Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN GERONTIK

“FAKTOR-FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN KEBUTUHAN GIZI LANSIA”

OLEH :
KELOMPOK 10 TINGKAT 3.3

1. Ni Gusti Ayu Widya Astuti P07120018099


2. I Gusti Agung Intan Berliana P07120018100
3. Ni Kadek Linda Juliantini P07120018101
4. Ni Ketut Suryani P07120018102
5. Ni Putu Duita Jana Sri Dewi P07120018103
6. Putu Milla Novelly Rezavenia P07120018104

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN AKADEMIK 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Terkait
Dengan Pemenuhan Gizi Lansia” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam penyelesaian
makalah ini ada beberapa kesulitan yang penulis temukan. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan dan pengalaman penulis, yang menyangkut masalah saluran pencernaan manusia.
Untuk itu, pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan anugrah-Nya kepada pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini dan semoga makalah ini dapat berguna untuk memberikan
kontribusi dalam mata kuliah keperawatan gerontik. Disamping itu penulis menyadari makalah
ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya.

Denpasar, 1Agustus 2020

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3. Tujuan Tulisan...........................................................................................2

1.4. Manfaat Tulisan.........................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................4

2.1. Tujuan Pemberian Nutrisi untuk Lansia.......................................................4

2.2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Keadaan Nutrisi pada Lansia


………………………………………………………………………...5

2.3. Kebutuhan Energi dan Zat Nutrisi Pada Lansia...........................................6

2.4. Perhitungan BB Ideal pada Lansia...............................................................9

2.5. Perhitungan Kebutuhan Energi untuk Lansia.............................................10

2.6. Masalah Gizi pada Lansia..........................................................................10


BAB III..................................................................................................................13

PENUTUP..............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lanjut usia (lansia) merupakan proses alamiah yang pasti akan dialami oleh semua
orang yang dikaruniai usia panjang. Di dalam proses anatomis, proses menjadi tua terlihat
sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan
berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi, dan
biokimia pada jaringan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2003).
Seseorang dikatakan lansia jika usianya lebih dari 60 tahun. Lansia dimulai setelah
pensiun, biasanya antara 65-75 tahun (Potter 7 Perry, 2005). Menurut WHO lansia
dikelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu usia pertengahan (middle age), usia 45-59 thaun,
lansia (elderly), usia 60-74 tahun, lansia tua (old) usia 75-90 tahun dan usia sangat tua diatas
90 than (Fatmah, 2010). Sedangkan di Indonesia pasal 1 UU RI No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia dikatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun keatas.
Lansia banyak mengalami perubahan seiring bertambahnya usia, baik perubahan
struktur dan fungsi tubuh, kemampuan kognitif maupun perubahan status mental. Perubahan
struktur dan fungsi tubuh pada lansia terjadi hampir di semua system tubuh, seperti sistem
saraf, pernafasan, endokrin, kardiovaskular dan kemampuan musculoskeletal. Salah satu
perubahan struktur dan fungsi terjadi pada sistem gastrointestinal. Herry (2008) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa perubahan pada sistem gastrointestinal dapat
menyebabkan penurunan efektifitas utiliasi zat-zat gizi dan nutrisi sehingga dapat
menyebabkan permasalahan gizi dan nutrisi yang khas pada lansia.
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada tubuh tentunya terdapat banyak faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap keadaan nutrisi pada lansia. Kita sebagai generasi muda
penerus bangsa hendaknya mengetahui sejak dini faktor-faktor tersebut agar dapat dihindari
serta sangat penting untuk mensosialisasikannya kepada seluruh lapisan masyarakat agar
dapat mencegah terjadinya gizi buruk yang marak terjadi dikalangan masyarakat kita. Selain
itu untuk memenuhi ketubuhan gizi dalam tubuh, khususnya pada lansia sangat penting

1
untuk mengetahui tata cara proses perhitungan berat badan ideal dan proses perhitungan
kebutuhan energi untuk lansia.
Dengan tercukupinya kebutuhan akan gizi makanan, tentunya kita akan memiliki
status gizi yang lebih baik, kebutuhan energi akan tercukupi maka dari itulah makalah ini
dapat membantu kita mengerti dalam mempelajari nutrisi pada lansia dan tata cara
menghitung berat badan ideal dan proses perhitungan energi untuk usia lebih lanjut serta
mengetahui masalah gizinya.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah tujuan pemberian nutrisi untuk lansia?
1.2.2 Apa sajakah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keadaan nutrisi pada lansia?
1.2.3 Bagaimanakah kebutuhan energi dan zat nutrisi pada lansia?
1.2.4 Bagaimanakah proses perhitungan berat badan ideal?
1.2.5 Bagaimanakah proses perhitungan kebutuhan energi untuk lansia?
1.2.6 Apa sajakah masalah gizi pada lansia?

1.3. Tujuan Tulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah :

1.3.1 Untuk mengetahui tujuan pemberian nutrisi untuk lansia


1.3.2 Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keadaan nutrisi pada
lansia
1.3.3 Untuk memahami kebutuhan energi dan zat nutrisi pada lansia
1.3.4 Untuk memahami proses perhitungan berat badan ideal
1.3.5 Untuk memahami proses perhitungan kebutuhan energi untuk lansia
1.3.6 Untuk mengetahui masalah gizi pada lansia

2
1.4. Manfaat Tulisan
1.4.1 Manfaat Praktis

Penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat dalam menambah kemampuan


mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada lansia dalam pemenuhan kebutuhan gizi.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat dalam menambah wawasan dan


kajian pustaka dalan mengembangkan ilmu gerontik khususnya pemenuhan kebutuhan
gizi pada lansia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tujuan Pemberian Nutrisi untuk Lansia


1. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanjut usia secara
memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat lansia serta terpeliharanya hubungan
yang harmonis antara lanjut usia dengan keluarga.
2. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah, karena dengan diberi kebutuhan
nutrisi yang tepat berarti lansia itu sudah mendapat haknya untuk mendapatkan
kebutuhan nutrisi sebagai manusia.
3. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia. Mereka dapat
melaksanakan kegiatan yang berarti walaupun usianya telah lanjut karena telah
mendapatkan kebutuhan nutrisi yang terjamin sesuai angka kecukupan gizi, maka energi
dalam tubuhnya mendukung guna melaksanakan kegiatan bermakna.
4. Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia. Pemberian nutrisi yang
tepat pada lansia berarti seseorang itu masih peduli dan hormat terhadap orang tua
walaupun usianya sudah lanjut , kebutuhan nutrisinya masih diperhatikan dengan baik
agar hidup orang tua itu tetap sehat. Dalam hal ini nilai penghormatan dan kepedulian
yang menjadi dasarnya.
5. Mempertahakan kesehatan yang baik supaya dapat hidup lebih mandiri. Dengan
diberikan asupan nutrisi yang seimbang, kesehatan sel, jaringan dan organ-organ pada
lansia akan tetap terjaga sehingga lansia masih mampu mempergunakan organ-organya
dengan baik untuk melaksanakan aktivitas maupun mobilitas yang ia inginkan.
6. Mencengah timbulnya penyakit degeneratif yang cenderung berjangkit pada manula.
Pemberian nutrisi yang tepat akan mencengah serangan penyakit degeneratif karena di
dalam makanan sudah terkandung antioksidan, mineral, zat makanan penting dan vitamin
untuk memelihara kesehatan dari organ-organ agar tidak menimbulkan penyakit.
7. Untuk mencapai status gizi yang maksimal, nutrisi yang tepat diberikan pada lansia akan
memaksimalkan status gizinya walaupun sudah tua, namun status gizinya tidak kurang

4
ataupun tidak berlebihan yang kadang berujung pada timbulnya penyakit yang berakibat
fatal, karena selalu diperhatikan kebutuhan nutrisinya.

2.2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Keadaan Nutrisi pada Lansia


1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi, atau ompong.
Kehilangan gigi penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa terjadi setelah
umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis,
asin, asam, dan pahit.
Indera pengecap menurun disebabkan adanya iritasi kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama
rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap tentang rasa asin, asam,
dan pahit.
3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
Esophagus mengalami penurunan motilitas, sedikit dilatasi atau pelebaran seiring
penuaan. Sfingter esophagus bagian bawah (kardiak) kehilangan tonus. Refleks muntah
pada lansia akan melemah, kombinasi dari faktor-faktor ini meningkatkan resiko
terjadinya aspirasi pada lansia.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
Terjadi atrofi mukosa. Atrofi dari sel kelenjar, sel parietal dan sel chief akan
menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran
lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung makanan menjadi
berkurang. Proses perubahan protein menjadi peptone terganggu. Karena sekresi asam
lambung berkurang rangsang lapar juga berkurang . Kesulitan dalam mencerna makanan
adalah akibat dari atrofi mukosa lambung dan penurunan motalitas lambung. Atrofi
mukosa lambung merupakan akibat dari penurunan sekresi asam hidrogen-klorik
(hipoklorhidria), dengan pengurangan absorpsi zat besi, kalsium, dan vitamin B 12.
Motilitas gaster biasanya menurun, dan melambatnya gerakan dari sebagian makanan
yang dicerna keluar dari lambung dan terus melalui usus halus dan usus besar .
5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi

5
Pada lansia terjadi perubahan dalam usus besar termasuk penurunan sekresi mukus,
elastisitas dinding rektum, peristaltic kolon yang melemah gagal mengosongkan rektum
yang dapat menyebabkan konstipasi. Pada usus besar kelokan-kelokan pembuluh darah
meningkat sehingga motilitas kolon menjadi berkurang. Keadaan ini akan menyebabkan
absorpsi air dan elektrolik meningkat (pada kolon sudah tidak terjadi absorpsi makanan),
feses menjadi lebih keras, sehingga keluhan sulit buang air besar merupakan keluhan
yang sering didapat pada lansia. Proses defekasi yang seharusnya dibantu oleh kontraksi
dinding abdomen juga seringkali tidak efektif karena dinding abdomen sudah melemah .
6. Penyerapan makanan di usus menurun.
Mukosa usus halus juga mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berkurang, sehingga
jumlah vili berkurang dan sel epithelial berkurang. Di daerah duodenum enzim yang
dihasilkan oleh pankreas dan empedu juga menurun, sehingga metabolisme karbohidrat,
protein, vitamin B12 dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda.

2.3. Kebutuhan Energi dan Zat Nutrisi Pada Lansia


Kebutuhan energi dan zat nutrisi pada lanjut usia dipengaruhi oleh konsumsi pangan yang
kurang seimbang. Karena kebutuhan gizi pada lansia belum terpenuhi sehingga
menyebabkan sebagaian besar lanjut usia mengalami masalah pada kebutuhan gizinya.
Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas biologis
tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan memperburuk kondisi lansia yang
secara alami memang sudah menurun. Pemenuhan kebutuhan energy dan nutrisi pada lansia
dapat terpenuhi melalui mengonsumsi makanan yang seimbang, yaitu makanan yang
mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta air.
1. Kalori
Kebutuhan  kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia
wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi
akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu
sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi
kurus.
2. Protein

6
Biasanya pada lansia terjadi penurnan masa otot, tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan
protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia
efisiensi penggunaan protein oleh tubuh telah berkurang yang disebabkan pencernaan dan
penyerapannya kurang efisien. Berdasarkan beberapa penelitian, untuk lansia sebaiknya
konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa.
Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
3. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi dapat menimbulkan penyakit
atherosclerosis atau penyumbatan pembuluh darah ke jantung. Dianjurkan pula 20% dari
konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh. Minyak nabati merupakan
sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung
asam lemak jenuh.
4. Serat Makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi dan
terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti dapat
menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran,
buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi
suplemen serat, karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat
menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap
tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan
menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-
bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
5. Vitamin dan Mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi vitamin
A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan ini terutama
disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran.
Kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium
yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia.
Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu

7
metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara
teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.
6. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk
mengganti yang hilang, membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal. Pada
lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
Susunan makanan sehari-hari untuk manula hendaknya tidak terlalu banyak
menyimpang dari kebiasaan makanan, serta disesuaikan dengan keadaan psikologisnya.
Pola makan disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan dan menu makanannya
disesuaikan dengan ketersediaan dan kebiasaan makan tiap lanjut usia. Menu makanan
manula dalam sehari dapat disusun berdasarkan konsep ‘4 sehat 5 sempuna” atau
“Konsep gizi seimbang”, sebagai contoh
Kelompok makanan pokok (utama) : nasi (1 porsi= 200 gram)
Kelompok lauk pauk : daging (1 potong= 50 gram), tahu (1 potong = 25 gr)
Kelompok sayuran : bayam (1 mangkok = 1001 gr)
Kelompok buah-buahan : pepaya (1 potong = 100 gr) dan susu (1 gelas = 100 gr)

Pola susunan makanan untuk manula dalam sehari


Komposisi Laki-laki Perempuan
Energi (kal) 1960 1700
Protein (gr) 50 44
Vitamin A (RE) 600 700
Thiamin (mg) 0,8 0,7
Riboflavin (mg) 1,0 0,9
Niasin (mg) 8,6 7,5
Vitamin B12
1 1
(mg)
Asam folat (mcg) 170 150
Vitamin C (mg) 40 30
Kalsium (mg) 500 500
Fosfor (mg) 500 450
Besi (mg) 13 16
Seng (mg) 15 15
Iodium (mcg) 150 150

Menu untuk manula dalam sehari

8
WAKTU MENU PORSI
Pagi Roti-telur-susu 1 tangkep 1 gelas
Selingan Papais 2 bungkus
Siang Nasi 1 piring
Semur 1 potong
Pepes tahu 1 bungkus
Sayur bayam 1 mangkok
Pisang 1 buah
Selingan Kolak pisang 1 mangkok
Malam Mie baso 1 mangkok
Pepaya 1 buah
Pedoman tata laksana gizi lansia untuk tenaga kesehatan. 2003. Direktorat gizi masyarakat
DJBKM. Depkes RI.

2.4. Perhitungan BB Ideal pada Lansia


1. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai
peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari
0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat
badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
2. Menghitung berat badan ideal pada lanjut usia :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160
cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih
Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang

2.5. Perhitungan Kebutuhan Energi untuk Lansia


Menurut Widya Karya Pangan Gizi tahun 1998, secara umum kecukupan gizi yang
dianjurkan untuk lansia (> 60 tahun) pada laki-laki adalah 2200 kalori dan pada wanita
adalah 1850 kalori. Kebutuhan energi pada lansia menurun sehubungan dengan penurunan
metabolisme basal (sel-sel banyak yang inaktif dan kegiatan fisik yang cenderung menurun).
Kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5% pada usia 40-49 tahun dan 10% pada usia 50-69

9
tahun.Untuk perhitungan kebutuhan energi setiap lansia dapat digunakan rumus yang
dianjurkan oleh FAO/WHO/UNU (1985) yang telah disesuaikan, yaitu :
Laki-laki           : (13,5 x BB) + 487 kkal
Wanita             : (10,5 x BB) + 596 kkal
BB       = Berat Badan (dapat digunakan BB sekarang atau BB ideal / normal, sesuai dengan
tujuan).
Gol. Umur BB
BB Ind Energi Protein
FAO
Laki-laki
51 – 65 th 65 62 2200 50
> 65 th 65 62 1900 50
wanita
50 – 64 th 55 54 1900 44
> 65 th 55 54 1700 44
AKG digunakan hanya untuk manusia sehat menurut IMT. Setelah status gizinya diketahui,
kemudian dikonversikan dengan tabel diatas.

2.6. Masalah Gizi pada Lansia


1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai
pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan
makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit
jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan
protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya
rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena
infeksi.
3. Kekurangan vitamin
10
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat. Seperti :
kurang vitamin A kekeringan selaput mata, kurang B1 penebalan pembuluh darah,
penyakit jantung koroner, hipertensi, kurang vitamin C sariawan, perdarahan gusi,
kurang vitamin D penurunan densitas tulang, kurang vitamin E sebagai anti oksidan.
4. Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut ‘tulang keropos’ yang disebabkan oleh penurunan densitas
tulang. Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada wanita, 45 tahun pada pria.Kurang
konsumsi kalsium pada jangka waktu lama.
5. Gout
Kelainan metabolisme asam urat kongenital. Asam urat dalam darah yang berlebih
menyebabkan nyeri dan pembengkakan sendi. Mengurangi konsumsi lemak.
6. Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobin yang tidak normal, kimia
yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh. Kurang Fe, asam folat, B12, dan
protein. Kemunduran proses metabolisme sel darah merah. Cepat lelah, lesu, otot lemah,
letih, pucat, kesemutan, sering pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk, HB < 8
gr/dl. Pria = 13 – 18 gr/dl. Wanita = 11,5 – 16,5 gr/dl.
7. Kurang Energi Kronis Penurunan nafsu makan berkepanjangan BB turun keriput dan
kurus.

Faktor Penyebab Kurang Gizi Pada Lansia


1. Keterbatasan ekonomi keluarga.
2. Penyakit kronis.
3. Pengaruh psikologis.
4. Hilangnya gigi.
5. Kesalahan pola makan.
6. Kurang pengetahuan tentang gizi dan cara pengolahan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan paparan di atas dapat diambil kesimpulan yaitu, kebutuhan energi dan zat
nutrisi pada lanjut usia dipengaruhi oleh konsumsi pangan yang kurang seimbang.
Pemenuhan kebutuhan energi dan nutrisi pada lansia dapat terpenuhi melalui mengonsumsi
makanan yang seimbang, yaitu makanan yang mengandung kalori, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral serta air. Masalah gizi yang sering dialami lansia adalah
gizi berlebih, gizi kurang, dan kekurangan vitamin

3.2. Saran
Sebagai mahasiswa diharapkan mampu memahami hal-hal apa saja yang berpengaruh
terhadap pemenuhan gizi dan nutrisi pada lansia. Setelah memahaminya diharapkan agar
mahasiswa mampu mensosialisasikan pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi dan gizi
pada masyarakat lansia sehingga dapat mengurangi angka gizi buruk yang marak terjadi di
kehidupan sekarang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Academia.(2009). Kebutuhan Nutrisi pada Lansia. Diperoleh 16 Oktober 2017, dari


https://www.academia.edu/6390298/I.Kebutuhan_Nutrisi_Pada_Lansia
Lentera Impian. (2010, 27 Februari). Gizi Pada Lansia. Diperoleh 16 Oktober 2017, dari
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/27/gizi-pada-lansia/
Mulyani,Sri.(2013).Gizi. Diperoleh 16 Oktober 2017, dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani-6619-3-babii.pdf
Posyandu Wijayakusuma. (2011, 5 April). Kebutuhan Gizi Lanjut Usia. Diperoleh 16 Oktober
2016, dari http://posyanduwijayakusuma.wordpress.com/2011/04/05/kebutuhan-gizi-
lanjut-usia/

13

Anda mungkin juga menyukai