Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA

GINJAL

DISUSUN OLEH :

Handayani Wahyuningsih
Nim : 010602008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKER NGUDI WALUYO UNGARAN
TAHUN 2007

0
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA GINJAL

A. Pengertian
Trauma ginjal adal cedera pada ginjal yang berupa memar, laserasi atau
rupture actual pada ginjal, dan trauma ginjal yang paling sering adalah kontusi,
laserasim rupture dan cedera pedikel renal atau laserasi internal kecil pada ginjal
(Smeltzer & Bare, 2002).

B. Etiologi
Penyebab paling umum trauma ginjal antara lain trauma abdomen dan
trauma punggung (Nursalama, 2006).

C. Patofisiologi
Menurut Nursalam (2006) patofisiologi terjadinya trauma ginjal antara
lain karena:
1. Trauma tumpul akibat jatuh, olahraga dan kecelakaan lalu lintas menyebabkan
ginjal malposisi, dan kontak dengan iga (tulang belakang).
2. Penetrasi benda tajam (luka tembak atau tikam) menyebabkan trauma pada
ginjal sehingga terjadi syok akibat trauma multisistem.
3. Trauma renal berupa trauma mior seperti contusio, laserasi minor parenkim
ginjal, trauma mayor seperti laserasi mayor (kerusakan pada sistem kaliks)
dan fragmen parenkim ginjal, ruptur kapsul ginjal akibat hamatom, kritis
seperti multipel, laserasi berat, dan cedera pedikel ginjal (cedera pada
pembuluh darah ginjal).

D. Manifestasi Klinik
Menurut Nursalam (2006) manifestasi klinik pada pasien dengan trauma
ginjal antara lain :

1
1. Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut bagian
atas dengan disertai nyeri atau ditemukan jelas (tanda adanya cedera pada
bagian tubuh, bisa berpa kebiruan, dan memar).
2. Hematuria
3. Mual dan muntah
4. Distensi abdomen
5. Syok akibat trauma multisistem
6. Nyeri di daerah pinggang (berupa ekimosis)
7. Hematoma di daerah pinggang yang semakin lama semakin besar.
8. Pemeriksaan pencitraan
IVP dilakukan jika terdapat luka tusuk atau luka tembak yang mengenai
ginjal, cedera tumpul ginjal yang ditandai dengan hematuria (mikroskopik
maupun kasat mata), cedera tumpul ginjal dengan gejala hematuria dan
disertai syok. Hasilnya menunjukkan trauma dengan peningkatan gejala
dan fungsi kontralateral ginjal.
CT scan / MRI atau arteriografi dilakukan bila dengan IVP belum dapat
menjelaskan keadaan ginjal. Hasilnya menunjukkan laserasi, hematoma,
dan defek ekstravasasi urine.

2
E. Pathways

Trauma Abdomen Trauma punggung

Memar. Laserasi, rupture pada


ginjal

Trauma ginjal

Cedera jaringan saraf perifer Penurun fungsi ginjal/GFR


ginjal, pembengkakan ginjal menurun

Mk. Ganggun
perfusi perifer Nyeri dan kolik renal Mk. Gangguan eliminasi
ginjal urine

Mk. Nyeri akut

(Nursalam, 2006; Smeltzer & Bare, 2006)

F. Penanganan medis
Penanganan media pasien dengan trauma ginjal menurut Nursalam (2006)
antara lain :
1. Konservatif ditujukan pada trauma minor. Kegiatan yang dilakukan adalah
mengobservasi tanda-tanda vital (TD, nadi, dan suhu tubuh), kemungkinan
adanya penambahan massa di punggung, adanya pembesaran lingkaran perut,
penurunan Hb, perubahan warna urine pada pemeriksaan urine serial, bedrest
dan pemasangan infus

3
Observasi
didapatkan

Tanda vital turun Suhu tubuh naik


Massa dipunggung naik
Hb turun
Urine > pekat

Merupakan tanda Merupakan tanda


perdarahan > hebat kebocoran urine

Segera eksplorasi Drainase urine segera


untuk menghentikan
perdarahan

Skema Tata Laksana Intervensi selama Observasi Trauma Ginjal


2. Operasi dilakukan pada trauma ginjal mayor (ruptur ginjal, perdarahan
hebat, dan trauma pedikel) yang bertujuan untuk segera menghentikan
perdarahan. Lakukan debridemen, reparasi ginjal (renorafi atau
penyambungan ginjal vaskular), nefrektomi parsial, atau total karena
kerusakan ginjal berat. Tindakan bersifat darurat dengan nefrektomi pada
trauma ginjal pedikel.
Catatan :
1. Pada trauma mayor sering terjadi perdarahan hebat dan tidak jarang berakhir
dengan kematian.
2. Kebocoran sistem kalis menimbulkan ekstravasasi urine hingga menimbulkan
fistula renokutan.
3. Pascarenal menimbulkan hipertensi, hidronefritis, urolitiasis, atau pielonefritis
kronis.

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan trauma ginjal antara lain:

4
1. Syok yang mengakibatkan kolaps kardiovaskular
2. Hematoma dan abses
3. Hipertensi
4. Pyelonefritis
5. Nefrolitiasis

H. Pengkajian
1. Kaji riwayat trauma dan riwayat penyakit ginjal
2. Amati abrasi, laserasi, luka masuk atau keluar pada bagian atas abdomen atau
bagian bawah toraks
3. Monitor tekanan darah, nadi untuk mengetahui adanya perdarahan dan syok
4. Kaji hematuria

I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan ginjal berhubungan dengan trauma ditandai
dengan :
DS : melaporkan trauma pada daerah pinggang, perut atas, bagian bawah
dada, dan punggung.
DO : terdapat tanda trauma berupa hematoma, luka robek pada daerah
bawah toraks, abdomen atas, pinggang, atau punggung, hematuria,
mungkin syok, perdarahan hebat, dan abnormal tanda-tanda vital
2. Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan trauma ditandai dengan :
DS : Laporan mengenai kesulitan berkemih
DO : tidak bisa berkemih, berkemih dengan bantuan
3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma ditandai dengan :
DS : laporan nyeri pada daerah trauma
DO : ekspresi wajah meringis, menahan sakit, bertindak secara hati-hati,
berusaha menghilangkan nyeri dengan minum analgesik, terdapat trauma
di daerah pinggang, bagian atas abdomen, bagian bawah toraks, dan
punggung.

5
J. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosis Keperawatan 1
Tujuan : mempertahankan fungsi renak agar maksimal
Intervensi :
Kaji tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan CVP untuk monitor
jika diindikasikan
Kaji daerah abdomen, dada, dan punggung untuk mengetahui adanya
pembengkakan, palpasi massa, edema, ekimosis, perdarahan, atau
ekstravasasi urine.
Beri tanda (lingkari massa dengan pena untuk membandingkan ukuran
lanjut)
Berikan cairan intra vena untuk memperbaiki tekanan darah dan perfusi
ginjal
Monitor hematuria untuk mengetahui konsentrasi perdarahan
2. Diagnosa Keperawatan 2
Tujuan : Eliminasi urine cukup
Intervensi :
Amankan, inspeksi, dan bandingkan setiap spesimen urine untuk mengetahui
aliran urine dan hematuria dengan cara :
Tandai setiap spesimen dengan tanggal dan jam pengambilan
Jika spesimen tidak tampak darah, gunakan dipstick untuk darah, kirim ke
laboratorium untuk pemeriksaan mikroskopik
Monitor asupan dan keluaran urine
Beri antibiotik
Monitor paralisis ileus (bising usus) dengan cara :
1. Pasien dipuasakan hingga bising usus membaik
2. Beri cairan antipiretik IV untuk memonitor keluaran urine

6
3. Diagnosa Keperawatan 3
Tujuan : nyeri terkontrol
Intervensi :
Berikan analgesik sesuai dengan resep
Bedrest dan atur posisi yang nyaman bagi pasien hingga hematuria negatif
untuk memfasilitasi proses penyembuhan
Berikan antipiretik kecuali tidak demam

K. Daftar Pustaka
Corwin, E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi (terjemahan). Cetakan I. Jakarta :
EGC
Smeltzer & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah (Brunner-
Suddarth). Edisi 8. Jakarta : EGC
Masyoer, Suprohaita, Wardhani, W.I., Setiowulan, W., 2000. Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aeskulapius FKUI
Nursalam. 2006. Asuhan keperawatan pada Pasien dengan gangguan Sistem
Perkemihan. Cetakan I, Jakarta : Penerbit salemba Medika.
Stein, 2001. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam (terjemahan). Edisi 3. Jakarta :
EGC
Enggram, B. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan medikal-Bedah (terjemahan).
Cetakan I. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai