Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ETIK DAN HUKUM BAGI PROFESI PERAWAT

Dosen Pengampu :
Eka Sunariyati, S.Kep., Ns.
Disusun Oleh :
1. Nurul Azizah (201914401020)
2. Riatus Salamah (201914401021)
3. Safitri Puspitasari K. W. (201914401022)
4. Sherlysta Elga Afriska (201914401023)

STIKES AR RAHMA MANDIRI INDONESIA


GEMPOL – PASURUAN
TAHUN AJARAN 2019 – 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada

kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat

maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu

yang mengatur hubungan antara perawat,pasien adalah etika. Etika diperlukan oleh

semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu

profesi dan tercermin dalam standar praktek profesional (Doheny et all, 1982).

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi

prilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang

dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral (Nila

Ismani, 2001).

Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah

dalam suatu kehidupan bersama atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku

dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu

sanksi. Berkembang di dalam masyarakat dalam kehendak, merupakan sistem

peraturan, sistem asas-asas, mengandung pesan kultural karena tumbuh dan

berkembang bersama masyarakat (Mertkusumo S).

Tujuan adanya etika dan hukum keperawatan adalah untuk memberikan

gambaran kepada penulis tentang etika dan hukum keperawatan dan cara

penanganannya menurut konsep ilmu. Etika dan hukum keperawatan memberikan

gambaran tentang apa yang harus dilakukan dan kesulitan – kesulitan yang akan

dihadapi saat penulisan makalah. Dengan etika dan hukum keperawatan, seorang

penulis mampu mengambil sikap dan keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah
penulisan makalah. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang etika dan

hukum keperawatan.

B. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan ini adalah :

1. Mengetahui tujuan etika keperawatan.


2. Mengetahui masalah etika dalam praktik keperawatan.
3. Mengetahui prinsip-prinsip etika keperawatan.
4. Mengetahui pengertian hokum kesehatan dan keperawatan.
5. Mengetahui fungsi hokum dalam pelayanan keperawatan.
6. Mengetahui PPNI dan Pengesahan Undang-undang praktik keperawatan.
7. Mengetahui Undang-undang praktik keperawatan dinegara tetangga.
8. Mengetahui Undang-undang dalam praktik keperawatan.
9. Mengetahui tujuan undang-undang praktik keperawatan.
10. Mengetahui masalah hukum dalam praktik keperawatan.
11. Mengetahui mencegah masalah  hukum  dan etika yang terkait dengan pelayanan
keperawatan.
C. Manfaat Penulisan

Hasil pelaksanaan penulisan makalah ini akan memberi manfaat yang berarti bagi

mahasiswa dan instansi, diantaranya adalah :

1. Bagi Mahasiswa

Penulisan makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam memberikan informasi

kepada mahasiswa yang belum mengetahui tentang etika dan hukum keperawatan.

2. Bagi Instansi

Dengan penulisan makalah ini, akan memberikan manfaat bagi instansi sebagai

media informasi pembelajaran yang dapat membantu dalam proses belajar

mengajar serta penambah wawasan informasi dalam materi pembelajaran.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan Etika Keperawatan

Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur perilaku moral dalam

keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil berdasarkan kode

etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika keperawatan

adalah mampu :

1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur norma dalam praktek keperawatan.

2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah norma yang terjadi dalam

praktek keperawatan.

3. Menghubungakn prinsip moral atau pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung

jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan, sesuai dengan

kepercayaan.

Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghungkan dan mempertimbangkan

peran prinsipmoralitas, yaitu keyakinannya terhadap tindakan yang dihubungkan ajaran

agama dan perintah tuhan dalam :

1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat sendiri,

maupun masyarakat.

2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan (hal

yang dianggap benar). Menurut veatch, yang mengambil keputusan tentang etika

profesi keperawatan adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainya; dan etika yang

berhubungan dengan pelayanan keperawatan ialah masyarakat/orang awam yang

menggunakan ukuran dan nilai umum sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Menurut nasional league for nursing (NLN [pusat pendidikan keperawatan milik

perhimpunan perawat amerika] ),pendidikan keperawatan bertujuan:


1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antarprofesi kesehatan lain

dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut

2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moralitas, keputusan

tentang baik dan buruk yang akan pertanggung jawabkan kepada tuhan sesuai dengan

kepercayaannya.

3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap prefesional peserta didik.

4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik

keperawatan prefesional. Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini dilema etika,

artinya konflik yang dialami, yang memerlukan pengambilan keputusan yang baik

dan benar dipandang dari sudut profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan dan

keperawatan.

5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika

keperawatan dan dalam situasi nyata.

Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keperawatan yang berfungsi untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan nilai, norma yang timbul

dalam keputusan keperawatan. Namun, etika keperawatan tidak cukup hanya diajarkan,

tetapi harus ditanamkan dan diyakinin oleh peserta didik melalui pembinaan, tidak saja

dipendidikan, tetapi dalam lingkungan pekerjaan dan lingkungan profesi.

B. Masalah Etika dalam Praktik Keperawatan

Pada bagian ini masalah etika keperawatan lebih khusus yang dapat ditemui dalam

praktik keperawatan, sesuai dengan yang diuraikan oleh Elis, Hartley (1980), yang

meliputi self-evaluation (evaluasi diri), evaluasi kelompok, tanggung jawab terhadap

peralatan dan barang, merekomendasikan klien pada dokter, menghadapi asuhan

keperawatan yang buruk, serta masalah peran merawat dan mengobati (Sciortino, 1991).

Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti berkata

tidak jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian pemberian

makanan dan cairan, euthanasia, transplantasi organ serta beberpa permasalahan etik
yang langsung berkaitan dengan praktek keperawatan, seperti: evaluasi diri dan

kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang, memberikan rekomendasi

pasien pad dokter, menghadapi asuhan keperawatan yang buruk, masalah peran merawat

dan mengobati (Prihardjo, 1995).

Disini akan dibahas sekilas beberapa hal yang berikaitan dengan masalah etik yang

berkaitan langsung pada praktik keperawatan, yaitu :

1. Konflik Etik antara Teman Sejawat

Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian

kesejahteraan pasien.Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien,

maka perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan

yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut.

Kondisi inilah yang sering sering kali menimbulkan konflik antara perawat

sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain

pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada

teman sejawat yang melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang

perlu diselesaikan dengan bijaksana.

2. Menghadapi Penolakan Pasien terhadap Tindakan Keperawatan

Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk

pengobatan sebagai alternative tindakan. Dan berkembangnya tehnologi yang

memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan kondisinya. Penolakan

pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa

factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan,

social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan

keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien

berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak

sesuai dengan dirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi
kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-

masalah lain yang lebih tidak etis.

3. Masalah antara peran merawat dan mengobati

Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah

memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering

kali peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati. Masalah antara peran

sebagai perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan sebagai tenaga

kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh

perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan

kesehatan kepada masyarakat.

Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan antara

peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul dan ini

bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di Negara-

negara lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini

mempunyai implikasi besar. Antara pengetahuan perawat yang berhubungan

dengan asuhan keperawatan yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang

jelas sebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku asuhan keperawatan hal

inisemakin tidak jelas penyelesaiannya.

4. Berkata Jujur atau Tidak jujur

Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak

merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan

perawat adalah benar (jujur) sesuai kaedah asuhan keperawatan.

Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya

oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab “tidak apa-

apa ibu/bapak, bapak/ibu akan baik,  suntikan ini tidak sakit”. Dengan

bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak mau pasiennya sedih

karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang diberikan,
tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila

perawat berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien dan

bila berkata tidak jujur, perawat melanggar hak pasien.

5. Tanggung Jawab Terhadap Peralatan dan Barang

Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti

mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang sudah

meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan

sisa yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya membereskan obat-

obatan tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin

keluarga pasien.

Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada

artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga

kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan

informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu

merupakan hal yang sangat penting, Karena walaupun bagaimana keluarga

harus tahu secara pasti untuk apa obat itu diambil.

Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain

bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak

dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap

peralatan dan barang ditempat kerja.

C. Prinsip-prinsip Etika Keperawatan

1. Otonomi

Prinsip otonomi merupakan bentuk resfek terhadap seseorang atau dipandang

sebagai persetujuan tanpa paksaan dan bertindak secara rasional. Otonomi

merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
2. Berbuat Baik

Berbuat baik berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan memerlukan

pencegahan kesalahan atau kejahatan, dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang

lain.

3. Keadilan

Keadilan dibutuhkan demi tercapainya derajat dan keadilan terhadap orang lain yang

menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.

4. Tidak Merugikan

Prinsip tidak merugikan ini mengandung arti tidak meninbulkan bahasa fisik dan

psikologis pada klien.

5. Kejujuran

Prinsip kejujuran artinya penuh kebenaran yang berhubungan dengan kemampuan

seseorang mengatakan kebenaran.

6. Menepati Janji

Prinsip menepati janji dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmen

terhadap orang lain.

7. Kerahasiaan

Prinsip kerahasiaan adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga sunguh-

sunguh sebab merupakan sesuatu yang privasi

8. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan standar pasti bahwa tindakan seseorang yang profesional

harus dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

D. Pengertian Hukum Kesehatan dan Keperawatan

Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan langsung pada

pelayanan kesehatan dan penerapannya pada hukum perdata, hukum administrasi dan

hukum pidana (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992). 


E. Undang-undang dalam Praktik Keperawatan

1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

a. BAB I ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3 Tenaga kesehatan adalah setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
b. Pasal 1 ayat 4,Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


1239/MENKES/SK/XI/2001tentang Registrasi dan Praktek Perawat (sebagai
revisi dari SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000)
a. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 : Dalam ketentuan menteri ini yang
dimaksud dengan :
1. Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di
dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Surat ijin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis
pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan
diseluruh Indonesia.
3. Surat ijin kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk
menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia.
3. BAB III perizinan,Pasal 8, ayat 1, 2, dan 3 :
a. Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan, praktek perorangan atau kelompok.
b. perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK
c. Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki
SIPP

Pasal 9, ayat 1

d. SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan


mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat.
Pasal 10

e. SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.

Pasal 12

f. SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh dengan


mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat.
g. SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengaan kompetensi yang
lebih tinggi.
h. Surat ijin praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang
diberikan perawat untuk menjalankan praktek perawat.

Pasal 13

i. Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui


penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan bidang keperawatan,
kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan melakukan praktek
keperawatan.

Pasal 15

j. Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang untuk :


1. Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan
diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
2. Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i) meliputi:
intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan
konseling kesehatan.
3. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana
dimaksudhuruf (i) dan (ii) harus sesuai dengan standar asuhan
keperawatan yang ditetapkan organisasi profesi.
4. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn berdasarkan
permintan tertulis dari dokter.
Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 :

k. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan, perawat


berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
l. Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

Pasal 21

m. Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus mencantum SIPP di


ruang prakteknya.
n. Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak diperbolehkan memasang
papan praktek.

Pasal 31

o. Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :


1. Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum dalam izin
tersebut.
2. Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar profesi.
p. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,
dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a.

F. Fungsi Hukum dalam pelayanan keperawatan

1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan

2. Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain

3. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan

meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum

G. Tujuan Undang- Undang praktek Keperawatan :

1. Tujuan utama

Memberikan landasan hukum terhadap praktik keperawatan untuk melindungi

baik masyarakat maupun perawat.


2. Tujuan Khusus

a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan

kesehatan yang diberikan oleh perawat.

b. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat.

c. Menetapkan standar pelayanan keperawatan

d. Menapis ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

e. Menilai boleh tidaknya perawat untuk menjalankan praktik keperawatan

f. Menilai ada tidaknya kesalahan dan atau kelalaian yang dilakukan perawat

dalam memberi pelayanan.

H. Masalah Hukum dalam Praktik Keperawatan

Berbagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah diidentifikasi oleh para

ahli. Beberapa masalah yang dibahas secara singkat disini meliputi ;

1. Menandatangani Pernyataan Hukum

Perawat seringkali diminta menandatangi atau diminta untuk sebagai saksi. Dalam

hal ini perawat hendaknya tidak membuat pernyataan yang dapat diinterprestasikan

menghilangkan pengaruh. Dalam kaitan dengan kesaksian perawat disarankan

mengacu pada kebijakan rumah sakit atau kebijakan dari atasan.

2. Format Persetujuan (Consent)

Berbagai format persetujuan disediakan oleh institusi pelayanan dalam bentuk yang

cukup bervariasi. Beberapa rumah sakit memberikan format persetujuan pada awal

pasien masuk rumah sakit yang mengandung pernyataan kesanggupan pasien untuk

dirawat dan menjalani pengobatan. Bentuk persetujuan lain adalah format

persetujuan operasi. Perawat dalam proses persetujuan ini biasanya berperan

sebagai saksi. Sebelum informasi dari dokter ahli bedah atau perawat tentang

tindakan yang akan dilakukan beserta resikonya.


3. Report

Setiap kali perawat menemukan suatu kecelakaan baik yang mengenai pasien,

pengunjung maupun petugas kesehatan, perawat harus segera membuat suatu

laporan tertulis yang disebut incident report. Dalam situasi klinik, kecelakaan

sering terjadi misalnya pasien jatuh dari kamar mandi, jarinya terpotong oleh alat

sewaktu melakuakan pengobatan, kesalahan memberikan obat dan lain-lain.

Dalam setiap kecelakaan, maka dokter harus segera diberi tahu.

Beberapa rumah sakit telah menyediakan format untuk keperluan ini. Bila format

tidak ada maka kejadian dapat ditulis tanpa menggunakan format buku. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam pencatatan incident report antara lain :

a. tulis kejadian sesuai apa adanya

b. tulis tindakan yang anda lakukan

c. tulis nama dan tanda tangan anda dengan jelas

d. sebutkan waktu kejadian ditemukan

4. Pencatatan

Pencatatan merupakan kegiatan sehari-hari yang tidak lepas dari asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Pencatatan merupakan salah satu

komponen yang penting yang memberikan sumber kesaksian hukum. Betapapun

mahirnya keterampilan anda dalam memberikan perawatan, jika tidak dicatat atau

dicatat tetapi tida lengkap, tidak dapat membantu dalam persidangan. Setiap selesai

melakukan suatu tindakan maka perawat harus segera mencatat secara jelas tindkan

yang dilakukan dan respon pasien terhadap tindakan serta mencantumkan waktu

tindakan diberikan dan tanda tangan yang memberikan tindakan.

5. Pengawasan Penggunaan Obat

Pemerintah Indonesia telah mengatur pengedaran dan penggunaan obat. Obat ada

yang dapat dibeli secara bebas dan ada pula yang dibeli harus dengan resep dokter.

Obat-obat tersebut misalnya narkotik disimpan disimpan ditempat yang aman dan
terkunci dan hanya orang-orang yang berwenang yang dapat mengeluarkannya.

Untuk secara hukum hanya dapat diterima dalam pengeluaran dan penggunaan

obat golongan nartkotik ini, perawat harus selalu memperhatikan prosedur dan

pencatatan yang benar.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur perilaku moral dalam

keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil berdasarkan kode

etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat.

Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti berkata

tidak jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian pemberian

makanan dan cairan, euthanasia, transplantasi organ serta beberpa permasalahan etik

yang langsung berkaitan dengan praktek keperawatan, seperti: evaluasi diri dan

kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang, memberikan rekomendasi

pasien pad dokter, menghadapi asuhan keperawatan yang buruk, masalah peran merawat

dan mengobati (Prihardjo, 1995).

Prinsip-prinsip Etika Keperawatan terdiri dari 8 aspek, yaitu otonom, berbuat baik,

keadilan, tidak merugikan, kejujuran, menepati janji, kerahasiaan dan akuntabilitas.

Berbagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah diidentifikasi oleh para ahli

meliputi : menandatangani pernyataan hukum, format persetujuan (Consent), report,

pencatatan, pengawasan penggunaan obat.Mencegah masalah  hukum  dan etika yang

terkait dengan pelayanan keperawatan meliputi 3 strategi, yaitu strategi penyelesaian

masalah hukum, strategi penyelesaian masalah etik, dan pembuatan keputusan dalam

dilemma etik.

Pengendalian praktek keperawatan secara internal adalah Kode Etik sedangkan secara

eksternal adalah hukum. Praktek keperawatan harus dilakukan secara benar dalam arti

keilmuannya dan baik dalam arti aspek Etik dan legalnya. Praktek Keperawatan

berkaitan erat dengan kehidupan manusia untuk itu praktik keperawatan harus dilakukan
oleh perawat profesional yang berkompeten. Setiap perawat yang praktek wajib memiliki

SIP, SIK, SIPP.


DAFTAR PUSTAKA

Wulan, kencana dan Hastuti.2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT.Prestasi

pustakaraya.

Mimin, Suhaimin. 2003. Etika Keperawatan dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Ismani, N. 2001. Etika keperawatan. Jakarta: Widya Medika.

Potter, P. A., Buku Ajar Fundamental: Konsep Proses dan Praktik. Alih Bahasa, Yasmin

Asih, Edisi 4, Jakarta, EGC, 2005.

Kusnanto. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta, 2003.

Ali. 2004. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika.

Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

https://www.scribd.com/document/400931041/Makalah-Etika-dan-Hukum-Keperawatan-
docx

Anda mungkin juga menyukai