Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SISTEM URINARIA

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

Disusun oleh :
Nama
NIM

: Imas Amalia Wardani


: 1508010053
FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


2015

SISTEM URINARIA
Sisitem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh
larutan dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).
1. Organ Sistem Urinari
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.
Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea)
dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.
Ginjal terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut korteks atau kulit
ginjal, dengan tebal sekitar 1 cm. Pada bagian ini terdapat bagian ginjal yang paling
penting, yaitu nefron, yang merupakan unit fungsional penyusun utama ginjal.
Bagian dalam ginjal disebut medula atau sumsum ginjal. Medula memiliki bentuk
seperti piramid yang puncaknya mengelilingi pelvis. Pada puncak piramid terdapat
lubang-lubang kecil tempat keluarnya pembuluh penyalur urine ke dalam pelvis
Korteks dari sepasang ginjal orang dewasa mengandung lebih dari satu juta nefron,
yang merupakan alat pembuat urine. Jadi, dapat dikatakan bahwa nefron adalah unit
fungsional ginjal. Artinya, ginjal dapat berfungsi memproduksi urine karena tiap-tiap
nefron tersebut bekerja menunaikan tugasnya. Ada tiga proses yang terjadi selama
pembentukan urine oleh nefron, yaitu filtrasi, reabsorpsi dan sekresi. Untuk
melakukan ketiga proses tersebut, nefron harus mempunyai struktur yang sesuai
dengan fungsinya.
Nefron terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:.
1. Glomerulus, merupakan kumpulan kapiler darah.
2. Kapsul glomerulus atau kapsul Bowman, berbentuk piala membentuk glomerulus.
Glomerulus yang dibungkus kapsul Bowman disebut Badan Malpighi.
3. Tubulus/saluran nefron, terdiri atas tubulus proksimal, lengkung Henle, tubulus
distal, dan tubulus kolekta (tubulus pengumpul).

Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan


urin dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm
dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di dekat kandung kemih dan berjalan dari
hilus ginjal menuju kandung kemih.
Lapisan dinding abdomen terdiri dari:
1.

Dinding luar jaringan ikat (jarinagn fibrosa)

2.

Lapisan tengah lapisan otot polos

3.

Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan didnding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit


sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kamih (vesika
urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan
oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk
ke dalam kandung kemih.
Kandung kemih adalah organ tubuh yang mengumpulkan air kencing yang
dikeluarkan oleh ginjal sebelum dibuang. Air kencing memasuki kandung kemih
lewat ureter dan keluar lewat uretra. Kandung kemih atau buli-buli merupakan organ
berongga yang terdiri atas 3 lapisan otot detrusor yang saling beranyaman. Ia terletak
tepat di belakang pubis di dalam rongga pelvis. Kandung kemih ini memiliki otot
spincher. Otot spincher merupakan otot-otot melingkar yang berperan untuk menjaga
dari bocornya urin dengan menutupnya karet seprti gelang, disekitar bagian
pembukaan kandung kemih. Dan pada kandung kemih terdapat saraf pada kandung
kemih yaitu saraf ini berfungsi untuk meningatkan tubuh ketika saatnya buang air
kecil atau mengosongkan kandung kemih.
Uretra adalah tabung penyalur utama untuk pembuangan urin dari kandung
kemih ke luar tubuh. Pada laki-laki, uretra berjalan melalui penis dan menyalurkan
semen serta urin. Pada wanita, uretra lebih pendek daripada pada pria dan keluar di
atas bukaan vagina di bawah klitoris.
Pada laki-laki uretra berjalan berkelok kelok melalaui tengah-tengah prostat

kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang fubis ke bagian penis
panjangnya 20 cm. uretra pada laki-laki terdiri dari:
a) Uretra prostatia
b) Uretra membranosa
c) Uretra kevernosa
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit ke
arah atas, panjangnya 3-4 cm. lapisan uretra wanita terdiri dari tunika muskularis
(sebelah luar), lapiosan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan
mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas
vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai salura ekskresi.
Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm. uretra ini menembus fasia diagfragma
urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagina, 2,5 cm di
belakang glans klitoris. Glandula uretra bermuara ke uretra, yang terbesar
diantaranya adalah glandula pars uretralis (skene) yang bermuara kedalam orifisium
uretra yang hanya berfungsi sebagai saluran ekskresi.

2. Pembentukan Urine
Pembentukan urine didalam ginjal mengalami tiga tahap yaitu :
a) Filtrasi (Penyaringan)
Darah yang masuk ke dalam ginjal akan dilakukan proses filtrasi. Filtrasi
merupakan proses penyaringan darah dari zat-zat sisa metabolisme yang dapat

meracuni tubuh. Proses ini terjadi pada badan Malpighi, tepatnya pada glomerulus
yang dilingkupi kapsul Bowman.
Awalnya, darah mengalir melalui pembuluh darah (arteri) ginjal. Kemudian
melalui arteriol aferen, darah masuk ke glomerulus di dalam kapsul Bowman. Dalam
setiap glomerulus berlangsung proses fi ltrasi. Hanya molekul kecil dan limbah
nitrogen dari darah saja yang mengalami penyaringan.
Sedangkan untuk molekul besar, seperti protein, lemak, zat-zat padat, dan
plasma darah, dibiarkan bertahan dalam darah. Selanjutnya, darah meninggalkan
glomerulus melalui arteriol eferen. Hasil filtrasi ini dinamakan filtrat glomerulus atau
disebut juga urine primer. Urine ini akan dialirkan menuju tubulus-tubulus lewat
arteriol aferen.
b) Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)
Zat hasil filtrasi akan direabsorpsi oleh suatu bagian dalam ginjal. Reabsorpsi
adalah proses penyerapan kembali filtrat glomerulus yang masih bisa digunakan oleh
tubuh. Bagian yang berperan dalam proses ini meliputi sel-sel epitelium pada tubulus
proksimal, lengkung Henle, dan sebagian tubulus distal.
Setelah urine primer melalui arteriol aferen akan dialirkan menuju tubulus
proksimal. Kandungan glukosa dan sebagian ion seperti Na+, Cl-, dan air dalam urine
primer akan direabsorpsi. Urine primer ini juga dialirkan dan diserap pada lengkung
Henle. Setelah itu, urine dialirkan menuju tubulus distal.
Urine primer yang mengandung zat seperti ion Na+, ion HCO3-, dan air akan diserap
pada tubulus dostal tersebut. Sedangkan zat-zat seperti ion H+, ion NH4+, urea, kretinin,
dan obat-obatan disekresikan pada urine oleh tubulus tersebut. Hasil reabsorpsi ini berupa
filtrat tubulus atau urine sekunder yang akan dialirkan menuju tubulus kolektipus
(pengumpul).
c) Augmentasi (Pengumpulan)
Augmentasi merupakan suatu proses pengeluaran zat sisa yang tidak diperlukan oleh
tubuh dalam bentuk urine. Pada proses ini, urine sekunder dari tubulus distal menuju
tubulus kolektipus. Selanjutnya, pada tubulus ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-,
dan urea. Sisanya merupakan bentuk urine yang

sesungguhnya. Urine ini akan dibawa menuju pelvis renalis. Dari pelvis renalis, urine
dialirkan melalui ureter hingga sampai pada vesika urinaria (kandung kemih). Sebagai
tempat penyimpanan sementara urine, kandung kemih akan menyimpan urine sampai
penuh. Apabila sudah penuh, urine akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Secara normal, urine yang dikeluarkan tubuh mengandung berbagai zat, misalnya air,
urea, amonia (NH3), dan zat lainnya. Selain itu, warnanya lebih jernih transparan. Saat
tertentu urine dapat berwarna kuning muda. Sebab, urine tersebut diwarnai oleh zat warna
empedu yakni bilirubin dan biliverdin.
Berdasarkan proses ekskresinya, ada beberapa fungsi ginjal yang dapat kita ketahui,
antara lain mengatur keseimbangan air dan garam dalam darah, memproses zat sisa
metabolisme dan membuangnya dari tubuh, mencegah adanya zat-zat berbahaya dalam
tubuh, mengatur tekanan darah dalam arteri, dan membuang bahan makanan tertentu
yang berlebih seperti gula dan vitamin.
3. Keseimbangan Cairan Tubuh dan Tekanan Darah
Keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan
untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
a) Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan
ekstrasel

dapat

menyebabkan

peningkatan

tekanan

darah

arteri

dengan

memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk


pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
1. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
2. Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal

Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol
tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na + dan
retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air
sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah
arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau
hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel
atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan
reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga
mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu
larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin
rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang
konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat
menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang
banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam
menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion
kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi
yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua
ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:

Perubahan osmolaritas di nefron

Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas


yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh
secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik
di tubulus proksimal. Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable
terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau
vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara
aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa

osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi
hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi
bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus
koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada
tidaknya vasopresis (ADH).

Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)

peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang


osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus
yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke
dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin
dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di
membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan
terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di
duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam
tubuh tetap dipertahankan.
Mekanisme kerja pengaruh hormon ADH terhadap produksi urin.
Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut :
a. Jumlah air yang diminum akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan
konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga
tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.
b. Saraf
Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga
aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan
darah menurun.
c. Banyak sedikitnya hormon insulin
Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan
dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu
proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.
4. Pembuangan Asam dan Substansi Lain Dalam Urin
Pengumpulan/Augmentasi adalah suatu proses pengeluaran zat sisa yang tidak

diperlukan oleh tubuh dalam bentuk urine. Pada proses ini, urine sekunder dari tubulus
distal menuju tubulus kolektipus. Selanjutnya, pada tubulus ini masih terjadi penyerapan
ion Na+, Cl-, dan urea. Sisanya merupakan bentuk urine yang sesungguhnya. Urine ini
akan dibawa menuju pelvis renalis. Dari pelvis renalis, urine dialirkan melalui ureter
hingga sampai pada vesika urinaria (kandung kemih). Sebagai tempat penyimpanan
sementara urine, kandung kemih akan menyimpan urine sampai penuh. Apabila sudah
penuh, urine akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Secara normal, urine yang
dikeluarkan tubuh mengandung berbagai zat, misalnya air, urea, amonia (NH 3), dan zat
lainnya. Selain itu, warnanya lebih jernih transparan. Saat tertentu urine dapat berwarna
kuning muda. Sebab, urine tersebut diwarnai oleh zat warna empedu yakni bilirubin dan
biliverdin. Berdasarkan proses ekskresinya, ada beberapa fungsi ginjal yang dapat kita
ketahui, antara lain mengatur keseimbangan air dan garam dalam darah, memproses zat
sisa metabolisme dan membuangnya dari tubuh, mencegah adanya zat-zat berbahaya
dalam tubuh, mengatur tekanan darah dalam arteri, dan membuang bahan makanan
tertentu yang berlebih seperti gula dan vitamin.Komposisi urin yang dikeluarkan melalui
uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang
berfungsi memberi warna dan bau pada urin.

Daftar Pustaka
Mikrajuddin, Saktiyono. 2007. IPA TERPADU 3A. Jakarta : Erlangga. Hal 2-10.
Pearce, Evelyn. C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.
Hal 298-308..
Rikky, Agus. 2003. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta : PT. Setia Purna. Hal 116128
Wibowo, Daniel. 2002. Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta : Grasindo. Hal 98-106.
Widya, Ani, Rika. 2012. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan Perkembangan. Yogyakarta :
Deepublish. Hal 101-108.

Anda mungkin juga menyukai