Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP DAN PRINSIF PASIEN SAFETY

Diajukan sebagai

Tugas Mata Kuliah M.Patient Safety

DISUSUN OLEH:
ERNA DEWIFISIKA :2114401001
SELVI MUSTIANA :2114401015
DHITA FERDAMAIARZA :2114401029
ZACKY HOZI AL-MIQDAD :2114401043

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat,hidayah,dan
inayahnya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing. Atas bimbingan
dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada Kedua orangtua yang selalu member
semangat sertarekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya
makalahini.Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat member imanfaat bagi kita
semua,dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai "KONSEP & PRINSIP PASIEN
SAFETY”

Terlepas dari semua itu,Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segalasaran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir
kata kami berharap semoga ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................2

C. Tujuan........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pasien safety

B. Prinsip-prinsip pasien safety

C. Komponen dan sasaran pasien safety

D. Standar keselamatan pasien

E. Langkah pelaksaan pasien safety

F. Kreteria Moitoring Dan EVALUASI Pasient Safety

BAB III PENUTUP

Kesimpulan......................................................................................

Saran ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variable untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan dirumah sakit. Fasilitas pelayanan Kesehatan perlu melakukan
perubahan paradigma pelayanan dari “Quality”, menjadi “Quality and Safety”. Fasilitas
pelayanan Kesehatan bukan hanya focus kepada peningkatan mutu pelayanan namun turut
menerapkan keselamatan pasien secara konsisten. Hampir setiap Tindakan medis menyimpan
potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan
staff rumah sakit yang cukup besar, merupakan hal bagi terjadinya kesalahan medis (medical
errors). Menurut Institute of Medicine (1999). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan
medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa
Kejadian Nyaris Cedera (KDC) atau kejadian Tidak diharapkan (KTD).
Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka KTD yang
sering terjadi pada pasien selama dirawat dirumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien
itu sendiri mau pun pihak rumah sakit. Near miss atau Kejadian Nyaris Cedera merupakan suatu
kejadian akibat melaksanakan suatu Tindakan atau tidak mengambil Tindakan yang seharusnya
diambil.S eperti hal yang dapat mencederai pasien tetapi cedera serius tidak terjadi, karena
keberuntungan,pencegahan,dan peringanan. Adverse Event atau Kejadian Tidak diharapkan
merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu Tindakan atau tidak mengambil Tindakan yang seharusnya diambil. Kesalahan tersebut
bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnosa, atau pada hal
teknis lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.
Gerakan “PatientSafety” atau Keselamatan Pasien telah menjadi spirit dalam pelayanan
rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di negara maju yang menerapkan
Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah sakit di negara
berkembang, seperti Indonesia. Strategi penerapan Patient Safety telah dilakukan dengan
berbagai upaya di lingkungan rumah sakit. Komisi Akreditasi Rumah Sakit (2012) menjelaskan
penerapan Patient Safety harus memenuhi dalam ketepatan identifikasi pasien, peningkatan
komunikasi yang efektif, peningkatan keamananobat yang perludi waspadai, kepastian tepat-
lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasienoperasi, pengurangan risiko pasien jatuh.
Fasilitas pelayanan Kesehatan harus dapat menjamin keamanan dan mutu pelayanan
Kesehatan yang diberikan kepada pasien. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11
tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien, pengaturan keselamatan pasien bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan fasilitas pelayanan Kesehatan melalui penerapan manajemen
risiko dalam seluruh aspek pelayanan yang disediakan oleh fasilitaspelayanan Kesehatan.
Penyelenggaraan patient safety merupakan hal yang mutlak harus dilakukan oleh rumah sakit
dengan didasari beberapa landasan hukum diantaranya adalah, UU No.36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, UU No.44 tahun 2009 tentang rumahsakit, dan lain sebagainya.
Mengingat betapa pentingnya hal tersebut, maka sangat penting bagi seorang perawat
memahami tentang konsep patient safety, sehingga pada masa asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian, penetapan diagnosa, intervensi, melakukan Tindakan serta evaluasi tidak terjadi
medical errors. Maka dalam makalah ini, kelompok membahas mengenai Konsep dan Prinsip
Keselamatan Pasien.

2. Rumusan masalah
1) Apa defisinisi dari pasien safety
2) Apa saja prinsip-prinsip dalam pasien safety
3) Apa saja komponen dan sasaran pasien safety
4) Apa saja standar keselamatan pasien safety
5) Apa saja langkah-langkah pelaksanaan pasien safety
6) Apa saja criteria monitoring dan evaluasi pasien safety
3. Tujuan
Diharapkan mahasiswa mampu memahami:
1) Definisi dari pasien safety
2) Prinsip-prinsif dalam pasien safety
3) Komponen dan sasaran pasien safety
4) Standar keselamatan pasien safety
5) Langkah pelaksanaan pasien safety
6) Criteria monitoring dan evalusi pasien safety
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasien Safety


Pasien safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih
aman, Menurut Kohn Corrigan dan Donaldson tahun 2000 patient safety adalah tidak adanya
kesalahan atau bebas dari cidera karna kecelakaan. Menurut Supari, Tahun 2005 patient safety
adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan dari cidera pada pasien akibat perawatan
medis dan keselahatan pengobatan. Keselamatan pasien safety adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih lama,mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
di ambil.
Sitem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan yang berhubungan
dengan resiko pasien,laporan dan analisi insiden,kemampuan belajar dari insiden, Tidak lanjut
dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Cooper etal (2000) dalam mendifinisikan
bahwa “Patient Safety” as the avoidance, prefention dan amelioration of adverse outcomes or
injurys stemmink from the processes of health care. Pengertian ini maksudnya bahwa pasien
safety merupakan penghindaran, pencegah dan memperbaiki diri dari kejahatan yang tidak
diinginkan atau cidera-cidera dalam proses pelayanan kesehatan.pasien safety melibatkan system
operasional dan system pelayanan yang menimalkan kemungkinan kejadian adversy event/error
dan memaksimal kan langkah-langkah penangan bila eror telah terjadi. Sistem ini mencegah
terjadinya cidera yng disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharus nya di ambil.

B. Prinsip-Prinsi Pasien Safety


Tujuh prinsip menuju keselamatan pasien rumah sakit teridi dari:
1. Kesadaran (Awareness)tentang nilai keselamatan pasien
2. Komitmen pelayanan kesehatan berorientasi patient safety
3. Kemampuan mengidentifikasi factor resiko penyebab insiden terkait patient safety
4. Kepatuhan pelapor insiden terkait patienty safety
5. Kemampuan berkomunikasi yang efektif dengan pasien tentang factor resiko insiden
terkait patient safety
6. Kemampuan mengidentifikasi akar masalah penyebab masalah terkait patient safety
7. Kemampuan memanfaat informasi tentang kejadian yang terjadi untuk mencegah
kejadian berulang.

C. Komponen dan sasaran


Komponen dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah tepat sasaran dalam
memberikan asuhan,sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua
rumah sakit yang diakreditasi oleh komisi akreditasi rumah sakiy. Gerakan” patiend safity” atau
keselamatan pasien telah menjadi semangat dalam pelayanan rumah sakit diseluruh dunia
pelaksanan keselamatan dan kesehatan keja merupakan salah satu bentuk upaya dalam
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari lingkungan, sehingga dapat mengurangi
dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivikasi kerja. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sasaran kesehatan, baik yang
diselenggaran oleh pemerintah atau masyarakat yang berkerja untuk melakukan upaya kesehatan
penunjang. Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayaanan
kesehatan, tempat terkumpulnya orang sehat dan resiko kemungkinan terjadinya gangguan
kesehatan dan penularaan penyakit sangat tinggi.

Sasaran keselamatan pasien(SKP)


Sasaran keselamatan pasien diatur dalam peraturan menteri kesehatan republik Indonesia,
Nomor 1671/Menkes/Per/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit. Sasaran
keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang akreditasi
oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit.
Enam Sasaran
1. Ketepanan Identifikasi Pasien
Kesalahan karena dalam identifikasi pasien sangatlah rentan terjadi dihampir semua
tahapan diagnose atau pengebotan.Kesalahan tersebut bisa terjadi pada pasien yang dalam
keadaan terbius/tersedasi, Mengalami disorientasi,tidak sadar,bertukaran tempat
tidur/kamar/lokasi/rumah sakit,adanya kelalain sensori,atau akibat situasi lain.
2. Meningkatkan Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif yang tepat waktu,akurat dan lengkap,jenis yang dipahami oleh pasien
akan mengurangi kesalahan dan menghasilkanpeningkatan keselamatan
pasien.komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyaan terjadi pada saat perintah
diberikan secara lisan atau melalui telpon. Tidaak hanya melalui lisan ataupun telpon
kesalahan komunikasi.
3. Peningkatan Keamaan Obat Yang Perlu Diwaspadai
Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebakan terjadi
kesalahan serius.obat beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan,seperti
obat-obat yang terlihta mirip dan keanekaragaman
4. Kepastian Tepat Lokasi Tepat Prosedur Tempat Pasien Oprasi
Kesalahaan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yamg tidak adekuat
antara tim bedah,kurang melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi dan tidak ada
prosedur untuk verifikasi lokasi kopras.disamping iitu, asemnya pasien yang tidak
adekuat,penelaahan ulang catat medis tidak adekuat,budaya yang tidak mendukung
komunikasi tersebut antara anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan
tulisa tangan yang tidak kuat dapat dibaca dan pemakain singkat.
5. Pengurangan resiko infeksi pelayaan kesehatan
Tantangan terbesar dalam tantanan kesehatan adalah pencegahan dan pengendalian
infeksi, peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayan
pasien maupunpara profesi pelayaan kesehatan.
6. Pengurain Pasien Jatuh
Dalam konteks populasi mskyarakat yang dilayani,pelayanan yang disedikaan dan
fasilitasnya,rumah sakit perlu mengevaluasi pasien risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk menguraikan resiko cidera bila dampai jatuh. Evaluasi tersebut dilihat dari
aspek riwayat jatuh,obat dan telaah terhadap komsumsi alkoho,gaya jalan dan
keseimbangan,serta alat
Adapun beberapa tujuan mengapa patient safety di rumah sakit harus ada, diantaranya
sebagai berikut.
1) Adanya Kebudayaan Keselamatan
Tujuan utama diadakannya sistem pasien safety adalah untuk menciptakan Adanya
kebudayaan keselamatan yang terdapat pada rumah sakit. Dengan adanya kebudayaan
Kecamatan inilah seseorang yang berada di lingkungan rumah sakit akan lebih sadar terhadap
para pasien yang membutuhkan.
2) Menurunnya KTD RS
KTD atau kejadian tidak diinginkan akan semakin menurun di lingkungan rumah sakit
karena seseorang di lingkungan rumah sakit akan lebih sadar terhadap keselamatan. Oleh karena
itu, risiko kejadian tidak diinginkan akibat dari kesalahan pengobatan ataupun kesalahan jenis
obat yang dikonsumsi akan lebih berkurang.
3) Akuntabilitas Rumah Sakit Meningkat
Tidak hanya adanya penurunan kejadian tidak diinginkan di rumah sakit, dengan adanya
kesadaran keselamatan dirumah rumah sakit juga akan meningkatkan akuntabilitas rumah sakit
pada pasien maupun masyarakat sehingga seseorang akan lebih percaya terhadap Rumah Sakit
tersebut.
4) Program-program Pencegahan Terlaksana
Mencegah hal-hal yang tidak diinginkan memang cukup penting untuk dilakukan di
lingkungan rumah sakit dan dengan adanya pasien safety di rumah sakit juga akan melaksanakan
program-program tersebut sebagai upaya untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan lagi.
D. Standar Keselamatan Pasien
Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah
sakit dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi (Akreditasi Rumah
Sakit). Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. Hak pasien.
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana
dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Kriterianya adalah terdiri dari:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
b. Dokter penanggung jawab layanan wajib membuat rencana pelayanan
2. Mendidik pasien dan keluarga.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah
keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien
yang merupakan partner dalam proses pelayanan.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
Fasilitas pelayanan kesehatan menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan
pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriterianya adalah tersiri dari:
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan layanan, tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
sumber daya secara berkesinambungan
c. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta keselamatan pasien.
Kriterianya adalah terdiri dari:
a. Setiap fasilitas kesehatan harus melakukan proses perancangan yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan fasilitas pelayanan kesehatan
b. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan pengumpulan data kinerja
c. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan evaluasi
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
Pimpinan rumah sakit harus berperan terhadap keselamatan pasien di rumah sakit;
antara lain Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi.
Kriterianya adalah terdiri dari:
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien
c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit harus memiliki program
pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing. Fasilitas pelayanan kesehatan terutama
rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisipliner dalam pelayanan pasien.
Kriterianya adalah terdiri dari:
a. Setiap fasilitas kesehatan terutama rumah sakit memiliki proses pendidikan,
pelatihan, dan orientasi
b. Setiap fasilitas kesehatan terutama rumah sakit harus mengintregasikan topik
keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriterianya adalah terdiri dari:
a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemem untuk memperoleh data dan informasi terkait dengan keselamatan
pasien
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.

E. Langkah-Langkah Pasien Safety


Langkah-Langkah Penerapan Sistem Keselamatan Pasien
Penerapan sistem keselamatan pasien membutuhkan dukungan dari berbagai bidang. Langkah-
langkah yang harus dilakukan antara lain :
a. Membangun budaya kerja yang mementingkan keselamatan dan keamanan pasien
dengan meningkatkan kewaspadaan secara terus-menerus; penyelidikan yang seimbang
dan terutama mempertanyakan mengapa, bukan siapa; keterbukaan dengan pasien untuk
menciptakan suasana kerjasama dan saling percaya antara petugas rumah sakit dan
pasien.
b. Kepemimpinan dan dukungan terhadap seluruh petugas rumah sakit dalam menjaga
keselamatan dan keamanan pasien : keteladanan, evaluasi dan umpan balik, coaching dan
mentoring terhadap staf secara berkesinambungan untuk memberdayakan petugas rumah
sakit, dukungan terhadap upaya keselamatan pasien juga mencakup alokasi sumber daya
manusia, informasi, bahan dan peralatan.
c. Melakukan manajemen risiko secara terpadu. Makna manajemen risiko tidak hanya
terbatas pada litigasi oleh pasien maupun petugas kesehatan, tetapi lebih mendasar
lagi khususnya keselamatan pasien, petugas kesehatan dan pengunjung rumah sakit,
manajemen, analisis pemantauan, investigasi, dan pelatihan mengendalikan risiko
merupakan suatu kesatuan. Pertimbangan risiko harus menjadi bagian strategi
menajemen pelayanan kesehatan.
d. Menganjurkan dan memfasilitasi pelaporan semua kasus medical error yang dapat
digabungkan dari tingkat lokal sampai tingkat nasional dengan menjaga kerahasiaan
pasien dan organisasi yang melaporkan. Pelaporan harus menjadi pendorong
pembelajaran yang harus dikembangkan dengan budaya pelaporan yang tanpa dibayangi
ketakutan akan hukuman.
e. Melibatkan pasien, keluarga dan seluruh masyarakat, menjelaskan dan bila perlu
minta maaf, menyelidiki penyebab secara terbuka. Mendukung pasien dan keluarga
bagaimana mengatasi dampak kesalahan medis, bekerjasama dalam pengobatan dan
perawatan lebih lanjut, dan melibatkan pasien dalam investigasi dan rekomendasi
untuk perubahan.
f. Mempelajari dan menyebarluaskan temuan tentang penyebab kegagalan medis
diantaranya pendekatan root cause analysis, dinamika sistem, diagram tulang ikan, dan
lain-lain.
g. Memberikan solusi-solusi untuk mencegah ”harm”, bukan hanya sebatas
menganjurkan staf untuk berhati-hati tetapi mengatasi permasalahan mendasar,
merancang peralatan dan sistem serta proses-proses lebih intuitif, mempersulit
petugas untuk melakukan kesalahan dan mempermudah petugas untuk menemukan
kesalahan.
F. Kriteria monitoring dan evaluasi
Berdasarkan panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patienty safety) 2008 disebutkan
bahwa kreteria monitoring dan evaluasi dapat dilakukan oleh:

1. RUMAH SAKIT
a) Program rumah sakit secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi program
keselamatan pasien yang dilaksanankan oleh Umit kerja keselamatan pasien rumah
sakit
b) Unit kerja kselamatan pasien rumah sakit secara berkala(paling lama 2 tahun)
melakukan evaluasi pedoman, Kebijakan dan prosedur keselamatan pasien yang
dipergunakkan dirumah sakit.
c) Unit kerja keselamatan pasien rumah sakit melakukan kegiatan setiap triwulan dan
membuat tindak lanjut.
2. KARS
KARS melakukan monitoring dan evalusi pelaksaan program keselamatan pasien dengan
menggunakan instrument akreditasi rumah sakit.
3. KKPRS-PERSI
a) KKPRS melakukan monitoring dan evaluasi pedoman-pedoman yang telah disusun
paling lama setiap 2 tahun sekali.
b) KKRPS melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan oleh rumah
sakit.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Patiety safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera pada
pasien safety akibat perawat medis dan kesehatan pengobataan. Keselamatan pasient merupakan
salah satuh sistem untuk mencegah tererjadinya cidera yang disebakan oleh kesalahan akibat
suatu pelaksana suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang harus diambil.Tujuan sistem
keselamatan pasient rumah sakit adalah terciptanya budaya keselamatan pasien rumah sakit,
Meningkatkan akuntabilatas rumah sakit terhadap pasien masyarakat.

SARAN
Pasient safety merupakan tanggung jawab kita bersma sehingga untuk mewujudkan
patienty safety dibutuhkan kerjasa yang baik dari pihak RS maupun keluarga pasient selalu
penerima layanan,terutama sebagai perawat,selain kebijakan RS, alur pelayanan kita adalah
bagian penting yang harus mampu diwujudkan patienty safety karna kita yang selalu berada
didekat pasien hampir disetiap kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Donny, dkk. 2013. Intervensi Problem Solving Cycle (PSC) Berdasarkan 7 Prinsip
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
ISSN 1412-8853. Universitas Gorontalo.
http://journal.unair.ac.id/downloadfull/AKK8445-0947ce5a87fullabstract.pdf.

Departemen Kesehatan(Depkes) RI. 2009. Undang-Undang Tentang Kesehatan dan Rumah


Sakit No. 44. Jakarta : Depkes

Nursalam (2001). Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep dan praktik (Edisis 1). Jakarta:
Salemba Medika

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1691/ Menkes/ Per/ VIII/2011, tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

Sunaryo, 2009. Psikologi untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.

Supari, S. F. (2005). Sambutan pencanangan Gerakan keselamatan pasien rumah sakit, padang.

TKPRS RSUP Sanglah, (2011). Laporan Insiden Keselamatan Pasien Tahun 2011. Denpasar :
RSUP Sanglah.

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS). 2015. Pedoman Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP). Jakarta.

Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program “Patient Safety”. Proceedings of National
Convention VI of The Hospital Quality Hotel Permata Bidakara, Bandung 14-15
November 2006.

Anda mungkin juga menyukai