2. Proses Berkemih
1. Proses Filtrasi
Proses filtrasi terjadi di glomerulus,terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah
bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke tubulus ginjal.Cairan yang disaring disebut filtrat glomerulus.
(Brunner&Suddath,1997)
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
(obligator reabsorbsi) di tubulus proximal(Brunner & Suddath, 1997). Sedangkan
pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila
diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya
dialirkan pada papilla renalis.(Brunner&Suddath,1997)
3. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla
renalis selanjutnya diteruskan ke luar.(Brunner&Suddath,1997)
Komplikasi cedera spinal dapat menyebabkan syok neurogenik dikaitkan dengan cedera
medulla spinalis yang umumnya dikaitkan sebagaisyok spinal.Syok spinal merupakan
depresi tiba-tiba aktivitas refleks padamedulla spinalis (areflexia) di bawah tingkat
cedera.Dalam kondisi ini, otot-otot yang dipersyarafi oleh bagian segmen medulla yang
ada di bawah tingkatlesi menjadi paralisis komplet dan fleksid, dan refleks-refleksnya
tidak ada.Hal ini mempengaruhi refleks yang merangsang fungsi berkemih dan
defekasi.Distensi usus dan ileus paralitik disebabkan oleh depresi refleks yang
dapatdiatasi dengan dekompresi usus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hal senadadisampaikan Sjamsuhidajat (2004), pada komplikasi syok spinal terdapat
tanda gangguan fungsi autonom berupa kulit kering karena tidak berkeringatdan hipotensi
ortostatik serta gangguan fungsi kandung kemih dan gangguandefekasi.Proses berkemih
melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu pengisian dan penyimpanan urine dan
pengosongan kandung kemih. Hal ini saling berlawanan dan bergantian secara
normal.Aktivitas otot-otot kandung kemihdalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin
dikontrol oleh sistem saraf otonom dan somatik.Selama fase pengisian, pengaruh sistem
saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah dengan menigkatkan
resistensi saluran kemih.
Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatansistem simpatis dari aktivitas kontraktil
otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leher kandung kemih
dan proksimal uretra.Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi
yangsimultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi olehsistem
saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmitter utama asetilkolin,suatu agen
kolinergik. Selama fase pengisian impuls afferent ditransmisikan ke saraf sensoris pada
ujung ganglion dorsal spinal sakral segmen 2-4 dan informasikan ke batang otak.Impuls
saraf dari batang otak menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sakral
spinal.Selama fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis
sakral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.Hambatan aliran simpatis pada
kandung kemih menimbulkan relaksasi pada otot uretra trigonal dan proksimal.Impuls
berjalan sepanjang nerveous pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet dari
spingter eksterna.Hasilnya keluarnya urine dengan resistensi saluran yang minimal.
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine,seperti diabetes melitus.
8. Sosiokultural Budaya
Dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,sepertiadanya
kulturpada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat
tertentu.
9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki berkemih mengalami kesulitan untuk berkemih dengan
melaluiurineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
10. Tonus otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
ototkandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.
11. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau
penurunan proses perkemihan.Misalnya pemberian diuretik dapat meningkatkan
jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.
12. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemih, yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine.
Selain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat
mengganggu pengeluaranurine.(Alimul,2006)
6. Masalah-masalah pada Gangguan Eliminasi Urine
1. Retensi yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih
danketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
2. Inkontinensia urineyaitu ketidaksanggupan sementara atau
permanenototsfingtereksternal untuk mengontrol keluarnya urine dari
kandung kemih.
2. Enuresis Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malamhari
(nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalamsemalam.
3. Urgency adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
4. Dysuria adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
5. Polyuria Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,seperti
2.500ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
6. Urinari suppresi adalah berhenti mendadak produksi urine
Asuhan Keperawatan Konsep
I. Pengkajian
A. Aspek biologis
1 .Usia.
Kebutuhan eliminasi, baik eliminasi urine, salah satunya dipengaruhi oleh usia yang mengacu
pada pertumbuahan dan perkembangan individu. Misalnya, kemampuan untuk mengontrol
mikturisi berbeda sesuai dengan tahap perkembangan individu. Pada manusia lanjut
usia,sering mengalami
nokturia, frekuensi berkemih meningkat,dan lain-lain.
2. Aktivitas fisik
Immobilisasi dapat menyebabkan retensi urine, dan penurunan tonus otot.
3. Riwayat kesehatan dan diet
Kajian riwayat penyakit atau pembedahan yang pernah dialami pasien yang dapat
mempengaruhi eliminasi, seperti nefrolitiasis, colostomi, dan lain-lain.Dikaji juga riwayat diet
yang dijalani klien, seperti jenis makanan yang dikonsumsi, jumlah, frekuensi, dan lamanya
diet yang dijalani.
4. Penggunaan obat-obatan
Pengkajian meliputi jenis obat, dosis, dan sudah berapa lama mengonsumsi obat
tersebut.Penggunaan obat-obatan ini perlu dikaji karena beberapa jenis obat dapat
mempengaruhi eliminsi urine dan fekal.
Masalah eliminasi urine sering terjadi dikaitkan dengan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, maka perlu dikaji dengan mengenai turgor kulit dan mukosa mulut.Bila dikaitkan
dengan organ sistem perkemihan, maka perlu dikaji ginjal, vesika urinaria, dan meatus.Hal
yang dikaji seperti adakah nyari di daerah pinggul, distensi kandung kemih, perkusi
kandungan kemihpada kondisi penuh menimbulkan bunyi tumpul, adakah nyeri tekan pada
kandung kemih, pengkajian pada keadaan meatus uretra, seperti adakah kemerahan, luka, dan
lain-lain.
B. Pemeriksaan laboratorium
a. Warna urine normal bervariasi dari warna pucat, agak kekuningan
sampai kuning coklat (seperti warna madu). Warna bergantung pada
kepekatan urine (Potter & Perry, 2006)
b. Pendarahan pada ginjal atau ureter menyebabkan urine menjadi merah
gelap. Bila urine berwarna merah terang, menunjukkan adanya
pendarahan pada kandung kemih atau uretera.Selain itu,perubahan
warna urine juga dapat dipengaruhi oleh konsumsi obat.Oleh karena
ituperlu dikaji obat yang dikonsumsi.
c. Warna urine coklat gelap dapat disebabkan karena tingginya
konsentrasi bilirubin akibat disfungsi hepar.Kejernihan Urin yang tampak normal tampak
transparan saat dikeluarkan.Pada klien yang
mempunyai penyakit ginjal, urine yang nampak keruh atau berbusa akibat tingginya
konsentrasi protein dalam urine.selain itu, urine pada orang yang menderita penyakit ginjal
juga tampak pekat dan keruh akibat adanya bakteri.
d. Bau Urine,memiliki bau yang khas. Semakin pekat warna urine,
semakin kuat baunya. Urine yang dibiarkan dalam jangka waktu lamaakan mengeluarkan bau
amonia (Potter&Perry 2006)
e. Nilai normal urine, hasil urinalisis antara lain:Ph 4,6-8,0 protein < 10
mg/100 ml;glukosa tidak ada berat jenis 1,010-1,030, tidak ada keton,
tidak ada bakteri, dan lain-lain(Potter & Perry,1999).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan
kesehatan klien
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi
yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalahmasalah yang dihadapi klien.
Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-
masalah klien.
Tujuan Pengumpulan Data
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah
selanjutnya.
Tipe Data :
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien
tentang status kesehatannya.misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan,
kecemasan,frustasi,mual,perasaan malu.
2. Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat,
dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan
darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dianalisa masalah keperawatan yang paling
mungkin muncul dari penderita berdasarkan diagnosa keperawatan NANDA Internasional
(2012) Diagnosa Keperawatan
- Racun
- Polutan
Fisik
- Rancangan,struktur dan penataan komunitas,bangunan,atau
peralatan
- Jenis kendaraan atau transportasi
- Individu atau penyedia layanan kesehatan (agens
nosokomial;pola pengaturan staf,pola kognitif,dan psikomotor
3. Nyeri
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual
atau potensial atau digambarkandengan istilah kerusakan (International Association for the
Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan atau berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya lebih dari enam bulan
Faktor yang berhubungan :
- Ketunadayaan fisik atau psikososial kronis (misalnya,kanker
metastasis,cedera neurologis dan arthritis
IV. Perencanaan
A.Provocative / palliative
1. Penyebabnya
Ny.S sering menahan untuk BAK , dan sering komsumsi makanan dan minuman tinggi
kandungan kalsium dan purin
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Pasien mengatakan hal yang dapat memperbaiki keadannya dengan konsumsi obat-obatan
B. Quantity / quality
1. Bagaimana dirasakan
Ny.S mengatakan tidak terasa saat BAK
2. Bagaimana dilihat
Ny.S terlihat cemas dan tidak percaya diri
C. Region
1. Dimana lokasinya
Pada saluran kemih
2. Apakah menyebar
Menyebar hingga pinggang kiri
D. Severity (mengganggu aktivitas)
Ny.S mengatakan sakit yang dirasakannya mengganggu aktivitas Ny.S
E. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
Ny.S mengatakan sejak 2 tahun yang lalu
- Peran diri
- Bau
1 kali / hari
- Karakter feses
Lunak, berwarna kecoklatan
- Riwayat pendarahan
Tidak ada riwayat pendarahan
- Diare
Tidak ada diare
- Penggunan laksatif
Tidak ada penggunan laksatif
B. BAK
- Pola BAK
Inkotinensia urine
- Karakter urin
Kuning keruh
- Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK
Ada rasa nyeri dibagian pinggang
- Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih
Batu ginjal
- Penggunan diuretik
Tidak menggunakan diuretik
5. Mekannisme koping
- Adaptif
Mampu menyelesaikan masalah
- Maladaptif
Menghindar
2. Analisa data
4. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan stimulasi
kandungkemiholeh batu ditandai dengan inkontinensia urine.
2. Resiko cedera pada pasien berhubungan dengan penurunan fungsi
fisiologis yaitu penurunan kekuatan otot tungkai bawah ditandai dengan
pasien tidak menggunakan pispot/pampers melainkan ke toilet.
3. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan ditandai dengan pasien tampak
gelisah, dan fokus pada diri sendiri.
5. Perencanaan Keperawatan
Kriteria hasil:
1. Pasien tetap dapat memenuhi kebutuhan dengan
mobilisasi.
40
Universitas Sumatera Utara
Hari / Tanggal No. Dx Implementasi Evaluasi
3 1.Mencatatlokasi, lamanya S:
intensitas(skala 0-10) dan Klien mengatakan
penyebaran. Perhatikan tanda non nyeri pada bagian
verbal, contoh peninggian TD dan pinggang dan nyeri
nadi, dan gelisah yang dirasakan klien
2. Menjelaskan penyebab nyeri menetap
dan pentingnya berobat ke O:
pelayanan kesehatan terdekat Skala nyeri = 4
terhadap perubahan Klien tampak sedikit
kejadian/karakteristik nyeri. menahan nyeri
3. Memberikan tindakan nyaman, -TD: 120 /80mmHg
contoh pijatan punggung HR: 80 x i
(relaksasi), lingkungan istirahat. RR: 20 x i
4. Mendorong / bantu dengan T: 36,8 °c
ambulasi sering sesuai indikasi A:
dan pemasukan cairan sedikitnya Masalah belum
3-4 L/hari dalam toleransi teratasi
jantung. P:
5. Kolaborasi pemberian obat anti Intervensidilanjutkan
nyeri.
Hari / Tanggal No. Dx Implementasi Evaluasi