PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi
nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel.
Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Mekanisme
regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan
keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi
abnormalisasi seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap stabil
adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konstannya cairan tubuh,
keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan
ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan
orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi
jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih
tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih
banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah
cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak
mengandung sedikit air.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, teridentifikasi masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana komposisi, distribusi, dan transpostasi cairan tubuh?
2. Apa fungsi cairan tubuh?
3. Bagaimana keseimbangan cairan tubuh?
4. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan tubuh?
5. Apa saja macam-macam gangguan keseimbangan cairan tubuh?
6. Bagaimana pengkajian status hidrasi tubuh manusia (anamnesis, pemeriksaan fisik)?
7. Bagaimana diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuan cairan dan
elektrolit?
8. Bagaimana rencana tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuan cairan
dan elektrolit?
9. Bagaimana evaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuan cairan
dan elektrolit?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas bertuuan
untuk mendeskripsikan :
1. Untuk mengetahui komposisi, distribusi, dan transpostasi cairan tubuh
2. Untuk mengetahui fungsi cairan tubuh
3. Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan tubuh
5. Untuk mengetahui macam-macam gangguan keseimbangan cairan tubuh
6. Untuk mengetahui pengkajian status hidrasi tubuh manusia (anamnesis, pemeriksaan
fisik)
7. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuan cairan
dan elektrolit
8. Untuk mengetahui rencana tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuan
cairan dan elektrolit
9. Untuk mengetahui evaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuan
cairan dan elektrolit.
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban dari permasalahan-permasalahan
yang telah dirumuskan dan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi kelompok
Sebagai tambahan referensi dan bahan pustaka bagi sekolah tinggi ilmu kesehatan
mengenai Konsep Kebutuhan Cairan Tubuh Manusia.
2. Bagi pembaca
Untuk menambah wawasan dan memberikan informasi kepada mahasiswa lain dan
kepada masyarakat tentang Konsep Kebutuhan Cairan Tubuh Manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira
1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari
sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi
selama proses metabolisme. Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang
diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah ini :
Tabel 3. Pengaturan Intake Cairan Tubuh Berdasarkan Umur dan Berat Badan
Kebutuhan
Berat Badan
No Umur Cairan (mL/24
(kg)
Jam)
1 3 Hari 3,0 250-300
2 1 Tahun 9,5 1150-1300
3 2 Tahun 11,8 1150-1300
4 6 Tahun 20,0 1350-1500
5 10 Tahun 28,7 1800-2000
6 14 Tahun 45,0 2000-2500
7 18 Tahun (adult) 54,0 2200-2700
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak, sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan
darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering
di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi
secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses
absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
2) Output Cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam.
Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap
harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer
melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan saraf simpatis
pada kulit.
d. Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
3) Pengaturan Konsumsi Air
Konsumsi air di atur rasa haus dan kenyang hal ini terjadi melalui
perubahan yang dirasakan oleh mulut, hipotalamus (pusat otak yang mengontrol
pemeliharaan keseimbangan air dan suhu tubuh) dan perut. Bila konsentrasi bahan-
bahan di dalam darah terlalu tinggi, maka bahan-bahan ini akan menarik air dari
kelenjar ludah. Mulut menjadi kering, dan timbul keinginan untuk minum guna
membasahi mulut. Bila hipotalamus mengetahui bahwa konsentrasi darah terlalu
tinggi, maka timbul rangsangan untuk minum. Pengaturan minum dilakukan pula
oleh saraf keseimbangan.
Walaupun rasa haus dapat mengatur konsumsi air dalam keadaan kehilangan air
yang terjadi secara cepat, mekanisme ini sering tidak terjadi pada waktunya
mengganti air yang diperlukan. Misalnya kehilangan cairan yang terjadi cepat pada
seorang pekerja yang bekerja di panas matahari atau seorang pelari jarak jauh.
Kadang-kadang minum tidak dapat segera mengembalikan kehilangan cairan yang
dialaminya. Akibatnya terjadi dehidrasi.
4) Pengaturan Pengeluaran Air
Pengeluaran air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus mengatur
konsentrasi garam di dalam darah, merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan
hormon antidiuretika (ADH). ADH dikeluarkan bilamana konsentrasi garam tubuh
terlalu tinggi, atau bila volume darah atau tekanan darah terlalu rendah. ADH
merangsang ginjal untuk menahan atau menyerap kembali air dan mengedarkannya
kembali ke dalam tubuh. Jadi semakin banyak air dibutuhkan tubuh, semakin
sedikit yang dikeluarkan.
Bila terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah akan
turun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan protein di
dalam darah yang dinamakan angiotensinogen ke dalam bentuk aktifnya
angiotensin. Angiostensi akan mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga
tekanan darah akan naik. Di samping itu angiotensin mengatur pengeluaran hormon
aldosteron dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan mempengaruhi ginjal untuk
menahan natrium dan air. Akibatnya, bila dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih
sedikit air dikeluarkan dari tubuh.
Mekanisme ini tidak berjalan, bila seseorang tidak minum air dalam jumlah
cukup. Tubuh paling kurang harus mengeluarkan 500 ml air sehari melalui urine
yaitu jumlah minimal yang diperlukan untuk mengeluarkan bahan sisa sehari
sebagai akibat aktivitas metabolisme di dalam tubuh. Di luar jumlah ini,
pengeluaran air disesuaikan dengan pemasukan air. Bila seseorang minum air
dalam jumlah lebih banyak, urine akan lebih encer. Disamping melalui urine, tubuh
kehilangan air melalui paru-paru sebagai uap, melalui kulit sebagai keringat, dan
sedikit melalui feses. Jumlah air yang hilang rata-rata tiap hari sebanyak 2 ½ liter.
6. Saat Mengevaluasi hasil GDA untuk menentukan keseimbangan asam-basa, sangat penting
untuk menggunakan sebuah pendekatan sistematis seperti yang tercantum dalam tabel.
Perawat perlu mengkaji setiap pengukuran secara individual, kemudian perhatikan
hubungannya satu sama lain untuk menentukan tipe ketidakseimbangan asam-basa yang
mungkin terjadi.
e. Harapan klien
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa yang dialami klien
sering kali sudah parah sehingga tidak memungkinkan dilakukannya pengkajian
akan harapan klien. Namun, jika klien memiliki kesadaran yang cukup baik untuk
mendiskusikan perawatan, kaji kebutuhan jangka pendek (misalnya ingin
mengatasi rasa mual) atau kebutuhan jangka panjang (misalnya pemahaman
tentang bagaimana mencegah perubahan yang mungkin akan terjadi). Klien harus
mampu memahami arti dari perubahan cairan, elektrolit, atau asam basa sehingga
klien mampu mengekspresikan harapannya akan perawatan. Tingkatkan rasa
percaya klien dengan memberikan respon yang kompeten terhadap perubahan
keadaan yang tiba-tiba dan melalui komunikasi dengan klien dan / atau anggota
keluarga.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat
sehingga mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis.
Tidak jarang pasien datang dengan beberapa keluhan sekaligus, sehingga
seorang dokter harus jeli dan cermat untuk menentukan keluhan mana yang
merupakan keluhan utamanya. Pada tahap ini sebaiknya seorang dokter sudah
mulai memikirkan beberapa kemungkinan diagnosis banding yang berhubungan
dengan keluhan utama tersebut. Pemikiran ini akan membantu dalam
mengarahkan pertanyaan-pertanyaan dalam anamnesis selanjutnya. Pertanyaan
diarahkan untuk makin menguatkan diagnosis yang dipikirkan atau
menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan diagnosis banding.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Dari seluruh tahapan anamnesis bagian inilah yang paling penting untuk
menegakkan diagnosis. Tahapan ini merupaka inti dari anamnesis. Terdapat 4
unsur utama dalam anamnesis riwayat penyakit sekarang, yakni : (1) kronologi
atau perjalanan penyakit, (2) gambaran atau deskripsi keluhan utama, (3)
keluhan atau gejala penyerta, dan (4) usaha berobat. Selama melakukan
anamnesis keempat unsur ini harus ditanyakan secara detail dan lengkap.
Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali pasien merasakan
munculnya keluhan atau gejala penyakitnya. Setelah itu ditanyakan bagaimana
perkembangan penyakitnya apakah cenderung menetap, berfluktuasi atau
bertambah lama bertambah berat sampai akhirnya datang mencari pertologan
medis. Apakah munculnya keluhan atau gejala tersebut bersifat akut atau kronik,
apakah dalam perjalanan penyakitnya ada faktor-faktor yang mencetuskan atau
memperberat penyakit atau faktor-faktor yang memperingan. Bila keluhan atau
gejala tersebut bersifat serangan maka tanyakan seberapa sering atau frekuensi
munculnya serangan dan durasi atau lamanya serangan tersebut.
Keluhan atau gejala penyerta adalah semua keluhan-keluhan atau gejala yang
menyertai keluhan atau gejala utama. Dalam bagian ini juga ditanyakan usaha
berobat yang sudah dilakukan untuk penyakitnya yang sekarang. Pemeriksaan
atau tindakan apa saja yang sudah dilakukan dan obat-obat apa saja yag sudah
diminum.
4. Riwayat Penyakit dahulu
Seorang dokter harus mampu mendapatkan informasi tentang riwayat penyakit
dahulu secara lengkap, karena seringkali keluhan atau penyakit yang sedang
diderita pasien saat ini merupakan kelanjutan atau akibat dari penyakit-penyakit
sebelumnya.
5. Riwayat penyakit Keluarga
Untuk mendapatkan riwayat penyakit keluarga ini seorang dokter terkadang
tidak cukup hanya menanyakan riwayat penyakit orang tuanya saja, tetapi juga
riwayat kakek/nenek, paman/bibi, saudara sepupu dan lain-lain. Untuk beberapa
penyakit yang langka bahkan dianjurkan untuk membuat susunan pohon
keluarga, sehingga dapat terdeteksi siapa saja yang mempunyai potensi untuk
menderita penyakit yang sama.
6. Riwayat Kebiasaan/Sosial
Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan dapat menjadi
penyebab penyakit yang kini diderita pasien tersebut. Biasakan untuk selalu
menanyakan apakah pasien mempunyai kebiasaan merokok atau minum alkohol.
Tanyakan sudah berapa lama dan berapa banyak pasien melakukan kebiasaan
tersebut. Pada masa kini bila berhadapan dengan pasien usia remaja atau dewasa
muda harus juga ditanyakan ada atau tidaknya riwayat penggunaan obat-obatan
terlarang seperti narkoba, ekstasi dan lai-lain.
7. Anamnesis Sistem
Anamnesis sistem adalah semacam review dimana seorang dokter secara singkat
dan sistematis menanyakan keluhan-keluhan lain yang mungkin ada dan belum
disebutkan oleh pasien. Keluhan ini mungkin saja tidak berhubugan dengan
penyakit yang sekarang diderita tapi mungkin juga merupakan informasi
berharga yang terlewatkan.
h. Kesimpulan Anamnesis
Pada akhir anamnesis seorang dokter harus dapat membuat kesimpulan dari
anamnesis yang dilakukan. Kesimpulan tersebut berupa perkiraan diagnosis yang
dapat berupa diagnosis tunggal atau diagnosis banding dari beberapa penyakit.
Kesimpulan yang dibuat haruslah logis dan sesuai dengan keluhan utama pasien. Bila
menjumpai kasus yang sulit dengan banyak keluhan yang tidak dapat dibuat
kesimpulannya, maka cobalah dengan membuat daftar masalah atau keluhan pasien.
Daftar tersebut kemudian dapat digunakan untuk memandu pemeriksaan fisik atau
pemeriksaan penunjang yang akan dilaksanakan, sehingga pada akhirnya dapat
dibuat suatu diagosis kerja yang lebih terarah.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-
kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba
(palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). (Raylene M
Rospond,2009; Terj D. Lyrawati,2009). Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan
data yang sistematik dengan memakai indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan klien.Untuk pemeriksaan fisik perawat
menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi (Craven & Hirnle, 2000;
Potter & Perry, 1997; Kozier et al., 1995).Pemeriksaan fisik dalam keperawatan
digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien.Pemeriksaan
fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara.Fokus pengkajian fisik
keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien.Misalnya , klien mengalami
gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut
mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.
TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK
Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan :
1) Untuk mengumpulkan dan memperoleh data dasar tentang kesehatan klien.
2) Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam
riwayat keperawatan.
3) Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4) Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
5) Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan keperawatan.
MANFAAT PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi
profesi kesehatan lain, diantaranya:
1) Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
2) Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3) Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
4) Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan
3. Pemeriksaan Perkusi
a. Definisi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran/
gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang
diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan
tubuh. Perjalanan getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang
dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat
menentukan lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur di bawah kulit. Sifat
gelombang suara yaitu semakin banyak jaringan, semakin lemah hantarannya dan
udara/ gas paling resonan
b. Cara pemeriksaan
1) Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung pada bagian mana yang
akan diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
2) Pastikan pasien dalam keadaan rilek dan posisi yang nyaman untuk menghindari
ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil perkusi.
3) Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
4) Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.
5) Lakukan perkusi secara seksama dan sistimatis yaitu dengan :
a) Metode langsung yaitu melakukan perkusi atau mengentokan jari tangan langsung
dengan menggunakan 1 atau 2 ujung jari.
b) Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut :
(1) Jari tengah tangan kiri (yang tidak dominan) sebagai fleksimeter di letakkan
dengan lembut di atas permukaan tubuh, upayakan telapak tangan dan jari-jari lain
tidak menempel pada permukaan tubuh.
(2) Ujung jari tengah dari tangan kanan (dominan) sebagai fleksor, untuk memukul/
mengetuk persendian distal dari jari tengah tangan kiri.
(3) Pukulan harus cepat, tajam dengan lengan tetap/ tidak bergerak dan pergelangan
tangan rilek.
(4) Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh.
(5) Bandingkan bunyi frekuensi dengan akurat.
6) Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi.
a) Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu agak lama dan
kualitas seperti drum (lambung).
b) Bunyi resonan mempunyai intensitas menengah, nada rendah, waktu lama, kualitas
bergema (paru normal).
c) Bunyi hipersonar mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama, kualitas
ledakan (empisema paru).
d) Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu
agak lama kualitas seperti petir (hati).
e) Bunyi kempes mempunyai intensitas lembut, nada tinggi, waktu pendek, kualitas
datar (otot).
4. Pemeriksaan Auskultasi
a. Definisi
Aukultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang
terbentuk di dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi adanya
kelainan dengan cara membandingkan dengan bunyi normal. Auskultasi yang
dilakukan di dada untuk mendengar suara napas dan bila dilakukan di abdomen
mendengarkan suara bising usus.
b. Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
1) Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.
2) Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.
3) Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara
4) Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.
Pemeriksa harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang terdengar pada organ yang
berbeda, sehingga bunyi abnormal dapat di deteksi dengan sempurna. Untuk
mendeteksi suara diperlukan suatu alat yang disebut stetoskop yang berfungsi
menghantarkan, mengumpulkan dan memilih frekuensi suara. Stetoskop terdiri dari
beberapa bagian yaitu bagian kepala, selang karet/plastik dan telinga. Selang
karet/plastik stetoskop harus lentur dengan panjang 30-40 cm dan bagian telinga
stetoskop yang mempunyai sudut binaural dan bagiannya ujungnya mengikuti lekuk
dari rongga telinga Kepala stetoskop pada waktu digunakan menempel pada kulit
pasien. Ada 2 jenis kepala stetoskop yaitu :
1) Bel stetoskop digunakan untuk bunyi bernada rendah pada tekanan ringan, seperti
pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi
tinggi terdengar lebih keras karena kulit menjadi teranggang, maka cara kerjanya
seperti diafragma.
2) Diafragma digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru
c. Cara pemeriksaan
1) Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa
dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
2) Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman
3) Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian kepala,
selang dan telinga
4) Pasanglah ujung steoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa sesuai arah,
ukuran dan lengkungannya. Stetoskop telinga
5) Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan
pemeriksa atau menggosokan pada pakaian pemeriksa
6) Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa dan
lakukan pemeriksaan dengan seksama dan sistimatis
7) Pergunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada
tekanan ringan yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan diafragma untuk
bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru
8) Informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status.
POSISI PEMERIKSAAN
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal, maka posisi pemeriksaan sangat
menentukan. Beberapa posisi yang umum dilakukan yaitu :
1. Posisi duduk dapat dilakukan di kursi atau tempat tidur. Digunakan untuk pemeriksaan
pada kepala, leher, dada, jantung, paru, mamae, ektremitas atas.
2. Posisi supine (terlentang) yaitu posisi berbaring terlentang dengan kepala disangga
bantal. Posisi ini untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada depan, paru, mamae,
jantung, abdomen, ektremitas dan nadi perifer
3. Posisi dorsal recumbent yaitu posisi berbaring dengan lutut ditekuk dan kaki
menyentuh tempat tidur
4. Posisi sims (tidur miring) , untuk pemeriksaan rectal dan vagina
5. Posisi Prone (telungkup), untuk evaluasi sendi pinggul dan punggung
6. Posisi lithotomi yaitu posisi tidur terlentang dengan lutut dalam keadaan fleksi. Untuk
pemeriksaan rectal dan vagina
7. Posisi knee chest (menungging), untuk pemeriksaan rectal
8. Posisi berdiri yaitu untuk evaluasi abnormalitas postural, langkah dan keseimbangan
3. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan adalah : kumpulan data mengenai tingkat kesehatan ,
perubahan pola hidup, peran sosial budaya, reaksi mental dan emosional terhadap
penyakit
Tujuan : adalah mengidentifikasi pola kesehatan dan penyakit , faktor resiko
kesehatan fisik dan penyimpangan dari normal
Komponen riwayat kesehatan meliputi :
1. Informasi biografi : Nama; tgl lahir; jenis kelamin; status perkawinan
2. Riwayat klien :
Alasan untuk mencari perawatan kesehatan dan pengkajian riwayat kesehatan
masa lalu. Meliputi : info timbulnya gejala, lama penyakit, faktor pencetus dan
tindakan penyembuhan
Riwayat kesehatan meliputi : penyakit sebelumnya.
3. Riwayat keluarga : Status kesehatan keluarga saat. Dikaitkan keseh klien
4. Riwayat kesehatan lingkungan meliputi : informasi terhadap bahaya cedera dan
polutan
5. Riwayat psikososial : Status sossek, nilai kehidupan, kebiasaan sosial, perilaku
sexual, koqnitif dan afektif
6. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan kepala s/d kaki dari sistem tubuh klien
4. Keterampilan Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
e. Pesiapan Klien
- Posisi duduk/berdiri
- Melepas sepatu/pakaian yang tebal
f. Riwayat
- Tanyakan TB/BB saat ini, apa ada perubahan BB
- kaji riwayat pemasukan dan pengeluaran cairan
- Minta klien menjelaskan apa saja yang telah dimakan selama 24 jam sebelumnya
- Tanyakan alasan mencari pertolongan
6. Tekhnik Pengkajian
a. Kaji ulang penampilan dan prilaku umum klien
- Jenis kelamin , mempengaruhi tipe pengkajian dan bagaimana pengkajian dilaksanakan
- Tanda distres : seperti nyeri, sulit nafas
- Tipe tubuh : langsing, gemuk, kurus
- Postur : merosot, tegak atau bongkok
- Pergerakan tubuh : tremor extrimitas, imobilitas extrimitas
- Hygine dan kerapian : amati kulit, rambut, kuku , dan cara berpakaian
- Bau badan : bau badan tidak enak hygine yang tidak baik
- Minat dan afek. Afek ; perasaan seseorang tentang penampilan terhadap orang lain.
Minat (moot) ; expresi verbal maupun non verbal
- Bicara : normal, pelan atau cepat
b. Pengukuran TB dan BB
- Kalibrasi timbangan pada titik nol
- Klien berdiri tegak diatas timbangan, naikkan tangkai logam yang menonjol pada
timbangan ke atas kepala klien
c. Mengukur TTV
- Tekanan darah
- Respirasi
- Nadi
- Suhu tubuh
d. Pengukuran Antropometri
- Lingkar lengan atas (LILA)
- Dada
- Kepala
- Abdomen
G. Diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuan cairan dan elektrolit
Diagnosa keperawatan utama pada klien dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.
Perubahan volume cairan: Kelebihan
Perubahan volume cairan: Resiko kekurangan
Perubahan volume cairan: Kekurangan
Contoh diagnosa Keperawatan :
a. Perubahan volume cairan : lebih berhubungan dengan retensi natrium dan air,
peningkatan tekanan hidrostatik
b. Perubahan volume cairan : risiko kekurangan berhubungan dengan muntah intake
cairan kurang
c. Perubahan volume cairan : kurang berhubungan dengan dehidrasi
d. Cemas berhubungan dengan edema
e. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru menurun edema paru
f. Kurangnya pengetahuan tentang efek penggunaan diuretik
g. Risiko kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehidrasi dan edema
H. Rencana Tindakan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien dapat :
1) Mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan
2) Mempertahankan berat janis urine dalam batas normal
3) Menunukkan perilaku yang dapat meningkatkan keseimbangan cairan, dan elektrolit
4) Mempertahankan intake cairan dan elektrolit yang adekuat
Intervensi :
a. Cegah terjdinya ketidak seimbangan cairan :
1) Kenali keadian tertentu dalam kehidupan yang dapat mengarah kepada masalah
ketidak seimbangan cairan
2) Catat intake makanan dan klien
3) Observasi dan catat apakah pasien mengalami rasa haus yang berlebihan
4) Hati-hati terhadap kehilangan cairan tubuh yang berlebihan dan usahakan untuk
mencegah kehilangan tersebut bila mungkin, misalnya muntah, diare, pengeluaran
urine yang berlebihan.
5) Pertikan program terapi yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit
6) Pertikan program terapi yang dapat mencetuskan efek destruktif pada tubuh,
misalnya trauma, luka bakar, prosedur pembedahan.
7) Aarkan klien untuk mengobservasi dan melaporkan adanya geala ketidak
seimbangan cairan, misalnya kenaikan dan penurunan BB yang cepat, kelemahan
obat dan perubahan sensasi kulit.
b. Monitor intake dan output cairan
1) Ukur intake, biasanya menggunakan ukuran rumah tangga misalnya 1 gelas air
minum = 200 cc
2) Catat dan laporkan intake dan output cairan, dilakukan per shift.
3) Pasien yang mendapat terapi intervena, pencatatan harus lebih spesifik
c. Beri cairan dan elektrolit per oral
1) Intake cairan dapat diberikan per oral pada pasien tertentu, misalnya pasien dengan
dehidrasi ringan atau DHF stadium 1.
2) Intake cairan biasanya di atas 3000 cc per hari.
3) Pemberian elektrolit per oral biasanya melalui makanan dan minuman
c. Pemberian terapi intravena
Pemberian terapi intervena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi cairan
ekstra sel secara langsung . pemberian cairan ini diprogramkan oleh dokter dan
tanggung awab perawat adalah memberikan dan mensukseskan terapi tersebut.
Tujuan terapi intervena :
1) Memenihi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu mengkonsumsi
cairan peroral secara adekuat
2) Memberikan masukan elektrolit untuk menaga keseimbangan elektrolit
Jenis cairan intra vena yang biasa digunakan :
a. Larutan nutrien
Berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya dextore dan glukosa
Yang digunakan adalah : 5% Dextrose in water DSW),
Amigen,Aminovel
b. Larutan elektrolit
Antara lain larutan salin baik isotonis, hipotonis dan hipertonis yang
terbanyak digunakan adalah normal saline (isotonisi) yaitu NaCL
0,9%
c. Cairan asam basa
Contoh sodium lactate dan sodium bicardonat (laktat adalah garam yang
dapat mengikat ion H+ dari cairan sehingga mengurangi keasaman).
d. Blood volume expanders
Berfungsi untuk meningkatkan volume pembuluh darah atau plasma .
cara kerana adalah meningkatkan tekanan osmotik darah.
A. Kesimpulan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam
mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion
bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam
keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2
dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini membuat penulis dan pembaca dapat mengetahui secara
mendalam tentang Konsep Kebutuhan Cairan Tubuh Manusia. Tetapi dalam makalah ini
penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
mengharapkan saran atau kritikan membangun dari pembaca demi kesempurnaan penulisan
makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah “Konsep
Kebutuhan Cairan Tubuh Manusia”.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Ibu Ika Puspitasari S.kep, Ns., M.Kep selaku
pembimbing.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar. Kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah yang akan kami buat selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
MAKALAH
Disusun Oleh :
GEMPOL – PASURUAN