Anda di halaman 1dari 38

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi


Urine
Gangguan Eliminasi Urine adalah keadaan dimana seorang individumengalami
atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orangyang mengalami
gangguan eliminasi urine akan dilakukan kateterisasi urine,yaitu tindakan memasukan
selang kateter ke dalam kandung kemih melaluiuretra dengan tujuan mengeluarkan urine.
Beberapa gangguan eliminasi urine yang dialami oleh lansia,salah satunya adalah
batu ginjal (urolitiasis). Urolitiasis merujuk pada adanya batu (kalkuli) pada saluran
perkemihan dalam ginjal,ureter,atau kandung kemih.terdiri atas subtans yang membentuk
Kristal seperti kalsium,oksalat,fosfat kalsium urat,asam urat,dan magnesium,batu dapat
menyebabkan obstruksi,infeksi,atau edema pada saluran perkemihan.Kira-kira 75% dari
semua batu yang terbentuk terdiri dari kalsium.
Kidney Stone (batu ginjal),juga dikenal sebagai renal calculi, terjadi di dalam
ginjal.Batu dapat juga membentuk di tempat lain di dalam saluran kencing.Pasien tidak
merasakan gejala batu ginjal apapun sampai batu bergerak sepanjang saluran ginjal
kearah kandung kemih. Ada Kristal didalam urin,Aliran urin yang lambat memberi waktu
bagi kristal untuk membentuk batu.Kristal mungkin dibentuk dari, oksalat, fosfat kalsium
urat,asam urat, dan magnesium.Medikasi seperti diuretik dapat meningkatkan resiko
pembentukan risiko pembentukan batu ginjal pada pasien.
Konsep dasar eliminasi urin normalnya adalah pengeluaran cairan.Proses
pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine
seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra.Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk
urine.ureter mengalirkan urine ke bladder.Dalam bladder urine ditampung sampai
mencapai batas tertentu sampai batas yang kemudian dikeluarkan melaui uretra.Air sisa
metabolisme dalam darah difiltrasi oleh ginjal.Darah mengalir sampai ke ginjal melalui
arteri renal yang merupakan cabang dari aorta abdomen. Kira-kira darah akan masuk ke
ginjal 20-25% dari kardiak output. Dalam glomerulus ginjal difiltrasi airdan zat-zat lain
seperti glukosa, asam amino, urea, kreatinin, dan elektrolit. Glomerulus akan memfiltarasi
kira-kira 125ml/menit. Tidak semua hasil filtrasi akan dikeluarkan sebagai urine, tetapi
sebagian dari zat berupa glukosa, asam amino, uric acid , sodium,dan pottasium kembali
ke plasma. Pengeluaran urine tergantung intake cairan.Pada orang dewasa
normalpengeluaran urine kira-kira 1500-1600ml/hari, atau 60ml/ menit. Jika pengeluaran
urine kurang dari 30ml/menit kemungkinan

1. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih). Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika
urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika
urinaria.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan Sistem perkemihan terdiri atas
beberapa organ yaitu :
A. Ginjal
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari
tubuh manusia.Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari
mekanisme terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam
pengeluaran zat-zat toksin/racun, mempertahankan suasana keseimbangan
air,mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan
mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.
(Potter&Perry,1999)
Bentuk ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan.Ontogenitis, berasal dari
mesoderm, terletak dalam rongga perut pada daerah retroperitoneal, di sebelah
kanan dan kiri dari kolumna vertebralis dan melekat langsung pada dinding
belakang abdomen.Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri, hal ini
karena adanya hati di sebelah kanan dan menekan ke bawah. Bila ginjal
dibelah dua, secara longitudinal (memanjang), dapat terlihat.(Potter &
Perry,1999)

B. Pelvis renalis (piala ginjal)


Piala Ginjal merupakan bagian dari ginjal dengan duktus papillaris Bellini
bermuara pada renalis yang menyebabkan terbentuknya area kribiformis pada
papilla ginjal.Papilla renalis terlihat, menonjol kedalam satu kaliks minor,
bersatu menjadi kaliks mayor, inipun menjadi pelvis renalis. Pelvis renalis ini
berlanjut menjadi ureter.(Potter &Perry,1999)
Ureter Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung
kemih) melalui ureter.Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis
(tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung
kemih. Panjang ureter kurang lebih 30 cm dan berdiameter 0,5 cm. Uretra
sebagian terletak dalam rongga perut (pars abdominalis) dan selanjutnya
berjalan di dalam rongga panggul (pars pelvira). Otogenitis ureter termasuk
berasal dari mesoderm, karena itu, ureter juga terletak pada retroperitonialis.
Dinding utera terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, otot polos, dan
jaringan fibrosa.(Potter & Perry,1999)
C. Vesika urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung
seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga
panggul. Bila terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari
rongga panggul,kandung kemih berbentuk seperti kerucut. Bagian-bagiannya
ialah verteks, fundus, dan korpus. Bagian verteks adalah bagian yang
meruncing ke arah depan dan berhubungan dengan ligamentum vesiko
umbilikale medius. Bagian fundus merupakan bagian yang menghadap ke
arah belakang dan bawah.Bagian korpus berada di antara verteks dan
fundus.Bagian fundus terpisah dari rektum oleh spasium rektovesikula yang
terisi oleh jaringan ikat, duktus deferens, vesikula seminalis.Dinding kandung
kemih terdiri dari tiga lapisan otot polos dan selapis mukosa yang berlipat-
lipat.pada diding belakang lapisan mukosa, terlihat bagian yang tidak berlipat,
daerah ini disebut trigonum liestadi.(Potter&Perry,1999)
D. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan
semen.Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat,
kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera
itu, pada laki-laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars
membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut
meatus. Pada perempuan, uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan
miring, sedikit ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada
perempuan terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra
perempuan berfungsi sebagai saluran ekskretori.(Potter&Perry,1999)
Refleks miksi kandung kemih dipersarafi oleh saraf sakral 2(S-2) dan sakral
3(S-3).Saraf sensorik dari kandung kemih dikirimkan ke medula spinalis
bagian sakral 2 sampai dengan sakral 4 kemudian diteruskan ke pusat miksi
pada susunan saraf puasat.Puasat miksi mengirimkan sinyal kepada otot
kandung kemih untukberkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinkter
interna relaksasi dan spinkter eksterna yang di bawah kontrol kesadaran akan
berperan. Apakah mau miksi atau ditunda.Pada saat miksi otot abdominal
berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung kemih.Biasanya tidak lebih
dari 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang disebut dengan residu
urine.(Brunner&Suddath,1997)

2. Proses Berkemih
1. Proses Filtrasi
Proses filtrasi terjadi di glomerulus,terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah
bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke tubulus ginjal.Cairan yang disaring disebut filtrat glomerulus.
(Brunner&Suddath,1997)
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
(obligator reabsorbsi) di tubulus proximal(Brunner & Suddath, 1997). Sedangkan
pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila
diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya
dialirkan pada papilla renalis.(Brunner&Suddath,1997)
3. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla
renalis selanjutnya diteruskan ke luar.(Brunner&Suddath,1997)

3. Etiologi Gangguan Eliminasi Urine


A .Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yangmempengaruhi output urine
atau defekasi. Seperti protein dan sodiummempengaruhi jumlah urine yang keluar,
kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya
outputurine lebih banyak.
B. Aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot,eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfinkter internal dan
eksternal. Hilangnya tonus ototkandung kemih terjadi pada masyarakat yang
menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama.Karena urine secara terus
menerusdialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggangdan
dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akanmempengaruhi jumlah
urine yang diproduksi, hal ini disebabkankarena lebih besarpeningkatanmetabolisme
tubuh.
- Berbagai macam penyebab gangguan eliminasi urine lainnya:
1. Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, struktur uretra
2. Infeksi.
3. Kehamilan.
4. Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat.
5. Trauma sumsum tulang belakang.
6. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih,urethra.
7. Umur .
8. Penggunaan obat-obatan.

4. Patofisiologi Gangguan Eliminasi Urine


Gangguan pada eliminasi sangat beragam seperti yang telah dijelaskan
diatas.Masing-masing gangguan tersebut disebabkan oleh etiologi yang berbeda. Pada
pasien dengan usia tua, trauma yang menyebabkan cederamedulla spinal, akan
menyebabkan gangguan dalam mengkontrol urine/inkontinensia urine.Gangguan
traumatik pada tulang belakang bisa mengakibatkan kerusakan pada medulla spinalis.Lesi
traumatik padamedullaspinalis tidak selalu terjadi bersama-sama dengan adanya fraktur
ataudislokasi.Tanpa kerusakan yang nyata pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa
mengakibatkan efek yang nyata di medulla spinallis.Cedera Medulla Spinalis (CMS)
merupakan salah satu penyebab gangguan fungsi saraf termasuk pada persyarafan
berkemih dan defekasi.

Komplikasi cedera spinal dapat menyebabkan syok neurogenik dikaitkan dengan cedera
medulla spinalis yang umumnya dikaitkan sebagaisyok spinal.Syok spinal merupakan
depresi tiba-tiba aktivitas refleks padamedulla spinalis (areflexia) di bawah tingkat
cedera.Dalam kondisi ini, otot-otot yang dipersyarafi oleh bagian segmen medulla yang
ada di bawah tingkatlesi menjadi paralisis komplet dan fleksid, dan refleks-refleksnya
tidak ada.Hal ini mempengaruhi refleks yang merangsang fungsi berkemih dan
defekasi.Distensi usus dan ileus paralitik disebabkan oleh depresi refleks yang
dapatdiatasi dengan dekompresi usus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hal senadadisampaikan Sjamsuhidajat (2004), pada komplikasi syok spinal terdapat
tanda gangguan fungsi autonom berupa kulit kering karena tidak berkeringatdan hipotensi
ortostatik serta gangguan fungsi kandung kemih dan gangguandefekasi.Proses berkemih
melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu pengisian dan penyimpanan urine dan
pengosongan kandung kemih. Hal ini saling berlawanan dan bergantian secara
normal.Aktivitas otot-otot kandung kemihdalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin
dikontrol oleh sistem saraf otonom dan somatik.Selama fase pengisian, pengaruh sistem
saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah dengan menigkatkan
resistensi saluran kemih.
Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatansistem simpatis dari aktivitas kontraktil
otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leher kandung kemih
dan proksimal uretra.Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi
yangsimultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi olehsistem
saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmitter utama asetilkolin,suatu agen
kolinergik. Selama fase pengisian impuls afferent ditransmisikan ke saraf sensoris pada
ujung ganglion dorsal spinal sakral segmen 2-4 dan informasikan ke batang otak.Impuls
saraf dari batang otak menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sakral
spinal.Selama fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis
sakral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.Hambatan aliran simpatis pada
kandung kemih menimbulkan relaksasi pada otot uretra trigonal dan proksimal.Impuls
berjalan sepanjang nerveous pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet dari
spingter eksterna.Hasilnya keluarnya urine dengan resistensi saluran yang minimal.

5. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine


1. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine
(jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.Selain itu, juga
dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Respon Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria
dan jumlah urine.
3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam
kaitannya terhadap tersedianya fasilitas toilet.
4. Stress Psikologis

Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan


berkemih.Hal ini karena meningkatnya sensitifitas untuk keinginan berkemih dan
jumlah urine yangdiproduksi.
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter.Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas.
6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih.Hal
tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan
untukmengontrol buang air kecil. Namun dengan usia yang semakin bertambah
kemampuan dalam mengontrol buang airkecil semakin baik.

7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine,seperti diabetes melitus.
8. Sosiokultural Budaya
Dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,sepertiadanya
kulturpada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat
tertentu.
9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki berkemih mengalami kesulitan untuk berkemih dengan
melaluiurineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
10. Tonus otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
ototkandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.
11. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau
penurunan proses perkemihan.Misalnya pemberian diuretik dapat meningkatkan
jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.
12. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemih, yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine.
Selain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat
mengganggu pengeluaranurine.(Alimul,2006)
6. Masalah-masalah pada Gangguan Eliminasi Urine
1. Retensi yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih
danketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
2. Inkontinensia urineyaitu ketidaksanggupan sementara atau
permanenototsfingtereksternal untuk mengontrol keluarnya urine dari
kandung kemih.
2. Enuresis Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malamhari
(nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalamsemalam.
3. Urgency adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
4. Dysuria adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
5. Polyuria Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,seperti
2.500ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
6. Urinari suppresi adalah berhenti mendadak produksi urine
Asuhan Keperawatan Konsep
I. Pengkajian
A. Aspek biologis
1 .Usia.
Kebutuhan eliminasi, baik eliminasi urine, salah satunya dipengaruhi oleh usia yang mengacu
pada pertumbuahan dan perkembangan individu. Misalnya, kemampuan untuk mengontrol
mikturisi berbeda sesuai dengan tahap perkembangan individu. Pada manusia lanjut
usia,sering mengalami
nokturia, frekuensi berkemih meningkat,dan lain-lain.
2. Aktivitas fisik
Immobilisasi dapat menyebabkan retensi urine, dan penurunan tonus otot.
3. Riwayat kesehatan dan diet

Kajian riwayat penyakit atau pembedahan yang pernah dialami pasien yang dapat
mempengaruhi eliminasi, seperti nefrolitiasis, colostomi, dan lain-lain.Dikaji juga riwayat diet
yang dijalani klien, seperti jenis makanan yang dikonsumsi, jumlah, frekuensi, dan lamanya
diet yang dijalani.
4. Penggunaan obat-obatan
Pengkajian meliputi jenis obat, dosis, dan sudah berapa lama mengonsumsi obat
tersebut.Penggunaan obat-obatan ini perlu dikaji karena beberapa jenis obat dapat
mempengaruhi eliminsi urine dan fekal.

Masalah eliminasi urine sering terjadi dikaitkan dengan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, maka perlu dikaji dengan mengenai turgor kulit dan mukosa mulut.Bila dikaitkan
dengan organ sistem perkemihan, maka perlu dikaji ginjal, vesika urinaria, dan meatus.Hal
yang dikaji seperti adakah nyari di daerah pinggul, distensi kandung kemih, perkusi
kandungan kemihpada kondisi penuh menimbulkan bunyi tumpul, adakah nyeri tekan pada
kandung kemih, pengkajian pada keadaan meatus uretra, seperti adakah kemerahan, luka, dan
lain-lain.

B. Pemeriksaan laboratorium
a. Warna urine normal bervariasi dari warna pucat, agak kekuningan
sampai kuning coklat (seperti warna madu). Warna bergantung pada
kepekatan urine (Potter & Perry, 2006)
b. Pendarahan pada ginjal atau ureter menyebabkan urine menjadi merah
gelap. Bila urine berwarna merah terang, menunjukkan adanya
pendarahan pada kandung kemih atau uretera.Selain itu,perubahan
warna urine juga dapat dipengaruhi oleh konsumsi obat.Oleh karena
ituperlu dikaji obat yang dikonsumsi.
c. Warna urine coklat gelap dapat disebabkan karena tingginya
konsentrasi bilirubin akibat disfungsi hepar.Kejernihan Urin yang tampak normal tampak
transparan saat dikeluarkan.Pada klien yang
mempunyai penyakit ginjal, urine yang nampak keruh atau berbusa akibat tingginya
konsentrasi protein dalam urine.selain itu, urine pada orang yang menderita penyakit ginjal
juga tampak pekat dan keruh akibat adanya bakteri.
d. Bau Urine,memiliki bau yang khas. Semakin pekat warna urine,
semakin kuat baunya. Urine yang dibiarkan dalam jangka waktu lamaakan mengeluarkan bau
amonia (Potter&Perry 2006)
e. Nilai normal urine, hasil urinalisis antara lain:Ph 4,6-8,0 protein < 10
mg/100 ml;glukosa tidak ada berat jenis 1,010-1,030, tidak ada keton,
tidak ada bakteri, dan lain-lain(Potter & Perry,1999).

II. Analisa Data


Data Dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data Fokus adalah data tentang
perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta
hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan
kesehatan klien
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi
yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalahmasalah yang dihadapi klien.
Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-
masalah klien.
Tujuan Pengumpulan Data
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah
selanjutnya.
Tipe Data :
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien
tentang status kesehatannya.misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan,
kecemasan,frustasi,mual,perasaan malu.

2. Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat,
dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan
darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dianalisa masalah keperawatan yang paling
mungkin muncul dari penderita berdasarkan diagnosa keperawatan NANDA Internasional
(2012) Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Pola Eliminasi: Inkotentinensia Urine


Ketidakmampuan individu yang biasanya kontinen untuk mencapai toilet tepat waktu guna
menghindari pengeluaran urine yang tidak disengaja. Faktor yang Berhubungan :
- Perubahan faktor lingkungan
- Gangguan Kognisi
- Gangguan Penglihatan
- Keterbatasan neuromaskular
- Faktor psikologis

- Kelemahan struktur penyokong panggul


-
2. Resiko Cedera
Beresiko mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan
sumber-sumber adaptif dan pertahanan individu Faktor yang berhubungan :
Internal
- Profil darah yang tidak normal (mis; leukositosis atau
leukopenia)
- Gangguan faktor pembekuan
- Disfungsi biokimia (mis;disfungsi sensori)
- Penurunan kadar hemoglobin
- Usia perkembangan (fisiologis,psikososial)
- Disfungsi efektor
- Penyakit imun atau autoimun
- Disfungsi integratif
- Malnutrisi
- Fisik(mis;kulit rusak,hambatan)
- Psikologis (orientasi afektif)
- Sel sabit
- Talasemia
- Hipoksia jaringan
Eksternal
Biologis
- Tingkat imunisasi komunitas
- Mikroorganisme
Kimia
- Obat-obatan(misalnya,agen farmasi,alcohol,kafein,nikotin,
bahan pengawet,kosmetik,dan pewarna)
- Zat gizi (misalnya,vitamin,dan jenis makanan)

- Racun
- Polutan
Fisik
- Rancangan,struktur dan penataan komunitas,bangunan,atau
peralatan
- Jenis kendaraan atau transportasi
- Individu atau penyedia layanan kesehatan (agens
nosokomial;pola pengaturan staf,pola kognitif,dan psikomotor
3. Nyeri
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual
atau potensial atau digambarkandengan istilah kerusakan (International Association for the
Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan atau berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya lebih dari enam bulan
Faktor yang berhubungan :
- Ketunadayaan fisik atau psikososial kronis (misalnya,kanker
metastasis,cedera neurologis dan arthritis

III. Rumusan Masalah


Pengkajian fungsi eliminasi urine klien yang dilakukan terus menerus menunjukkan pola data
yang memungkinkan perawat untuk merumuskan masalah yang relevan dan akurat. Perawat
berpikir secara kritis dengan merefleksikan pengetahuannya tentang klien sebelumnya,
meninjau kembali karakteristik penentu yang teridentifikasi, menerapkan pengetahuan tentang
fungsi urine, dan kemudian membuat perumusan masalah yang spesifik.

IV. Perencanaan

Perencanan dalam mengembangkan suatu rencanakeperawatan, perawat menetapkan tujuan


dan hasil akhir yang diharapkan untuk setiap diagnosis.Rencana menggabungkan aktivitas
untuk meningkatkan kesehatan dan intervensi terapeutik untuk klien yang mengalami masalah
eliminasi urine.Intervensi preventif mungkin dibutuhkan oleh klien yang beresiko mengalami
masalah perkemihan.Perawat juga merencanakan terapi sesuai dengan tingkat keparahan
risiko pada klien. Dalam proses keperawatan, penting untuk mempertimbangkan lingkungan
rumah klien dan eliminasi rutinnya yang normal saat merencanakan terapi untuk klien.
Merencanakan asuhan keperawatan juga melibatkan suatu pemahaman tentang kebutuhan
klien untuk mengontrol fungsi tubuhnya.Perubahan eliminasi urine dapat menjadi sesuatu
yang memalukan, membuat tidak nyaman, dan sering membuat klien frustasi.Perawat dan
klien bekerja sama untuk menetapkan langkah guna mempertahankan keterlibatan klien dalam
asuhan keperawatan untuk mempertahankan eliminasi urine yang normal.(Marilyn E,1999)
B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. PENGKAJIAN
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 60 Tahun
Status Perkawinan : Janda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.teratai gg..rukun kel.Sari Rejo
Tanggal Masuk RS :-
No. Register :-
Ruangan/kamar :-
Golongan Darah :-
Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2017
Tanggal Operasi :-
Diagnosa Medis : Batu ginjal

II. KELUHAN UTAMA


Setiap hari pasien BAK lebih dari 20 kali dengan urine sedikit-sedikit setiap kali BAK dan
pasien merasa nyeri di bagian pinggang bagian belakang, hal ini dialami pasien sekitar
seminggu sebelum masuk rumah sakit. Selain itu pasien juga merasa nyeri pada bagian
pinggang saat buang air kecil.
III.RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A.Provocative / palliative
1. Penyebabnya
Ny.S sering menahan untuk BAK , dan sering komsumsi makanan dan minuman tinggi
kandungan kalsium dan purin
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Pasien mengatakan hal yang dapat memperbaiki keadannya dengan konsumsi obat-obatan
B. Quantity / quality
1. Bagaimana dirasakan
Ny.S mengatakan tidak terasa saat BAK
2. Bagaimana dilihat
Ny.S terlihat cemas dan tidak percaya diri
C. Region
1. Dimana lokasinya
Pada saluran kemih
2. Apakah menyebar
Menyebar hingga pinggang kiri
D. Severity (mengganggu aktivitas)
Ny.S mengatakan sakit yang dirasakannya mengganggu aktivitas Ny.S
E. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
Ny.S mengatakan sejak 2 tahun yang lalu

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Hipertensi
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Klien berobat ke puskesmas, dan kerumah sakit
C. Pernah di rawat / dioperasi
Klien tidak pernah dioperasi
D. Alergi

Klien tidak memiliki alergi


E. Imunisasi
Imunisasi klien tidak lengkap
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua
Orangtua laki-laki Ny.S memiliki riwayat hipertensi
B. Saudara Kandung
Saudara kandung klien tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
C. Penyakit keturunan yang ada
Hipertensi
D. Anggota keluarga yang meninggal
Kedua orang tua klien.
E. Penyebab meninggal
Orang tua dari Ny.S meninggal karena faktor usia, bukan karena penyakit hipertensi

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL


A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Ny.S mengatakan ingin cepat cepat sembuh dari penyakit yang di alaminya.
B. Konsep Diri
- Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya.
- Ideal diri
Pasien tidak semangat untuk sembuh
- Harga diri
Pasien merasa dirinya mendapat banyak dukungan dari keluarganya

- Peran diri

Dalam keluarga pasien berperan sebagai orang tua


C. Keadaan emosi
Keadaan emosi pasien saat dilakukan pengkajian dilihat terkontrol.
D. Hubungan sosial
- Orang yang berarti
Orang yang berarti bagi klien adalah anak dan cucunya.
- Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik
- Hubungan dengan orang lain
Hubungan pasien dengan orang lain atau dillingkungan baik.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
E. Spritual
- Nilai dan keyakinan
Pasien menganut agama Islam, biasanya pasien melakukan shalat 5 waktu di rumah dan
berdzikir
- Kegiatan ibadah
Shalat,berdoa,dan berdzikir

VII. STATUS MENTAL


- Tingkat kesadaran
Composmentis
- Penampilan
Rapi
- Pembicaraan
Baik
- Alam perasaan
Sedih
- Afek
Datar
- Interaksi selama wawancara
Kontak mata baik
- Memori
Ingatan klien sudah terganggu mengingat usia pasien yang sudah mulai menua.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum
Klien tampak gelisah,lemah dan lesu
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 36,8◦C
- Tekanan darah : 110/90 mmHg
- Nadi : 84 kali / menit
- Pernafasan : 24 kali / menit
- TB : 150 Cm
- BB : 50 Kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
Bentuk bulat dan simetris
- Ubun–ubun
Tidak ada benjolan
- Kulit kepala
Kurang Bersih
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut
Rambut tumbuh merata dan keadaan rambut bersih.Warna rambut sudah mulai memutih

- Bau

Rambut tidak berbau


- Warna kulit
Kuning langsat
Wajah
- Warna kulit
Kuning langsat
- Struktur wajah
Bulat, simetris
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan
Mata lengkap dan simetris
- Palpebra
Tidak ada kelainan
- Konjungtiva dan sklera
Konjungtiva merah muda dan sklera putih
- Pupil
Isokor
- Cornea dan iris
Tidak ada kelainan
- Visus
Ketajaman penglihatan kurang baik
- Tekanan bola mata
Baik
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi
Tulang hidung simetris dan posisi septum nasi di tengah
- Lubang hidung Lubang
hidung normal
- Cuping hidung
Pernapasan tidak menggunakan cuping hidung
Telinga
- Bentuk Telinga
Daun telinga normal dan simetris
- Ukuran telinga
Simetris kiri dan kanan
- Lubang Telinga
Lubang telinga normal dan kurang bersih
- Ketajaman pendengaran
Kurang baik
Mulut dan faring
- Keadaan bibir
Kering, simetris
- Keadaan gusi dan gigi
Sebagian gigi pasien sudah tidak ada
- Keadaan lidah
Lidah kurang bersih
- Orofaring
Pita suara kurang baik
Leher
- Normal dan simetris
Pemeriksaan integumen
- Kebersihan
Kulit tampak bersih
- Kehangatan
Hangat
- Warna
Warna kulit kuning langsat
- Turgor
Turgo kulit tidak elastis, CRT > 2detik
- Kelembaban
Kelembaban kulit kurang baik
- Kelainan pada kulit
Tidak ada kelainan pada kulit
- Pemeriksaan payudara dan ketiak
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan toraks / dada
- Bentuk normal, simetris, pernafasan terlihat tidur teratur.
Pemeriksaan paru
- Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan jantung
- Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan abdomen
- Simetris, tidak ada benjolan
Pemeriksaan muskulokeletal/ekstremitas (kesimetrisaan, kekuatan, otot, edema
- Otot tampak simetris, tidak ada edema, kekuatan otot
lemah Fungsi motorik
- Pasien tidak dapat berjalan dengan baik
Fungsi sensorik
- Pasien dapat merasakan sentuhan, getaran, panas, dingin, dan tajam,
tumpul.

XI. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan / hari
Pasien makan 3 kali sehari
- Nafsu / selera makan
Pasien tidak selera makan
- Nyeri ulu hati
Tidak ada nyeri ulu hati yang dirasakan pasien
- Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
- Mual dan muntah
Pasien tidak mengalami mual dan muntah
- Waktu pemberiaan makan
Pagi pada jam 07.00 wib, siang pada jam 12.00 wib, dan malam pada jam 18.00 wib.
- Jumlah dan jenis makanan
Makan biasa dengan sau piring nasi dan lauk pauk
- Waktu pemberian cairan/minuman
Pemberian minum pada klien diberikan sesering mungkin.
- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah)
Klien makan dan minum secara mandiri.
2. Perawatan diri / personal hygine
- Kebersihan tubuh
Tubuh pasien bersih
- Kebersihan gigi dan mulut
Mulut dan gigi pasien kurang bersih
- Kebersihan kuku kaki dan tangan
Kuku kaki dan tangan tampak bersih
3. Pola kegiatan / aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebagian atau total
Secara umum aktivitas pasien dibantu oleh anak dan cucunya
- Uraian aktivitas pasien selama dirawat / sakit
Selama pasien sakit, pasien tetap melakukan ibadah sesuai keyakinannya.
4. Pola eliminasi
A. BAB
- Pola BAB

1 kali / hari
- Karakter feses
Lunak, berwarna kecoklatan
- Riwayat pendarahan
Tidak ada riwayat pendarahan
- Diare
Tidak ada diare
- Penggunan laksatif
Tidak ada penggunan laksatif
B. BAK
- Pola BAK
Inkotinensia urine
- Karakter urin
Kuning keruh
- Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK
Ada rasa nyeri dibagian pinggang
- Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih
Batu ginjal
- Penggunan diuretik
Tidak menggunakan diuretik
5. Mekannisme koping
- Adaptif
Mampu menyelesaikan masalah
- Maladaptif
Menghindar
2. Analisa data

No Data Penyebab Masalah


Keperawatan
1 DS: Pasien mengatakan BAK Kelemahan pada otot
lebih dari 20 kali tiap hari, panggul
urine yang dikeluarkan,saat Gangguan pola
BAK sakit pada bagian eliminasi
pinggang BAK lebih dari 20 kali/
DO: Terdapat adanya batu 24 jam.
kecil-kecil sebesar pasir pada
urine. Warna urine kuning
pekat. Gangguan pola
eliminasi
2 DS: Pasien mengatakan tidak Penurunan fungsi
mau menggunakan pispot dan ekstremitas bawah
kateter.
-Pasien mengatakan kaki nya
tidak kuat lagi untuk berdiri Kaki tidak kuat untuk Resiko cedera
dan terasa sakit jika lama berdiri
berdiri. DO: Pasien tidak
menggunakan kateter atau
pispot saat BAK. Pasien BAK Resiko cedera
dengan bantuan anak dan
cucu nya dan BAK harus ke
toilet. Paien berusia 60 tahun.
3 DS: Pasien mengatakan nyeri Trauma jaringan oleh
di bagian pinggang dan batu
menyebar kepunggung.Pasien
mengatakan nyeri pada
bagian genitalia saat BAK Nyeri
Skala nyeri 6 (0-10) Skala nyeri 6
DO: Pasien tampak gelisah,
merintih dan berfokus pada
diri sendiri.
Nyeri

3. Rumusan Masalah Keperawatan


1. Gangguan pola eliminasi
2. Resiko cedera
3. Nyeri

4. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan stimulasi
kandungkemiholeh batu ditandai dengan inkontinensia urine.
2. Resiko cedera pada pasien berhubungan dengan penurunan fungsi
fisiologis yaitu penurunan kekuatan otot tungkai bawah ditandai dengan
pasien tidak menggunakan pispot/pampers melainkan ke toilet.
3. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan ditandai dengan pasien tampak
gelisah, dan fokus pada diri sendiri.
5. Perencanaan Keperawatan

Hari/ No.Dx Perencanaan Keperawatan


Tanggal
1 Tujuan :
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
mampu mengendalikan eliminasi urinedari kandung kemih
Kriteria hasil:
1. Mengidentifikasi keinginan berkemih
2. Berespons tepat waktu terhadap dorongan berkemih
3.Mencapai toilet antara dorongan berkemih dan
pengeluaran urine

Rencana Tindakan Rasional

1.Tanyakan klien tentang 1. Membantu klien agar dapat


waktu berkemih miksi secara teratur.
2.Dorong klien untuk dapat 2. Membantu klien agar
melakukan eliminasi urine mengurangi tingkat
dengan teratur. kecemasan karena
inkotinensia urine.
3. Hindari faktor pencetus 3.Mengurangi/menghindari
inkontinensiaurine seperti inkontinensia urine.
cemas.
4.Jelaskan tentang : 4.Meningkatkanpengetahuan
pengobatan, penyebab, dan dan diharapkan pasien lebih
tindakan lainnya. kooperatif.

Hari/ No.Dx Perencanaan Keperawatan


Tanggal
2 Tujuan:
1. Supaya pasien mengurangi aktivitas mobilisasi.
2. Mengurangi resiko cedera

Kriteria hasil:
1. Pasien tetap dapat memenuhi kebutuhan dengan
mobilisasi.

Rencana Tindakan Rasional


1. Identifikasi bagian tubuh 1. Penurunan fungsi tubuh
yang mengalami penurunan akan mengurangi
fungsi fisiologis. kemaksimalan dalam
mobilisasi.
2.Identifikasi faktor 2. Faktor usia mempengaruhi
penyebab penurunan fungsi penuruna fungsi tubuh.
tubuh.
3. Bantu pasien saat akan 3.Menghindari terjadinya
mobilisasi atau anjurkan cedera pada pasien.
keluarga pasien untuk
memantau dan membantu
mobilisasi toileting.
4.Menganjurkan untuk 4. Mengurangi resiko
menggunakan terjadinya cedera akibat
pispot/pampers. banyak mobilisasi.

Hari/ No.Dx Perencanaan Keperawatan


Tanggal
3 Tujuan:
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
mampu memperlihatkan teknik relaksasi dan tingkat nyeri
Kriteria hasil:
1. Mempertahankan tingkat nyeri atau kurang
2. Memperlihatkan teknik relaksasi yang efektif
3. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan
untuk memodifikasi faktor tersebut

Rencana Tindakan Rasional

1. Catat lokasi, lamanya 1. Membantu mengevaluasi


intensitas(skala 0-10) dan tempaat obstruksi dan
penyebaran. Perhatikan kemajuan gerakan kalkulus,
tanda non verbal, contoh nyeri pinggang sering
peninggian TD dan nadi, menyebar ke punggung,dan
dan gelisah pembuluh darahyang
menyuplai area lain. Nyeri
tiba-tiba dan hebat dapat
mencatuskan ketakutan, dan
gelisah
2. Jelaskan penyebab nyeri 2. Memberikan kesempatan
dan pentingnya melaporkan untuk pemberian analgesi
ke staf terhadap perubahan sesuai waktu dan
kejadian/karakteristik mewaspadakan saraf akan
nyeri. kemungkinan lewatnya
batu/terjadi komplikasi.
Penghentian tiba-tiba nyeri
biasanya menunjukkan
lewatnya batu.
3. Berikan tindakan 3. Meningkatkan relaksasi,
nyaman, contoh pijatan menurunkan tegangan otot dan
punggung, lingkungan meningkatkan koping.
istirahat.
4. Dorong / bantu dengan 4. Hidrasi kuat meningkatkan
ambulasi sering sesuai lewatnya batu, mencegah
indikasi dan pemasukan stasis urine, dan membantu
cairan sedikitnya 3-4 L/hari mencegah pembentukan batu
dalam toleransi jantung. selanjutnya.
5. Kolaborasi pemberian 5. Biasanya diberikan selama
obat anti nyeri. episode akut untuk
menurunkan kolik uretral dan
meningkatkan relaksasi otot.
6. Implementasi Keperawatan

Hari / Tanggal No. Dx Implementasi Evaluasi

Kamis/ 18 Mei 1 1.Menanyakan klien tentang S:


2017 waktu berkemih Klien mengatakan
2. Mendorong klien untuk dapat frekuensi berkemih
melakukan eliminasi urine 20 kali
dengan teratur O:
3. Menghindari faktor pencetus Klien tampak lemah
inkontinensiaurine seperti cemas. dan lesu
4.Menjelaskan tentang : - TTV
pengobatan, penyebab, dan TD: 130/90 mmHg
tindakan lainnya. HR: 80 x i
RR: 24 x i
T: 36,4
Klien tampak cemas
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan

2 1. Identifikasi bagian tubuh yang S:


mengalami penurunan fungsi Klien mengatakan
fisiologis. sakit dibagian kaki
2. Identifikasi faktor penyebab Klien mengatakan
penurunan fungsi tubuh. kaki sering kebas
3. Bantu pasien saat akan O:
mobilisasi atau anjurkan keluarga Klien tampak sulit
pasien untuk memantau dan menggerakkan kaki
membantu mobilisasi toileting. A:
4. Menganjurkan untuk Masalah tidak
pemasangan menggunakan teratasi
pispot/pampers. P:
Intervensi
dilanjutkan
3 1.Mencatatlokasi, lamanya S:
intensitas(skala 0-10) dan Klien mengatakan
penyebaran. Perhatikan tanda non nyeri pada bagian
verbal, contoh peninggian TD pinggang dan nyeri
dan nadi, dan gelisah yang dirasakan klien
2. Menjelaskan penyebab nyeri menetap
dan pentingnya berobat ke O:
pelayanan kesehatan terdekat Skala nyeri = 5
terhadap perubahan Klien tampak
kejadian/karakteristik nyeri. meringis
3. Memberikan tindakan nyaman, -TTV
contoh pijatan punggung TD: 130/90 mmHg
(relaksasi), lingkungan istirahat. HR: 80 x i
4. Mendorong / bantu dengan RR: 24 x i
ambulasi sering sesuai indikasi T: 36,4 °C
dan pemasukan cairan sedikitnya A:
3-4 L/hari dalam toleransi Masalah belum
jantung. teratasi
5. Kolaborasi pemberian obat anti P:
nyeri. Intervensidilanjutkan

40
Universitas Sumatera Utara
Hari / Tanggal No. Dx Implementasi Evaluasi

Jumat/ 19 Mei 1 1.Menanyaakan klien tentang S:


2017 waktu berkemih Klienmengatakan
2. Mendorong klien untuk dapat frekuensi berkemih
melakukan eliminasi urine dengan kurang dari 20 kali
teratur O:
3. Menghindari faktor pencetus Klien masih tampak
inkontinensiaurine seperti cemas. lemah
4.Menjelaskan tentang : -TTV
pengobatan, penyebab, dan TD: 120/80 mmHg
tindakan lainnya. HR: 80 x i
RR: 20 x i
T: 36,8 °c
Klien tampak masih
cemas
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan

2 1. Identifikasi bagian tubuh yang S:


mengalami penurunan fungsi Klien mengatakan
fisiologis. sakit dibagian kaki
2. Identifikasi faktor penyebab Klien mengatakan
penurunan fungsi tubuh. kaki sering kebas
3. Bantu pasien saat akan O:
mobilisasi atau anjurkan keluarga Klien sedikit sedikit

pasien untuk memantau dan menggerakkan kaki


membantu mobilisasi toileting. A:
4. Menganjurkan untuk Masalah belum
pemasangan menggunakan teratasi
pispot/pampers. P:
Intervensi
dilanjutkan

3 1.Mencatatlokasi, lamanya S:
intensitas(skala 0-10) dan Klien mengatakan
penyebaran. Perhatikan tanda non nyeri pada bagian
verbal, contoh peninggian TD dan pinggang dan nyeri
nadi, dan gelisah yang dirasakan klien
2. Menjelaskan penyebab nyeri menetap
dan pentingnya berobat ke O:
pelayanan kesehatan terdekat Skala nyeri = 4
terhadap perubahan Klien tampak sedikit
kejadian/karakteristik nyeri. menahan nyeri
3. Memberikan tindakan nyaman, -TD: 120 /80mmHg
contoh pijatan punggung HR: 80 x i
(relaksasi), lingkungan istirahat. RR: 20 x i
4. Mendorong / bantu dengan T: 36,8 °c
ambulasi sering sesuai indikasi A:
dan pemasukan cairan sedikitnya Masalah belum
3-4 L/hari dalam toleransi teratasi
jantung. P:
5. Kolaborasi pemberian obat anti Intervensidilanjutkan
nyeri.
Hari / Tanggal No. Dx Implementasi Evaluasi

Sabtu/ 20 Mei 1 1.Menanyaakan klien tentang S:


2017 waktu berkemih Klien mengatakan
2. Mendorong klien untuk dapat frekuensi berkemih
melakukan eliminasi urine dengan kurang dari 20 kali
teratur O:
3. Menghindari faktor pencetus Klien mulai ceria
inkontinensiaurine seperti cemas. -TTV
4.Menjelaskan tentang : TD: 110 / 90mmHg
pengobatan, penyebab, dan HR: 82 x i
tindakan lainnya. RR: 22 x i
T: 36,5 °C
Klien tidak terlalu
cemas
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan
2 1. Identifikasi bagian tubuh yang S:
mengalami penurunan fungsi Klien mengatakan
fisiologis. sakit dibagian kaki
2. Identifikasi faktor penyebab sedikit berkurang.
penurunan fungsi tubuh. O:
3. Bantu pasien saat akan Klien sudah bisa
mobilisasi atau anjurkan keluarga menggerakkan kaki
pasien untuk memantau dan perlahan-lahan

membantu mobilisasi toileting. A:


4. Menganjurkan untuk Masalah teratasi
menggunakan pispot/pampers. sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan
3 1.Mencatatlokasi, lamanya S:
intensitas(skala 0-10) dan Klien mengatakan
penyebaran. Perhatikan tanda non nyeri pada bagian
verbal, contoh peninggian TD dan pinggang sedikit
nadi, dan gelisah. berkurang
2. Menjelaskan penyebab nyeri O:
dan pentingnya berobat ke Skala nyeri = 3
pelayanan kesehatan terdekat -TTV
terhadap perubahan TD: 110 / 90mmHg
kejadian/karakteristik nyeri. HR: 82 x i
3. Memberikan tindakan nyaman, RR: 22 x i
contoh pijatan punggung T: 36,5 °C
(relaksasi), lingkungan istirahat. Klien tampak segar
4. Mendorong / bantu dengan A:
ambulasi sering sesuai indikasi Masalah teratasi
dan pemasukan cairan sedikitnya sebagian
3-4 L/hari dalam toleransi jantung. P:
5. Kolaborasi pemberian obat anti Intervensi
nyeri. dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai