi sederhana melalui tahapan :
a. Identifikasi insiden dan de grading
b. Mengumpulkan data dan informasi
1) Telaah dokumen
2) Wawancara
3) Observasi
c. Kronologi kejadian
d. Analisa dan evaluasi sederhana :

23
e. Rekomendasi : Jangka

2. PDCA (Plan-Do-Check-Action)

Tujuan dan sasaran yang akam dicapai didasarkan pada kebijakan yang
ditetapkan. Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh DIrektur Rumah
Sakit. Penetapan sasaran didasarkan pada dara
3.

24
KELOLA RISIKO BERDASARKAN GRADING DAN JENIS INSIDEN KESELAMATAN
PASIEN

SENTINEL RCA

KEJADIAN TIDAK
DIHARAPKAN MERAH DAN
(KTD) KUNING
RISIKO GRADING

KEJADIAN
BIRU DAN HIJAU
NYARIS CIDERA
(KNC)

INVESTIGASI
SEDERHANA

25
26
4. Penanganan risiko/strategi mitigasi/reduksi risiko
Penanganan risiko menggunakan pemilihan satu atau lebih pilihan untuk
memeodifkasi risiko, dan melaksanakan pilihan tersebut.
Setelah diimplementasikan, penangannya atau modifikasi proses pengendalian
risiko. Penanganan risiko terdiri atas siklus prosedu sebagai berikut :
a. Menilai penanganan risiko
b. Memutuskan apakah tingkat risiko residual yang ada
c. Jika tidak ditoleransi, menghasilkan penanganan risiko baru
d. Menilai efektivitas penanganan itu

Pemilihan penanganan risiko tidak harus saling tertutup atau tepat dalam
segala situasi. Plihan yang dapat dilakukan mencakup hal berikut :

a. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau


melanjutkan dengan legiatan yang menimbulkan risiko
b. Mengambil atau meningkatkan risiko untuk memanfaatkan peluang
c. Menghilangkan sumber risiko
d. Mengubah kemungkinan
e. Berbagi risiko ke pihak lain atau pihak tertentu (termasuk kontrak dan
pembiayaan risiko)
f. Mempertahankan risiko dengan keputusan
g. Transfer dengan kontrak non insurance atau contructual transfer
Langkah-langkah dalam merancang kegiatan pengendalian adalah
sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil penilaian risko, pemilik risiko mengidentifikasi apakah
kegiatan pengendalian yang ada telah efektif untuk meminimalisasi risiko

27
b. Kegiatan pengendalian yang telah ada tersebut perlu dinilai efektivitasnya
dalam rangka mengurangi probabilitas terjadinya risiko (abatisasi) maupun
mengurangi dampak risiko (mitigasi).
c. Selain itu, Juga perlu diperhtaikan ada/tidaknya pengendalian alernatif
(compensating control) yag dapat mengurangi terjadinya risiko.
d. Terhadap risiko yang belum ada kegiatan pengendaliannya maupun yang
telag ada, namun dinilia kurang atau tidak efektif, perlu dirancang kegiatan
pengendalian yang baru/merevisi kegiatan pengendalian yang sudah ada.
e. Menerapkan kegiatan pengendalian yang telah dirancang dalam mengelola
risiko.
Metode penanganan risiko dapat menggunakan seperti tertuang dalam bagan
dibawah ini :

Gambar 4. Bagan Penanganan Risiko


Dengan mearik garis antara impact dan probability , bila hasil yang
digambarkan dalam bagan didapatkan :
a. Impact/dampak low (rendah) dan probability/kemungkinan low (rendah)
maka metode penanganan resiko dengan cara di accept (diterima)
b. Impact/dampak medium (sedang) dan probability/kemungkinan medium
(sedang) maka metode penanganan risiko dengan cara di share
(dibagikan atau diasuransikan)
c. Impact/dampak low (rendah) dan probability/kemungkinan higt (tinggi)
maka metode penanganan risiko denga cara di control (dikontrol)

28
d. Impact/dampak hight (tinggi) dan probability/kemungkinan higt (tinggi)
maka metode penanganan risiko dengan cara dilakukan mitigasi dan
control.
C. Pendidikan dan Pelatihan
1. Direksi
2. Ka.Unit Kerja/Ka.Bidang/Ka.Bagian
3. Sub Manajemen Risiko
4. Tim K3RS
5. Komite PPI
6. SPI
7. Staf yang ditunjuk

29
BAB V
MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN

A. Monitoring
Pelaksanaan monitoring dilaksanakan dengan dua pendekatan yaotu
pemantauan berkelanjutan (on going monitoring) dilakukan oleh pelaksana pekerjaan
dan pemantauan terpisah (separate monitoring) dilakukan oleh Aparat Pengawas
Internal Pemerintah (APIP).
B. Evaluasi
1. Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan denga dua pendekatan yaitu pemantauan
berkelanjutan (on going monitoring) dilakukan oleh pelaksana pekerjaan dan
pemantauan terpisah (separate monitoring) dilakukan oleh Aparat Pengawas
Internal Pemerintah (APIP).
2. Dilakuakn minimal 6 bulan sekali
C. Pelaporan
1. Laporan profil risiko merupakan kumpulan risiko kunci yang disusun masing-
masing satuan kerja. Pelaporan profil risiko dilaksanakan setiap tahun anggaran
pada saat penyusunan Program Kerja Tahunan
2. Laporan proses manajemen risiko pada masing-masing satuan kerja yang
memuat informasi mengenai risiko kunci yang dikelola, rencana
mitigasi/pengelolaan, dan realisasi mitigasi/pengelolaan risiko yang telah
dijalankan.
3. Laporan pemantauan dan evaluasi proses manajemen rsiko pad amasing-
masing satuan kerja minimal 6 bulan sekali, merupakan hasil pemantauan.

30
LAMPIRAN
Cara Penyusunan Risk Register (sesuai dengan Permenkes 25 Tahun 2019)

1. Buka file dengan format Excel

31
32
2. Klik “1. Identifikasi Risiko”

 Pada kolom (1) “No” , masukkan nomor urut kegiatan yang memiliki resiko
 Pada kolom (2) “Kegiatan” masukkan kegiatan yang akan diidentifikasi risikonya
 Pada kolom (3) “Tujuan Kegiatan” masukkan tujuan kegiatan tersebut
 Pada kolom (4) “Kode Resiko”pilih kode risiko yang sesuai dengan kegiatan tersebut dengan mengklik tanda panah seperti

33
gambar dibawah ini :

 Pada kolom (5) “Kategori Risiko”pilih Kategori risiko sesuai dengan kegiatan tersebut dengan mengklik tanda panah seperti
gambar dibawah ini :

34
 Pada kolom (6) “Ruang Lingkup” pilih Ruang Lingkup sesuai dengan kegiatan tersebut dengan mengklik tanda panah seperti
gambar dibawah ini :

 Pada kolom (7) “Pernyataan Risiko” yaitu sebutkan risiko yang dapat terjadi pada kegiatan tersebut sesuai dnegan kategori
dan ruang lingkup risiko
 Pada kolom (8) “Sebab” yaitu sebutkan penyebab risiko tersebut dapat terjadi
 Pada kolom (9) “UC/C” yaitu dengan melihat apakah risiko tersebut dapat dikendalikan (C/controlability) atau tidak dapat
dikendalikan (UC/uncontrolability) seperti gambar dibawah ini :

35
 Pada kolom (10) “Dampak” masukkan dampak yang dapat terjadi apabila risiko tersebut tidak dapat diatasi
 Lalu klik “back” untuk kembali ke halaman depan melanjutkan ke tahap selanjutnya
1.

36
3. Klik “2. Analisis Risiko”

Pada “Analisis Risiko” dimulai dari kolom “Pengendalian Yang Ada”

37
 Kolom (11) “Uraian” yaitu kolom berisi tentang uraian pengendalian yang telah dibuat mis. Pembuatan SPO, punishment, reward, dll
 Kolom (12) “Desain” yaitu kolom yang dapat dipilih untuk “Ada” atau “Tidak ada” sebuah pedoman pengendalian dibuat.
 Kolom (13) “Efektifitas” yaitu kolom yang dapat dipilih apakah “efektif”, “kurang efektif”, “tidak efektif” untuk menggambarkan
pengendalian yang sudah dibuat
 Kolom (14) “P” atau Probability yaitu kolom yang menggambarkan kemungkinan frekuensi terjadinya risiko tersebut dengan
menggunakan skor yang memiliki interval 1-5. Keterangan skor dapat dilihat di Petunjuk Pengisian Daftar Risiko
 Kolom (15) “D” atau Dampak yaitu kolom yang menggambarkan dampak pada risiko tersebut dengan menggunakan skor yang
memiliki interval 1-5. Keterangan skor dapat dilihat di Petunjuk Pengisian Daftar Risiko
 Kolom (16) “TR” atau Tingkat Risiko yaitu kolom hasil perkalian dari kolom “P(Probability” dan “D(Dampak)”. Keterangan skor dapat
dilihat di Petunjuk Pengisian Daftar Risiko
 Kolom (17) “PR” atau Peringkat Risiko yaitu kolom yang menjelaskan hasil perkalian dari kolom “P(Probability” dan “D(Dampak)”
termasuk kedalam klasifikasi tingkat risiko mulai dari Sangat Rendah sampai Sangat Tinggi . Keterangan skor dapat dilihat di
Petunjuk Pengisian Daftar Risiko
 Kolom (18) “Pemilik Risiko” yaitu individu yang memiliki terhadap risiko tersebut
 Lalu klik “back” untuk kembali ke halaman depan melanjutkan ke tahap selanjutnya

38
3. Analisis Kecukupan Pengendalian Yang Ada dan Rencana Kegiatan Pengendalian

39
Pada “Analisis Kecukupan Pengendalian Yang Ada dan Rencana Kegiatan Pengendalian” dimulai dari kolom “Rencana Pengendalian”
 Pada kolom (10) “Uraian” yaitu uraian tentang rencana pengendalian risiko yang akan dilakukan
 Pada kolom (11) “Jadwal” yaitu rentang waktu dilakukan rencana pengendalian tersebut
 Pada kolom (12) “Pemilik Risik” yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap risiko tersebut
 Pada kolom (13) “PJ Tindak Lanjut” yaitu orang yang memiliki tanggung jawab untuk menindaklanjuti rencana pengendalian risiko
tersebut sesuai jadwal

40
4. Daftar Risiko

Memperlihatkan Dafatar risiko dan rencana pengendalian yang dimiliki oleh Unit, Bidang, Bagian, dll.

41
5. Evaluasi Risiko

42
Pada “Evaluasi Risiko” dimulai dari kolom “Evaluasi risiko”
 Pada kolom (12) “P” atau Probability yaitu frekuensi kemungkinan terjadinya risiko dengan pengendalian yang baru direncanakan.
Hal ini dapat diisi sebelum ataupun setelah berjalannya pengendalian risiko yang sudah direncanakan dengan menggunakan skor
yang memiliki interval 1-5. Keterangan skor dapat dilihat di Petunjuk Pengisian Daftar Risiko
 Pada kolom (13) “D” atau Dampak yaitu kolom yang menggambarkan dampak pada risiko tersebut dengan pengendalian yang baru
direncanakan. Hal ini dapat diisi sebelum ataupun setelah berjalannya pengendalian risiko yang sudah direncanakan dengan
menggunakan skor yang memiliki interval 1-5. Keterangan skor dapat dilihat di Petunjuk Pengisian Daftar Risiko
 Pada kolom (14) “Residu Tingkat Resiko” yaitu kolom hasil perkalian dari kolom “P(Probability” dan “D(Dampak)”. Keterangan skor
dapat dilihat di Petunjuk Pengisian Daftar Risiko
 Kolom (15) “Penurunan Tingkat Risiko” kolom yang hasil perhitungan kolom 8 “Tingkat Resiko” dikurangi kolom (14) “residu Tingkat
Resiko dibagi kolom (8) “Tingkat Resiko” dikali 100%

43
6. Profil Risiko

Pada bagian ini diisi :

44
 Pada kolom (5) “Akar Masalah (Penyebab Utama Risiko)” yang perlu di analisis bersama dengan pimpinan dan unit terkait lainnya
dan pada bagian ini
 Pada kolom (8) “Controllability” yaitu seberapa sulit atau tidak sulit risiko tersebut dikontrol dengan interval 1 – 4
 Pada kolom (10) “Ranking” yaitu kolom yang otomatis akan terisi ketika kita masukkan hasil controllalbility pada kolom (8) sehingga
kita dapat memprioritaskan risiko apa yang dikerjakan terlebih dahulu

45

Anda mungkin juga menyukai