Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit gangguan perkemihan merupakan salah satu penyakit yang sering
dijumpai di masyarakat Indonesia. Penyakit gangguan perkemihan terdiri dari
gangguan pada ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
Batu saluran kemih merupakan masa keras yang terbentuk di sepanjang
saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, maupun uretra) akibat
pengkristalan dalam urin. Batu saluran kemih merupakan keadaan patologis
dan sering dipermasalahkan baik dari segi kejadian (insidens), etiologi,
patogenesis maupun dari segi pengobatan. Peningkatan prevalensi batu
saluran kemih menimbulkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) serta
beban ekonomi.
Hampir semua kepustakaan yang membahas batu saluran kemih
menunjukkan bahwa penderita batu saluran kemih paling banyak diderita oleh
pria dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 3 sampai 4 : 1, dan
komposisi batu terbanyak adalah batu kalsium oksalat, pada usia rata-rata 40
sampai 60 tahun. Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit yang bisa
mengalami kekambuhan, rata- rata kekambuhan terjadi 50% dalam 5 tahun
dan 70% dalam 10 tahun. Data kandungan/komposisi zat yang terdapat di
batu sangat penting untuk upaya pencegahan kemungkinan timbulnya
kekambuhan penyakit ini. Batu saluran kemih biasanya timbul akibat
rusaknya keseimbangan antara kelarutan dan pengendapan garam (Suryanto,
2017).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar medis pada kasus urolithiasis?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus urolithiasis?

C. Tujuan

1
1. Mengetahui konsep dasar medis urolithiasis yang terdiri dari epidemiologi,
pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan komplikasi
2. Mengetahui asuhan keperawatan secara teori pada kasus urolithiasis mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan dan Nursing Care Plan menurut
diagnose Nanda, NOC dan NIC..

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
Urolithiasis adalah suatu kelainan yang ditandai dengan adanya batu di
salah satu atau beberapa tempat di saluran urinarius (ginjal, ureter,
kandung kemih, atau eretra) yang membentuk kristal kalsium, oksalat,
fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium (Aspiani, 2015:245).
Urolithiasis adalah kalsifikasi pada system urin. Batu yang terutama dari
ginjal (nefrolithiasis dapat terbentuk atau berpindah ke system saluran
kemih bagian bawah. Biasanya tidak menimbulkan gejala sampai batu
tersebut masuk ke saluran kemih bagian bawah yang dapat menghambat
aliran urin (DKMBI, 2016:259).

2. Anatomi dan Fisiologi


Anatomi System Perkemihan

a. Ginjal
Lokasi ginjal berada dibagian belakang kavum abdominalis, area
retroperitoneal bagian atas pada kedua sisi vertebra lumbalis ke III dan
melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah
kacang merah (kara/ereis), jumlahnya ada 2 yang terletak pada bagian
kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada gimjal kanan. Pada
orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Pada umumnya ginjal laki-laki
lebih panjang dari pada ginjal wanita.
1) Struktur makroskopis Ginjal

3
a) Kulit ginjal (korteks)
Pada kulit ginjal ada yang bertugas sebagai penyaringan darah
yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah ini banyak
mengandung kapiler darah yang tersusun bergumpal-gumpal
yang disebut glomerulus. Tiap glomerulus dikelilingin oleh
simpai bowman, dan gabungan antara glomerulus dan simpai
bowman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi di
badan malphigi. Zat-zat yang terlarut dalam pembuluh darah
akan masuk kedalam simpai bowman yang kemudian akan
menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai
bowman yang terdapat dalam sumsum ginjal.
b) Sumsum ginjal (medulla)
Sumsum ginjal terdiri dari pyramid ginjal, dengan dasarnya
menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papilla
renis. Satu pyramid dengan jaringan kortek didalamnya disebut
lobus ginjal. Pyramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris-
garis karena terdiri atas berkas saluran pararel (tubuli dan ductus
koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang
disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul
ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai
bowman. Didalam pembuluh halus ini terangkut urine yang
merupakan hasil penyaringan darah dalm badan malphigi,
setelah mengalami berbagai proses.
c) Rongga ginjal (pelvis renalis)
Pelvis renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal,
berbentuk corong lebar.

2) Struktur mikroskopis ginjal


Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil disebut nefron.
Tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen
vaskuler terdiri atas pembuluh darah yaitu glomerulus dan kapiler
petibuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat
kapsula bowman, serta tubulus kontortus proksimal, tubulus

4
kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang
terdapat pada medula.
3) Vaskularisasi ginjal
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan yang
bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri
akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang
menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan
glomeorus dan dikelilingi oleh ala tang disebut dengan simpai
bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapiler
darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena
renalis masuk kevena kava inferior.
4) Persarafan ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf
ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke
ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat diatas ginjal yang
merupakan sebuah kelenjar buntuh yang menghasilkan 2 macam
hormone yaitu hormone adrenalin dan hormone kortison.
b. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ± 0,5 cm.
lapisan dinding ureter terdiri dari : dinding luar jaringan ikat (jaringan
fibrosa), lapisan tengah otot polos dan lapisan sebelah dalam lapisan
mukosa. Lapisan ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5
menit sekali yang akan mendorong air kemih yang akan masuk ke
vesika urinaria.
c. Vesika Urinaria (kandung kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet, terletak di belakang simfisis pubis didalam rongga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang
kuat, berhubungan ligamentum visika umbikalis medius. Dinding
kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritoneum (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submucosa dan laoisan mukosa
(sebelah dalam). Bagian vesika urinaria terdiri dari :

5
1) Fundus, yaitu bagian yang mebhadap kearah belankang dan bawah,
bagian ini terpisa dari rectum oleh spatium rectosivikale yang terisi
oleh jaringan ikat ductus deferent, vesika seminalis dan prostate.
2) Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus
3) Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhungan dengan
ligamentum umbilikalis.
d. Uretra
Uretra berpangpang pada kandung kemih dan berfungsi menyalurkan
air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui
tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang
menembus tulang pubis kebagian penis yang panjangnya ± 20 cm.
uretra pada laki-laki terdiri dari : uretra prostatika, uretra membranosa
dan uretra kavernosa. Lapisan uretra pada laki-laki terdiri dari lapisan
mukosa (lapisan paling dalam) dan lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan miring
sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. lapisan uretra pada wanita
terdiri atas tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa
merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan
sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak disebelah atas vagina
(antar klitoris dan vagina) dan sebagai saluran ekskresi.
Fisiologi Sistem Perkemihan :
a. Fungsi Nefron dan Pembentukan Urin
Ginjal memainkan peran penting dalam mengatur volume dan
komposisi cairan tubuh, mengeluarkan racun, dan menghasilkan
hormone seperti renin, erythropoietin, dan baian aktif dalam vitamin
D. setiap ginjal dibentuk kira-kira 1 juta unit fungsional yang disebut
dengan nefron. Pada bagian akhir proksimal (kapsula bowman),
ultrafiltrasi darah telah terbentuk, dan selama cairan ini melewati
nefron, jumlah dan komposisinya termodifikasi oleh kedua proses
reabsorbsi dan sekresi yang hasilnya berupa urin.
b. Tubulus Proksimal
Fungsi utama dari tubulus proksimal adalah reabsorbsi Na+. Sodium
secara aktif diangkut keluar dari sel-sel tumulus proksimal pada sisi
kapiler dengan membran Na+ -K+- adenosine trifosfat (ATPase).
c. Lengkung Henle

6
Lengkung Henle terdiri dari bagian yang menanjak dan menurun.
Nefron kortikal (30%-40%) memiliki lengkung henle yang relative
pendek, mengingat dekat dengan lengkung medulla (nefron-nefron
juxtamedullary, 10%) yang masuk kedalam medulla. Lengkung henle
bertanggung jawab untuk menjaga hipertonik interstisium medulla dan
secara tidak langsung menyediakan tubulus pengumpul dengan
kemampuan untuk memekatkan urin.
d. Tubulus Distal
Tubulus distal menerima cairan hipotonik dari lengkung henle dan
secara normal bertanggung jawab hanya untuk modifikasi ringan dari
cairan tubular. Nefron distal memiliki tautan yang padat antara sel
tubular dan secara relatif tidak dapat dilalui oleh air dan sodium.
Reabsorbsi sodium pada tubulus distal secara normal berjumlah hanya
sekitar 5% dari jumlah sodium yang disaring.
e. Tubulus Pengumpul
Bagian dari nefron ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu kortikal dan
medulla, keduanya secara normal untuk reabsorbsi dari 5-7% dari
muatan sodium yang disaring.
1) Tubulus pengumpul kortikal
Bagian dari nefron ini terdiri dari dua tipe : (1) principal cells (P
cells), yang mana secara utama menghasilkan postasium dan turut
serta dalam aldosterone-diperantai reabsorbsi Na+. (2) intercalated
cells (I cells), yang bertanggungjawab untuk regulasi asam basa.
2) Tubulus pengumpul medulla
a) Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah
yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel glomerulus yang
berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada
glomerulus mempermudah proses penyaringan. Selain
penyaringan, di glomerulus juga terjadi penyerapan kembali
sel-sel darah, keeping darah dan sebagian besar protein plasma.
Bahan-bahan kecil yang terlarut dalam plasma darah, seperti
glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan
urea dapat melewati filter dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerulus atau

7
urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium,
kalium dan garam-garam lainnya.
b) Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Bahan yang masih diperlukan dalam urin primer akan diserap
kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus
kontortus distal terjadi penambahan zat sisa dan urea. Gula dan
asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air
melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus
proksimal dan tubulus distal. Subtansi yang masih diperlukan
seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin
sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan
lagi, sementara metabolism yang besifat racun bertambah,
misalnya urea.
c) Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang
mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tubulus
ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju
kantong kemih melalui saluran ginjal. Komposisi urin yang
dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea, dan sisa
subtansi lain, misal pigmen empedu yang berfungsi memberi
warna dan bau pada urin.
f. Apparatus Juxtaglomerular
Organ yang kecil ini dalam setiap terdiri dari segmen yang
dikhususkan arteriol aferen, berisi sel juxtaglomerular dalam
dindingnya, dan akhir dari tebal, segmen menanjak kortikal dari
lengkung henle, macula densa. Sel juxtaglomerular berisi enzim renin
dan diinervasi oleh system saraf simpatik. Pembebasan
reninbergantung pada stimulai simpatik adrenergic β1, mengubah
tekanan dinding arteriol aferen, dan mengubah klorid mengalir
melewati macula densa. Renin berperan sebagai angiotensinogen,
protein yang disintesis oleh hati, untuk pembentukan angiotensin I.
dekapeptida yang lambat kemudian diubah dengan cepat, terutama
didalam paru-paru, oleh angiotensin converting enzyme (ACE) untuk

8
membentuk oktapeptida angiotensin II. Angiotensin II memainkan
peran penting dalam mengatur tekanan darah dan sekresi aldosterone.
(Nuari & Widayati, 2017) .

3. Etiologi
Adapun etiologi pembentukan batu saluran kemih menurut Aspiani (2015:
246) meliputi:
a. Faktor endogen
1) Factor genetik, familial, pada hipersistinuria, hiperkalsiuria, dan
hiperoksalouria.
2) Umur, paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3) Jenis kelamin, jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak daripada
wanita.

b. Faktor eksogen
1) Geografi, pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai stone
belt (sabuk batu)
2) Iklim atau temperature
3) Asupan air, kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4) Diet, diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah
terjadinya batu saluran kemih.
5) Pekerjaan, penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik.
c. Faktor predisposisi
1) Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan
ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih.
Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk ammonium
yang akan mengubah Ph urin menjadi alkali.
2) Stasis dan obstruksi urin
Adanya obstruksi dan stasis urin akan mempermudah pembentukan
batu saluran kemih.
3) Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih
tinggi daripada daerah lain.
4) Keturunan
5) Air minum

9
Kurang minum menyebabkan kadar smeua substansi dalam urin
meningkat.
6) Pekerjaan
7) Pekerja keras yang bergerak mengurangi terbentuknya batu
daripada pekerja yang lebih banyak duduk.

8) Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebbakan banyak mengeluarkan
keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral
dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih.
9) Makanan
Penduduk yang vegetarian yang kurang makan outih telur lebih
sering menderita batu saluran kemih (buli-buli dan uretra)

4. Manifestasi Klinis
Berdasarkan LeMone, Burke & Bauldoff (2017:995) manifestasi
urolithiasis bergantung pada ukuran dan letaknya yaitu:
a. Batu ginjal
Seringkali asimptomatik, nyeri panggul hebat dan tumpul, hematuria
mikroskopik, dan manifestasi ISK.
b. Batu ureter
Kolik ginjal, nyeri panggul hebat dan akut pada bagian yang terserang,
seringkali menyebar ke bagian suprapubik, lipat paha dan genital
eksterna, mual, muntah, pucat dan kulit dingin serta lembab.
c. Batu kandung kemih
Dapat asimptomatik, nyeri suprapubik yang tumpul, hematuria
makroskopik atau mikroskopik, manifestasi ISK.

5. Patofisiologi
Proses pembentukan batu menurut Purnomo (2011) terjadi melalui:
a. Batu kalsium
1) Hiperkalsiuria, kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250-
300 mg/24 jam. Hiperkalsiuria terjadi karena adanya peningkatan
absorbs kalsium melalui usus, gangguan reabsorbsi kalsium
melalui tubulus ginjal, peningkatan reabsorpsi kalsium tulang.
2) Hiperoksaluria, ekskresi oksalat urin yang melebihi 45 gram`per
hari. Biasanya pada pasien yang mengkonsumsi makanan kaya
oksalat seperti the, kopi instan, soft drink, arbei, jeruk sitrun,
bayam.

10
3) Hiperorikosuria, kadar asam urat di dalam urin melebihi 850
mg/hari. Asam urat di dalam urin berasal dari makanan yang
mengandung purin dan dari metabolism endogen.
4) Hipositraturia, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium
sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat/fosfat.
5) Hipomagnesiuria, magnesium bereaksi dengan oksalat menjadi
magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium dengan
oksalat. Biasanya disebabkan karena penyakit inflamasi usus dan
malabsorbsi.
b. Batu Struvit/ infeksi
Terbentuknya bati disebabkan karena infeksi di saluran kemih.
Penyebabnya adalah kuman golongan pemecah urea yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urin menjadi bersuasana
basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa
memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan
karbonat membentuk batu magnesium fosfat.
c. Batu asam urat
Banyak diderita oleh pasien-pasien penyakit gout, pasien dengan
terapi antikanker, memperginakan obat urikosurik, kegemukan,
peminum alkohol, dan diet tinggi protein. Asam urat merupakan
produk metabolism urin. Asam urat tidak larut di dalam urin sehingga
pada keadaan tertentu mudah membentuk Kristal asam urat. Factor
yang mempermudah pembentukan batu asam urat adalah urin yang
terlalui asam, volume urin sedikit atau kadar asam urat tinggi.

Secara singkat patofisiologi urolithiasis dijabarkan di bawah ini:

- Intake cairan Zat-zat sisa


kurang metabolisme
- Iklim, suhu yang tidak Perubahan Ph urin
- Pekerjaan dikeluarkan
- Makanan Proses kristalisasi
secara maksimal
tinggi Ca,
mengendap Pembentukan batu
purin
dalam urin
Kandung kemih perkemihan
ureter ginjal
11
Obstruksi VU Obstruksi diureter hidroureter Menghambat
keluarnya urin dari
Retensi urin Batu besar rusak ginjal ke ureter
mukosa Kolik renal
Distensi VU
IVP, USG
hematuria
Disuria Nyeri
Penurunan Hb
Intoleransi aktivitas Respon sistemik
Nyeri akut
Mual, muntah, anoreksia

BB turun

Ketidakseimbangan nutrisi

Sumber: Dosen KMB Indonesia (2017)

6. Komplikasi
Adapun komplikasi urolithiasis menurut LeMone, Burke dan Bauldoff
(2017:996) meliputi:
a. Obstruksi
Batu dapat menyambut saluran kemih diberbagai titik dari kaliks
ginjal hingga uretra distal yang menghambat aliran urin keluar.
Obstruksi saluran kemih pada akhirnya dapat menyebabkan gagal
ginjal. Tingkat obstruksi, letaknya, dan durasi gangguan aliran urine
menentukan efek pada fungsi ginjal.
b. Hidronefrosis
Ginjal terus memproduksi urine yang menyebabkan peningkatan
tekanan dan distensi saluran kemih di belakang obstruksi.
Hidronefrosis (distensi pelvis dan kaliks ginjal) dan hidroureter
(distensi ureter) kemungkinan terjadi. Jika tekanan tidak diredakan,

12
tubulus pengumpul, tubulus proksimal, dan glomerulus ginjal rusak,
yang menyebbakan kehilangan fungsi ginjal secara bertahap.
c. Infeksi
Stasis urin akibat obstruksi sebagian atau seluruhnya meningkatkan
risiko infeksi saluran kemih.

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Purnomo (2011:94) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
untuk mendeteksi urolithiasis maliputi:
a. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium
oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering
dijumpai diantara batu jenis lain. Sedangkan batu asam urat bersifat
non opak (radio lusen).
b. Pielografi Intra Vena (IVP)
Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu dapat
mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak
dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVP belum dapat menjelaskan
keadaan system saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal
maka dapat dilakukan pemeriksaan pielografi retrograd.
c. USG
Dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP yaitu
karena alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan
pada wanita hamil. USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-
buli, hidronefrosis, pielonefrosis atau pengerutan ginjal.

8. Penatalaksanaan
Berdasarkan Aspiani (2015:253) tujuan dasar penatalaksanaan urolithiasis
adalah:
a. Tujuan dasar
1) Menghilangkan batu
2) Menentukan jenis batu
3) Mencegah kerusakan nefron
4) Mengendalikan infeksi
5) Mengurangi obstruksi yang terjadi
b. Penatalaksanaan Medis
1) Farmakologis
a) Morfin dan meperidin dapat mencegah syok dan sinkop akibat
nyeri yang luar biasa.

13
b) Amonium klorida atau asam asetohidroksemik dapat mengubah
urin menjadi asam pada kasus urolithiasis karena batu kalsium.
c) Allopurinol untuk mengurangi kadar asam urat serum dan
ekskresi asam urat ke dalam urin sehingga urin menjadi basa.
2) Nutrisi
a) Makanan yang harus dihindar adalah makanan kaya vitamin D
karena vitamin D meningkatkan reabsorbsi kalsium. Contoh
makanan: produk susu dan keju, daging, ikan, unggas, sayur
lobak, bayam, buncis, seledri, kedelai, buah kismis, semua jenis
beri, anggur, roti murni, roti gandum catmeal, beras merah,
jagung giling, sereal.
b) Makanan yang harus dibatasi yaitu garam meja dan makanan
tinggi natrium karena Na bersaing dengan Ca dalam
reabsorbsinya di ginjal, minuman seperti teh, coklat, dan
minuman berkarbonat.
3) Terapi penghancuran dan pengangkatan batu
a) Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal / Extracorporeal
Shock Wave Lithotripsi (ESWL)
Prosedur noninvasif untuk menghancurkan urolithiasis dengan
amplitudo tekanan berenergi tinggi dari gelombang kejut
sekitar 1000-3000 gelombang kejut, dan dibangkitkan melalui
suatu pelepasan energi yang kemudian disalurkan ke air dan
jaringan lunak. Tekanan gelombang mengakibatkan permukaan
batu pecah dan akhirnya menyebabkan batu tersebut menjadi
bagian yang lebih kecil.
b) Nefrostomi perkutan dan nefrostop
Dimasukkan ke dalam traktus perkutan yang sudah dilebarkan
ke dalam parenkim ginjal, batu dapat diangkat degan forcep
atau jaring tergantung ukurannya. Alat ultrasoun dimasukkan
melalui selang nefrostomi disertai pemakaian gelombang
ultrasonik untuk mengancurkan batu serpihan lalu diirigasi dan
dihisap keluar dari duktus kolektifus. Batu yang besar
dikurangi dnegan disentegrasi ultrasonik dan diangkat dengan
forcep atau jaring. Selang perkutan dibiarkan ditempatnya

14
untuk menjamin bahwa ureter tidak mengalami obstruksi oleh
edema dan bekuan darah.
c) Ureteroskopi
Dengan memasukkan alat ureteroskop menggunakan laser,
lithotripsihidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat. Suatu
stent dapat dimasukkan dan dibiarkan selama 48 jam/lebih
untuk menjaga kepatenan ureter.
d) Infus cairan kemolitik
Misalnya agen pembuat basa (ankylating) dan pembuat asam
(acidifyng) untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai
alternatif penanganan.
e) Pembedahan
Jika batu terletak di dalam ginjal pembedahan dilakukan
dengan nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat
batu) atau nefrektomi jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi
atau hidronefrosis. Batu di dalam piala ginjal diangkat dengan
pielolitotomi sedangkan batu pada ureter diangkat melalui
ureterolitotomi dan batu pada kandung kemih diangkat dengan
sistotomi.

9. Epidemiologi
Hampir semua kepustakaan yang membahas batu saluran kemih
menunjukkan bahwa penderita batu saluran kemih paling banyak diderita
oleh pria dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 3 sampai 4 :
1, dan komposisi batu terbanyak adalah batu kalsium oksalat, pada usia
rata-rata 40 sampai 60 tahun. Penyakit batu saluran kemih merupakan
penyakit yang bisa mengalami kekambuhan, rata- rata kekambuhan terjadi
50% dalam 5 tahun dan 70% dalam 10 tahun. Data kandungan/komposisi
zat yang terdapat di batu sangat penting untuk upaya pencegahan
kemungkinan timbulnya kekambuhan penyakit ini (Suryanto, 2017).

10. Prognosis
Keberhasilan ESWL pada batu yang terbentuk di bagian bawah ginjal
lebih rendah (60%) daripada PNL (90%) pada ukuran batu yang lebih
besar dari 10 mm. (Ferrandino et al., 2012).

15
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Adapun asuhan keperawatan pasien urolithiasis menurut Dosen KMB
Indonesia (2016:259) meliputi:
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
1) Pekerjaan kurang gerak
2) Pembatasan aktivitas atau imobilitas akibat kondisi yang sudah ada
sebelumnya, proses yang melemahkan, cedera medulla spinalis-
menyebabkan tulang melepaskan lebih banyak kalsium.
3) Riwayat saat ini atau infeksi saluran kemih.
4) Batu ginjal sebelumnya
5) Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh
6) Rasa terbakar, urgensi berkemih
7) Diare
8) Mual muntah
9) Diet tingi protein, tinggi natrium, rendah kalsium yang dapat
meningkatkan risiko beberapa jenis batu
10) Ketidakcukupan asupan caira, tidak meminum cairan dengan baik
11) Episode akut nyeri menyiksa, kolik dengan lokasi bergantung pada
lokasi batu, pada panggul diarea sudut kostovertebral, dapat
menjalar ke punggung, abdomen, dan turun ke selangkang dan
genital, nyeri tumpul konstan menunjukkan batu terletak di pelvis
atau kaliks ginjal
12) Penggunaan alkohol berkontribusi terhadap dehidrasi dan
pembentukan batu asam urat
13) Demam
14) Riwayat penyakit system perkemihan dalam keluarga
15) Penggunaan antibiotic, antihiperensi, natrium bikarbonat, vitamin D
berlebihan
16) Penggunaan obat herbal untuk batu ginjal

b. Pemeriksaan Fisik
1) TD, nadi meningkat berkaitan dengan nyeri, ansietas atau gagal
ginjal
2) Kulit hangat, flushed, palor
3) Oliguria (retensi, urin berkurang), hematuria, piuria

16
4) Perubahan pola berkemih
5) Distensi abdomen, penurunan atau tidak ada bising usus
6) Perilaku menjaga area yang nyeri
7) Nyeri tekan pada area ginjal ketika dipalpasi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (trauma jaringan, kontraksi ureter,
pembentukan edema)
b. Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi anatomi.
c. Risiko kekurangan volume cairan dengan faktor risiko kehilangan
cairan aktif, kegagalan mekanisme pengatur: diuresis pasca obstruksi.
d. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya pemajanan, salah
menginterpretasikan informasi. Tidak familier dengan sumber
informasi.

3. Nursing Care Plan


a. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (trauma jaringan, kontraksi ureter,
pembentukan edema)
Tujuan: klien dapat melakukan kontrol nyeri setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria melaporkan nyeri
mereda, tampak relaks.
NIC dan aktivitas: Manajemen Nyeri
1) Observasi tanda-tanda verbal dan non verbal nyeri
2) Lakukan kompres hangat pada punggung
3) Beri tindakan yang mendukung kenyamanan klien seperti
menggosok pungung
4) Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
5) Kelola pemberian analgetik sesuai instruksi
b. Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi anatomi
Tujan: klien dapat menunjukkan eliminasi urin yang adekuat setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan criteria
berkemih dalam jumlah normal, tidak ada retensi, frekuensi berkemih
normal.
NIC dan aktivitas: mendorong eliminasi urin
1) Catat haluaran dan karakteristik urin
2) Kaji rasa penuh pada kandung kemih
3) Anjurkan klien meningkatkan asupan cairan
4) Pantau hasil pemeriksaan urin analisa
5) Pertahankan kepatenan kateter menetap
6) Kelola medikasi dengan tepat
c. Risiko kekurangan volume cairan dengan faktor risiko kehilangan
cairan aktif, kegagalan mekanisme pengatur: diuresis pasca obstruksi

17
Tujuan: klien mampu mempertahankan keseimbangan volume cairan
yang adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
dengan kriteria TTV dalam batas normal, nadi perifer teraba, turgor
kulit baik, kulit lembab
NIC dan aktivitas: manajemen cairan
1) Pantau asupan dan haluaran cairan
2) Catat insiden dna karakteristik serta frekuensi berkemih
3) Tingkatkan asupan cairan
4) Pantau perubahan tanda-tanda vital
5) Edukasi pentingnya asupan cairan yang adekuat
6) Lakukan pemasangan cairan intarvena
7) Kelola medikasi dengan tepat
d. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya pemajanan, salah
menginterpretasikan informasi. Tidak familier dengan sumber informasi
Tujuan: klien dapat menunjukkan peningkatan pengetahuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam dengan criteria
mengungkakpan pemahaman tentang proses penyakit
NIC dan aktivitas:
1) Diskusikan kebutuhan penyuluhan kesehatan dengan klien
2) Berikan penkes tentang penyakit urolithiasis
3) Evaluasi kembali pemahaman klien tentang penyakit

C. ANALISIS LEGAL ETIK KEPERAWATAN


Menurut Potter & Perry (2009) prinsip – prinsip legal dan etis yang dapat
diterapkan pada kasus di atas adalah :
1. Autonomi (Otonomi)
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak-hak pasien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
Analisis :
Prinsip otonomi yang dapat diterapkan pada kasus urolithiasi adalah
dengan menghormati keputusan klien dalam memilih dokter yang
merawat, menerima maupun menolak tindakan yang diberikan seperti
pembedahan atau alternative pengobatan lain (asalkan ada inform consent
yang telah disetujui bersama).
2. Justice (Keadilan)
Adalah prinsip yang juga menjadi perwujudan dari prinsip etik
keperawatan. Keadilan ini perlu dipegang agar perawat serta petugas
kesehatan lainnya, mampu memberikan pelayanan yang adil, serta tidak

18
berpihak kepada siapapun. Tidak berpihak pada uang, atau kepada orang-
orang tertentu yang dianggap memiliki proritas. Perawat harus memegang
prinsip ‘adil sejak dalam pikiran’, agar mampu memberi pelayanan
maksimal kepada siapapun.

Analisis :
Prinsip justice yang dapat diterapkan pada kasus urolithiasis misalnya
pasien dirawat dengan biaya BPJS, perawat tidak mengesampingkan
pasien dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus bersikap
sama seperti pasien yang lain.
3. Non-Maleficience (Tidak merugikan)
Adalah Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak
menimbulkan bahaya atau cedera secara fisik dan psikologik.
Analisis :
Prinsip Non-Maleficience yang dapat diterapkan pada kasus urolithiasis
adalah ketika perawat melakukan pemasangan kateter maka perawat
melakukan dengan prosedur sesuai SOP dan teknik aseptic yang benar
untuk mencegah infeksi.
4. Veracity (Kejujuran)
Adalah Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran.
Analisis :
Prinsip veracity yang dapat diterapkan pada kasus urolithiasis misalnya
ketika pasien dilakukan pemeriksaan IVP dan hasilnya terdapat batu di
ginjal dan harus dilakukan pembedahan maka hasil tersebut harus
disampaikan kepada pasien dengan jujur.
5. Benifience (Berbuat Baik)
Adalah Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik.
Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri
dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan
kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.

19
Analisis :
Prinsip beneficience yang dapat diterapkan pada kasus urolithiasis
misalnya ketika kantong urin pasien penuh maka perawat membantu untuk
membuang urin tersebut.
6. Confidentiality (Kerahasiaan)
Adalah salah satu kode etik utama dalam alur proses keperawatan. Klien
berhak atas privasinya ketika ia dirawat, serta berhak merahasiakan
seluruh catatan kesehatannya kepada publik. Jadi catatan kesehatan itu
hanya bisa diliat oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu, prinsip
kerahasiaan ini juga mengontrol perawat untuk menjaga berbagai catatan
tentang pasien yang ia buat.
Analisis :
Prinsip confidentiality yang dapat diterapkan pada kasus urolithiasis
misalnya dengan tidak menceritakan kondisi penyakit pasien kepada
siapapun termasuk teman sejawat kecuali memang diperlukan untuk
tindakan keperawatan.
7. Fidelity (Menepati Janji)
Adalah Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.Ketaatan, kesetiaan adalah
kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Analisis :
Prinsip fidelity yang dapat diterapkan pada kasus urolithiasis misalnya
perawat telah mengatakan akan memberikan penyuluhan pada klien
tentang diet batu ginjal pada pukul 09.00 pagi maka perawat berusaha
menepati janti sesuai kontrak waktu yang dijanjikan sebelumnya.

D. ANALISIS JURNAL
Judul Jurnal :Karakteristik Penderita Batu Saluran Kemih Yang
Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2015-2016
Penulis : Sinta M Y S, Rasmaliah, dan Jamadi
Tahun Terbit : 2017
Isi jurnal :

20
a. Desain penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series.
b. Populasi penelitian ini adalah semua data penderita BSK yang dirawat
inap di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan tahun 2015-2016
yaitu sebanyak 332.
c. Hasil
1) Karakteristik penderita BSK berdasarkan sosiodemografi dengan
proporsi tertinggi adalah umur ≥ 45 tahun (57,7%), laki-laki
(63,5%), Batak (86,7%), Kristen Protestan (57,5%), Wiraswasta
(27,6), Kawin (89,5%), dan tempat tinggal berada di Luar Kota
Medan (57,5%).
2) Proporsi penderita BSK berdasarkan letak batu tertinggi adalah
saluran kemih atas (97,8%).
3) Proporsi penderita BSK berdasarkan keluhan utama tertinggi adalah
lebih dari >1 keluhan (55,8%)
4) Proporsi penderita BSK berdasarkan kelainan organik ginjal
tertinggi adalah hidronefrosis (42,5%).
5) Proporsi penderita BSK berdasarkan gangguan fungsi ginjal
tertinggi pada kreatinin normal (43,6%), dan pada ureum normal
(64,1%).
6) Proporsi penderita BSK berdasarkan penatalaksanaan medis
tertinggi adalah tindakan operasi (50,8%).
7) Lama rawatan rata-rata penderita BSK adalah 5,48 hari.
8) Proporsi penderita BSK berdasarkan keadaan sewaktu pulang
tertinggi adalah sembuh (67,4%).

E. SAP
Topik : Urolithiasis
Sub Topik : Diet Penderita Batu Ginjal
Hari/Tanggal : Selasa, 14 Mei 2019
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang Cempaka 3.1
Penyuluh : Demaris

21
I. Tujuan
A. Tujuan Umum
Klien dan keluarga mampu memahami tentang diet batu ginjal.
B. Tujuan Khusus
1. Klien dan keluarga dapat menjelaskan pengertian diet batu
ginjal
2. Klien dan keluarga dapat menyebutkan tujuan diet batu ginjal
3. Klien dan keluarga dapat menyebutkan makanan dan minuman
yang harus dihindari
4. Klien dan keluarga dapat menyusun menu sehat untuk penderita
batu ginjal
II. Sasaran : Tn. H dan keluarga
III. Media : Flip chart
IV. Metode : ceramah, tanya jawab
V. Strategi pelaksanaan
Fase Kegiatan Waktu
Orientasi a. Memberikan salam 5 menit
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan penkes
d. Kontrak waktu
Kerja a. Apersepsi pemahaman batu ginjal 15 menit
b. Menjelaskan materi
- Pengertian diet
- Tujuan diet
- Makanan dan minuman yang
dihindari
- Menu sehat penderita batu
ginjal
c. Member kesempatan bertanya
d. Memberikan reinforcement
positif
Evaluasi a. Menanyakan kembali tentang 10 menit
pengertian dan jenis makanan dan

22
minuman yang dihindari
b. Menyimpulkan
c. Menyampaikan RTL
d. Berpamitan dan member salam
penutup.

VI. Kriteria Evaluasi


A. Struktur
Kegiatan penyuluhan telah disepakati satu hari sebelumnya dengan
klien baik tempat, waktu dan topik penyuluhan.
B. Proses
Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar, klien dan keluarga
memperhatikan saat diberi penyuluhan dan mengikuti kegiatan
hingga akhir. Saat diberi pertanyaan klien dapat menjawab dengan
benar.
C. Hasil
1. Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali pengertian diet
2. Klien dan keluarga dapat menyebutkan kembali tujuan diet batu
ginjal
3. Klien dan keluarga dapat menyebutkan kembali makanan dan
minuman yang dihindari.
4. Klien dan keluarga dapat menjelaskan cara menyusun menu
sehat untuk penderita batu ginjal
VII. Materi
A. Pengertian
Diet batu ginjal adalah tindakan pengaturan asupan makanan dan
minuman sesuai kebutuhan pada penderita batu ginjal
B. Tujuan diet
1. Mencegah atau memperlambat terbentuknya batu ginjal
2. Memberikan diet sesuai komponen utama batu ginjal
C. Jenis makanan dan minuman yang dihindari
1. Makanan yang kaya vitamin D karena vitamin D meningkatkan
reabsorbsi kalsium. Contoh makanan: produk susu dan keju.

23
2. Daging, ikan, unggas
3. Sayur: lobak, bayam, buncis, seledri, kedelai
4. Buah: kismis, semua jenis beri, anggur
5. Roti murni, roti gandum catmeal, beras merah, jagung giling,
sereal.
6. Makanan yang harus dibatasi yaitu: Garam meja dan makanan
tinggi natrium karena Na bersaing dengan Ca dalam
reabsorbsinya di ginjal
7. Minuman seperti teh, coklat, minuman berkarbonat

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Urolithiasis adalah pembentukan batu di saluran perkemihan baik
kandung kemih, ureter maupun ginjal.
2. Tanda gejala urolithiasis tergantung dari letak batu di saluran
perkemihan. Gejala yang umum adalah disuria, nyeri pinggang, dan
manifestasi ISK.
3. Penatalaksanaan urolithiasis bertujuan untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan
infeksi, mengurangi obstruksi yang terjadi. Penatalaksanaan tersebut
dapat dilakukan dengan farmakologis maupun pembedahan.

B. Saran
Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan sosialisasi kepada
masyarakat tentang faktor risiko penyebab urolithiasis terutama kepada
masyarakat yang memiliki risiko tinggi mengalami urolithiasis. Sehingga
masyarakat dapat melakukan pencegahan terhadap urolithiasis dengan
memodifikasi gaya hidup dan konsumsi makanan atau minuman.

25
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reni Yuli. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: TIM.

Bulechek, Gloria M,et.al. 2016.Nursing Intervention Classification


(NIC).Edisikeenam.Moco Media, Yogyakarta.

Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia. 2017. Rencana Asuhan


Keperawatan Medical Bedah Diagnosis NANDA-I 2015-2017 Intervensi
NIC Hasil NOC. Jakarta: EGC.

LeMone, Priscilla, Karen M. Burke dan G. Bauldoff. 2016. Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Eliminasi. Jakarta:EGC.

Moorhead, Sue et. al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi
kelima. Yogyakarta: Moco Media.

Potter, Patricia dan Anne Griffin Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Jakarta: EGC.

Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto

Suryanto, Felicia, Subawa, dan Anak Agung Ngurah. 2017. Gambaran Hasil
Analisis Batu Saluran Kemih Di Laboratorium Patologi Klinis RSUP
Sangalah Denpasar. E-Jurnal Medika, VOL. 6.

M Y S, Sinta, Rasmalia dan Jemadi. 2017. Karakteristik Penderita Batu Saluran


Kemih Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2015-2016. Medan: Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi.
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/view/19691

Nuari, Nian Afrian & Widayati, Dhina. 2017. Gangguan Pada System
Perkemihan & Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Budi Utama.

26

Anda mungkin juga menyukai