Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ETIKA KEPERAWATAN
Disusun untuk memenuhi tugas imunologi dan hematologi

Disusun:
1. Afrika J..

6. Ilham G.

11. Rio A. P.

2. Aningsih

7. Joko E. Saputro

12. Rukmana A.

3. Asma S. W

8. Laila A.

13. Seatri S.

4. David A. W.

9. M. Syarifuddin

14. Supran

5. Eko F.

10. Namas R.

15. Tin

A.

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BORNEO CENDEKIA MEDIKA
KALIMANTAN TENGAH
2014

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirrobbil alamin, karena Allah SWT Tuhan
semesta alam makalah Etika Keperawatan selesai. Tidak lupa juga mengucapkan shalawat
kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi pembawa risalah kebenaran dan
peringatan yang rahmatanil alamin.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian makalah Etika Keperawatan ini kepada :
1. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil yang dapat
menjadikan suatu pendorong semangat bagi kami dalam menyelesaikan makalah Etika
Keperawatan ini.
2. Temanteman mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Cendika Medika
Kabupaten Kobar, khususnya S1 Keperawatan, yang telah memberikan support dalam
menyelesaikan makalah Etika Keperawatan ini.
Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca. Penyusun
berharap para pembaca bisa mengetahui etika keperawatan.

Jombang, Desember 2014

Penyusun

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1


1.3 Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian etika keperaatan ........................................................................................... 3
2.2 Tujuan etika keperawatan.............................................................................................. 3
2.3 Aliran etika .................................................................................................................... 4
2.4 Prinsip-prinsip etika keperawatan ................................................................................. 4
2.5 Faktor mempengaruhi pembuatan keputusan etis ......................................................... 6
2.6 Peran perawat sebagai advokasi dan konselor pada pasien HIV/AIDS ........................ 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 11
3.2 Saran .............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem perawatan kesehatan berubah dengan cepat. Perawat zaman sekarang
berhadapan dengan perawatan klien yang mengharapkan asuhan keperawatan yang
berkualitas dan mengharapkan perawatan profesional sebagai penyedia perawatan kesehatan
terdidik dengan baik. Pelayanan keperawatan mempunyai peranan penting dalam menentukan
keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Salah satu faktor yang mendukung
keyakinan diatas adalah kenyataan yang dapat dilihat di unit pelayanan kesehatan seperti di
rumah sakit, di mana tenaga yang selama 24 jam harus berada di sisi pasien adalah tenaga
perawatan.
Namun sangat disayangkan bahwa pelayanan keperawatan pada saat ini masih jauh dari
apa yang diharapkan. Keadaan ini bukan saja disebabkan oleh terbatasnya jumlah tenaga
keperawatan yang kita miliki, tetapi terutama dikarenakan oleh terbatasnya kemampuan
profesional yang dimiliki oleh sebagian besar jenis tenaga ini. Proses keperawatan merupakan
suatu jawaban untuk pemecahan masalah dalam keperawatan, karena proses keperawatan
merupakan metode ilmiah yang digunakan secara sistematis dan menggunakan konsep dan
prinsip ilmiah yang digunakan secara sistematis dalam mencapai diagnosa masalah kesehatan
pasien, merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan tindakan dan mengevaluasi mutu
serta hasil asuhan keperawata. Pendekatan sistem meliputi cara berpikir tentang fenomena
secara keseluruhan, metode atau teknik dalam memecahkan masalah atau pengambilan
keputusan (kesadaran adanya masalah karena berbagai faktor) .
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian etika keperawatan?
1.2.2 Apa tujuan keperawatan?
1.2.3 Apa saja aliran etika?
1.2.4 Apa saja prinsip-prinsip etika keperawatan?
1.2.5 Apa faktor mempengaruhi pembuatan keputusan etis?
1.2.6 Bagaimana peran perawat advocacy?
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Mengetahui segala yang berhubungan dengan etika
.Khusus
1

1)

Mengerti pengertian etika keperawatan.

2)

Memahami tujuan keperawatan.

3)

Mengerti aliaran etika.

4)

Memahami prinsip-prinsip keperawatan.

5)

Memahami faktor mempengaruhi pembuatan keputusan etis.

6)

Memahami peran perawat sebagai advokasi dan konselor pada pasien HIV/AIDS

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika Keperawatan
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno "ethos" (jamak: ta etha), yang berarti adat
kebiasaan, cara berkipikir, akhlak, sikap, watak, cara bertindak. Kemudian diturunkan kata
ethics (Inggris), etika (indonesia). Kata etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 - mengutip dari Bertens 2000),
mempunyai arti :
2.1.1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
2.1.2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
2.1.3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat
Menurut Aristotelesdi etika dibagi menjadi dua yaitu Terminius Technicus yang artinya
etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan
manusia dan yang kedua yaitu Manner dan Custom yang artinya membahas etika yang
berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (in
herent in human nature) yang terikat dengan pengertian baik dan buruk suatu tingkah laku
atau perbuatan manusia. Etika keperawatan merupakan alat untuk mengukur perilaku moral
dalam keperawatan
2.2 Tujuan Etika Keperawatan
Menurut America Ethics Commisson Bureau On Teaching, tujuan etika profesi
keperawatan ialah mampu:
2.2.1 Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam pratik keperawatan
2.2.2 Membentuk strategi/ cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam pratik
keperawatan
2.2.3 Menghubungkan prinsip moral/peljaran yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan
pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaan
Menurut National League for Nursing, pendidikan etika keperawatan bertujuan:
2.2.1 Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antarprofesi kesehatan lain
dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut
2.2.2 Mengembangkan potensi pengambilan keputusan bersifat moralitas, keputusan tentang
baik dan buruk dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sesuai dengan kepercayaan
2.2.3 Mengembangkan sifat pribadi dan sikapprofesional peserta didik
3

2.2.4 Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar raktik
keperawatan
2.2.5 Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika
keperawatan dalam pratik dan dalam situasi nyata.
2.3 Aliran Etika
Ada tiga aliran tentang etika yaitu:
2.3.1 Aliran deskriptif
Aliran ini memberi gambaran dan penjelasan bagaimana manusia harus berprilaku
dalam lingkungannya atau dalam masyarakat untuk memperoleh suatu tujuan
2.3.2 Aliran normatif
Aliran ini memberi jawaban atas pertanyaan tentang hal yang baik dan bena didasari
sesuatu yang diajukan agama dan kepercayaan pelaku masing-masing. Frankena (1973) yang
dikutip dalam buku Etika Keperawatan: Aplikasi pada Pratik, membagi etika normatif
menjadi:
1) Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti tugas. Deontologi ialah etika
sebagai tolok ukur prilaku yang berfokus pada formalitas misalnya tugas dan kewajiban
dilakukan manusia..
2) Teleologi berasal dari bahasa Yunani telos yang berarti akhir. Teleogis ialah etika sebagai
pedoman perilaku yang berfokus npada penggunaanya, bagaimna manusia menggunakan
kode perilaku tersebut. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end fustifies the
means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi.
2.3.3 Aliran pluralisme
Etika sebagai pedoman perilaku yang mengumpulkan banyak informasi untuk
mengukur kompleksitas situasi tertentu dan mmpertimbangkan tindakan etika
2.4 Prinsip-Prinsip Etika Keperawatan
Prinsip-prinsip etika keperawatan terdiri dari:
2.4.1 Autonomy (otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
memutuskan. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesioanal
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak hak pasien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.
4

2.4.2 Beneficience (berbuat baik)


Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan
kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.
2.4.3 Justice (keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam
praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan .
2.4.4 Non maleficience (tidak merugiakan)
Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan
bahaya /cedera secara fisik dan psikologik.
2.4.5 Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan
bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran.
2.4.6 Fidelity (loyalty/ketaatan)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen
yang dibuatnya. Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
2.4.7 Confidentiality (kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga
privasi-nya. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin
kan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain
harus dicegah.
2.4.8 Akuntabilitas (accountability)

Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti
pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan
standar pasti yang mana tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak
jelas atau tanpa terkecuali.
2.4.9 Moral right
1) Advokasi
Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak
hak pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat dalam
mempraktekan keperawatan profesional
2) Responsibilitas ( tanggung jawab )
Eksekusi terhadap tugas tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari
perawat. Misalnya pada saat memberikan obat, perawat bertanggung jawab untuk
mengkaji kebutuhan klien dengan memberikannya dengan aman dan benar.
3) Loyalitas
Suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan timbal balik terhadap
pihak yang secara profesional berhubungan dengan perawat.
2.4.10 Nilai (value)
Keyakinan(beliefs) mengenai arti dari suatu ide, sikap, objek, perilaku, dan lain-lain
yang menjadi standar dan mempengaruhi prilaku seseorang. Nilai menggambarkan cita-cita
dan harapan- harapan ideal dalam praktik keperawatan. Nilai yang sangat diperlukan bagi
perawat aialah kejujuran, lemah lembut, ketepatan, dan menghargai orang lain
2.5 Faktor Mempengaruhi Pembuatan Keputusan Etis
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap seseorang dalam membuat keputusan etis antara
lain:
2.5.1. Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini
maupun kaidah agama yang dianutnya. Semakin tua dan semakin banyak pengalaman
belajar, seseorang akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya.
2.5.2. Faktor sosial antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, hukum, dan peraturan perundang-undangan. Pelayanan kesehatan yang
tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi pelayanan komprehensif
dengan pendekatan tim kesehatan

2.5.3. Kemajuan teknologi di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup
serta memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik
kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru.
2.5.4. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak
tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik. Hukum kesehatan telah menjadi suatu
bidang ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan
perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan
hukum kesehatan.
2.5.5. Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu
keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus
diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja.
2.5.6. Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik merupakan
salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam penentuan,
pertahanan dan peningkatan standar profesi.
2.5.7. Hak-hak pasien yang secara luas dikenal menurut Megan (1998) meliputi hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas, hak untuk diberi
informasi, hak untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan
perawatan, hak untuk diberi informed concent, hak untuk mengetahui nama dan status
tenaga kesehatan yang menolong, hak untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini),
hak untuk diperlakukan dengan hormat, hak untuk konfidensialitas (termasuk privacy),
hak untuk kompensasi terhadap cedera yang tidak legal dan hak untuk mempertahankan
dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi kematian dengan bangga.
2.6 Peran Peawat Sebagai Advokasi dan Konselor pada Pasien HIV/AIDS
Peran perawat adalah tingka laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
yang memenuhi kualifikasi sehingga dibenarkan mempunyai kedudukan dalam suatu system
pelayanan kesehatan (Pusdiknakes,1989). Menurut Doheney (1992) peran perawat terdiri
dari:
2.6.1. Care giver/pemberi pelayanan
1) Memperhatikan individu dalam konteks sesuatu kebutuhan klien
2) Perawat menggunakan nursing proses untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan,
mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah psikologis
3) Peran utama adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat sesuai diagnose keperawatan yang terjadi mulai dari masalah
yang bersifat sederhana sampai dengan komplek.
7

2.6.2. Clien advocate/pembela pasien


Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar
etika yang dilakukan oleh siapa pun.Perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasi informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan memberikan
informasi lain yang diperlukan untuk mengambil prsetujuan (inform consent) atas tidakan
keperawatan yang diberikan.
2.6.3. Consellor/konseling
1) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap
keadaan sehat sakitnya
2) Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya
3) Konseling diberikan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman masa lalu
4) Pemecahan masalah difokuskan pada masalah mengubah perilaku hidup sehat (prubahan
pola interaksi)
2.6.4. Educator /pendidik
1) Peran ini dilakukan pada klien, keluarga, tim kesehatan lain baik secara spontan (saat
interaksi) maupun secara disiapkan
2) Tugas perawat adalah membantu mempertinggi k. pengetahuan dalam upaya
meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik
3) Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam nursing care planning
2.6.5. Coordinator/koordinator
Peran perawat adalah mengarahkan , merencanakan, mengorganisasikan pelayanan dari
semua tim kesehatan. Karena klien menerima banyak pelayanan dari banyak profesional
misalnya nutrisi maka aspek yang harus diperhatikan adalah jenis, jumlah, komposisi,
persiapan, pengelolaan, cara memberikan, monitoring, motivasi edukasi dan sebagainya
2.6.6. Collaborator/kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya berupaya
mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap
pelayanan yang diperlukan klien, memberi dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari
berbagai profesional pemberi pelayanan kesehatan
2.6.7. Consultan/konsultan

Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien dan informasi tentang
tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan keperawatan adalah
sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien

2.6.8. Change agent/perubah


Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam
hubungan dengan klien dan cara pemberian keperawatan kepada klien
Prinsip etik yang harus dipegang oleh seseorang, masyarakat, nasional, dan
internasional dalam menghadapi HIV/AIDS adalah:
2.6.1. Empati
Ikut merasakan penderitaan sesama termasuk ODHA dengan penuh simpati, kasih
sayang, dan kesediaann saling tolong-menolong.
2.6.2. Solidaritas
Secara bersama-sama membantu meringankan dan melawan ketidakadilan yang
diakibatkan oleh HIV/AIDS.
2.6.3. Tanggung jawab
Bertanggung jawab mencegah penyebaran dan memberikan perawatan pada ODHA.
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien,
membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien, hak-hak klien tersebut antara lain hak atas informasi. Hak
mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:
2.6.1. Penyakit yang dideritanya
2.6.2. Tindakan medik apa yang hendak dilakukan;
2.6.3. Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk
mengatasinya;
2.6.4. Alternatif terapi lain beserta resikonya;
2.6.5. Prognosis penyakitnya;
2.6.6. Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya;
2.6.7. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;
2.6.8. Hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi;
9

2.6.9. Hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh
perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed
consent);
2.6.10. Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi yang
jelas tentang penyakitnya;
2.6.11. Hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
2.6.12. Hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang mengganggu pasien lain;
2.6.13. Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit;
2.6.14. Hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya;
2.6.15. Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual;
2.6.16. Hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter;
2.6.17. Hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau
sarana pelayanan kesehatan;
2.6.18. Hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya;
2.6.19. Hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut
(second opion), terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter
yang menangani.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan konseling dan pendampingan
(tidak hanya psikoterapi tetapi juga psikoreligi), edukasi yang benar tentang HIV/AIDS baik
pada penderita, keluarga dan masyarakat.
Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang penderita AIDS
sangatlah besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan hubungan yang sering dengan
pasien sehinggan pasien tidak merasa sendiri dan ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai
dan menerima orang tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
Perawat juga dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan memberi rujukan untuk
konseling psikiatri. Konseling yang dapat diberikan adalah konseling pra-nikah, konseling
pre dan pasca tes HIV, konseling KB dan perubahan prilaku. Perawat juga perlu mendorong
kunjungan terbuka (jika memungkinkan), hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat
yang memungkinkan bagi pasien. Partisipasi orang lain, batuan dari orang terdekat dapat
mengurangi perasaan kesepian dan ditolak yang dirasakan oleh pasien. Perawat juga perlu
melakukan pendampingan pada keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan dan
10

pemahaman yang benar mengenai AIDS, sehingga keluarga dapat berespons dan memberi
dukungan bagi penderita.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Menurut Aristotelesdi etika dibagi menjadi dua yaitu Terminius Technicus artinya etika
dipelajari untuk ilmu pengetahuan mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia dan
yang kedua yaitu Manner dan Custom artinya membahas etika yang berkaitan dengan tata
cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in human nature)
yang terikat dengan pengertian baik dan buruk suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Etika keperawatan merupakan alat mengukur perilaku moral keperawatan. Menurut America
Ethics Commisson Bureau On Teaching, tujuan etika profesi keperawatan ialah mampu:
3.1.1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam pratik keperawatan
3.1.2. Membentuk strategi/ cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam pratik
keperawatan
3.1.3. Menghubungkan prinsip moral/peljaran yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan
pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaan
Ada tiga aliran tentang etika yaitu aliran deskriptif, aliran normatif, aliran pluralisme.
Prinsip-prinsip etika keperawatan terdiri dari autonomy (otonomi), beneficience (berbuat
baik), justice (keadilan), non maleficience (tidak merugiakan), veracity (kejujuran), fidelity
(loyalty/ketaatan), confidentiality (kerahasiaan), akuntabilitas (accountability), dan moral
right
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap seseorang dalam membuat keputusan etis antara
lain:
agama, faktor sosial, kemajuan teknologi, legislasi, posisi pekerjaannya, kode etik, dan hakhak pasien. Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan
klien, membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh
tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien, hak-hak klien tersebut antara lain hak atas informasi. Upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan memberikan konseling dan pendampingan (tidak hanya
psikoterapi tetapi juga psikoreligi), edukasi yang benar tentang HIV/AIDS, dan tindakan
kolaborasi dengan memberi rujukan untuk konseling psikiatri.
11

3.2 Saran
3.2.1 Bagi pembaca sebaiknya mengetahui dan memperdalam etika keperawatan.
3.2.2 Bagi pihak kampus lebih bisa meningkatkan dan memperbaiki penyediaan fasilitas
belajar dan pelayanan pendidikan.

12

DAFTAR PUSTAKA
Adriyana,

Hilda

Ayu.

2014.

Nursing

Advocacy.

https://www.scribd.com/doc/221848370/Nursing-Advocacy. 09 Desember 2014


Fracilia,

Grace.

2013.

Prinsip-Prinsip

Etika

Keperawatan

http://gracefracilia.blogspot.com/2013/10/prinsip-prinsip-etika-keperawatan.html.

.
09

Desember 2014
Pamungkas, sigit. 2013. http://literacymediaagent.blogspot.com/2013/06/pemahaman-etikamenurut-aristoteles-dan_15.html. 09 Desember 2014
Pengertian ahli. 2013. http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-etika-menurutpara-ahli.html#_. 09 Desember 2014
Qozwini,

Muhamadi

Lafif.

2013.

Prinsip

Etik

dalam Keperawatan.

http://muhamadilafifqozwini.wordpress.com/2013/01/16/prinsip-etik-dalamkeperawatan/. 09 Desember 2014


Suhaemi, Dra. Hj. Mimin Emi.2002.Etika Keperawatan:Aplikasi Pada Pratik. Jakarta:EGC
UT.http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ipem4430/etika21.htm. 09 Desember 2014

13

Anda mungkin juga menyukai