Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KERJA


DALAM KEPERAWATAN

PRINSIP DAN KONSEP KESELAMATAN PASIEN SERTA


PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN MANUSIA PADA
KESELAMATAN PASIEN

DISUSUN OLEH:

1. ANITA WAHYU RAHMAWATI 1130021045


2. FITRIYA ANGGRAINI 1130021051
3. CHANTIKA ROSDIANA P 1130021057

DOSEN FASILITATOR:
MUHAMMAD KHAFID,S.Kep.,Ns.,M.Si

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia- Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “PRINSIP
DAN KONSEP KESELAMATAN PASIEN” Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Keselamatan
pasien. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhir
kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai semua usaha kita. Aamiin.

Surabaya, 22 februari 2023


DAFTAR ISI

MAKALAH ................................................................................................................... 1
KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM
KEPERAWATAN......................................................................................................... 1
PRINSIP DAN KONSEP KESELAMATAN PASIEN SERTA PENGARUH
FAKTOR LINGKUNGAN DAN MANUSIA PADA KESELAMATAN PASIEN ..... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB 1 ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan............................................................................................................ 5
BAB II ........................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Patient Safety ................................................................................... 6
2.2 Standar Keselamatan Pasien.............................................................................. 7
2.3 LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PELAKSANAAN PATIENT
SAFETY .................................................................................................................... 9
2.4 RUMAH SAKIT WAJIB MEMBENTUK TKPRS ......................................... 10
2.5 Pengaruh faktor lingkungan pada keselamatan pasien ................................... 11
2.6 Pengaruh faktor manusia pada keselamatan pasien ....................................... 11
2.7 Budaya lingkup kerja perawat dalam peningkatan keselamatan pasien...... 14
BAB III ........................................................................................................................ 17
PENUTUP ................................................................................................................... 17
3.1 KESIMPULAN.................................................................................................. 17
3.2 SARAN ............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 18
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Patient safety atau keselamatan pasien di Indonesia menjadi salah
satu indikator pelayanan kesehatan, diatur dalam pasal 43 Undang-Undang
No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan untuk kepentingan
pelaksanaannya maka ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien yang merupakan
penyempurnaan dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/MENKES/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
dengan menganalisa perkembangan dan kebutuhan pelayanan di fasilitas
pelayanan kesehatan
Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang
perlu diperhatikan oleh tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien. Keselamatan pasien adalah suatu system dimana rumah sakit
memberikan asuhan kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya
cidera akibat kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. System tersebut
meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi
untuk meminimalkan resiko.
Setiap tindakan pelyanan kesehatan yang diberikan kepada pasien
sudah sepatutnya member dampak positif dan tidak memberikan kerugian
bagi pasien. Oleh karena itu, Rumah Sakit harus mempunyai standar
tertentu dalam memberikan pelyanan kepada pasien. Standar tersebut
bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelyanan
kesehatan yang baik serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan asuhan kepada pasien. Selain itu, beberapa pasal dalam
undang-undang kesehatan yang membahasa secraa rinci mengenai hak dan
keselamatan pasien.
Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan
oleh setiap petugas medis yang terlibat dalam memberikan pelyanan
kesehatan kepada pasien. Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan, dan
lingkungan serta pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta
kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga medis harus
memiliki pengetahuan menenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan
teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga keselamatan dari pasien.

1.3 Tujuan
a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, banyaknya
kesalahan dalam menjaga pelayanan mutu keselamatan pasien di rumah
sakit maka budaya keselamatan pasien sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan keselamatan pasien sehingga menjadikan pelaksaan
keselamatan pasien merupakan budaya dalam melaksanakan kegiatan
asuhan keperawatan,
b) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap keselamatan pasien
yaitu dengan membuat peraturan-peraturan rumah sakit yang membuat
kualitas keselamatan pasien di rumah sakit meningkat dan angka kejadian
kesalahan di rumah sakit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Patient Safety

Patient Safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah
sakit menjadi lebih aman. Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000
patient safety adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cidera karena
kecelakaan. Menurut Supari, tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera
aksidental atau menghindarkn cidera pada pasien akibat perawatan medis dan
kesalahan pengobatan.

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi
dan pengelolaan yang berhubungan dengan resiko pasien, laporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi
untuk meminimalkan resiko.

Cooper et al (2000) dalam mendifinisikan bahwa “patient safety as the


avoidance, prefention and amelioration of adverse outcomes or injurys stemmink
from the processes of health care. “ Pengertian ini maksudnya bahwa pasien safety
merupakan penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang tidak
diharapkan atau mengatasi cidera-cidera dari proses pelayanan kesehatan.

Pasien safety melibatkan system operasional dan system pelayanan yang


meminimalkan kemungkinan kejadian adverst event/ error dan memaksimalkan
langkah-langkah penanganan bila error telah terjadi. System ini mencegah
terjadinya cdera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Tujuan pasien safety adalah :

1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.


2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.

3) Menurunnya KTD ( kejadian tidak diinginkan) di rumah sakit.

4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak


terjadi pengulangan KTD.

2.2 Standar Keselamatan Pasien


Standar keselamatan pasien wajib diterapkan rumah sakit dan penilaiannya
dilakukan dengan menggunakan instrumen akreditasi rumah sakit. Standar
keselamatan pasien rumah sakit disusun mengacu pada “Hospital Patient Safety
Standards” yang dikeluarkan oleh Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA tahun 2002 yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi perumahsakitan di Indonesia (Kemenkes RI, 2015). Menurut Kemenkes RI
(2015), standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh standar, yaitu :

a. Hak pasien

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang


rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak
diharapkan.

b. Mendidik pasien dan keluarga

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar


tenaga dan antar unit pelayanan.

d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan

evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien Rumah sakit harus


mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
kejadian tidak diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien


secara terinterasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko


keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi kejadian tidak
diharapkan.

3) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit


dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.

4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,


mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan
pasien.

5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektivitas kontribusinya dalam


meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

1) Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan, dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.

2) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan


untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.

g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan


pasien.

1) Rumah sakit merencanakan dan mendesaian proses manajemen informasi


keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan infromasi internal dan eksternal.

2) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.


2.3 LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PELAKSANAAN PATIENT SAFETY

1. Di Rumah Sakit

a. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan
susunan organisasi sebagai berikut: Ketua: dokter, Anggota: dokter, dokter gigi,
perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.

b. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan


internal tentang insiden

c. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien


Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia.

d. Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan
menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.

e. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan


hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang
baru dikembangkan.

2. Di Provinsi/Kabupaten/Kota

a. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-rumah sakit di


wilayahnya

b. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan anggaran


terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit.

c. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit 3.

3. Di Pusat

a. Membentuk komite keselamatan pasien Rumah Sakit dibawah Perhimpunan


Rumah Sakit Seluruh Indonesia

b. Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit


c. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas
Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah sakit pendidikan
dengan jejaring pendidikan..

d. Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatanpasie

2.4 RUMAH SAKIT WAJIB MEMBENTUK TKPRS


Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 6
mewajibkan setiap Rumah Sakit membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(TKPRS) yang ditetapkan oleh Kepala Rumah Sakit sebagai pelaksana kegiatan
keselamatan pasien. TKPRS bertanggung jawab kepada Kepala Rumah Sakit.
Keanggotaan TKPRS terdiri dari manajemen Rumah Sakit dan unsur dari profesi
kesehatan di Rumah Sakit.

Tugas TPKRS adalah :

1. Mengembangkan program keselamatan pasien Rumah Sakit sesuai dengan


kekhususan Rumah Sakit tersebut;

2. Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan pasien


Rumah Sakit;

3. Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan


(monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang terapan (implementasi) program
keselamatan pasien Rumah Sakit;

4. Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan Rumah Sakit untuk
melakukan pelatihan internal keselamatan pasien Rumah Sakit;

5. Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta mengembangkan


solusi untuk pembelajaran;

6. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada Kepala Rumah Sakit dalam


rangka pengambilan kebijakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit;dan

7. Membuat laporan kegiatan kepada Kepala Rumah Sakit.


2.5 Pengaruh faktor lingkungan pada keselamatan pasien

Dalam pencegahan infeksi, desain lingkungan perawatan pasien harus memenuhi


persyaratan aman perawatan berkualitas tinggi dengan mempertimbangkan hal
berikut

1) Memaksimalkan kenyamanan dan martabat pasien.

2) Menjamin kemudahan pelaksanaan perawatan profesional.

3) Membuat ketentuan yang sesuai untuk anggota keluarga dan pengunjung.

4) Meminimalkan resiko infeksi.

5) Meminimalkan resiko efek samping lain sperti jatuh atau kesalahan


pengobatan.

6) Mengelola transportasi pasien.

7) Memungkinkan untuk fleksibilitas penggunaan dari waktu ke waktu dan


persyaratan perencanaan pelayanan selanjutnya.

2.6 Pengaruh faktor manusia pada keselamatan pasien

Human Factors In Patient Safety Model yang dikembangkan oleh Royal


College Of Nursing (RCN) adalah model yang disarankan untuk mengadopsi
perspektif sistem keselamatan pada dunia keperawatan dengan mempertimbangkan
berbagai faktor kontekstual yang berhubungan dengan manusia dalam sistem untuk
mempengaruhi kinerja perawat.

Faktor manusia didefinisikan sebagai disiplin ilmiah bukan kumpulan faktor


tentang manusia, yang dapat mempengaruhi perilaku yang mengakibatkan
kesalahan pada pasien. Faktor manusia menghasilkan faktor langsung berupa
tindakan atau kelalaian yang mempengaruhi praktik keperawatan, sehingga
berpotensi untuk memperbaiki hal-hal yang memperburuk Sistem & Budaya
melalui intervensi perbaikan sistem dan budaya (RCN,2014). Analisis sistem faktor
manusia menyediakan cara untuk mengidentifikasi di mana potensi kesalahan yang
mungkin timbul.
Manfaat menerapkan Human Factors In Patient Safety Model bagi seorang
pemimpin di tatanan keperawatan adalah dapat memahami mengapa staf membuat
kesalahan

dan faktor mana yang mengancam keselamatan pasien, memperbaiki


budaya keselamatan tim dan organisasi, meningkatkan kerja tim dan memperbaiki
komunikasi antar staf, memperbaiki disain sistem dan peralatan dalam menunjang
mutu pemberian asuhan keperawatan, mengidentifikasi apa yang 'salah' dan
memprediksi apa yang 'bisa salah' dan yang penting selanjutnya adalah menganalisa
bagaimana alat tertentu dapat membantu mengurangi kemungkinan bahaya pada
pasien (Patient Safety First, 2010).

A. Pengetahuan yang Diperlukan

- Istilah human factor atau ergonomik umumnya digunakan mendeskripsikan


interaksi antara tiga aspek saling berhubungan: individu di tempat kerja, tugas yang
dibebankan untuk individu tersebut, dan tempat kerjanya. Human factor merupakan
ilmu yang menggunakan banyak disiplin misalnya anatomi, fisiologi, fisika, dan
biomekanik untuk mengetahui bagaimana orang bertindak di bawah kondisi-
kondisi yang berbeda. Human factor didefinisikan sebagai studi yang mencakup
semua faktor yang membuatnya lebih mudah untuk melakukan pekerjaan dengan
cara yang benar.

- Definisi yang lain dari human factor adalah studi dari hubungan saling
terkait antara manusia, instrumen, dan alat yang mereka gunakan di tempat
kerjanya, maupun di lingkungan dimana mereka bekerja.

- Semua orang bisa mengaplikasikan pengetahuan human factor dimanapun


mereka bekerja. Pada tatanan pelayanan kesehatan, pengetahuan human factor bisa
membantu proses desain yang membuat menjadi lebih mudah bagi perawat maupun
dokter untuk melakukan pekerjaannya dnegan benar.

- Aplikasi human factor sangatlah relefan dengan patient safety yang


tertanam dalam disiplin human factor, yang merupakan ilmu dasar dari
keselamatan. Human factor bisa menunjukkan kepada kita bagaimana meyakinkan
orang lain jika kita melakukan praktik berdasarkan keselamatan, berkomunikasi
baik dengan tim, dan menyerah terimakan tanggungjawab kepada profesi tenaga
kesehatan lain.

- Banyak pelayanan kesehatan yang tergantung pada manusia yaitu dokter


dan perawat yang menyediakan pelayanan. Orang yang ahli pada human factor
meyakini bahwa kesalahan bisa dikurangi dengan memfokuskan pada pemberi
pelayanan kesehatan dan mempelajari bagaimana mereka saling berinteraksi dan
bagaimana hubungan mereka dengan lingkungannya.

- Prinsip human factor bisa diadaptasi pada berbagai lingkungan, Pada


tatanan pelayanan kesehatan misalnya mengobservasi penyebab yang mendasari
dari efek samping yang berhubungan dengan miskomunikasi dan tindakan tenaga
kesehatan ataupun pasien didalam sistem. Banyak yang berpikir jika kesulitan
komunikasi antara tim tenaga kesehatan terjadinya berdasarkan fakta dari masing-
masing tenaga memiliki sejumlah tugas yang harus dilakukan pada satu waktu.

- Ilmu human factor menunjukkan bahwa yang paling penting bukan jumlah
tugasnya namun sifat tugasnya yang sedang dilakukan. Dokter mungkin
menceritakan kepada mahasiswanya langkah sederhana dari operasi saat dokter
tersebut melakukan operasi namun jika kasusnya tergolong sulit, dokter bedah
tersebut tidak dapat melakukannya karena membutuhkan konsentrasi yang lebih.
Pemahaman dari human factor dan ketaatan terhadap prinsip human factor saat ini
menjadi dasar penting untuk mendisiplinkan patient safety.

- Ahli human factor menggunakan pandangan berbasis praktik dan prinsip


dalam mendesain cara untuk membuatnya lebih mudah dalam melakukan tindakan
seperti:

(1) mengorder medikasi,

(2) serah terima informasi,

(3) memindahkan pasien, dan

(4) skema terkait pengobatan dan pesanan lainnya secara elektronik.

Jika tugas-tugas ini dibuat lebih mudah untuk praktisi pelayanan kesehatan, maka
dapat menyediakan asuhan pelayanan yang lebih aman. Hal ini membutuhkan
solusi desain yang terdiri dari software (sistem pengorderan lewat komputer),
hardware (infus pump), alat (skalpel, siringe), dan tata letak termasuk pencahayaan
dan lingkungan kerja.

- Sebagai catatan human factor tidak secara langsung terkait manusia seperti
namanya “human factor”. Namun lebih kepada pemahaman akan keterbatasan
manusia dan mendesain tempat kerja maupun peralatan yang kita gunakan sehingga
bisa digunakan oleh berbagai sifat manusia dan juga performance. Mengetahui
bagaimana lelah, stres, komunikasi yang jarang, pengetahuan dan skill yang
inadekuat berdampak pada keprofesionalan kesehatan, dan hal ini penting karena
akan membantu kita memahami karakteristik predisposisi yang mungkin
berhubungan dnegan kejadian yang tidak diharapkan maupun error.

- Manusia juga mudah mengalami distraksi yang mana merupakan kekuatan


maupun kelemahan. Distraksi membantu kita memperhatikan saat sesuatu yang
tidak biasa sedang terjadi. Kita juga sangat baik menyadari dan merespon situasi
secara cepat dan beradaptasi terhadap situasi maupun informasi baru. Namun,
distraksi ini memungkinkan kita kepada error, karena distraksi membuat kita
kekurangan perhatian pada aspek yang paling penting terkait tugas atau situasi.
Sebagai contoh adalah mahasiswa keperawatan mengambil darah dari pasien. Saat
mahasiswa sedang proses membersihkan setelah pengambilan darah, pasien
disebelah meminta bantuan. Mahasiswa tersebut berhenti terhadap tindakan yang
dilakukan dan melakukan bantuan dan melupakan melabel tabung darah. Atau
perawat yang melakukan medikasi dari order telepon dan mengalami interupsi dari
kolega yang bertanya disampingnya, perawat mungkin akan salah mendengar, atau
gagal mengecheck medikasi atau dosis sebagai dampak dari adanya distraksi..

2.7 Budaya lingkup kerja perawat dalam peningkatan keselamatan pasien

Budaya Keselamatan pasien merupakan hal yang mendasar di dalam


pelaksanaan keselamatan di rumah sakit. Rumah sakit harus menjamin penerapan
keselamatan pasien pada pelayanan kesehatan yang diberikannya kepada pasien,
Upaya dalam pelaksanaan keselamatan pasien diawali dengan penerapan budaya
keselamatan pasien .
Hal tersebut dikarenakan berfokus pada budaya keselamatan akan
menghasilkan penerapan keselamatan pasien yang lebih baik dibandingkan hanya
berfokus pada program keselamatan pasien saja (El-Jardali, Dimassi, Jamal, Jaafar,
& Hemadeh, 2011). Budaya keselamatan pasien merupakan pondasi dalam usaha
penerapan keselamatan pasien yang merupakan prioritas utama dalam pemberian
layanan kesehatan

Pondasi keselamatan pasien yang baik akan meningkatkan mutu pelayanan


kesehatan khususnya asuhan keperawatan.Penerapan budaya keselamatan pasien
yang adekuat akan menghasilkan pelayanan keperawatan yang bermutu. Pelayanan
kesehatan yang bermutu tidak cukup dinilai dari kelengkapan teknologi, sarana
prasarana yang canggih dan petugas kesehatan yang profesional, namun juga
ditinjau dari proses dan hasil pelayanan yang diberikan (Ilyas, 2004). Rumah sakit
harus bisa memastikan penerima pelayanan kesehatan terbebas dari resiko pada
proses pemberian layanan kesehatan (Cahyono, 2008; Fleming & Wentzel, 2008).
Penerapan keselamatan pasien di rumah sakit dapat mendeteksi resiko yang akan
terjadi dan meminimalkan dampaknya terhadap pasien dan petugas kesehatan
khususnya perawat.Penerapan keselamatan pasien diharapkan dapat
memungkinkan perawat mencegah terjadinya kesalahan kepada pasien saat
pemberian layanan kesehatan di rumah sakit. Hal tersebut dapat meningkatkan rasa
aman dan nyaman pasien yang dirawat di rumah sakit (Armellino, Griffin, &
Fitzpatrick, 2010). Pencegahan kesalahan yang akan terjadi tersebut juga
dapatmenurunkan biaya yang dikeluarkan pasien akibat perpanjangan masa rawat
yang mungkin terjadi . Pelayanan yang aman dan nyaman serta berbiaya rendah
merupakan ciri dari perbaikan mutu pelayanan.Perbaikan mutu pelayanan
kesehatandapat dilakukan dengan memperkecil terjadinya kesalahan dalam
pemberian layanan kesehatan. Penerapan budaya keselamatan pasien akan
mendeteksi kesalahan yang akan dan telah terjadi (Fujita et al.,2013; Hamdan &
Saleem, 2013).

Budaya keselamatan pasien tersebut akan meningkatkan kesadaran untuk


mencegah errordan melaporkan jika ada kesalahan (Jeffs, Law, & Baker, 2007).
Hal ini dapat memperbaiki outcome yang dihasilkan oleh rumah sakit tersebut.
Tujuan adalah Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit,
banyaknya kesalahan dalam menjaga pelayanan mutu keselamatan pasien di rumah
sakit maka budaya keselamatan pasien sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
keselamatan pasien sehingga menjadikan pelaksaan keselamatan pasien merupakan
budaya dalam melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan, Meningkatnya
akuntabilitas rumah sakit terhadap keselamatan pasien yaitu dengan membuat
peraturan-peraturan rumah sakit yang membuat kualitas keselamatan pasien di
rumah sakit meningkat.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hal yang dapat kita simpulkan adalah bahwa untuk mewujudkan patient safety
butuh upaya dan kerjasama berbagai pihak, pasien safety merupakan upaya dari
seluruh komponen sarana pelayanan kesehatan.

Tujuan pasien safety adalah :

1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.

2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.

3) Menurunnya KTD ( kejadian tidak diinginkan) di rumah sakit.

4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak


terjadi pengulangan KTD

3.2 SARAN
Pantient safety merupakan tanggung jawab kita bersama sehingga untuk
mewujudkan patient safety dibutuhkan Kerjasama yang baik dari pihak RS maupun
keluarga pasien selaku penerima pelayanan, terutama sebagai perawat. Selain
kebijakan RS, alur pelayanan, kita adalah bagian terpenting yang harus mampu
mewujudkan patient safety karena kita yang selalu berada di dekat pasien hamper
setiap waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Ulrich, B. and Kear, T. (2014) ‘Patient Safety and Patient Safety Culture
Fujita et al.,2013; Hamdan & Saleem, 2013.
El-Jardali, Dimassi, Jamal, Jaafar, & Hemadeh, 2011
Supari, tahun 2005, patient safety
Samra, R. et al. (2016) ‘How to Monitor Patient Safety in Primary Care?
Healthcare Professionals’ Views’, Journal of the Royal Society of Medicine

Anda mungkin juga menyukai