Anda di halaman 1dari 44

KONSEP LEGAL DAN ASPEK HUKUM KEPERAWATAN

DOSEN:
NS.SEKANI MIRIYA S.KEP

DISUSUN:
1. Abel Paulina Manik (21031093)
2. Julis andreawan Ritonga (21031094)
3. Fany Yunita Novreski (21031095)
4. Ellen Oktavia (21031096)
5. Dianniza Jalendri Putri (21031097)
6. Halimatun Syaqdiyah (21031098)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH PEKANBARU
2021
Kata Pengantar

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala


rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai
dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa berguna untuk
banyak orang.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak


kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca dan dosen demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 14 November 2021

Penyusun
Daftar Isi

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Pembahasan

BAB II ISI
2.1 Prinsip moral dan etika
2.2 Ethic of care
2.3 Kode etik keperawatan
2.4 Isu etik dalam praktik keperawatan
2.5 Prinsip prinsip legal dalam praktik

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul


dari kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai
atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah,
baik, buruk, dan tanggung jawab. Praktek keperawatan sebagai suatu
pelayanan profesional diberikan berdasarkan ilmu pengetahuan,
menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik
keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur hubungan antara
perawat dan pasien, perawat terhadap petugas, perawat terhadap
sesama anggota tim kesehatan, perawat terhadap profesi dan perawat
terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air. Pada hakikatnya
keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada kemanusiaan,
mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi,
bentuk  pelayanannya bersifat humanistik, menggunakan pendekatan
secara holistik, dilaksanakan  berdasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai tuntutan utama
dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan. Dengan
memahami konsep etik, setiap perawat akan memperoleh arahan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan tanggung jawab
moralnya dan tidak akan membuat keputusan secara sembarangan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu:


1. Penjelasan prinsip moral dan etika
2. Penjelasan ethic of care
3. Penjelasan kode etik keperawatan
4. Penjelasan isu etik dalam dalam keperawatan
5. Penejelasan prinsip prinsip legal dalam prakatik
1.3 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini, yaitu:


1. Mengetahui prinsip moral dan etika
2. Mengetahui ethic of care
3. Mengetahui kode etik keperawatan
4. Mengetahui isu etik dalam keperawatan
5. Mengetahui prinsip prinsip legal dalam praktik
BAB II
ISI

2.1 Prinsip moral dan etika

a. Pengertian

Etika berasal dari bahasa yunani yaitu Ethos yang menurut Araskar dan
David (1978) berarti “kebiasaan”, “model perilaku”, atau standar yang
diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan
istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan
yang mempengaruhi perilaku.(Dra Hj. Mimin Emi Suhaemi 2002 ).

Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral


kedalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep
yang membimbing manusia berpikir dan  bertindak dalam kehidupannya
yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang
menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi
dalam hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik
PPNI.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan


istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya
manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang
terhadap orang lain.

b. Tipe-Tipe Etik

Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi


dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut,
bioetik difokuskan pada  pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan
antara ilmu kehidupan, bioteknologi,  pengobatan, politik, hukum, dan
theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi
etik pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu
pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas,
bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin
membantu atau  bahkan membahayakan kemampuan organisme
terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang
berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam  bioetik antara
lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan
kesehatan.

Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang


menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan
prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan. 
 Clinical Ethics/Etik Klinik: Merupakan bagian dari bioetik yang lebih
memperhatikan pada masalah etik selama pemberian pelayanan
pada klien.
Contoh clinical ethics : adanya  persetujuan atau penolakan, dan
bagaimana seseorang sebaiknya merespon   permintaan medis
yang kurang bermanfaat (sia-sia).

  Nursing Ethics/Etik Perawatan: Bagian dari bioetik, yang merupakan


studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam tindakan
keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.

c. Teori Etik .

Utilitarian berasal dari bahasa latin yaitu utilis yang berarti


“bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika
membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut  bukan saja satu
dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dalam rangka
pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya
suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest
number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
Contoh :Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi dapat
menyebabkan hal yang tidak menyenangkan, nyeri atau penderitaan
pada semua hal yang terlibat, tetapi pada dasarnya hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.
2.2 Ethic of care

a. Definisi Etika Keperawat

Keperawatan Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani,


yaitu Ethos, yang  berhubungan  berhubungan dengan pertimbangan
pertimbangan pembuat pembuat keputusan, keputusan, benar atau
tidaknya tidaknya suatu  perbuatan karena tidak ada undang-undang
atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan.Etika
berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari
bersumber dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap
menerima) dan kepercayaan dari profesi.

Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang
membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional.
Kode etik menerapkan konsep etis Karena profesi bertanggung jawab
pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu. Kata
seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah didefinisikan, tetapi
kadang-kadang tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam suatu
situasi.
Contoh : benarkah dipandang dari segi etis, hak asasi, dan tanggung
jawab bila profesional kesehatan menghentikan upaya penyelamatan
hidup pada pasien yang mengidap penyakit yang pasti membawa
kematian?

Faktor teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang


(pemakaian mesin dan teknik memperpanjang usia, legalisasi abortus,
pencangkokan organ manusia, pengetahuan biologi dan genetika,
penelitian yang menggunakan subjek manusia) ini memerlukan
pertimbangan yang menyangkut nilai, hak-hak manusia, dan tanggung
jawab profesi. Organisasi profesi diharapkan mampu memelihara dan
menghargai, mengamalkan, mengembangkan nilai tersebut melalui kode
etik yang disusunnya.

kesehatan dengan penyuluhan.Pelayanan kepada umat manusia


merupakan fungsi utama perawat dan dasar adanya profesi
keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah universal.
Pelayanan profesional  berdasarkan kebutuhan manusia karena itu tidak
membedakan kebangsaan, warna kulit politik,status sosial, sosial, dan
lain-lain.

Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia yang


menggunakan manusia juga, yaitu perawat. Pelayanan ini berdasarkan
kepercayaan bahwa perawat berbuat hal yang benar, hal yang
diperlukan, dan hal yang menguntungkan pasien dan kesehatannya.
Oleh karena manusia dalam interaksi  bertingkah laku berbeda- beda
maka diperlukan pedoman untuk lukan pedoman untuk mengarahkan
bagaimana.

Harus bertindak, bagaimana perilaku manusia, dan apakah hal dan


tanggung jawabnya. Etika memberi keputusan tentang tindakan yang
diharapkan benar tepat atau bermoral. Banyak profesi dibidang hukum,
kedokteran,keperawatan,menyusun pernyataan tentang keyakinan
terhadap perilaku yang etis bagi anggotanya.Etika profesi sebagai
pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau kewajiban bagi anggota
profesi tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain.Organisasi
profesi menggunakan hak-hak dasar manusia dan dasar hukum untuk
melindungi anggotanya dan keselamatan klien atau pasien, dengan
menjamin pelayanan yang diberikan berdasarkan standar dan pelayanan
merupakan tenaga  profesional yang berkompeten.

Perawat harus membiasakan diri untuk menerapkan kode sakan diri


untuk menerapkan kode etik yang memberi gambaran tanggung
jawabnya dalam praktik keperawatan. Perawat  juga harus mengerti
mengerti undang-undang dan hukum yang berhubungan dengan
kesehatan kepada umum, terutama undang-undang yang mengatur
praktik keperawatan. Perawat harus juga memperhatikan fungsi dan
tanggung jawabnya, seperti yang dijelaskan oleh hukum dan yang
dikeluarkan oleh organisasi profesi keperawatan. Etika profesi
keperawatan dikenal sebagai practice discipline, yang perwujudannya
dikenal melalui asuhan atau praktik keperawatan.

Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaanya selalu berada dalam


situasi yang menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses
interaksi serta saling memengaruhi dan dapat memberikan dampak
terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan. Keperawatan sebagai
suatu pelayanan profesional bertujuan untuk tercapainya kesejahteraan
manusia. Sebagai suatu profesi, perawat mempunyai kontrak sosial
dengan masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi kepercayaan bagi
perawat untuk terus menerus memelihara dan meningkatkan mutu
pelayanan yang diberikan. Untuk menjamin kepercayaan ini, pelayanan
keperawatan harus dilandasi ilmu pengetahuan, metodologi, dan
dilandasi pula dengan etika profesi

b. Tujuan Etika Keperawatan

Keperawatan Menurut Suhaemi, (2010), Etika profesi keperawatan


merupakan alat untuk mengukur perilaku moral dalam keperawatan.
Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil berdasarkan
kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku
moral perawat.

Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi


keperawatan dapat dapat meletakkan kerangka berpikir perawat untuk
mengambil keputusan dan  bertanggung  bertanggung jawab kepada
masyarakat, masyarakat, anggota anggota tim kesehatan kesehatan
yang lain, dan kepada  profesi  profesi (ANA, 1976 dalam buku Suhaemi,
Suhaemi, 2010).

Secara umum tujuan etika profesi profesi keperawatan adalah


menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada  perawat,
kepercayaan diantara sesama perawat,dan kepercayaan masyarakat
kepada  profesi keperawatan.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Menurut American


Ethics Commission Bureau on Teaching dalam buku Suhaemi ng dalam
buku Suhaemi 2010, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu :
 Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik
keperawatan

 Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang


terjadi dalam  praktik keperawatan

 Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di


pertanggungjawabkan  pertanggungjawabkan pada diri sendiri, sendiri,
keluarga, keluarga, masyarakat masyarakat dan kepada Tuhan, sesuai
dengan kepercayaannya
Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan dan
mempertimbangkan peran prinsip moralitas, yaitu keyakinannya
terhadap tindakan yang dihubungkan dengan ajaran agama dan perintah
Tuhan dalam:
 Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi,
perawat sendiri, maupun masyarakat

 Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan


pandangan (hal yang dianggap benar).

Menurut National League for Nursing (NLN [Pusat pendidikan


keperawatan milik perhimpunan perawat Amerika]) dalam buku
Suhaemi, 2010, pendidikan etika keperawatan bertujuan :
 Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar
profesi kesehatan lain dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota
tim kesehatan ters tim kesehatan tersebut.

 Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat


moraliltas, rsifat moraliltas, keputusan keputusan tentang baik dan
buruk yang akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sesuai dengan
kepercayaannya

 Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik

 Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting


untuk dasar praktik keperawatan profesional.

 Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan


prinsip etika keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata.

c. Pendekatan dalam Etika Keperawatan

Metode otoritas menyatakan bahwa dasar setiap tindakan atau


keputusan  berdasarkan  berdasarkan pada otoritas.otoritas dapat
berasal dari manusia atau kepercayaan supernatural, kelompok
manusia, atau institusi seperti majelis ulama, dewan gereja, atau
pemerintah. Penggunaan metode ini terbatas hanya pada penganut
yang percaya.Metode consensum hominum menggunakan pendekatan
berdasarkan pada persetujuan masyarakat luas atau peda sekelompok
manusia yang terlibat dalam  pengkajian suatu masalah.Metode
pendekatan intuisi atau self-evidence -dinyatakan oleh para ahli filsafat-
berdasarkan pada apa yang mereka kenal sebagai konsep
teknikintuisi.Metode ini terbatas hanya pada orang-orang yang
mempunyaiintuisi tajam.

Metode argumentasi atau metide sokratik menggunakan pendekatan


dengan mengajukan pertanyaan atau mencari jawaban yang mempunyai
alasan tepat. Metode analitik ini digunakan untuk memahami fenomena
etika.

d. Tipe-tipe Tipe-tipe Etika Keperawatan

Keperawatan Menurut Dalami (2010), tipe-tipe etika keperawatan


terbagi menjadi tiga, terbagi menjadi tiga, yaitu:
 Bioetik

Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi


dalam etik,menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut,
bioetik difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan
antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan
theologi. Pada lingkup yang lebih sempit,bioetik merupakan evaluasi etik
pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan
pengobatan pada manusia.

 Clinical Ethics/Etik Klinik

Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan


pada masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien.
Contoh clinical ethics: adanya persetujuan atau penolakan,dan
bagaimana seseorang sebaiknya merespons permintaan medis yang
kurang bermanfaat (sia kurang bermanfaat (sia-sia).

 Nursing Ethics/Etik Keperawatan

Bagian dari bioetik,yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan
keputusan etik.
e. Teori-teori dalam Etika Keperawatan

Teori dasar etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis


praktik  professional  professional (Fry,1991 (Fry,1991 dalam buku
Suhaemi, Suhaemi, 2010). Teori etik digunakan dalam  pembuatan
keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat
moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis
besar dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan menjadi teori
teleologi dan deontology.
 Teleologi

Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata telos, berarti akhir).
Istilah teleologi dan utilitarianisme sering digunakkan saling bergantian.
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena

Teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi.


Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang maksimal dan
ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia ( sekecil mungkin bagi
manusia (Kellly, 1987 dalam bu Kellly, 1987 dalam buku Suhaemi, 2010).
ku Suhaemi, 2010). Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan
menjadi rule utilitarienisme dan act utilitarianisme. Rule utilitarianisme
berprinsip bahwa manfaat atau niiali suatu tindakan bergantung pada
sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan
kepada manusia. Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas; tidak
melibatkan aturan umum, tetapi berupaya menjelaskan pada suatu
situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat
memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidak baikan sekecil-
kecilnya  pada individu.

 Deontologi

Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon, berarti tugas) berprinsip


pada aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan
ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan,
melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini, perhatian difokuskan
pada tindakann melakukan tanggung jawab moral yang dapat
memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau
salah. Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan
tugas harus bersifat universal, tidak kondisional, dan imperative. Dalam
menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan
pertimbangan, misalnya tindakan abortus dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibunya karena setiap tindakan yang mengakhiri
hidup (dalam hal ini calon bayi) merupakan tindakan buruk secara moral.
Secara lebih luas, teori deontologi dikembangkan menjadi lima prinsip
penting, yaitu kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran dan
ketaatan (Fry, 1991 dalam 1 dalam buku Suhaemi, 2010).

f. Prinsip- prinsip Etika Keperawat

Keperawatan Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan
martabat manusia, tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga
diterapkan baik dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan. Juga
dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan (Suhami,2010).
Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang
bersifat etis dan moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya
sendiri:
1. Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien?
2. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap atasan dan orang-orang
yang bekerja sama dengan saya?
3. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri?

Bila jawaban atas pertanyaan diatas positif berdasarkan ukuran yang


seharusnya,perilaku yang ditampilkan akan berkenan dan akan berkenan
dan sesuai dengan sesuai dengan hak-hak pasien, dan haknya sendiri
untuk mempertahankan kewibawaan. Fungsi kode etik menurut
Hipocrates :
1. Menghindari ketegangan antar-manusia
2. Memperbaiki status kepribadian
3. Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan

Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik
keperawatan menurut Kozier & Erb (1990) dalam Suhaemi, (2010):
 Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan
keperawatan. Standar ini akan melindungi perawat dan pasien

 Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional,


memperbaiki, dan memelihara standar tersebut
 Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan
diikuti orangorang dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai
pribadi bagi anggota  profesional

 Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk


membuat keputusan dalam situasi keperawatan

Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan
dan yang tidak boleh dilakukan.Sebetulnya bukan soal paksaan,
semuanya bergantung pada  perawat  perawat sendiri. Perawat bebas
mendengarkan kata hatinya bila telah menerima nilai yang baik, kata
hati akan menuntunnya, dan akan tertanam nilai moral.

1. Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos, yang berarti
sendiri dan nomos, artinya aturan.Otonomi berarti kemampuan untuk
menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri.otonomi berarti
menghargai manusia sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan
martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.Prinsip
otonomi sangat penting dalam keperawatan.Perawat harus menghargai
harkat dan martabat manusia sebagai individu yang dapat memutuskan
hal yang terbaik bagi dirinya.Beberapa tindakan yang tidak
memperhatikan otonomi adalah :
 Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu sebelumnya

 Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting


diketahui klien dalam membuat suatu pilihan

 Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat


gangguan atau  penyimpangan

 Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien


menghendaki informasi tersebut

 Memaksa klien memberi informasi tentang hal-hal yang mereka


sudah tidak  bersedia menjelaskannya
2.  Non-maleficience
Non-maleficience berarti berarti tidak melukai melukai atau tidak
menimbulkan menimbulkan  bahaya/cedera bagi orang lain.Johnson
(1989) dalam buku Suhaemi (2010) menyatakan bahwa prinsip untuk
tidak melukai orang lain berbeda dan lebih keras dari pada prinsip untuk
melakukan yang baik.

Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak


merugikan orang lain.
Contoh: seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa
pemberian  pemberian transfusi darah bertentangan
dengan,keyakinannya,mengalami pendarahan hebat akibat penyakit
hati yang kronis. Sebelum Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien
sudah memberikan pernyataan tertulis kepada dokter bahwa ia tidak
mau tidak mau dilakukan transfuse darah. Pada suatu saat, ketika
kondisi klien bertambah buruk dan terjadi pendarahan hebat, dokter
seharusnya mengintruksikan untuk memberikan transfusi darah.Dalam
hal ini, akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena prinsip
beneficience,walaupun sebenarnya pada saat yang bersamaan terjadi
penyalahgunaan prinsip maleficienc.

3. Keadilan
Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk
semua individu. Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama.
Tindakan yang sama tidak selalu identic, tetapi dalam hal ini persamaan
mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan
seseorang. Dalam aplikasinya, prinsip moral ini tidak berdiri sendiri,
tetapi bersifat komplementer sehingga kadang-kadang menimbulkan
masalah dalam berbagai situasi.Kontak yang terus-menerus antara
perawat dengan klien membutuhkan suatu hubungan perawat-klien
yang spesiifik, yang dibina atas dasar saling percaya.Hubungan yang
spesifik ini merupakan dasar dalam etika keperawatan.

Dalam hubungan perawat-klien, perawat dapat berfungsi sebagai


narasumber dalam memberi informasi yang relevan dengan masalah
klien.Perawat  juga dapat berfungsi sebagai konselor,yaitu ketika klien
menjelaskan perasaannya dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan
sakitnya. Disamping itu, perawat juga dapat berfungsi sebagai pengganti
orang tua, saudara kandung, atau orang yang paling dekat dengan klien
sehingga memungkinkan memungkinkan klien mengeksplorasi
perasaanya sesuai dengan sifat hubungan tersebut. Fungsi lain yang
dilaksanakan perawat adalah sebagai seorang ahli yang mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi masalah dalam
kebutuhan kllien.

Menurut Dalami (2010), prinsip-prinsip etika keperawatan adalah


sebagai berikut:

1. Otonomy (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
sendiri,memilih dan memiliki berbagai keputusan atau  pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain.Prinsip otonomi merupakan bentuk
respek terhadap seseorang,atau dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan  bertindak  bertindak secara rasional.

2.Berbuat Baik (Beneficience)


Beneficience berarti,hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi

3.Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama
dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip
moral,legal,dan kemanusiaan.Nilai ini Direfleksikan dalam praktik
profesional ketika perawat  bekerja untuk terapi yang benar sesuai
standar hukum,standar praktik dan keyakinan yang  benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4. Tidak Merugikan (Non Maleficienci)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien
dan keluarga.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai diperlukan
oleh  pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setiap kali klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat
mengerti.

6. Menepati Janji (Fidelity)


Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain.Perawat setia pada komitmennya
dan menepati  janji serta menyimpan rahasia
klien.Ketaatan,kesetiaan,adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmennya yang dibuatnya.
Kesetiaan,menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan,mencegah penyakit,memulihkan
kesehatan,dan meminimalkan penderitaan.

7. Kerahasian (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga  privasi  privasi klien.Segala sesuatu yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam ruang
pengobatan klien.

8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan
seorang  profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanpa terkecuali.
2.3 Kode etik keperawatan

a. Etik keperawatan

Masing-masing profesi mempunyai dasar pemikiran tentang etik yang


berbeda. Hal ini disebabkan oleh bentuk intervensi profesinya berbeda.
Profesi keperawatan bentuk intervensinya adalah care dan peduli.
Dengan demikian segala prinsip-prinsip etik yang digunakan oleh profesi
keperawatan adalah dalam rangka memenuhi kepedulian.Dalam konteks
kepedulian subjek yang berinteraksi diwujudkan dalam bentuk relasi.
Relasi ini terjadi antara perawat dengan pasien, perawat dengan
perawat, perawat dengan organisasi tempat ia bekerja dan perawat
dengan masyarakat luas. Bila antara subjek yang berelasi saling
menghargai dan tidak ada yang mendominasi, maka akan tercapai
kebahagiaan, Namun bila ada subjek yang mendominasi, maka akan
terjadi masalah etik yang berarti syarat-syarat untuk menjadi peduli
tidak lagi terpenuhi

Peduli pada profesi keperawatan ditunjang oleh 4 (empat) unsure utama


:
1. Respect to others , bertujuan untuk menghargai subjek yang berelasi.
Subjek yang berelasi adalah perawat dengan pasien, atau antar subjek
lainnya.
Contoh setiap perawat memulai tugasnya hendaklah mengenalkan diri
pada pasien. Apabila pasien sudah kenal dengan perawat, maka
perawat hendaklah menyampaikan bahwa ia yang akan merawat
pasien pada jam kerjanya itu. Demikian juga saat jam kerja berakhir,
perawat berpamitan pada pasien. Inilah contoh nyata bagaimana sikap
perawat menghargai pasien.

2. Compassion,secara sederhana dapat diartikan sebagai rasa iba. Rasa


iba ini juga dapat diiartikan sebagai rasa sayang pada pasien. Rasa
sayang ini dapat dipelajari 3 dengan cara melihat wajah pasien. Pada
wajah pasien tergambarlah penderitaan akibat sakit yang dialami. Wajah
akan memberikan kenyataan yang sesungguhnya. Dengan demikian,
kenalilah wajah pasien. Dari wajah ini akan menimbulkan belas kasih
dari yang melihatnya.
3. Advocacy, berarti melindungi. Melindungi pasien supaya selamat
berada dalam asuhan keperawatan pasien. Advocacy dapat dilakukan
dengan cara menjamin intervensi yang diberikan perawat agar selalu
aman. Hal ini dapat diperoleh bila perawat memberikan asuhan
keperawatan sesuai kompetensi yang dimilikinya. Bila perawat memiliki
kompetensi, maka ia tidak layak diberi penugasan untuk intervensi
tersebut

4. Intimacy,adalah kedekatan, perawat terhadap pasien sangat dekat


sekali. Dari mulai pasien kontak dengan perawat, pasien akan selalu
berada dibawah pengawasan perawat. Pengawasan ini baru berakhir
bila pasien meninggal dunia, Sedemikian dekatnya; sehingga dekat ini
digambarkan sebagai ibu dekat dengan anaknya.

b. Tanggung jawab perawat

1. Terhadap Masyarakat, Keluarga dan Penderita


 Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa
berpedoman kepada tanggung jawab yang pangkal tolaknya bersumber
dari adanya kebutuhan akan perawatan untuk orang seorang, keluarga
dan masyarakat.

 Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya dalam bidang


keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
bergama dari orang seorang, keluarga dan masyarakat.

 Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi orang seorang,


keluarga dan masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas
sesuai dengan martabat dan tradisi luhur perawatan.

2. Terhadap Tugas
 Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan perawatan yang
tinggi disertai kejujuran profesinal dalam menerapkan pengetahuan
serta keterampilan perawatan sesuai dengan kebutuhan orang
seorang, keluarga dan masyarakat.

 Perawat wajib merahasiakan sesuatu yang diketahuinya sehubungan


dengan tugas yang dipercayakan kepadanya
 Perawat tidak akan menggunakan dan keterampilan perawatan
untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan

 Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa


berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak berpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, keagamaan, warna kulit, umur,
jenis kelamin, aliran politik serta kedudukan sosial.

 Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan


penderita dalam melaksanakan tugas perawatan semi matang dalam
pertimbangan I kemampuan jika menerima atau mengalih tugaskan
tanggung jawab yang ada hubungannya dengan perawatan.

3. Terhadap Sesama Perawat dan Profesi Kesehatan Lainnya


 Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antar sesama
perawat dan tenaga kesehatan lainnya baik dalam memelihara
keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

 Perawat senantiasa meyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan


pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan
dalam bidang perawatan

4.Terhadap Profesi Keperawatan


 Perawat selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesional
secara sendirisendiri dan atau secara bersama-sama dengan jalan
menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang
bermanfaat bagi perkembangan keperawatan

 Perawat selalu menjunjung tinggi nama baik profesi perawatan


dengan menunjukkan tingkah laku dan sifat-sifat pribadi yang tinggi.

 Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan


pendidikan dan pelayanan perawatan serta menerapkannya dalam
kegiatan-kegiatan pelayanan dan pendidikan perawatan.

 Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu


organisasi profesi perawatan sebagai sarana pengabdian.
5. Terhadap Pemerintah, Bangsa dan Tanah Air
Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai
kebijaksanaan yang digariskan oleh pemerintah dalam bidang
kesehatan dan perawatan.

Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan


pikiran kepada pemerintah dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan dan perawatan kepada rnasyarakat.

c. Perilaku sebagai penjabaran kode etik keperawatan


a. Perawat dan Klien

1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai


harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh
oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan social.
Perilaku yang dapat diukur :
 Perawat wajib memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya

 Perawat wajib menjelaskan setiap intervensi keperawatan yang


dilakukan pada klien dan keluarga

 Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dilarang / tidak


mencela adat kebiasaan dan keadaan khusus klien

 Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dilarang / tidak


membedakan pelayanan atas dasar kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta
kedudukan sosial pada klien.

2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa


memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,
adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama. Perilaku yang dapat
diukur :
 Perawat pada awal bertemu klien, wajib menjelaskan bahwa mereka
boleh menjalankan / diizinkan melaksanakan kegiatan yang terkait
dengan budaya, adat dan agama.
 Perawat dalam memberikan pelayanan wajib menfasilitasi
pelaksanaan nilai nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama dan wajib mencari solusi, yang akan berpihak pada klien bila
terjadi konflik terkait nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidup beragama.

 Perawat wajib .membantu klien memenuhi kebutuhannya sesuai


dengan budaya, adat istiadat dan agama.

 Perawat wajib mengikut sertakan klien secara terus menerus pada


saat memberikan asuhan keperawatan.

3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang


membutuhkan asuhan keperawatan. Perilaku yang dapat diukur :
 Perawat wajib melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar
prosedur operasional (SPO)

 Perawat wajib melaksanakan intervensi keperawatan sesuai dengan


kompetensinya

 Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan sesuai


SPO

4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui


sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecualijika
diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku. Perilaku yang dapat diukur :
 Perawat tidak memberikan informasi tentang klien kepada orang
yang tidak IJerkepentingan

 Perawat tidak mendiskusikan klien ditempat umum

 Perawat menjaga kerahasiaan dokumen klien

b. Perawatan Praktik

1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang


keperawatan melalui belajar terns menerus Perilaku yang dapat diukur :
 Perawat menerapkan dalam praktik sehari-hari ilmu pengetahuan
dan teknologi terbaru dalam mernberikan pelayanan.

 Perawat harus mempublikasikan ilmu dan keterampilan yang dimiliki


baik dalam bentuk 'hasil penelitian maupun presentasi kasus
diantaranya jounal reading, laporan kasus dan summary report.

 Perawat melakukan evaluasi diri terhadap pencapaian hasil asuhan


keperawatan.

2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang


tinggi disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan
serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.Perilaku
yang dapat diukur :
 Perawat mengikuti dan melaksanakan kegiatan-kegiatan
peningkatan dan penjaminan mutu antara lain: GKM (Gugus Kendali
Mutu), diskusi kasus dan seterusnya.

 Perawat selalu melakukan evaluasi terhadap perawat lain yang


menjadi 'anggung jawabnya dalam menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terbaru.

 Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan wajib


mengidentifikasi asuhan keperawatan yang tidak sesuai dengan
standar mutu dan keselamatan pasien

 Perawat wajib menyampaikan kepada atasan langsung , apabila


menemukan pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan standar
mutu dan keselamatan pasien untuk selanjutnya ditindak-Ianjuti.

 Perawat dalam memberikan intervensi keperawatan wajib merujuk


pada standar yang dikeluarkan institusi pelayanan kesehatan.

 Perawat menggunakan teknologi keperawatan yang telah diuji


validitas (kehandalan) dan reliabiIitas (keabsahan) oleh lembaga yang
berwenang.

3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada infonnasi yang


akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang
bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikaa delegasi
kepada orang lain. Perilaku yang dapat diukur :
 Perawat selalu menggunakan data akurat dalam mengambil
keputusan

 Perawat mendelegasikan pekerjaan harus menggunakan komunikasi


yang jelas dan lengkap

 Perawat bertanggungjawab dalam pembinaan moral staf

 Perawat harus membuat laporan terkait tugas yang dilimpahkan

 Perawat harus menjalankan tugas sesuai yang didelegasikan

 Perawat memberikan masukan berkaitan dengan kasus yang


dikonsulkan sesuai dengan tingkatan penerima konsul.

4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan


dengan selalu menunjukkan perilaku professional.
 Perawat selalu berpenampilan rapi dan wangi

 Perawat selalu dapat menjawab pertanyaan kIien sesuai dengan ilmu


pengetahuan yang dimiliki.

 Perawat selalu menepati janji d. Perawat selalu ramah

 Perawat menggunakan seragam yang bersih dan sesuai dengan


norma kesopanan

c. Perawat berbicara dengan lemah lembut.

1. Perawat dan Masyarakat Perawat mengemban tanggung jawab


bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai
kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
Perilaku yang dapat diukur :
Perawat mempe~lihatkan perilaku hidup seh~ftdi lingkungannya.

 Perawat melakukan pembimbingan kepada masyarakat untuk hidup


sehat ... dengan berpartisipasi aktif dalam tindakan preventif,
promotif, kuratif, dan ... rehabilitatif.
Perawat melaksanakan gerakan masyarakat sehat, seperti : perilaku
hidup sehat, hand higieine, dan lain-lain "

 Perawat mengajarkan masyarakat tentang bencana

Perawat mengajarkan masyarakat menciptakan lingkungan yang


bersih, arnan, dan nyaman.

 Perawat melakukan penelitian dan menerapkan praktik berbasis


bukti dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

d. Perawat dan Ternan Sejawat

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama


perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya dan dalam
memelihara keserasian suasana Iingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Perilaku yang
dapat diukur :
Perawat mendiskusikan hal-hal terkait profesi secara berkala dengan
sejawat.

 Perawat dalam menyampaikan pendapat terhadap sejawat,


menggunakan rujukan yang diakui kebenarannya.

 Perawat menciptakan Iingkungan yang kondusif (keserasian suasana


dan memperlihatkan privacy).

e. Perawat menghargai sesama perawat seperti keluarga sendiri.

1. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang


memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan
illegal.
 Perawat mempraktekkan penyelesaikan yang terjadi antar sejawat
sesuai alur penyelesaian masalah.

 Perawat melap~rkan sejawat yang melakakan tindakan yang tidak


sesuai dengan standar, ~tik, dan tidak sesuai dt'(_nganperaturan
perundang-undangan.
 Perawat menegur sejawat atas perilaku yang tidak kompeten, tidak
etik dan tidak legal.

 Perawat membina sejawat agar memelihara tindakan yang


kompeten, etis dan legal

 Perawat dan Profesi

2. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar


pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam
kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan. Perilaku yang dapat
diukur :
 Perawat menyusun standar yang dibutuhkan profesi di institusi
pelayanan dan pendidikan.

 Perawat wajib menfasilitasi kebutuhan belajar mahasiswa sebagai


calon anggota profesi.

 Perawat melakukan sosialisasi i1mu penegetahuan dan teknologi


terbaru dalam Iingkup profesi di institusi pelayanan dan pendidikan

 Perawat wajib menjaga nama baik profesi dan symbol-simbol


organisasi profesi termasuk di media social dan lainnya.

3. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan


profesi keperawatan. Perilaku yang dapat diukur:
 Perawat melaksanakan kajian asuhan keperawatan yang diberikan
secara terus menerus dengan bimbingan perawat yang ditunjuk.

 Perawat menyampaikan hasil kajian asuhan keperawatan dalam


forum temu ilmiah perawat pada institusi terkait.

4. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun


dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi. Perilaku yang dapat diukur :
 Perawat harus aktif memberikan usulan terhadap pihak terkait agar
tersedia . ... ~arana prasarana untuk kelancaran asuhan keperawatan.

 Perawat wajib menyampaikan asuhan keperawatan yang telah


dilakukannya pada setiap serah terima.
 Perawat penanggung jawab wajib memastikan terlaksananya asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat pelaksana yang ada
dibawah tanggung jawabnya.

 Perawat penanggung jawab wajib menyampaikan perkembangan


asuhan keperawatan kepada penanggung jawab perawatan yang lebih
tinggi secara berkala.

d. Jenis jenis etik keperawatan

1. Pelanggaran Ringan

a. Melalaikan tugas, contohnya:


 tidak masuk kerja tanpa izln,
 tidak melakukan tugas yang merupakan tanggung jawabnya (tidak
melengkapi status, tidak merapikan alat setelah dipakai, dll)
 menggunakan handphone saat bekerja untuk kepentingan pribadi
dalam waktu yang lama
 tidur saat bertugas shif malam
 suka memposting foto di media sosial saatjam sibuk (08.00-12.00)

b. Berperilaku tidak menyenangkan penderita atau keluarga, contohnya


:
 tidak sopan terhadap pasien,
 membentak atau berbieara kasar ke pasien / keluarga
 mengabaikan keluhan pasien dan keluarga

c. Tidak bersikap sopan saat berada dalam ruang perawatan, contoh :


 Tertawa keras dan terbahak-bahak di ruang perawatan ..
 Bersikap euek, aeuh tak aeuh saat ada tamulpengunjung
 Makan-makan di nurse station d. Tidak berpenampilan rapi, contoh /
 Tidak memakai atribut uniform dengan lengkap (papan nama + pin \
RS.Jiwa Prof HB. Saanin Padang)
 Memakai sepatu bertumit tinggi (tinggi tumit ~ 3 em)
 Memakai make up berlebihan
 Memakai perhiasan berlebihan yaitu eincin dan gelang
 Memakai baju ketat, sempit atau dekil
 Memakai sendal saat melayani pasien.
 Menjawab telfon tanpa menyebutkan identitas.

2. Pelanggaran Sedang

 Meminta imbalan berupa uang atau barang kepada pasien atau


keluarga untuk kepentingan pribadi atau kelompok
 Memukul pasien dengan sengaia, tanpa menimbulkan kecacatan fisik
 Bagi perawat yang sudah menikah menjalin cinta dengan pasien dan
keluarga, suami atau istri ternan sejawat
 Menyalahgunakan uang perawatan atau pengobatan pasien untuk
kepentingan pribadi atau kelompok.
 Merokok dilingkungan RSJiwa Prof. HB. Saanin Padang saat masih
memakai uniform perawat.
 Berjudi di Iingkungan RSJiwa Prof. HB. Saanin Padang saat masih
memakai uniform perawat. ..
 Menceritakan aib ternan seprofesi atau menjelekkan profesi perawat
dihadapan profesi lain
 Menjelekkan dan atau membuat cerita HOAX mengenai profesi
keperawatan pada profesi lain dalam forum, media cetak, maupum
media online.
 Sering melakukan Pelanggaran Etik Ringan (minimal 3 kali)

3. Pelanggaran Berat

 Melakukan tindakan keperawatan tanpa mengikuti prosedur


sehingga penderitaan pasien bertarnbah parah atau b~hkan
meninggal
 Salah memberikan obat sehingga berakibat fatal bagi pasien
 Membiarkan pasien dalam keadaan sakit parah atau sakratul maut
tanpa memberikan pertolongan
 Berjudi atau memlnum minuman beralkohol sampal mabuk
diruangan perawatan
 Menodai kehormatan pasien
 Memukul atau berbuat kekerasan pada pasien dengan sengaja
sampai terjadi cacat fisik
 Menyalahgunakan obat pasien untuk kepentingan pribadi atau
kelompok.
 Menjelekkan dan atau membuat cerita HOAX mengenai profesi
keperawatan pada profesi lain dalam forum, media cetak, maupum
media online yang mengakibatkan adanya tuntutan hukum
e.Sangsi untuk pelanggaran etik keperawatan

1. Sanksi Pelanggaran Ringan

 Yang bersangkutan mengucapkan janji untuk tidak mengulangi


perbuatannya lagi ..
 Meminta maafterhadap pihak yang dirugikan

2. Sanksi pelanggaran Sedang

 Harus mengembalikan barang atau uang yang diminta kepada pasien


atau keluarganya

 Meminta maafterhadap pihak yang dirugikan

 Membuat surat pernyataan diatas kertas segel bermaterai bahwa


tidak akan mengulanginya lagi.

3. Sanksi Pelanggaran Berat

 Harus meminta maafterhadap pihak yang dirugikan 19

 Membuat surat pemyataan diatas kertas 'Segel bennaterai bahwa


tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.

 Dilaporkan kepada pihak kepolisian

 Diberhentikan dari kedinasan dengan tidak honnat .

2.4 Isu Etik dalam Praktik Keperawatan


1. EUTHANASIA
Istilah euthanasia berasal dari bahasa yunani “euthanathos”. Eu artinya
baik, tanpa penderitaan sedangkan thanathos artinya mati atau
kematian. Dengan demikian, secara etimologis, euthanasia dapat
diartikan kematian yang baik atau mati dengan baik tanpa penderitaan.
Ada pula yang menerjemahkan bahwa euthanasia secara etimologis
adalah mati cepat tanpa penderitaan.

Hippokrates pertama kali menggunakan istilah “eutanasia” ini pada yang


ditulis pada masa 400-300 SM.Sumpah tersebut berbunyi: “Saya tidak
akan menyarankan dan atau memberikan obat yang mematikan kepada
siapapun meskipun telah dimintakan untuk itu”.

Saat ini yang dimaksudkan dengan enthanasia adalah bahwa seorang


dokter mengakhiri kehidupan pasien terminal dengan memberikan
suntikan yang mematikan atas permintaan pasien itu sendiri., atau
dengan kata lain euthanasia merupakan pembunuhan legal.

Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan


hukum kesehatan mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan
yang dibuat oleh Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter
Belanda).
yaitu :Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu
untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan
sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang
pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien itu sendiri.

a. Jenis-jenis Euthnasia

 Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala
tindakan atau pengobatan yang sedang berlangsung untuk
mempertahankan hidup pasin. Dengan kata lain,euthanasia pasif
merupakan tindakan tidak memberikan pengobatan lagi kepada pasien
terminal untuk mengakhiri hidupnya. Tindakan pada euthanasia pasif ini
dilakukan secara sengaja dengan tidak lagi memberikan bantuan medis
yang dapat memperpanjang hidup pasien, seperti tidak memberikan
alat-alat bantu hidup atau obat-obat penahan rasa sakit, dan
sebagainya. Penyalahgunaan euthanasia pasif biasa dilakukan oleh
tenaga medis maupun keluarga pasien sendiri. Keluarga pasien bisa saja
menghendaki kematian anggota keluarga mereka dengan berbagai
alasan, misalnya untuk mengurangi penderitaan pasien itu sendiri atau
karena sudah tidak mampu membayar biaya pengobatan.

 Euthanasia aktif atau euthanasia agresif


Euthanasia aktif atau euthanasia agresif adalah perbuatan yang
dilakukan secara medik melalui intervensi aktif oleh seorang dokter
dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia. Dengan kata lain,
Euthanasia agresif atau euthanasia aktif adalah suatu tindakan secara
sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain untuk
mempersingkat atau mengakhiri hidup si pasien.

 Euthanasia aktif langsung (direct)


Euthanasia aktif langsung adalah dilakukannnya tindakan medis secara
terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien, atau
memperpendek hidup pasien. Jenis euthanasia ini juga dikenal sebagai
mercy killing.

 Euthanasia aktif tidak langsung (indirect)


Euthanasia aktif tidak langsung adalah saat dokter atau tenaga
kesehatan melakukan tindakan medis untuk meringankan penderitaan
pasien, namun mengetahui adanya risiko tersebut

 Euthanasia Sukarela (Voluntir)


Euthanasia yang dilakukan oleh tenaga medis atas permintaan pasien itu
sendiri. Permintaan pasien ini dilakukan dengan sadar atau dengan kata
lain permintaa pasien secara sadar dan berulang-ulang, tanpa tekanan
dari siapapun juga.

 Euthanasia Tidak Sukarela (Involuntir)


Euthanasia yang dilakukan pada pasien yang sudah tidak sadar.
Permintaan biasanya dilakukan oleh keluarga pasien. Ini terjadi ketika
individu tidak mampu untuk menyetujui karena faktor umur, ketidak
mampuan fisik dan mental, kekurangan biaya, kasihan kepada
penderitaan pasien, dan lain sebagainya. Sebagai contoh dari kasus ini
adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman untuk pasien
yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma).

2. ABORSI

Menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak


dikehendaki. Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan,
aborsi pada umumnya dilakukan karena terjadi kehamilan yang tidak
diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang gagal, perkosaan,
ekonomi, jenis kelamin atau hamil di luar nikah.

Mengenai alasan aborsi memang banyak mengundang kontroversi, Ada


yang berpendapat bahwa aborsi perlu dilegalkan dan ada yang
berpendapat tidak perlu dilegalkan.Pelegalan aborsi dimaksudkan untuk
mengurangi tindakan aborsi yang dilakukan oleh orang yang tidak
berkompeten, misalnya dukun beranak. Sepanjang aborsi tidak
dilegalkan maka angka kematian ibu akibat aborsi akan terus meningkat.

Ada yang mengkatagorikan Aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang


atas nama agama, ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya
hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.Jika aborsi untuk
alasan medis, aborsi adalah legal, untuk korban perkosaan, masih di grey
area, aborsi masih diperbolehkan walaupun tidak semua dokter mau
melakukannya. Kasus perkosaan merupakan pilihan yang sulit. Meskipun
bisa saja kita mengusulkan untuk memelihara anaknya hingga lahir, lalu
diadopsikan ke orang lain, itu semua tergantung kematangan si ibu dan
dukungan masyarakat agar anak yang dilahirkan tidak dilecehkan oleh
masyarakat.

a. Penyebab aborsi

Karakteristik ibu hamil dengan aborsi yaitu:


 Umur Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal
pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun
ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi
pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali
sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda sering kali
secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada
umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada
orang lain. Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk
menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki.Keguguran
sengaja yang dilakukan oleh tenaga nonprofessional dapat
menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka
kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi
karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem
transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga
pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi
kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun
sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterine.

 Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2
tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik,
persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena
keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak
dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan
mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada
trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan
ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah.

 Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan


pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena keadaan
rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal.Paritas 1 dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi.Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal.Risiko pada
paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik,
sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah
dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi
adalah tidak direncanakan.

Riwayat Kehamilan yang lalu Menurut Malpas dan Eastman


kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita ialah 73% dan
83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn – Jones memberi
prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2007).

b. Jenis jenis aborsi


a. Aborsi Alamiah atau Spontan

Aborsi almiah / spontan berlangsung tanpa tindakan apapun


(keguguran). Pada umumnya aborsi ini dikarenakan kurang baknya
kualitas sel telur maupun sel sperma.

b. Aborsi Medisinalis

 Aborsi medisinalis adalah aborsi yang terjadi karena brbagai alas an


yang bersifat medis. Aborsi ini dilakukan karena berbagai macam
indikasi, seperti :
Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan
pendarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal
(missed abortion).

 Mola Hidatidosa atau hindramnion akut Infeksi uterus akibat


tindakan abortus kriminalis Penyakit keganasan pada saluran jalan
lahir, misalnya kangker serviks atau jika dengan adanya kehamilan
akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya
pada tubuh seperti kangker payudara

 Prolaps uterus yang tidak bisa diatasi.

 Telah berulang kali mengalami operasi caesar

 Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya


penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung,
hipertensi,nephritis,tuberkolosis, paru aktif yang berat.

 Penyakit-penyakit metabolik misalnya diabetes yang tidak terkontro

 Epilepsi yang luas dan berat..


Gangguan jiwa , disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri.
Pada kasus seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus
dikonsultasikan dengan psikiater.

c. Aborsi Kriminalis
Pada umumnya aborsi ini terjadi karena janin yang dikandung
tidak dikhendaki oleh karena berbagai macam alasan. Seperti
berikut ini :

 Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

 Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau


untuk punya anak lagi.

 Kehamilan di luar nikah.

 Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban


ekonomi keluarga. praktek keperawatan, penyediaan pelayanan
asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan
keperawatan yang menggunakan model informasi
kesehatan/berbasis internet.
2.5 PRINSIP-PRINSIP LEGAL DALAM PRAKTIK

Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan


kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga
diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi
pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan
ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum
untuk membela hak-haknya.

Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk


mendapatkan pelayanan yang aman dan kompeten. Perhatian terhadap
legal dan etik yang dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem
pelayanan kesehatan.

Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat


untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan
yang dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik
untuk meninjau praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak
klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien
sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh
untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan keluarganya
bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.

a. Hak asasi manusia


Menurut sifatnya hak asasi manusia biasanya dibagi atau dibedakan
dalam beberapa jenis (Prakosa, 1988), yaitu :

 Personal Rights (hak-hak asasi pribadi)


 Property Rights (hak asasi untuk memilih sesuatu)
 Rights of legal equality
 Political Rights (hak asasi politik)
 Social and Cultural Rights (hak-hak asasi sosial dan kebudayaan)
 Procedural Rights.

b. Hak pasien
 Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di RS dan mendapat pelayanan yang manusiawi, adil dan
jujur
 Memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yg bermutu
 Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dgn keinginannya dan
sesuai dgn peraturan yang berlaku di RS
 Meminta konsultasi pada dokter lain (second opinion) terhadap
penyakitnya
 “Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data
medisnya
 Mendapatkan informasi yg meliputi : penyakitnya, tindakan medik,
alternative terapi lain, prognosa penyakit dan biaya.
 Memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan perawat.
 Menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri
 Hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis
 Hak menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya
 Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan
 Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
 Hak didampingi perawat/keluarga pada saat diperiksa dokter
 Hak pasien dalam penelitian (Marchette, 1984; Kelly, 1987)

c. Kewajiban perawat
 Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP
 Menghormati hak pasien
 Merujuk kasus yang tidak dpt ditangani
 Menyimpan rahasia pasien sesuai dgn peraturan perundang-
undangan
 Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan
kewenangan
 Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat
sesuai dgn kondisi pasien baik scr tertulis maupun lisan
 Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai
peraturan dan SOP yg berlaku
 Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam
melaksanakan praktik
 Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK
 Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dg
kewenangan
 Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
 Mentaati semua peraturan perundang-undangan
 Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun
dgn anggota tim kesehatan lainnya.\

d. Hak perawat
 Hak perlindungan wanita.
 Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh
hukum.
 Hak mendapat upah yang layak.
 Hak bekerja di lingkungan yang baik
 Hak terhadap pengembangan profesional.
 Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.

e. Prinsip prinsip legal dalam keperawatan


1. Malpraktek
Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai
dengan standar profesi atau standar prosedur oprasional.Untuk
malpraktek kedokteran juga dapat dikenai hukum kriminal. Malpraktek
kriminal terjadi ketika seorang dokter yang menangani sebuah kasus
telah melanggar undang-undang hukum pidana. Perbuatan ini termasuk
ketidakjujuran, kesalahan dalam rekam medis, penggunaan ilegal obat-
obatan, pelanggaran dalam sumpah dokter, perawatan yang lalai, dan
tindakan pelecehan seksual pada pasien.

Adapun pengertian dari malprakrek lainnya adalah kelalaian dari


seorang dokter atau perawat untuk menterapkan tingkat ketrampilan
dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanan pengobatan dan
perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam
mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah
yang sama.

Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan


batasan yang spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan kepada
seseorang yang telah terlatih atau berpendidikan yang menunjukkan
kinerjanya sesuai bidang tugas/pekerjaannya. Terhadap malpraktek
dalam keperawatan maka malpraktik adalah suatu batasan yang
dugunakan untuk menggambarkan kelalaian perawat dalam melakukan
kewajibannya.
 Tindakan yang termasuk dalam praktek
 Kesalahan diagnosa.
 Penyuapan.
 Penyalahan alat-alat kesehatan.
 Pemberian dosis obat yang salah.
 Alat-alat yang tidak memenuhi standart kesehatan atau tidak steril.

 Dampak yang terjadi akibat malpraktek :


 Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat
yang permanen.
 Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena
merasa bersalah.
 Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.
 Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat .
 Dari segi agama mendapat dosa.
 Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan
tindakan professional.

2. Kelalaian
Kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter dikatakan lalai jika
ia bertindak tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain
sebagaimana lazimnya. Akan tetapi,jika kelalaian itu telah mencapai
suatu tingkat tertentu sehingga tidak memperdulikan jiwa orang lain
maka hal ini akan membawa akibat hukum, apalagi jika sampai
merenggut nyawa, maka hal ini dapat digolongkan sebagai kelalaian
berat (culpa lata).

Kelalaian adalah kegagalan untuk bersikap hati - hati yang pada


umumnya wajar dilakukan oleh seseorang dengan hati - hati, dalam
keadaan tersebut itu merupakan suatu tindakan seseorang yang hati -
hati dan wajar tidak akan melakukan didalam keadaan yang sama atau
kegagalan untuk melakukan apa orang lain dengan hati - hati yang wajar
justru akan melakukan di dalam keadaan yang sama.

Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa kelalaian dapat


bersifat ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang hati - hati, acuh tak
acuh, sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan orang lain
tetapi akibat tindakan bukanlah tujuannya. Kelalaian bukan suatu
pelanggaran hukum atau kejahatan. Jika kelalaian itu tidak sampai
membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu
dapat menerimannya, namun jika kelalaian itu mengakibatkan
kerugian materi, mencelakakan atau bahkan merenggut nyawa
orang lain ini diklasifikasikan sebagai kelalaian berat, serius dan
criminal.

 PERTANGGUNGGUGATAN
Yaitu suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu.
Contoh:Ketika dokter memberi instruksi kepada perawat untuk
memberikan obat kepada pasien tapi ternyata obat yang diberikan
itu salah, dan mengakibatkan penyakit pasien menjadi tambah
parah dan dapat merenggut nyawanya. Maka, pihak keluarga
pasien berhak menggugat dokter atau perawat tersebut.

 PERTANGGUNGJAWABAN
Yaitu suatu konsekuensi yang harus diterima seseorang atas
perbuatannya.
Contoh:Jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh
dokter dan pihak keluarga pasien tidak terima karena kondisi
pasien semakin parah maka, dokter akan bertanggung jawab atas
kesalahan atau kelalaiannya.

 Situasi yang harus dihindari oleh perawat


a. Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien
dengan cara tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang
diharapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan hati-hati
sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.

b. Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah
karena mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil
barang yang tidak berharga sekalipun dapat dianggap sebagai
pencurian.

c. Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan
orang tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar
jika anda menyatakan secara verbal atau tertulis.

d. False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan
pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein
fisik atau bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien mau
bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment. Penyokong
dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter.

e. Penyerangan dan pemukulan


Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh
orang lain atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan
berarti secara nyata menyentuh orang lain tanpa ijin. Perawatan yang
kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini berarti
pasien harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan
kita lakukan.

f. Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya.
Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu
adalah tindakan yang melawan hukum.

g. Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda
terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik
meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan
pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-
anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah
yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit
dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau
rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa
mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal
dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu
menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam upaya mendorong profesi keperawatan agar dapat diterima dan


dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka kita harus
memanfaatkan nilai-nilai dalam menerapkan etika dan moral disertai
komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan
demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan
asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional
berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan
tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien,
penghormatan terhadap hak-hak pasien, akan berdampak terhadap
peningkatan kualitas asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

https://us04web.zoom.us/j/72282537450?
pwd=cEgwZjY4dlQ0RjQ1OFJPa05hL01mUT09

Anda mungkin juga menyukai