Anda di halaman 1dari 21

PRINSIP DAN KONSEP KESELAMATAN PAIEN

OLEH :

PUTU CANDRA PRADNYASARI (P07120216041)

NI PUTU RIKA UMI KRISMONITA (P07120216042)

I KOMANG SUTHA JAYA (P07120216043)

DEWA AYU PUTRI WEDA DEWANTI (P07120216044)

KADEK MEISA RUSPITA DEWI (P07120216045)

NI LUH GEDE INTEN YULIANA DEWI (P07120216046)

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Prinsip dan

konsep keselamatan paien

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai Prinsip Umum keselamatan pasien dan

perawat. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya

kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa

yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang

membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami

sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan

saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang

akan datang.

Denpasar, 27 Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................4

A. Prinsip Dan Konsep Keselamatan Pasien.....................................................4

B. Pengaruh Faktor Lingkungan Dan Manusia Pada Keselamatan Pasien.......6

C. Cara untuk Meningkatkan Keselamatan Pasien menggunakan Metode


Peningkatan Kualitas............................................................................................9

D. EBP (Evidence Based Practice) untuk Peningkatan Keselamatan Pasien. .11

E. Budaya dalam Lingkup Kerja Perawat dalam Peningkatan Keselamatan


Pasien..................................................................................................................12

F. Penyebab Terjadinya Adverse Events terkait Prosedure Invasive..............15

BAB III PENUTUP...............................................................................................16

A. Simpulan.....................................................................................................16

B. Saran............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai salah satu subsistem dalam pelayanan kesehatan rumah sakit

menjadi tempat rujukan bagi unit-unit pelayanan kesehatan dasar. Rumah

sakit merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang jasa, dengan ciri-

ciri padat karya, padat modal, padat teknologi, dan padat masalah. Sejalan

dengan lajunya pembangunan nasional maka tuntutan akan mutu pelayanan

kesehatan oleh rumah sakit juga semakin meningkat.

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit

memberikan asuhan kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya

cidera akibat kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak

melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut

meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,

kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi

untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).

Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien

sudah sepatutnya memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian

bagi pasien. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar tertentu

dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Standar tersebut bertujuan

untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang

baik serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan

1
asuhan kepada pasien. Selain itu, keselamatan pasien juga tertuang dalam

undang-undang kesehatan. Terdapat beberapa pasal dalam undang-undang

kesehatan yang membahas secara rinci mengenai hak dan keselamatan

pasien.

Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh

setiap petugas medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan

kepada pasien. Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan

sekitar pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta kesembuhan

dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga medis harus memiliki

pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan teliti

tindakan pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah

sebagai berikut :

1. Apa sajakah Prinsip dan konsep keselamatan paien?

2. Apakah Pengaruh factor lingkungan dan manusia pada keselamatan?

3. Bagaimanakah Cara untuk menungkatkan keselamatan pasien dengan

menggunakan metode peningkatan kualitas?

4. Bagaimanakah EBP (Evidence Based) untuk peningkatan keselamatan

pasien?

5. Bagaimanakah Budaya dalam lingkup kerja perawat dalam peningkatan

keselamatan pasien?

6. Apasajakah Penyebab terjadinya adverse events terkait prosedur invasive ?

2
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Prinsip dan konsep keselamatan paien.

2. Untuk mengetahui apasaja Pengaruh factor lingkungan dan manusia pada

keselamatan

3. Untuk mengetahui cara meningkatkan keselamatan pasien dengan

menggunakan metode peningkatan kualitas

4. Untuk mengetahui EBP (Evidence Based) untuk peningkatan keselamatan

pasien

5. Untuk mengetahui budaya dalam lingkup kerja perawat dalam peningkatan

keselamatan pasien

6. Untuk mengetahui penyebab terjadinya adverse events terkait prosedur

invasive.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prinsip Dan Konsep Keselamatan Pasien

1. Pengertian

Patient safety didefinisikan sebagai upaya menghindari, mencegah dan

memperbaiki hasil yang merugikan pasien atau cidera akibat dari proses

perawatan kesehatan (US National Patient Safety Foundation,1999). Cooper

et al (2000) telah mendefenisikan bahwa “patient safety as the avoidance,

prevention, and amelioration of adverse outcomes or injuries stemming

from the processes of healthcare.” Pengertian ini maksudnya bahwa patient

safety merupakan penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari kejadian

yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan

kesehatan. Patient safety melibatkan sistem operasional dan sistem

pelayanan yang meminimalkan kemungkinan kejadian adverse event/ error

dan memaksimalkan langkah-langkah penanganan bila error telah terjadi.

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yg disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tdk mengambil tindakan yang seharusnya

diambil (KKP-RS(Solusi live-saving keselamatan pasien rumah sakit).

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem

dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut

meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan

dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar

dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

4
meminimalkan timbulnya resiko (Panduan Nasional Keselamatan Pasien

Rumah sakit, Depkes R.I. 2006).

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah

sakit membu at asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera

yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau

tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut

meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,

kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi

untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).

2. Tujuan

Tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:

a. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)

b. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)

c. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari

pengobatan resiko tinggi)

d. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure

surgery(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan

pasien, kesalahan prosedur operasi)

e. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko

infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

f. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka

karena jatuh

5
3. Prinsip Patient Safety

a. Kesadaran (Awarenes) tentang nilai keselamatan pasien Rumah sakit

b. Komitmen memberikan pelayanan kesehatan berorientasi patien safety

c. Kemanpuan Mengidentifikasi faktor resiko penyebab insiden terkait patien

safety

d. Kepatuhan Pelaporan insiden terkait patient safety 5. Kemampuan

Berkomunikasi yang efektif dengan pasien tentang faktor resiko penyebab

insiden terkait patient safety

e. Kemampuan Mengindentifikasi akar masalah penyebab insiden terkait

patient safety

f. Kemampuan Memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadadi

untuk mencegah kejadian berulang

B. Pengaruh Faktor Lingkungan Dan Manusia Pada Keselamatan Pasien

1. Penerangan

Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan

ruang. Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan

baik apabila tidak disediakan akses pencahayaan.

Pencahayaan di dalam ruang memungkinkan orang yang

menempatinya dapat melihat benda-benda. Tanpa dapat melihat benda-

benda dengan jelas maka aktivitas di dalam ruang akan terganggu.

Sebaliknya, cahaya yang terlalu terang juga dapat mengganggu penglihatan

(Santosa, 2006).

6
2. Kebisingan

Salah satu bentuk polusi adalah kebisingan (noise) yang tidak

dikehendaki oleh telinga kita. Kebisingan tidak dikehendaki karena dalam

jangka panjang dapat mengganggu ketenangan. Ada 3 aspek yang

menentukan kualitas bunyi yang dapat menentukan tingkat gangguan

terhadap manusia, yaitu :

a. Lama bunyi itu terdengar. Bila terlalu lama dapat menyebabkan ketulian

(deafness).

b. Intensitas biasanya diukur dengan satuan desibel (dB), menunjukkan

besarnya arus energi per satuan luar.

c. Frekuensi suara (Hz), menunjukkan jumlah gelombang suara yang sampai

ke telinga kita per detiknya.

3. Suhu Udara

Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan kondisi normal

sistem tubuh dengan menyesuaikan diri terhadap perubahanperubahan yang

terjadi di luar tubuh.Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan

temperatur ruang adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tidak

melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin. Tubuh

manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan

proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau

kelebihan panas yang membebaninya. Siklus Udara (Ventilation) . Udara

disekitar kita mengandung sekitar 21% oksigen, 0,03% karbondioksida, dan

0,9% campuran gas-gas lain. Kotornya udara disekitar kita dapat

mempengaruhi kesehatan tubuh dan mempercepat proses kelelahan.

7
Sirkulasi udara akan menggantikan udara kotor dengan udara yang bersih.

Agar sirkulasi terjaga dengan baik, dapat ditempuh dengan memberi

ventilasi yang cukup (lewat jendela), dapat juga dengan meletakkan

tanaman untuk menyediakan kebutuhan akan oksigen yang cukup

(Wignjosoebroto,1995,hal.85).

4. Bau-Bauan

Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai “polusi” akan dapat

mengganggu konsentrasi pekerja. Temperatur dan kelembaban adalah dua

faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman.

Pemakaian air conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat

digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar

tempat kerja. (Wignjosoebroto, 1995).

5. Getaran Mekanis

Getaran mekanis merupakan getaran–getaran yang ditimbulkan oleh

peralatan mekanis yang sebagian dari getaran tersebut sampai ke tubuh dan

dapat menimbulkan akibat– akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita.

Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi getaran dan

lamanya getaran itu berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga

memiliki frekuensi alami apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi

getaran akan menimbulkan gangguan. Gangguan–gangguan tersebut

diantaranya, mempengaruhi konsentrasi, mempercepat kelelahan, gangguan

pada anggota tubuh. (Wignjosoebroto,1995, hal 87) 2.

6. Pengaruh Faktor Manusia Getaran Mekanis Bau-Bauan Suhu Udara

Kebisingan Penerangan

8
Pada Keselamatan Pasien Pentingnya Faktor Manusia pada

Keselamatan Pasien Human factor memeriksa hubungan antara manusia dan

sistem dan bagaimana mereka berinteraksi dengan berfokus pada

peningkatan efisiensi, kreativitas, produktivitas dan kepuasan pekerjaan,

dengan tujuan meminimalkan kesalahan. Pengetahuan yang Diperlukan

Istilah human factor atau ergonomik umumnya digunakan mendeskripsikan

interaksi antara tiga aspek saling berhubungan: individu di tempat kerja,

tugas yang dibebankan untuk individu tersebut, dan tempat kerjanya.

Hubungan Antara Human Factor Dengan Keslamatan Pasien Dua factor

dengan dampak paling banyak adalah kelelahan dan stress. Ada bukti ilmiah

kuat yang menghubungkan kelelahan dan penurunan kinerja sehingga

menjadikan factor resiko dalam keselamatan pasien.

C. Cara untuk Meningkatkan Keselamatan Pasien menggunakan Metode

Peningkatan Kualitas

Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah

Sakit, Pasal 7 ayat (2) meliputi :

1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi

dan program peningkatan keselamatan pasien

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

9
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Selanjutnya Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas

mewajibkan setiap Rumah Sakit untuk mengupayakan pemenuhanSasaran

Keselamatan Pasien yang meliputi tercapainya 6 (enam) hal sebagai berikut:

1. Ketepatan identifikasi pasien

2. Peningkatan komunikasi yang efektif

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-allert)

4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien operasi

5. Pengurangan risiko infeksi tekait pelayanan kesehatan

6. Pengurangan risiko pasien jatuh

Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, menurut

Pasal 9 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas, Rumah Sakit

melaksanakan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit

yang terdiri dari:

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

2. Memimpin dan mendukung staf

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko

4. Mengembangkan sistem pelaporan

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

10
D. EBP (Evidence Based Practice) untuk Peningkatan Keselamatan Pasien

EBP merupakan salah satu  perkembangan yang penting pada dekade

ini untuk membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan,

sosial, psikologi, public health, konseling dan profesi kesehatan dan sosial

lainnya (Briggs & Rzepnicki, 2004; Brownson et al., 2002; Sackett et al.,

2000).

Clinical Based Evidence atau Evidence Based Practice (EBP) adalah

tindakan yang teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti

(berbasis bukti) yang  berhubungan dengan keahlian klinis dan nilai-nilai

pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam proses perawatan

(Titler, 2008). EBP merupakan salah satu  perkembangan yang penting pada

dekade ini untuk membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran,

keperawatan, sosial, psikologi, public health, konseling dan profesi

kesehatan dan sosial lainnya (Briggs & Rzepnicki, 2004; Brownson et al.,

2002; Sackett et al., 2000). Adapun pelaksanaan EBP dalam keperawatan

antara lain :

1. Mengakui status atau arah praktek dan yakin bahwa pemberian perawatan

berdasarkan fakta terbaik akan meningkatkan hasil perawatan klien.

2. Implementasi hanya akan sukses bila perawat menggunakan dan

mendukung “pemberian perawatan berdasarkan fakta”.

3. Evaluasi penampilan klinik senantiasa dilakukan perawat dalam penggunaan

EBP.

4. Praktek berdasarkan fakta berperan penting dalam perawatan kesehatan.

11
5. Praktek berdasarkan hasil temuan riset akan meningkatkan kualitas praktek,

penggunaan biaya yang efektif pada pelayanan kesehatan.

6. Penggunaan EBP meningkatkan profesionalisme dan diikuti dengan

evaluasi yang berkelanjutan.

7. Perawat membutuhkan peran dari fakta untuk meningkatkan intuisi,

observasi pada klien dan bagaimana respon terhadap intervensi yang

diberikan. Dalam tindakan diharapkan perawat memperhatikan etnik, sex,

usia, kultur dan status kesehatan.

E. Budaya dalam Lingkup Kerja Perawat dalam Peningkatan

Keselamatan Pasien

Dugaan malpraktek yang dilakukan petugas pelayanan kesehatan yang

mengakibatkan pasien mengalami kerugian mulai dari materi, cacat fisik

bahkan sampai meninggal dunia memperlihatkan masih rendahnya mutu

pelayanan kesehatan di rumah sakit. patient safety (keselamatan pasien)

belum menjadi budaya yang harus diperhatikan oleh rumah sakit di

Indonesia. Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 sudah dengan

jelas bahwa rumah sakit saat ini harus mengutamakan keselamatan pasien

diatas kepentingan yang lain sehingga sudah seharusnya rumah sakit

berkewajiban menerapkan budaya keselamatan pasien. Tidak ada lagi alasan

bagi setiap rumah sakit untuk tidak menerapkan budaya keselamatan pasien

karena bukan hanya kerugian secara materi yang didapat tetapi juga

ancaman terhadap hilangnya nyawa pasien. Apabila masih ada rumah sakit

yang mengabaikan keselamatan pasien sudah seharusnya diberi sanksi yang

berat baik untuk rumah sakit maupun petugas pelayanan kesehatan.

12
Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, pihak rumah sakit bahkan petugas

pelayanan kesehatan tidak mendapat sanksi apapun sehingga menjadikan

penegakan hukum kesehatan di Indonesia masih sangat lemah. Sudah

seharusnya apabila terjadi kelalaian bahkan kesengajaan dari pihak rumah

sakit yang mengakibatkan terancamnya keselamatan pasien maka tidak

hanya sanksi internal tetapi juga sudah masuk ke ranah pidana. Inilah yang

sampai saat ini belum berjalan sehingga masyarakat yang dirugikan karena

lemahnya penegakan hukum yang pada akhirnya kasusnya menguap begitu

saja. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kenapa budaya

keselamatan pasien belum benar-benar diterapkan di berbagai rumah sakit.

Pertama, rendahnya tingkat kepedulian petugas kesehatan terhadap pasien,

hal ini bisa dilihat dengan masih ditemukannya kejadian diskriminasi yang

dialami oleh pasien terutama dari masyarakat yang tidak mampu. Kedua,

beban kerja petugas kesehatan yang masih terlampaui berat terutama

perawat. Perawatlah yang bertanggung jawab terkait asuhan keperawatan

kepada pasien sedangkan disisi lain masih ada rumah sakit yang memiliki

keterbatasan jumlah perawat yang menjadikan beban kerja mereka

meningkat. Selain perawat, saat ini di Indonesia juga masih kekurangan

dokter terutama dokter spesialis serta distribusi yang tidak merata. Ini

berdampak pada mutu pelayanan yang tidak sama di setiap rumah sakit.

ketiga, orientasi pragmatisme para petugas kesehatan yang saat ini masih

melekat disebagian petugas kesehatan. Masih ditemukan para petugas

kesehatan yang hanya berorientasi untuk mencari materi/keuntungan semata

tanpa mempedulikan keselamatan pasien. Keempat, lemahnya pengawasan

13
yang dilakukan oleh dinas kesehatan terhadap para petugas kesehatan.

Lemahnya pengawasan sendiri dikarenakan beberapa faktor mulai dari

terbatasnya personel yang dimiliki dinas kesehatan sampai rendahnya

bargaining position dinas kesehatan. Keempat hal tersebut diatas yang

setidaknya menjadi penghalang terwujudnya budaya keselamatan pasien di

setiap rumah sakit. jika hal ini tidak segera diselesaikan maka kasus- kasus

yang mengancam keselamatan pasien akan terus terjadi sehingga perlu

upaya yang maksimal untuk mewujudkan budaya keselamatan pasien. Mulai

diterapkannya aturan baru terkait akreditasi rumah sakit versi 2012 menjadi

sebuah harapan baru agar budaya keselamatan pasien bisa diterapkan

diseluruh rumah sakit di Indonesia. Selain itu, harus ada upaya untuk

meningkatkan kesadaran para pemberi pelayanan kesehatan tentang

pentingnya menerapkan budaya keselamatan pasien dalam setiap tindakan

pelayanan kesehatan. Dan juga diperlukan sosialisasi yang masif kepada

masyarakat terutama yang akan menggunakan jasa pelayanan kesehatan

untuk meningkatkan pengetahuan serta memperbaiki perilaku mereka dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Upaya-upaya ini harus segera

dilakukan agar tidak ada lagi kasus dugaan malpraktik yang dapat

merugikan masyarakat sehingga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit

bisa meningkat. Dengan meningkatkan kepedulian terhadap pasien maka

dengan mudah budaya keselamatan pasien bisa dijalankan. Jangan sampai

hanya karena kesalahan sedikit yang dilakukan oleh rumah sakit bisa

berakibat pada rusaknya citra dunia perumah sakitan di Indonesia dimata

internasional.

14
F. Penyebab Terjadinya Adverse Events terkait Prosedure Invasive

Penyebab Adverse Event Berhubungan Dengan Diagnosa,

Pemeriksaan, Pemberiaan Obat : 1. Diagnosa tidak menerapkan

pemeriksaan yang tidak sesuai 2. Pemeriksaan menggunakan cara

pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau bertindak atas hasil pemeriksaan

atau observasi 3. pemberiaan obat kesalahan sdpada procedure pengobatan

pelakasanaan terapi yang salah metode penggunaan obat yang salah

keterlambatan dalam merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak

4. kesalahan komunikasi

15
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem

dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut

meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan

dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar

dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya resiko. Faktor Lingkungan Dan Manusia sangat

berpengaruh Pada Keselamatan Pasien yang meliputi Getaran Mekanis,

Bau-Bauan, Suhu Udara, Kebisingan, dan Penerangan. Cara untuk

Meningkatkan Keselamatan Pasien menggunakan Metode Peningkatan

Kualitas diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit,

Pasal 7 ayat (2), Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan dan Pasal 9 Peraturan

Menteri Kesehatan. salah satu  perkembangan yang penting pada dekade ini

untuk membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, sosial,

psikologi, public health, konseling dan profesi kesehatan dan sosial lainnya

adalah EBP (Evidence Based Practice). Dalam dunia kesehatan dugaan

malpraktek yang dilakukan petugas pelayanan kesehatan dapat

mengakibatkan pasien mengalami kerugian mulai dari materi, cacat fisik

bahkan sampai meninggal dunia memperlihatkan masih rendahnya mutu

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

16
B. Saran

Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan,

besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak.

Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah

ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang

membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi

lebih baik lagi kedepannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Cooper MD. 2000. Towards a model of safety culture. Safety Sci, 32: 111–36.
Depkes RI. 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta:
Depkes RI.
Depkes RI. 2008. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit. (konsep
dasar dan prinsip). Jakarta. Depkes RI
KKP-RS.2008. Pedoman Pelaporan Keselamatan Pasien. Jakart: KKP-RS.
Rockville, MD: Agency for Healthcare Research and Quality. Retrieved from
http://www.ahrq.gov/qual/nurseshdbk/
Santosa Adi, 2006. Pencahayaan Pada Interior Rumah Sakit: Studi Kasus Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Skripsi tidak
dipublikasikan.
Titler, M. G. (2008). The evidence for evidence-based practice implementation. In
R. Hughes (Ed.), Patient safety & quality—An evidence-based handbook
for nurses (1st ed.).
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995.”Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu. Teknik
Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas kerja, Edisi Pertama”. PT. Guna
Widya : Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai