Anda di halaman 1dari 28

MONITORING DAN EVALUASI

“PATIENT SAFETY”

KELOMPOK 08

OLEH :

I KADEK YUNA WIRAWAN P07120018095


NI PUTU DUITA JANA SRI DEWI P07120018103
CINTYA YUNITA DEWI P07120018112

KELAS 1.3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI D-III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2019

1
KATA PENGANTAR

n ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyusun paper ini dengan baik dan tepat waktu
emenuhi kurikulum pembelajaran dan digunakan sebagai acuan pembelajaran di kelas.
ah ini, tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada :
ti selaku dosen mata kuliah Management Patient Safety
nantiasa mendukung secara moral maupun materiil, dan
g secara langsung atau tidak langsung ikut membantu teselesaikannnya paper ini.
aper ini sangat jauh dari sempurna, maka dari ini kami mohon maaf jika ada salah kata dan penulisan dalam paper ini, kam
ritikan dan saran demi kemajuan dalam penyusunan paper yang lebih baik.

Om”

1
DAFTAR ISI

COVER ..................................................... i
KATA PENGANTAR ........................... ii
DAFTAR ISI .......................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................1
1.1 Latar Belakang ....................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................2
1.3 Tujuan ..................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................3
2.1 Pengertian dari patient safety...........3
2.2 Konsep dan Prinsip Patient Safety ...4
2.3 Langkah-Langkah Patient Safety .....8
2.4 Kebijakan yang Mendukung Keselamatan Patien Safety 11
2.5 Pengertian Monitoring dan Evaluasi Patient Safety 13
2.5.1 Kriteria monitoring dan Evaluasi Patient Safety 14
2.5.2 Tujuan Monitoring dan Evaluasi Patient Safety 14
2.5.3 Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Patient Safety 15
2.5.4 Waktu Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Patient Safety 15
2.5.5 Kuisioner Monitoring dan Evaluasi Program Patient Safety 16
BAB III PENUTUP ............................. 24
3.1 Simpulan ........................................... 24
3.2 Saran .................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang perlu
diperhatikan oleh tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien.Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan
asuhan kepada pasien secara aman serta mencegahterjadinya cidera akibat kesalahan
karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko (Depkes 2008).
Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya
memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien. Oleh karena itu,
rumah sakit harus memiliki standar tertentu dalam memberikan pelayanan kepada
pasien. Standar tersebut bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima
pelayanan kesehatan yang baik serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan asuhan kepada pasien. Selain itu, keselamatan pasien juga tertuang
dalam undang-undang kesehatan. Terdapat beberapa pasal dalam undang-undang
kesehatan yang membahas secara rinci mengenai hak dan keselamatan pasien.
Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap petugas
medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Tindakan
pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya
menunjang keselamatan serta kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu,

3
tenaga medis harus memiliki pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui
secara luas dan teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari patien safety?
1.2.2 Apa saja konsep dan prinsip patient safety?
1.2.3 Bagaimana langkah-langkah patient safety?
1.2.4 Apa kebijakan yang mendukung keselamatan patient safety?
1.2.5 Apa pengertian dari monitoring dan mvaluasi Patient Safety
1.2.5.1 Bagaimana kriteria monitoring dan evaluasi patient safety?
1.2.5.2 Apa tujuan monitoring dan evaluasi patient safety?
1.2.5.3 Bagaimana pelaksanaan monitoring dan evaluasi patient
safety?
1.2.5.4 Bagaimana waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi patient
safety?
1.2.5.5 Bagaimana kuisioner monitoring dan evaluasi program patient
safety?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari patient safety
1.3.2 Untuk mengetahui konsep dan prinsip patien safety
1.3.3 Untuk mengetahui langkah-langkah patient safety
1.3.4 Untuk mengetahui kebijakan yang mendukung keselamatan patient
safety
1.3.5 Untuk mengetahui kriteria monitoring dan evaluasi patient safety
1.3.6 Untuk mengetahui monitoring dan evaluasi patient safet

4
1.3.5.1 Bagaimana kriteria monitoring dan evaluasi patient safety?
1.3.5.2 Apa tujuan monitoring dan evaluasi patient safety?
1.3.5.3 Bagaimana pelaksanaan monitoring dan evaluasi patient
safety?
1.3.5.4 Bagaimana waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi
patient safety?
1.3.5.5 Bagaimana kuisioner monitoring dan evaluasi program patient
safety?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Patient Safety


Menurut Supari tahun 2005,patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau
menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan.
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI,
2006). Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak
adanya kesalahan atau bebas dari cidera karena kecelakaan. Keselamatan pasien
(patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Sistem tersebut meliputi:
1. Assessment Risiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Adapun Tujuan Sistem Patient safety yaitu :

5
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
c. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
d. Terlaksananya program-program pencegahan penanggulangan KTD
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
a. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
b. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)
c. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari
pengobatan resiko tinggi)
d. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)
e. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
f. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka
karena jatuh)

2.2 Konsep dan Prinsip Patient Safety


Patient safety adalah pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas
dari cedera yang potensial akan terjadi (penyakit,cederafisik/sosial psikologis, cacat,
kematian ) terkait dengan pelayanan kesehatan (KKP-RS, 2008). Patient Safety
(keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk: assesment resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera
yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (DepKes,2006).
1. Kebijakan DepKes tentang keselamatan pasienrumah sakit antara lain:
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit.
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
c. Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD).
d. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD.
2. Kebijakan patient safety di rumah sakit antara lain:
a. Rumah Sakit wajib melaksanakan sistim keselamatan pasien.
6
b. Rumah Sakit wajib melaksanakan 7 langkah menuju keselamatan pasien.
c. Rumah Sakit wajib menerapkan standart keselamatan pasien.
d. Evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien akan dilakukan melalui program
akreditasi rumah sakit.
3. Sistem keselamatan pasien rumah sakit :
a. Pelaporan insiden, laporan bersifat anonim dan rahasia.
b. Analisa, belajar, riset masalah dan pengembangan taxonomy.
c. Pengembangan dan penerapan solusi serta monitoring/evaluasi.
d. Penetapan panduan, pedoman, SOP, standart indikator keselamatan pasien
berdasarkan pengetahuan dan riset.
e. Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarganya.
4. Standar patient safety
Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety
Standards”
yang dikeluarkan oleh Joint, Commisionon Accreditation of Health Organization ,
Illois ,USA, tahun 2002), yaitu:
1). Hak pasien
Standarnya adalah
Pasien & keluarganya mempunyai hak
untuk mendapatkan informasi tentang rencana & hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (KejadianTidak Diharapkan).
Kriterianya adalah sebagai berikut:
a) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
c) Dokter penanggung jawab pelayanan wajibmemberikan penjelasan yang jelas
dan benar kepada
pasien dan keluarga tentang rencana dan hasilpelayanan, pengobatan atau prosed
ur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
2). Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah RS harus mendidik pasien &keluarganya tentang kewajiban & ta
nggungjawabpasien dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan
dengan keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS
harus ada sistim dan mekanisme mendidik pasien &keluarganya tentang kewajiban
7
& tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien & keluarga dapat:
a) Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur
b) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c) Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
f) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3). Keselamatan pasien dan Kesinambungan Pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri sebagai berikut:
a) Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b) Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasiendan kelayakan sumber daya
c) Koordinasi pelayanan mencakup peningkatankomunikasi
d) Komunikasi dan transfer informasi antar profesikesehatan
4).Penggunaan metode peningkatan kinerja untukmelakukan evaluasi dan pro
gram peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah :
RS harus mendesai proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD
& melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP dengan kriteria sebagai
berikut :
a) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuai dengan ”Tujuh Langkah Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”
b) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
5). Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standarnya adalah
a) Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui penerapan “7
Langkah Menuju KP RS”

8
b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP
& program mengurangi KTD.
c) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi &koordinasi antar unit & individu b
erkaitan denganpengambilan keputusan tentang KP
d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji,
& meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
e) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja RS & KP, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang
lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden,
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien
6). Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya adalah:
a) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi
untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
b) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien, dengan kriteria sebagai berikut:

9
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat
topik keselamatan pasien
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
3) inservice training
4) dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
5) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
menukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.

7). Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan


pasien.
Standarnya adalah:
a) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat, dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dancmendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.

2.3 Langkah-Langkah Patient Safety


Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-VIII-
2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit
1). Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan kepemimpinan &
budaya yang terbuka dan adil”
Bagi Rumah sakit:
a) Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden,langkah kumpul fakta,
dukungan kepada staf, pasien,keluarga
b) Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden
c) Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
d) Lakukan asesmen dengan menggunakan survey penilaian KP

10
Bagi Tim:
a) Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
b) Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat

2). Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen & fokus yang kuat & jelas
tentang KP di RS anda”
Bagi Rumah Sakit:
a) Ada anggota Direksi yang bertanggung jawab atas KP
b) Di bagian-bagian ada orang yang dapat menjadi “Penggerak” (champion) KP
c) Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi/Manajemen
d) Masukkan KP dalam semua program latihan staf
Bagi Tim:
a) Ada “penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan KP
b) Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
c) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden

3). Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan system & proses


pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial
bermasalah”
Bagi Rumah Sakit:
a) Struktur & proses menjamin risiko klinis & non klinis,mencakup KP
b) Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
c) Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden & assesmen risiko &
tingkatkan kepedulian terhadap pasien
Bagi Tim:
a) Diskusi isu KP dalam forum-forum, untuk umpan balik kepada manajemen
terkait
b) Penilaian risiko pada individu pasien
c) Proses assesmen risiko teratur, tentukan akseptabilita setiap risiko, & langkah
memperkecil risiko tsb.

4). Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kepada KKP-RS”
11
Bagi Rumah Sakit:
a) Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dalam maupun
ke luar yang harus dilaporkan ke KKPRS – PERSI
Bagi Tim:
a) Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden & insiden yang telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga,sebagai bahan pelajaran yang penting

5). Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara komunikasi


yang terbuka dengan pasien”
Rumah Sakit:
b) Kebijakan : komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien & keluarga
c) Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden
d) Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka
kepada pasien & keluarga (dalam seluruh proses asuhan pasien)
Bagi Tim:
e) Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi insiden
f) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien & keluarga bila terjadi insiden
g) Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada pasien & keluarga

6). Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien,“dorong staf anda
untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian
itu timbul”
Bagi Rumah Sakit:
a) Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat,mengidentifikasi sebab
b) Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah
c) (Root Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis (FMEA)
atau metoda analisislain, mencakup semua insiden & minimum 1 x per tahun
untuk proses risiko tinggi
Bagi Tim:
a) Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
b) Identifikasi bagian lain yang mungkin terkena dampak & bagi pengalaman
tersebut

12
7). Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan pasien, “Gunakan
informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada
system pelayanan”
Bagi Rumah Sakit:
a) Tentukan solusi dengan informasi dari system pelaporan, assesmen risiko,
kajian insiden, audit serta analisis
b) Solusi mencakup penjabaran ulang sistem,penyesuaian pelatihan staf &
kegiatan klinis,penggunaan instrumen yang menjamin KP
c) Asesmen risiko untuk setiap perubahan
d) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
e) Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yangdiambil atas insiden
Bagi Tim:
a) Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
b) Telaah perubahan yang dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
c) Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan

2.4 Kebijakan yang Mendukung Keselamatan Pasien


Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah sebagai
berikut :
UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit
1. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
Pasal 53 (3) UU No.36/2009
“Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa pasien
Pasal 32n UU No.44/2009
“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit.
Pasal 58 UUNo.36/2009
a) dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan
atau kelalaian dalam Pelkes yang diterimanya.”
“Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
b) penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan
darurat.”
“…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan

13
2. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit
Pasal 29b UU No.44/2009
”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah
Sakit.”
Pasal 46 UU No.44/2009
“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatandi RS.”
Pasal 45 (2) UU No.44/2009
“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.”

3. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit


Pasal 45 (1) UU No.44/2009 TentangRumahsakit
“Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian
pasien setelah adanya penjelasan medis yang kompresehensif.”

4.Hak Pasien
Pasal 32d UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional”
Pasal 32e UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”
Pasal 32j UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan”
Pasal 32q UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana”
14
5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
Pasal 43 UU No.44/2009
a) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
b) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa,
dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian
yang tidak diharapkan.
c) RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
d) Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksisystem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
e) Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang keselamatan
pasien. Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi:
 Assessment risiko
 Identifikasi dan pengelolaan yang terkait resiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden
 Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan resiko

2.5 Pengertian Monitoring dan Evaluasi


Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi berdasarkan
indikator yang ditetapkan secara sistematis dan kontinue tentang kegiatan atau
program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan
program atau kegiatan itu selanjutnya. Monitoring adalah pemantauan yang dapat
dijelaskan sebagai kesadaran(awareness) tentang apa yang ingin diketahui,
pemantauan berkadar tingkat tinggi dilakukan agar yang ingin diketahui, pemantauan
berkadar tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu
yang menunjukkan pergerakan kearah tujuan atau menjauh dari itu.
Proses monitoring juga dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan data dan
pengukuran atas kemajuan atas objektif program (Widiastuti dan Susanto, 2012)
Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan,
keluaran, dan hasil terhadap rencana dan standar (Yumiari, 2017). Evaluasi

15
merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan
dampak kegiatan program atau proyek yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
serta sistematis dan objektif. Evaluasi juga diartikan sebagai pengukuran dari
konsekuensi yang dikehendaki dan tidak dikehendaki dari suatu tindakan yang telah
dilakukan dalam rangka mencapai beberapa tujuan yang akan dinilai (Hendrawan,
2009).
.

2.5.1 Kriteria Monitoring dan Evaluasi Patient Safety


 Di Rumah Sakit
1. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan
susunan organisasi sebagai berikut : Ketua : dokter, Anggota : dokter, dokter gigi,
perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya
2. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan
internal tentang insiden
3. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia
4. Rumah sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan
menerapkan tujuh langkahmenuju keselamatan pasien rumah sakit.
5. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayananmedis berdasarkan
hasil dari analisisakar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang baru
dikembangkan.
 Di Propinsi/Kabupaten/kota
1. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-rumah sakit di
wilayahnya
2. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan anggaran
terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit
3. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit..
 Di Pusat
1. Membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit dibawah Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia.
2. Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit

16
3. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas
Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumahsakit pendidikan
dengan jejaring pendidikan 4. Mengembangkan laboratorium uji coba program
keselamatan pasien

2.5.2 Tujuan Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi bertujuan memberikan gambaran lengkap tentang
implementasi program, terutama untuk mengetahui ketercapaian dari tentang
implementasi program, terutama untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang
dan hambatan yang terjadi sehingga Informasi ini berguna bagi pengambil
keputusan untuk melakukan penyesuaian dan perbaikan guna mencapai target yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien (Kemdikbud, 2013).

2.5.3 Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi


 Di Rumah Sakit
Pimpinan rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada unit-unit kerja di
rumah sakit terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja.
 Di Provinsi
Dinas Kesehatan Provinsi dan PERSI Daerah melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit di wilayah
kerjanya.
 Di Pusat
1). Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan Keselamatan Pasien Rumah Sakit di semua rumah sakit.
2). Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal satu tahun sekali (Winarsih,
2012).

2.5.4 Waktu Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi


Pelaksanaan monitoring di tingkat managemen lokal dilakukan secara intensif setiap
minggu, sedangkan untuk tingkat managemen pusat dilakukan dalam setiap
pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan (Ardana,2015).
Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi (Soebandi, 2016):
1. Budaya keselamatan pasien

17
2. Pendidikan dan pelatihanc.
3. Leadershipd
4. Pelaporan
5. Standarf
6. Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien ( Patient Safety Goals).

2.5.5 Kuisioner Monitoring dan Evaluasi Program Patient Safety


Contoh kuisioner monitoring dan evaluasi program patient safety (Soebandi,2016).

KUISOINER
MONITORING DAN EVALUASI
PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara menandai (X) pada asalah
satu jawaban yang dianggap paling benar:
1. Jawaban 0 = apabila belum ada pelaksanaan program/kegiatan
2. Jawaban 5 = apabila ada pelaksanaan tetapi belum berjalan dengan baik
3. Jawaban 10 = apabila pelaksanaan sudah berjalan dengan baik dan dilakukan
evaluasi serta tindak lanjut.
NO PERNYATAAN
JAWABAN
A BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
0 5 10
1. RS melakukan survey awal tentang budaya keselamatan pasien
2. RS menyusun strategi pengembangan program keselamatan pasien
berdasarkan hasil survei tersebut.
3. Tersedia sistem dan alur komunikasi yang jelas ketika terjadi
Insiden Keselamatan Pasien mencakup Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), Kejadian
Tidak Cedera (KTC), Kondisi Potensi Cedera (KPC)

18
4. Ada bukti sosialisasi Sistem dan alur komunikasi kepadaseluruh
staf di RS
5. Ada rapat koordinasi multi disiplin secara rutin untuk membahas
kasus-kasus sulit
6. RS melakukan evaluasi berkala tentang kepuasan Karyawan
Jumlah Score

JAWABAN
B PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
0 5 10
1. RS menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara
kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam
pelayanan pasien
2. RS mengintegrasikan topik Keselamatan Pasien dalam setiap
kegiatan in-service training
3. RS melaksanakan program pengembangan dan pelatihan staf
secara konsisten
4. RS melakukan workshop keselamatan pasien secara inhouse
training dan melibatkan Tim KKPRS
5. RS mengirim 2-3 orang staf untuk mengikuti workshop
keselamatan pasien yang diselenggarakan KKPRS PERS
6. RS mempunyai program orientasi yang memuat topic keselamatan
pasien bagi Staf yang baru masuk/pindahan/mahasiswa
7. Staf yang bertugas di unit khusus (ICU,ICCU,IGD,HD,,NICU,
PICU) mendapat pelatihan keselamatan pasien
Jumlah Score

C LEADERSHIP JAWABAN
0 5 10

19
1. Pimpinan melakukan pencanangan / deklarasi program
keselamatan pasien di RS
2. RS membentuk Komite/Tim / panitia keselamatan pasien yang
bertugas mengkoordinasikan dan melaksanakan program
keselamatan pasien di RS
3. Pimpinan melakukan rapat koordinasi multi disiplin secara berkala
untuk menilai perkembangan program keselamatan pasien
4. Pimpinan melakukan ronde keselamatan pasien(patient safety
walk around) secara rutin, diikuti berbagai unsur terkait.
5. Setiap timbang terima antar shift dilakukan briefing untuk
mengidentifikasi resiko keselamatan pasien dandebriefing untuk
memonitor resiko tersebut.
6. Pimpinan /Atasan / manajer memberi surat peringatan apabila ada
masalah keselamatan pasien yang terjadi berulang kali
7. Pimpinan memilih dan menetapkan champion disetiap unit/ bagian
sebagai motor penggerak pelaksanaan program keselamatan pasien
di RS
Jumlah Score

D PELAPORAN JAWABAN
0 5 10
1. Di RS tersedia sistem pelaporan insiden keselamatan pasien
2. Laporan Insiden keselamatan pasien dikelola oleh Tim/panitia
keselamatan pasien
3. Semua insiden keselamatan pasien yang dilaporkan dicatat dalam
buku register keselamatan pasien dan dianalisis
4. Hasil analisis insiden didesiminasi ke unit lain untuk pembelajaran
dan mencegah kejadian yang sama
5. Laporan insiden secara rutin di kirim ke KKPRS PERS
Jumlah Score

E STANDAR JAWABAN

20
0 5 10
1. RS menetapkan kebijakan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP) bagi setiap pasien dan wajib membuat rencana pelayanan
2. Tersedia bukti pelaksanaan DPJP yang memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang
rencana dan hasil pelayanan,pengobatan atau prosedur untuk
pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
3. RS mempunyai sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban serta tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien
4. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
Keselamatan Pasien
5. Tersedia program proaktif untuk meredesain proses dan
mengidentifikasi risiko keselamatan Analisa FMEA /HFMEA
6. Tersedia mekanisme untuk menangani dan melakukan analisis
risiko secara reaktif mis. RCA / Investigasi sederhana terhadap
semua Insiden Keselamatan Pasien termasuk “Kejadian Sentinel”
(Sentinel Event ) yang dipakai sebagai proses pembelajaran agar
kejadian yang sama tidak terulang kembali.
7. RS memiliki proses pendidikan dan pelatihan, serta orientasi bagi
pegawai baru/ mahasiswa mencakup keterkaitan jabatan dengan
Keselamatan Pasien secara jelas
8. Tersedia anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan Keselamatan Pasien.
Jumlah Score

F. IMPLEMENTASI SASARAN KESELAMATAN PASIEN


(PATIENT SAFETY GOALS)

1) IDENTIFIKASI PASIEN JAWABAN


0 5 10

21
1. Di RS tersedia Kebijakan dan prosedur yang mengarahkan
pelaksanaan identifikasi pasien yang konsisten pada semua situasi
dan lokasi
2. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak
boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien
3. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat,darah, atau produk
darah dan tindakan / prosedur.
4. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis
5. Pasien rawat inap memakai gelang untuk identifikasi pasien
dengan mencantumkan Nama lengkap, No RM dan tanggal lahir
Jumlah Score

2) MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF JAWABAN


0 5 10
1. RS Tersedia Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara
konsisten . Di RS tersedia SPO Komunikasi efektif menggunakan
format SBAR
2. Tersedia bukti bahwa perintah lengkap secara lisan dan yang
melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap
oleh penerima perintah
3. Tersedia mekanisme atau prosedur bukti bahwa perintah lengkap
lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan ditulis dan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah (write down and
read back )
4. Tersedia daftar singkatan yang tidak boleh dipakai
5. Tersedia SPO komunikasi pada saat serah terima antar shift jaga
antara perawat dengan perawat, antara perawat dengan dokter dan
antara dokter dengan dokter
6. Tersedia bukti pelaksanaan prosedur komunikasi pada saat serah
terima

22
7. Di RS tersedia SPO komunikasi penyampaian hasil pemeriksaan
yang mempunyai nilai kritis dan daftar hasil pemeriksaan
penunjang yang kritis mis lab,radiologi)
8. Tersedia bukti pelaksanaan SPO komunikasi penyampaian hasil
pemeriksaan yang mempunyai nilai kritis

Jumlah Score

3) PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG JAWABAN


PERLU DIWASPADAI
0 5 10
1. Tersedia Kebijakan dan/atau prosedur yang dikembangkan agar
memuat proses identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label,
dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Tersedia bukti bahwa elektrolit konsentrat tidak disimpan di unit
pelayanan pasien
3. Tersedia bukti bahwa elektrolit konsentrat yang disimpan di unit
pelayanan pasien diberi label yang jelas, dan disimpan pada area
yang dibatasi ketat (restricted) mis ICU, IGD atau OK
4. Di RS tersedia kebijakan/prosedur pemberian obat dengan benar (
benar orang, benar dosis, benar cara,
benar waktu ,benar obat, bekerja sesuai SPO)
5. Tersedia bukti pelaksanaan kebijakan/ prosedur pemberian obat
dengan benar ~ Read back & Teach back
6. Tersedia daftar obat yang perlu diwaspadai / high alert
Jumlah Score

4) KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT JAWABAN


PROSEDUR, TEPAT-PASIEN
OPERASI/TINDAKAN
0 5 10

23
1. Di RS Tersedia Kebijakan dan prosedur yangdikembangkan guna
mendukung keseragaman proses untuk memastikan : tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi
2. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat
dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien
di dalam proses penandaan, serta diberikan tanda oleh dokter yang
hendak melakukan operasi
3. Rumah sakit menggunakan surgical patient safety checklist untuk
memverifikasi saat preoperasi : tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat, dan fungsional.
4. Di RS tersedia prosedur pengecekan untuk mencegah tertinggalnya
benda asing pada tubuh pasien saat operasi (instrument, kasa)
5. Tersedia bukti pelaksanaan pengecekan untuk mencegah
tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien saat operasi
Jumlah Score

5) PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT JAWABAN


PELAYANAN KESEHATAN
0 5 10
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
hygiene terbaru (6 langkah) yang diterbitkan dan sudah diterima
secara umum (WHO Patient Safety)
2. Di RS tersedia kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan
3. Di RS tersedia fasilitas cuci tangan secara memadai
4. Tersedia bukti pelaksanaan secara konsisten kepatuhan cuci tangan
5 (lima) momen
Jumlah Score

24
6) MENGURANGI RISIKO PASIEN CEDERA JAWABAN
AKIBAT JATUH
0 5 10
1. Di RS tersedia kebijakan dan/atau prosedur yang dikembangkan
untuk mengarahkan pengurangan risiko berkelanjutan: pasien
cedera akibat jatuh
2. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh
dan melakukan asesmen ulang bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan, dll
3. Tersedia bukti bahwa langkah-langkah diterapkan untuk
mengurangi risiko pasien cedera akibat jatuh bagi pasien yang pada
hasil asesmen dianggap berisiko jatuh (diberikan penandaan pada
pasien yang dianggap berisiko jatuh)
4. Tersedia bukti bahwa langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik
keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari
kejadian tidak diharapkan
Jumlah Score
Jumlah Score Keseluruhan

Kriteria Standar Penilaian:


0 – 134 = Sangat Kurang
135 – 269 = Kurang
270 – 404 = Cukup
405 – 539 = Baik
540 – 670 = Sangat Baik

25
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi:
1. Assessment Risiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi berdasarkan
indikator yang ditetapkan secara sistematis dan kontinue tentang kegiatan atau
program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan
program atau kegiatan itu selanjutnya.
Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan, keluaran, dan
hasil terhadap rencana dan standar (Yumiari, 2017).
Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi (Soebandi, 2016):
1. Budaya keselamatan pasien
2. Pendidikan dan pelatihanc.
3. Leadershipd
4. Pelaporan
5. Standarf
6. Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien ( Patient Safety Goals).
3.2 Saran

26
Pada saat melaksanakan asuhan keperawatan seorang perawat atau tenaga medis
harus memperhatikan keselamatan pasien agar tidak terjadi cedera pada masa
perawatan dan selalu menerapkan 7 standar management pasient safety.

DAFTAR PUSTAKA
Syamsiah, Anwar . Managemen Keperawatan “Patient Safety” . Tersedia di :
www.scribd.com (Diakses pada: 9 Maret 2019)
Liana, Julay . Management Resiko Keselamatan Patient Rumah Sakit. Tersedia di:
https://www.academia.edu. (Diakses pada: 9 Maret 2019)
Ardana, Riuh. 2015. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kerjasama. Tersedia di:
www.scribd.com (Diakses pada: 10 Maret 2019).
Hendrawan, MF. 2009. Evaluasi. Tersedia di: repository.ipb.ac.id (Diakses pada: 10
Maret 2019).
Kemdikbud. 2013. Petunjuk Teknik Monitoring dan Evaluasi. Tersedia di:
paud.kemdikbud.go.id (Diakses pada: 10 Maret 2019).
Soebandi. 2016. Instrumen Monitoring dan Evaluasi Program Patient Safety.
Tersedia di: www.scribd.com (Diakses pada: 10 Maret 2019).
Winarsih, Ratna. 2012. Program Praktis Keselamatan Pasien Rumah Sakit .
Tersedia di: www.scribd.com (Diakses pada: 10 Maret 2019).
Yumari, Mulyono. 2017. Strategi Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran.
Yogyakarta: Deepublish.

27

Anda mungkin juga menyukai