Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN PASIEN SAFETY TENTANG

KONSEP DASAR MANAJEMEN PASIEN SAFETY

DISUSUN OLEH:

ISRA HAYATI OKTAVIA LISNI

(213310728)

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Yessi Fadriyanti,S.Kep,M.Kep

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN JURUSAN


KEPERAWATAN POLTEKKES KEMNKES RI PADANG TP 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha ESA karena dengan
rahmat,karunia,serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas kuliah tentang
Konsep Dasar Patient Safety ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Padang, 24 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah...............................................................................................................2

1.3 Tujuan Umum........................................................................................................................2

1.4 Tujuan Khusus.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

2.1 Kriteria monitoring dan Evaluasi Patient Safety....................................................................3

2.2 Komunikasi antar anggota tim kesehatan..............................................................................4

2.3 Peran perawat dalam "patient safety" .................................................................................10

2.4 Kebijakan yang mendukung keselamatan patient................................................................11

2.5 Monitoring dan Evaluasi "patient safety"............................................................................13

BAB III PENUTUP......................................................................................................................14

3.1. Kesimpulan.........................................................................................................................14

3.2 Saran.....................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang perlu diperhatikan oleh
tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Keselamatan pasien
adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan asuhan kepada pasien secara aman
serta mencegah terjadinya cidera akibat kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi
pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya
memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien. Oleh karena itu, rumah
sakit harus memiliki standar tertentu dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Standar
tersebut bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang
baik serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada pasien.
Selain itu, keselamatan pasien juga tertuang dalam undang-undang kesehatan. Keselamatan
pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap petugas medis yang terlibat
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Tindakan pelayanan, peralatan
kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta
kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga medis harus memiliki pengetahuan
mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan pelayanan yang dapat
menjaga keselamatan diri pasien.

1.2 Rumusan masalah


a. Apakah itu Kriteria Monitoring dan Evaluasi patient safety?
b. Bagaimana Komunikasi antar anggota tim kesehatan?
c. Bagaimana Peran perawat dalam “Patient safety”?
d. Apasajakah Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien?

e. Bagaimana Monitoring dan evaluasi “Patient safety?

1.3 Tujuan Umum


Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami dan mempelajari
tentang Konsep Dasar patient Safety.

1.4 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah:
a. Agar pembaca mengetahui Apakah itu Kriteria Monitoring dan Evaluasi patient
safety
b. Agar pembaca mengetahui Bagaimana Komunikasi antar anggota tim kesehatan
c. Agar pembaca mengetahui Bagaimana Peran perawat dalam “Patient safety”
d. Agar pembaca mengetahui Apasajakah Kebijakan yang mendukung keselamatan
pasien
e. Agar pembaca mengetahui Bagaimana Monitoring dan evaluasi “Patient safety

2
BAB II
PEMBAHASAN

Patient safety merupakan komponen vital dan penting dalam asuhan serta langkah untuk
memperbaiki mutu layanan yang berkualitas (Findyartin et al, 2015; Cahyono S.B, 2008).
Penilaian mutu rumah sakit didapatka melalui sistem akreditasi, salah satunya adalah sasaran
keselamatan pasien karena telah menjadi prioritas untuk layanan kesehatan di seluruh dunia (Join
Commission International, 2015; Cosway, Stevens, & Panesar, 2012). Salah
satu langkah memperbaiki mutu pelayanan melalui penerapan patient safety di
rumah sakit.
Strategi penerapan patient safety telah dilakukan dengan berbagai upaya di lingkungan
rumah sakit. Komisi Akreditasi Rumah Sakit (2012) menjelaskan penerapan patient safety harus
memenuhi dalam ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif,
peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,tepat-
pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan pengurangan risiko
pasien jatuh. Sementara Join Commission International (2015) dan WHO juga telah
mengeluarkan “Nine Life-Saving Patient Safety Solutions”. Kenyataannya, permasalahan patient
safety meskipun telah terakreditasi masih banyak terjadi di seluruh negara didunia ini.

2.1 Kriteria Monitoring dan Evaluasi patient safety

Kementerian Kesehatan telah menetapkan beberapa kriteria monitoring dan evaluasi


di layanan vkesehatan antara lain:

A. Di Rumah Sakit
1. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan
susunan organisasi sebagai berikut :
 Ketua : dokter
 Anggota : dokter, dokter gigi, perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya

3
2. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan
internal tentang insiden
3. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS) secararahasia
4. Rumah sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan
menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
5. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan
hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang
baru dikembangkan.

B. Di Propinsi/Kabupaten /kota
1. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit - rumah sakit di
wilayahnya.
2. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan anggaran
terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit.
3. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit.

C. Di Pusat
1. Membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit dibawah Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia.
2. Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
3. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas
Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah sakit pendidikan
dengan jejaring pendidikan.
4. Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan patient.

2.2 Komunikasi antar anngota tim kesehatan

A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan


verbal dan nonverbal dari informasi dan ide. Sedangkan komunikasi terapeutik

4
adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana
mempelajari klien. proses memfokuskan pada klien namun direncanakan dan
dipimpin oleh seorang profesional. (Potter & Perry, 2009). Stuart,G.W., & Laraia,
(2005) mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi terapeutik perawat dan
klien menjadi penting dalam mengeksplorasi kebutuhan klien.
Kozier.,et all (2010) menyampaikan bahwa kelompok adalah dua atau
lebih individu yang berbagi kebutuhan dan tujuan berama, melibatkan satu sama
lain ke dalam tindakan yang mereka lakukan, dan akhirnya bersatu padu serta
memisahkan diri dari pihak lain demi kebaikan interaksi yang mereka lakukan.
Kelompok hadir untuk membantu manusia mencapai tujuan yang tidak dapat
dicapai dengan kemampuan individu.
Sebagian besar kehidupan perawat dihabiskan dibanyak ragam kelompok,
dari dua hingga organisasi profesional yang besar. Sebagai partisipan kelompok,
perawat mungkin diharuskan menjalani peran yang berbeda baik menjadi anggota
atau pemimpin, pemberi saran atau penerima saran sesuai dengan kapasitasnya.
Tipe kelompok layanan kesehatan yang umum meliputi kelompok kerja,
kelompok penyuluhan, kelompok swabantu, kelompok terapi, dan kelompok
pendukung sosial terkait kerja. Kerja profesional dalam kelompok bergantung
pada gaya kepemimpinan, tanggung jawab anggota, tanggung jawab
kepemimpinan, dan identifikasi tugas dalam fase grup berbeda.

B. Jenis Komunikasi

Berbagai jenis komunikasi antar petugas dapat terjadi di fasilitas


kesehatan, bergantung pada besar dan struktur organisasi fasilitas tersebut.
Komunikasi dalam satu puskesmas kelurahan akan sangat berbeda dengan
komunikasi dalam puskesmas kecamatan. Komunikasidalam klinik 24 jam akan
sangat berbeda dengan rumah sakit daerah tingkat II, lebih-lebih bila di
bandingkan dengan rumah sakit rujukan. Secara umum, jenis komunikasi antar
petugas yang dapat terjadi di suatu organisasi layanan kedokteran yang besar
antara lain:
a. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter

5
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang
telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat
bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di
lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi
medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur
yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri.
Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.
Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes
pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan
keluarga begaimana perawatan diabetes di rumah.
Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat
visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien
meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang
seperti hasil laboratorium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti
mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter
pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk
belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat
berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan
yang diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik
apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya
menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan
tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat
dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri
membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien
serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat
terwujuddengan baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat
dengan dokter.

Tips untuk permintaan kejelasan kepada dokter:

1. Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama

6
dan posisi, mengidentifikasi klien dan diagnosis klien atau orang-
orang lain yang terlibat dalam masalah dengan nama.
2. Meringkas masalah (data faktual singkat tentang masalah),
3. Menyatakan tujuan ,
4. Menyarankan solusi pemecahan masalah yang relevan sesuai dengan
praktek klinik,
5. Menulis kesimpulan (menjelaskan siapa yang akan bertanggung
jawab untuk pelaksanaan, mengklarifikasi informasi terutama jika ini
percakapan telepon, menentukan kerangka waktu pelaksanaan).
(Arnold & Boogs, 2007).

b. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar


tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan
informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan
dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik. Hubungan perawat dengan perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan
professional, hubungan structural dan hubungan interpersonal. Hubungan
profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang terjadi
karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Hubungan struktural merupakan hubungan
yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing- masing perawat dalam
menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam
memberikan pelayanan keperawatan.
Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer,
laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada
perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural. Hubungan
interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan

Yang lazim dan terjadi secara alamiah umumnya isi kominikasi dalam hubungan

7
ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa
pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

c. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Terapi Respiratorik


Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang
dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.Perawat
bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan
dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutkan dengan dievaluasi oleh
perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama
dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan
keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih
jauh.
Contoh : “Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru
berat dan merujuk klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar
latihan untuk menguatkan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana
menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik
untuk mempertahankan bersihan jalan nafas”.

d. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi


Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya
di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau
dalam pengembangan sistem pemberian obat.

Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan


mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun pengertian
yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang
pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat harus selalu mengetahui
kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek samping dari semua obat-obatan
yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi standar
seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi

8
pada ahli farmasi. Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi Memberikan
informasi tentang obat-obatan mana yang sesuai dsn dapat dicampur atau yang
dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat
dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang
diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila
terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat
menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur
dengan obat- obatan yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga
informasi dapat dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli
farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi
atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat.

e. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi


Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS
merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan
yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang
digunakan pasien, jika perawat tidak mengkomunikasikannya maka dapat terjadi
pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat
tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara seorang
perawat dengan seorang ahli gizi.

f. Komunikasi Perawat dengan Tim Kesehatan Lain


Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai
anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan perawat
klien juga dapat diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus pada
pembentukan lingkungan kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis.

9
Komunikasi ini berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok,
kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan manajemen.
Dibutuhkan banyak Keterampilan komunikasi,termasuk berbicara
dalam ;presentasi,persuasi pemecahan masalah kelompok, pemberian tinjauan
performa, dan penulisan laporan. Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim
kesehatan membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik untuk membangun
kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua orang memilki kebutuhan
interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi, kekuatan dan
kontrol, serta perhatian. Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan,
bimbingan, dan dorongan dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress
pekerjaan dan harus dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan klien,
sejawat dan rekan kerja. (Potter & Perry, 2009).
Jenis-jenis komunikasi tersebut tentunya bisa lebih banyak lagi bergantung
kepada besarnya organisasi dan banyaknya jenis pelayanan yang diberikan.
Semakin banyak jenis komunikasi yang ada pada suatu organisasi tersebut,
kemungkinan terjadinya gangguan komunikasi juga lebih besar. Pemahaman
terhadap jenis komunikasi di organisasi layanan kedokteran, bagaimana
komunikasi dilaksanakan, identifikasi masalah komunikasi, penyebab hambatan
komunikasi dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan.

2.3 Peran Perawat dalam “patient safety”


Penerapan patient safety di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh peran perawat.
Hal ini karena perawat merupakan komunitas terbesar di rumah sakit dan perawat
adalah orang yang paling dekat dengan pasien.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standart
pelayanan dan SOP yang ditetapkan.
2. Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian
pelayanankeperawatan.

10
3. Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang asuhan
yangdiberikan.
4. Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam
pemberianpelayanan kesehatan.
5. Menerapkankomunikasiyangbaikterhadappasiendankeluarganya.Peka,p
roaktifdan melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian tidak
diharapkan.
6. Mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dankeluarga.

Manfaat penerapan sistim keselamatan pasien antara lain:

a. Budaya safety meningkat danberkembang


b. Komunikasi dengan pasienberkembang
c. Kejadian tidak diharapkan menurun. Peta KTD selalu ada dan terkini,
d. Resiko klinis menurun,
e. Keluhan dan litigasi berkurang,
f. Mutu pelayananmeningkat,
g. Citra rumah sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat.

Kewajiban perawat secara umum terhadap keselamatan pasien adalah :

1. Mencegah malpraktek dan kelalaian dengan mematuhistandart.


2. Melakukan pelayanan keperawatan berdasarkan kompetensi. Menjalin
hubungan empati denganpasien.
3. Mendokumentasikan secara lengkap asuhan. Teliti, obyektif dalam
kegiatan. Mengikuti peraturan dan kebijakan institusi. Peka terhadap
terjadinya cedera

2.4 Kebijakanyang mendukung keselamatan pasien


Terdapat pada Pasal 43 UU No.44/2009 tentang kebijakan yang mendukung
keselematan pasien yang didalamnya mengatur antara lain sebagai berikut:
a. RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien

11
b. Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden,
menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka
menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
c. RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang
membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
d. Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan
untuk mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.

Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang


keselamatan pasien. Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut
meliputi:
a. Assessment risiko
b. Identifikasi dan pengelolaan yang terkait resiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden
e. Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan resiko
Kebijakan Departemen Kesehatan  tentang keselamatan pasien rumah sakit
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD).
4. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD.
Kebijakan patient safety di rumah sakit antara lain:
1. Rumah Sakit wajib melaksanakan sistim keselamatan pasien.
2. Rumah Sakit wajib melaksanakan 7 langkah menuju keselamatan pasien.
3. Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
4. Evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien akan dilakukan melalui
program akreditasi rumah sakit

12
2.5 Monitoring dan Evaluasi patient safety
1. Pengertian Monitorinng dan Evaluasi patient safety
a. Pengertian Monitoring
Menurut Yumari (2017) monitoring merupakan suatukegiatan mengamati
secara seksama suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan
tertentu dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh
dari hasil pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil
keputusan tindakan selanjutnya yang diperlukan.

b. Evaluasi

Menurut Yumari (2017) evaluasi merupakan proses penentuan nilai suatu


kegiatan, kebijakan, atau program. Evaluasi merupakan sebuah penilaian yang
dilakukan secara subjektif dan sistematis mungkin terhadap sebuah intervensi
yang direncanakan, sedang berlangsung ataupun yang telah diselesaikan.

2. Tujuan Monitoring dan Evaluasi Patient Safety

Dikutip dari Kemdikbud (2013) tujuan dari dilaksanakannya monitoring


dan evaluasi adalah untuk memberikan gambaran lengkap tentang implementasi
program terutama untuk mengetahui ketercapaindan pelaksanaan program dan
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang terjadi
sehingga informasi ini berguna bagi pengambil keputusan untuk melakukan
menyesuaian dan perbaikan guna mencapai target yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko (Depkes RI, 2008). Human factor memeriksa hubungan antara
manusia dan sistem dan bagaimana mereka berinteraksi dengan berfokus pada
peningkatan efisiensi, kreativitas, produktivitas dan kepuasan pekerjaan, dengan tujuan
meminimalkan kesalahan.

3.2 Saran

Saran Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam


penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun agar penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi
kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. (2009).Fundamental keperawatan (7 th ed.).(vols 2.). dr Adrina &marina


penerjemah). Jakarta : Salemba Medika

Depertemen Kesehatan R.I (2006). Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
(konsep dasar dan prinsip). Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat
Rumah Sakit Khusus dan Swasta.

Yumari, Mulyono. 2017. Strategi Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran.


Yogyakarta: Deepublish

Republik Indonesia. 1691. PMK No. 1691 ttg Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Sekertariat .Jakarta
Kemdikbud. 2013.Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi. Sekertariat Menteri. Jakarta
Soebandi. 2015. Instrumen Monitoring Dan Evaluasi Program Patientsafety.
(Online) Dikutip dari http.//www.scribe.com/doc/26106953/Instrumen-Monitoring-Dan-
Evaluasi-Program- Patient-Safety. Dikutip pada 24 Agustus 2022.

https://marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiy-keselamatan-pasien-
rumah-sakit/

Anda mungkin juga menyukai