DOSEN:
NS.SEKANI MIRIYA S.KEP
DISUSUN:
1. Abel Paulina Manik (21031093)
2. Julis andreawan Ritonga (21031094)
3. Fany Yunita Novreski (21031095)
4. Ellen Oktavia (21031096)
5. Dianniza Jalendri Putri (21031097)
6. Halimatun Syaqdiyah (21031098)
Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Pembahasan
BAB II ISI
2.1 Prinsip moral dan etika
2.2 Ethic of care
2.3 Kode etik keperawatan
2.4 Isu etik dalam praktik keperawatan
2.5 Prinsip prinsip legal dalam praktik
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
a. Pengertian
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu Ethos yang menurut Araskar dan
David (1978) berarti “kebiasaan”, “model perilaku”, atau standar yang
diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan
istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan
yang mempengaruhi perilaku.(Dra Hj. Mimin Emi Suhaemi 2002 ).
b. Tipe-Tipe Etik
c. Teori Etik .
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang
membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional.
Kode etik menerapkan konsep etis Karena profesi bertanggung jawab
pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu. Kata
seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah didefinisikan, tetapi
kadang-kadang tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam suatu
situasi.
Contoh : benarkah dipandang dari segi etis, hak asasi, dan tanggung
jawab bila profesional kesehatan menghentikan upaya penyelamatan
hidup pada pasien yang mengidap penyakit yang pasti membawa
kematian?
Bagian dari bioetik,yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan
keputusan etik.
e. Teori-teori dalam Etika Keperawatan
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata telos, berarti akhir).
Istilah teleologi dan utilitarianisme sering digunakkan saling bergantian.
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena
Deontologi
Keperawatan Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan
martabat manusia, tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga
diterapkan baik dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan. Juga
dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan (Suhami,2010).
Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang
bersifat etis dan moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya
sendiri:
1. Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien?
2. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap atasan dan orang-orang
yang bekerja sama dengan saya?
3. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri?
Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik
keperawatan menurut Kozier & Erb (1990) dalam Suhaemi, (2010):
Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan
keperawatan. Standar ini akan melindungi perawat dan pasien
Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan
dan yang tidak boleh dilakukan.Sebetulnya bukan soal paksaan,
semuanya bergantung pada perawat perawat sendiri. Perawat bebas
mendengarkan kata hatinya bila telah menerima nilai yang baik, kata
hati akan menuntunnya, dan akan tertanam nilai moral.
1. Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos, yang berarti
sendiri dan nomos, artinya aturan.Otonomi berarti kemampuan untuk
menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri.otonomi berarti
menghargai manusia sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan
martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.Prinsip
otonomi sangat penting dalam keperawatan.Perawat harus menghargai
harkat dan martabat manusia sebagai individu yang dapat memutuskan
hal yang terbaik bagi dirinya.Beberapa tindakan yang tidak
memperhatikan otonomi adalah :
Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu sebelumnya
3. Keadilan
Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk
semua individu. Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama.
Tindakan yang sama tidak selalu identic, tetapi dalam hal ini persamaan
mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan
seseorang. Dalam aplikasinya, prinsip moral ini tidak berdiri sendiri,
tetapi bersifat komplementer sehingga kadang-kadang menimbulkan
masalah dalam berbagai situasi.Kontak yang terus-menerus antara
perawat dengan klien membutuhkan suatu hubungan perawat-klien
yang spesiifik, yang dibina atas dasar saling percaya.Hubungan yang
spesifik ini merupakan dasar dalam etika keperawatan.
1. Otonomy (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
sendiri,memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain.Prinsip otonomi merupakan bentuk
respek terhadap seseorang,atau dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak bertindak secara rasional.
3.Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama
dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip
moral,legal,dan kemanusiaan.Nilai ini Direfleksikan dalam praktik
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
standar hukum,standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
7. Kerahasian (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi privasi klien.Segala sesuatu yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam ruang
pengobatan klien.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan
seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanpa terkecuali.
2.3 Kode etik keperawatan
a. Etik keperawatan
2. Terhadap Tugas
Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan perawatan yang
tinggi disertai kejujuran profesinal dalam menerapkan pengetahuan
serta keterampilan perawatan sesuai dengan kebutuhan orang
seorang, keluarga dan masyarakat.
b. Perawatan Praktik
1. Pelanggaran Ringan
2. Pelanggaran Sedang
3. Pelanggaran Berat
a. Jenis-jenis Euthnasia
Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala
tindakan atau pengobatan yang sedang berlangsung untuk
mempertahankan hidup pasin. Dengan kata lain,euthanasia pasif
merupakan tindakan tidak memberikan pengobatan lagi kepada pasien
terminal untuk mengakhiri hidupnya. Tindakan pada euthanasia pasif ini
dilakukan secara sengaja dengan tidak lagi memberikan bantuan medis
yang dapat memperpanjang hidup pasien, seperti tidak memberikan
alat-alat bantu hidup atau obat-obat penahan rasa sakit, dan
sebagainya. Penyalahgunaan euthanasia pasif biasa dilakukan oleh
tenaga medis maupun keluarga pasien sendiri. Keluarga pasien bisa saja
menghendaki kematian anggota keluarga mereka dengan berbagai
alasan, misalnya untuk mengurangi penderitaan pasien itu sendiri atau
karena sudah tidak mampu membayar biaya pengobatan.
2. ABORSI
a. Penyebab aborsi
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2
tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik,
persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena
keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak
dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan
mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada
trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan
ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah.
b. Aborsi Medisinalis
c. Aborsi Kriminalis
Pada umumnya aborsi ini terjadi karena janin yang dikandung
tidak dikhendaki oleh karena berbagai macam alasan. Seperti
berikut ini :
b. Hak pasien
Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di RS dan mendapat pelayanan yang manusiawi, adil dan
jujur
Memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yg bermutu
Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dgn keinginannya dan
sesuai dgn peraturan yang berlaku di RS
Meminta konsultasi pada dokter lain (second opinion) terhadap
penyakitnya
“Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data
medisnya
Mendapatkan informasi yg meliputi : penyakitnya, tindakan medik,
alternative terapi lain, prognosa penyakit dan biaya.
Memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan perawat.
Menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri
Hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis
Hak menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya
Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan
Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
Hak didampingi perawat/keluarga pada saat diperiksa dokter
Hak pasien dalam penelitian (Marchette, 1984; Kelly, 1987)
c. Kewajiban perawat
Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP
Menghormati hak pasien
Merujuk kasus yang tidak dpt ditangani
Menyimpan rahasia pasien sesuai dgn peraturan perundang-
undangan
Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan
kewenangan
Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat
sesuai dgn kondisi pasien baik scr tertulis maupun lisan
Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai
peraturan dan SOP yg berlaku
Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam
melaksanakan praktik
Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK
Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dg
kewenangan
Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
Mentaati semua peraturan perundang-undangan
Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun
dgn anggota tim kesehatan lainnya.\
d. Hak perawat
Hak perlindungan wanita.
Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh
hukum.
Hak mendapat upah yang layak.
Hak bekerja di lingkungan yang baik
Hak terhadap pengembangan profesional.
Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.
2. Kelalaian
Kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter dikatakan lalai jika
ia bertindak tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain
sebagaimana lazimnya. Akan tetapi,jika kelalaian itu telah mencapai
suatu tingkat tertentu sehingga tidak memperdulikan jiwa orang lain
maka hal ini akan membawa akibat hukum, apalagi jika sampai
merenggut nyawa, maka hal ini dapat digolongkan sebagai kelalaian
berat (culpa lata).
PERTANGGUNGGUGATAN
Yaitu suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu.
Contoh:Ketika dokter memberi instruksi kepada perawat untuk
memberikan obat kepada pasien tapi ternyata obat yang diberikan
itu salah, dan mengakibatkan penyakit pasien menjadi tambah
parah dan dapat merenggut nyawanya. Maka, pihak keluarga
pasien berhak menggugat dokter atau perawat tersebut.
PERTANGGUNGJAWABAN
Yaitu suatu konsekuensi yang harus diterima seseorang atas
perbuatannya.
Contoh:Jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh
dokter dan pihak keluarga pasien tidak terima karena kondisi
pasien semakin parah maka, dokter akan bertanggung jawab atas
kesalahan atau kelalaiannya.
b. Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah
karena mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil
barang yang tidak berharga sekalipun dapat dianggap sebagai
pencurian.
c. Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan
orang tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar
jika anda menyatakan secara verbal atau tertulis.
d. False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan
pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein
fisik atau bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien mau
bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment. Penyokong
dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter.
f. Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya.
Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu
adalah tindakan yang melawan hukum.
g. Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda
terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik
meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan
pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-
anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah
yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit
dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau
rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa
mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal
dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu
menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
https://us04web.zoom.us/j/72282537450?
pwd=cEgwZjY4dlQ0RjQ1OFJPa05hL01mUT09