Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TUMOR PARU

1. Definisi
Karsinoma Bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
nafas.
Di dalam kepustakaan selalu di laporkan peningkatan insiden kanker paru secara
progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur rata-rata manusia
serta kemampuan diagnostik yang lebih baik namun oleh karena memang
karsinoma bronkogenik lebih sering terjadi (Pengatar Ilmu Penyakit paru).

2. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma bronkogenik
masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari
bahan karsinogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan
kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa/ras
serta status immunologis. Bahan inhalasi karsinogenik yang banyak disorot adalah
rokok.
Pengaruh rokok:
Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain : polomium 210
dan 3,4 benzypyrene. Penggunaan filter dikatakan dapat menurunkan resiko
terkenanya karsinoma bronkogenik, namun masih tetap lebih tinggi dibanding
dengan bukan perokok.
Didalam jangka panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok:
1-10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali
20-30 batang / hari meningkatkan resiko 40-50 kali
40-50 batang /hari meningkatkan resiko 70-80 kali.

Pengaruh Industri

Yang paling banyak dihubungkan dengan karsinogenik adalah asbestos, yang


dinyatakan meningkatkan resiko kanker 6-10 kali. Menyusul kemudian industri
bahan-bahan radioaktif, penambang uramium mempunyai resiko 4 kali populasi
pada umumnya. Paparan industri ini baru nampak pengaruhnya setalah 15-20
tahun.
Pengaruh Penyakit Lain

Tuberkulosi paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi karsinoma


brinkogenik, melalui mekanisme hyperplasi metaplasi - karsinoma insitu-
karsinoma - bronkogenik sebagai akibat adanya jaringan parut tuberkulosis.

Pengaruh Genetik dan Status imunologis

Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat membuktikan adanya pengaruh keturunan yang
terlepas daripada faktor paparan lingkungan, hal ini membuka pendapat bahwa
karsinoma bronkogenik dapat diturunkan. Penelitian akhir-akhir ini condong
bahwa faktor yang terlibat dengan enzim Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH).
Status immonologis penderita yang dipantau dari cellular mediated menunjukan
adanya korelasi antara derajat deferensiasi sel, stadia penyakit, tanggapan terhadap
pengobatan serta prognosis. Penderita yang energi umumnya tidak memberikan
tanggapan terhadap pengobatan dan lebih cepat meninggal.

Klasifikasi berdasarkan histopatologi dengan menggunakan mikroskop cahaya


biasa (WHO, 1977).

1. Karsinoma epidermois (Karsinoma Sel Skuamos).


2. Adeno Karsinoma
3. Small cell undiferentiated carcinoma (oat cell)
4. Large cell undeferentiated carcinoma.
3. Patofisiologi
Bronchus (percabangan segmen atau subsegmen)

Trauma oleh arus udara ( Tar Rokok,paparan industri)

Bahan karsinogenik mengendap

Perubahan epitel silia dan mukosa/ulserasi Bronchus

Deskuamasi Produksi Mukus Meningkat

Cell cadangan (reserve cell) basal mukosa bronchus Bersihan jalan nafas tidak efektif

Hyperplasi, metaplasi.

Cell Kanker

Manifestasi Klinis

Intrapulmoner Intratorasik Ekstrapulmoner Ektratorasik Non Metastatik Ekstratorasik Metastatik

Kanker lumen branchus

Proksimal Distal

Sumbatan parsial Bronkiektasis/Aktelektasis


atau total

Sesak nafas
(Wheezing) Gangguan Pertukaran gas

Pola Nafas tidak efektif

4. Pemeriksaan Penunjang :
a. Radiologi
1). Massa Radiopaque di paru
2). Obstruksi jalan nafas dengan akibat atelektasis
3). Pneumonia
4). Pembesaran Kelenjar Hilar
5). Tumor Pancoast.Ca. Bronchogenik yang terdapat disuperior pulmonary sulcus,
pada apek lobus superior.
6). Kelainan pada pleura
7). Kelainan tulang
b. Bronkografi
Adapun gambaran bronkografi yang dianggap patognomonik adalah obstruksi
stenosis irreguler, stenosis ekor tikus dan indentasi cap jempol.
c. Sitologi
Dahak yang representatif dapat diperoleh melalui batuk spontan, dengan
bantuan aerosol ( 20% propylene glycol dalam larutan 10% NaCl. Dihangatkan
sampai kurang lebih 45-50 C.)atau melalui bilasan/sikatan aspirasi
bronkial.Tatalaksana pada Lung Cancer Detection Program di New York adalah
sbb. Saliva dan post nasal discharge dikeluarkan dahulu, lalu penderita disuruh
batuk dalam , dahak yang dihasilkan segera difiksasi, kesemuanya ini dilakukan
pada 3 hari berturut-turut, sebaiknya pada pagi hari.
d. Endoskopi
Meliputi pemeriksaan laringoskopi dan bronkoskopi serta bilasan bronkial,
kerokan/sikatan serta biopsi. Tujuan pemeriksaan bronkoskopi ( serat optik )
adalah :
1.Mengetahui perubahan pada bronkus akibat kanker paru.
2.Mengambil bahan untuk pemeriksaan sitologis.
3.Memperhatikan perubahan pada permukaan tumor/mukosa untuk
memperkirakan jenis keganasan.
4.Menilai keberhasilan terapi.
5.Menentukan operbilitas kanker paru.
e. Biopsi
Bahan biopsi dapat diperoleh melalui cara biopsi perkutaneus transbronkial
ataupun open biopsi. Sedangkan bahannya dapat berupa jaringan kelenjar
regional jaringan pleura ataupun jaringan paru.

5. Klasifikasi Pentahapan Klinik ( clinical Staging )


Berdasarkan TNM.
T= Tumor : N. : Nodul, yaitu kelenjar limfe M. : Metastase
1. T : T-0 : Tidak tampak tumor primer
T-1 : Diameter tumor kurang dari 3 cm. Tanpa invasi ke Bronkus
T-2 : Diameter tumor lebih dari 3 cm. Dapat disertai atelektasis atau pneumonitis ,
namun berjarak lebih dari 2 Cm. Dari Karina, serta belum adaefusi pleura.
T-3 : Tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar ( dinding toraks ,
diafragma atau mediatinum )atau sudah berada dekat karina disertai efusi
pleura.
N : N-0 : Tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional.
N-1 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral.
N-2 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfemediastinum atau kontralateral
N-3 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal.
M. M-0 : Tidak terdapat metastase jauh.
M-1 : Sudah terdapat metastae jauh ke organ-organ lain.

Berdasarkan TNM. Disusun pentahapan klinik sebagai berikut :


a. Karsinoma insitu : T-0, N-0, M-0 , namun sitologi sputum positif untuk sel
ganas.
a. Tahap I. T-1, N-0, M-0, atau T-2, N-0, M-0
b. Tahap II. T-2, N-1,,M-0.
c. Tahap III: bila sudah terdapat T-3, N-2, atau M-1.

6. Pengkajian :
a. Aktivitas/istirahat.: Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan
rutin, dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap lanjut.
b. Sirkulasi Peningkaran Vena Jugulari, Bunyi jantung: gesekan perikordial
( menujukan efusi ) tachicardia?disritmia, jari tabuh.
c. Integritas Ego. : Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat,
gelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.
d. Eliminasi ; Diare yang hilang timbul ( ketidakseimbngan
hormonal,)Peningkatan frekuesnsi/jumlah urine ( Ketidakseimbngan
Hormonal ).
e. Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan
Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0, Edema
wajah, periorbital ( ketidakseimbangan hormonal ), Glukosa dalam urine .
f. Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh
perubahan posisi.Nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago
sekunder terhadap peningkatan hormon pertumbuhan.Nyeri abdomen
hilang/timbul
g. Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya ,
peningkatan produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan
karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe, meni
gfkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada inspirasi
atau ekspirasi ( ganguan aliran udara ). Krekels/mengi yang menetap
penyimpangan trakeal( area yang mengalami lesi ) Hemoptisis.
h. Keamanan : Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.
i. Seksualitas : Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
j. Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko keluarga, : adanya riwayat kanker
paru, TBC. Kegagalan untuk membaik.

7. Diagnosa Keperawatan yang muncul adalah :


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan
mukus /viskositas sekret, keterbatasan gerakan dada, /nyeri,
kelemahan,kelelahan.
b. Nyeri akut b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada.
c. Pola pernafasan tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkialoleh sekret,
perdarahan aktif, penurunan ekspansi paru, proses inflamsi.
d. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan aliran udara ke alveoli atau ke bagian
utama paru, perubahan membran alveoli ( atelektasis , edema paru , efusi,
sekeresi berlebihan,/perdarahan aktif.
e. Ansietas b/d ketakutan /ancaman akan kematian , tindakan diagnostik,
penyakit kronis.
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat, peningkatan
metabolisme, proses keganasan.
g. Gangguan body image b/d perubahan struktur tubuh.

8. Perencanaan Keperawatan
Tujuan-Kriteria
Diagnosa Intervensi Rasional
1.Bersihan Bersihan jalan 1. Auskultasi bunyi Pernafasan bising, ronki,
Jalan nafas nafas efektif. dada, untuk karakter mengi menunjukan
tidak efektif Kriteria ; bunyi nafas dan tertahannya
b/d a. Menunjukan adanya sekret. sekret/obstruksi jalan
peninjkatan potensi jalan nafas
jumlah/viskos nafas. Posisi duduk
itas sekret, b. Cairan sekret 2. Bantu untuk nafas memungkinkan ekspansi
keterbatasan mudah dalam efektif paru maksinal, upaya
gerakan dikeluarkan/di anjurkan batuk batuk untuk membuang
dada/nyeri, batukan. dengan posisi duduk. sekret..
kelemahan/ke c. Bunyi nafas 3. Observasi jumlah dan Perubahan sekret
lelahan. jelas. karakter menunjukan progresifitas
d. Whezing(-)/be sputum/aspirasi penyakit.
rkurang sekret.
4. Lakukan penghisapan Penghisapan dapat
dengan menggunakan merangsang batuk efektif.
suction. Bila klien
tidak dapat batuk.
5. Dorong masukan Hidrasio adekuat untuk
cairan/oral sedikitnya mempertahankan sekret
2500 CC/hari dalam hilang/peningkatan
toleransi jantung. pengeluaran.
6. Kolaborasi :
Berikan/bantu dengan Memudahkan
IPBB , spirometri, pembuangan sekret.
meniup botol
7. Gunakan oksigen
humidifikasi/nebulize
r ultrasonik . Berikan Memberikan hidrasi
cairan tambahan maksimal/pengenceran
melalui IV sesuai sekret untuk
indikasi. meningkatkan
8. Berikan pengeluaran
bronkodilator,
ekspektoran, atau Menghilangkan spasme
analgetik sesuai bronkus untuk
indikasi. memperbaiki aliran
udara. Ekspektoiran
meningkatkan produksi
mu.kus untuk
mengencerkan sekret.
2.Kerusakan Pertukaran gas Catat frekluensi dan Takhi[pnoe dan dispnoe
pertukaran efektif. kedalaman pernafasan , menyertai obstruksi paru.
gas b/d gg. Kriteria : penggunaan otot bantu
Aliran udata GDA dalam batas dan nafas bibir. Area yang tak terventilasi
ke alveoli, normal,. Auskultasi paru untuk dapat diidentifikasikan
perubahan Mebubjukan penurunan bunyi nafas dengan tak adanya bunyi
membran ventilasi adekuat dan adanya bunyi nafas.
alveolar Menunjukan tambahan krekels. Menunjukan hipoksemia
kapiler oksigenasi sistemik.
( atelektasis, adekuat. Observasi ferfusi daerah
oedema paru, Menunjukan akral dan sianosis ( daun
efusi, sekresi perbaikan distress telinga, bibir, lidah dan
berlebihan, pernafasan. membran lidah ) Jalan nafas lengket/kolaps
perdarahan Lakukan tindakan untuk menurunkan jumlah
aktif ) memperbaiki jalan nafas. alveoli yang berfungsi
Secara negatif
mempengaruhi
pertukaran gas.
Meningkatkan ekspansi
Tinggikan kepala/tempat dada maksimal, membuat
tidur sesuai dengan mudah bernafas
kebutuhan. meningkatkan
kenyamanan.
Awasi tanda vital Tahkikardi/takhipnoe, dan
perubahan pada TD.
Terjadi seirng dengan
perubahan asidosis.
Hipoksemia sistemik
Kaji tingkat kesadaran dapat ditunjukan
pertamakali oleh gelisah
dan rangsang disertai
penurunan kesadaran.
Hipoksemia menurunkan
kemampuan untuk
Kaji toleransi aktivitas. berpartisipasi dalam
aktivitas tanpa dispnoea
berat, takikardia dan
disritmia.

Hipoksemia ada pada


berbagai
Kolaborasi: derajattergantung pada
Awasi seri GDA. jumlah obstruksi jalan
nafas.
Memaksimalkan sediaan
oksigen untuk pertukaran
gas .
Berikan oksigen dengan
metoda yang tepat.

3.Pola nafas Pola nafas efektif. Kaji frekuensi , Kedalamam pernafasan


tidak efektif Kriteria : kedalaman pernafasan bervariasi tergantung
b/d obstruksi Frekuensi nafas dan ekspansi dada., catat derajat gagal nafas.,
trakeobronkia dalam rentang upaya pernafasan ekspansi pada terbatas
l oleh bekuan normal ( penggunaan otot bantu terjadi pada atelektasis.
darah, sekret Suara paru jelas pernafasan )
banyak dan bersih. Auskultasi bunyi nafas, Perubahan bunyi nafas
,peradarahan Berpartisipasi dan catat adanya bunyi menunjukan obstruksi
aktif, dalam aktivitas. nafas. sekunder.
penurunan Observasi pola batuk dan Kongesti alveolar
ekspansi karakter sekret mengakibatkan batuk
paru, proses kering/iritatif
inflamsi. Dorong dalam nafas Meningktkan banyaknya
dalam.dan latihan batuk. sputum.
Kolaborasi:
Berikan oksigen
tambahan. Memaksimalkan
pernafasan dan
menurunkan kerja nafas.
Berikan humidifikasi Memberikan kelembaban
tambahan. pada membran mukosa
dan membantu
pengenceran sekret.
Memudahkan upaya
Bantu fisioterapi dada. pernafasan dalam.
Meningktkan drainase
sekret.
Kadang=kadang berguna
Siapkan/bantu untuk membuang bekuan
bronkoskopi darah, sekret serta
membersihkan jalan
nafas.
4.Nyeri b/d. Nyeri hilang/ Tanyakan pasien tentang Membantu dalam
invasi kanker berkurang nyeri, Tentukan evaluasi gejala nyeri
ke pleura, Kriteria karaktersitik nyeri kanker yang dapat
atau dinding :Klien nampak melibatkan visera, saraf
dada. rileks. atau jaringan tulang
Kliuen dapat tidur. Kaji pernyataan verbal Ketidaksesuaian antara
Berpartisi dalam dan non verbal nyeri verbal dan non verbal
aktivitas. pasien. menunjukan.derajat nyeri
Memberikan obat
Evaluasi keefektifan berdasarkan aturan.
pemberian obat Meningkatkan relaksasi
Berikan tindakan dan pengalihan
kenyamanan, ubah posisi, perhatian..
pijatan punggung dll.
Berikan lingkungan Penurunan stress,
tenang. menghemat energi
Kolaborasi: Berikan Mempertahankan kadar
analgesik rutin s/d obat, menghindari puncak
indikasi.. periode nyeri..
5.Ansietas b/d Ansietas hilang/ Evaluasi tingkat Pemahaman persepsi
ancaman berkurang pemahaman pasien/orang melibatkan susunan
kematian, Kriteria terdekat tentang diagnosa. tekanan perawatan
proses Klien tampak individu dan memberikan
keganasan. rileks Akui rasa takut, masalah informasi.
Klien dapat pasien, dan dorong Memberi waktu untuk
beristirahat. mengekspresikan mengidentifikasi
Dapat perasaan. perasaan.
bekerjasama Kolaborasi :
dalam terapi.: Libatkan pasien/orang
terdekat dalam
perencanaan keperawatan Dapat memperbaiki
perasaan kontrol.
6.Nutrisi Nutrisi terpenuhi. Catat ststus nutrisi pasien Berguna dalam
kurang dari Kriteria : pada penerimaan, catat mengidentifikasi derajat
kebutuhan Menunjukan turgor kulit, berat badan kurang nutrisi dan
tubuh b/d perubahan dan derajat kekurangan menentukan pilihan
intake beratbadan. berat badan intervensi.
kurang, Menunjukan Pastikan pola diet pasien
peningkatan perubahan pola yang disukai/tidak Pertimbangan keinginan
metabolisme, makan. disukai individu dapat
proses Hb. Albumin memperbaiki masukan
keganasan. dalam rentang Awasi diet.
normal. pemasukan/pengeluaran Mengukur kefektifan
dan berat badan secara nutrisi dan dukungan
periodik cairan.
Selidiki mual, muntah,
anoreksia dan catat Mencari pemecahan
kemungkinan masalah, untuk
hubungannya dengan meningkatkan pemasukan
obat nutrien.
Berikan periode istirahat
sering. Membantu menghemat
energi., khususnya bila
kebutuhan metabolik
Berikan perawatan mulut, meningkat
sebelum dan sesudah Menurunkan perasaan tak
tindakan pernafasan. enak, bekas sputum,
Berikan Diet TKTP. obatmerangsang pusat
muntah..
Kolaborasi : Memaksimalkan masukan
Rujuk ke ahli diet nutrisi..
Awasi pemeriksaan lab.
( BUN, protein serum,
albumin Hb.) Nilai rendah menunjukan
Bila perlu berikan nutrisi malnutrisi
parenteral. .
Meningkatkan masukan
nutrisi adekuat.
DAFTAR PUSTAKA

Amin muhammad, Hood Alsagaff, 1989, Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga
University Press, Surabaya.

Blac,MJ Jacob., 1993, l.uckman & Sorensens Medical surgical Nursing A


Phsycopsicologyc Approach, W.B. Saunders Company, Philapidelpia.

Barbara Engram., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1,


Penerbit EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi. 2, EGC
Jakarta.

Corwin E., 2001, Patofisiologi, Cetakan I, EGC, Jakarta

Mansjoer, Arif., et all., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI :


Media Aescullapius Jakarta.

Marylin E doengoes., 2000, Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk


Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC,Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn Ir.
Ruang : Paru Laki.

Diagnosa Tujuan--Kriteria Intervensi Rasional


Pola nafas Pola nafas efektif. Kaji frekuensi , Kedalamam pernafasan
tidak efektif Kriteria : kedalaman pernafasan bervariasi tergantung
b/d Frekuensi nafas dan ekspansi dada., catat derajat gagal nafas.,
penyempitan dalam rentang ekspansi pada terbatas
trakhea (proses normal 12- upaya pernafasan terjadi pada atelektasis.
metastase) 16X/menity (penggunaan otot bantu
Suara paru jelas pernafasan) Perubahan bunyi nafas
dan bersih. Auskultasi bunyi nafas, menunjukan obstruksi
Berpartisipasi dan catat adanya bunyi sekunder.
dalam aktivitas nafas. Kongesti alveolar
Retraksi otot-otot Observasi pola batuk danmengakibatkan batuk
bantu pernafasan karakter sekret kering/iritatif
berkuranmg/hilan Berikan posisi duduk danMeningktkan banyaknya
g. . berikan periode istirahat sputum.
saat merubah posisi.
Dorong dalam nafas
dalam.dan latihan batuk. Memaksimalkan
Kolaborasi: pernafasan dan
Berikan oksigen 3l/menit.menurunkan kerja nafas.
Berikan obat XefotaksimMemberikan atibiotika dan
injectie 1 gr IV steroid untuk mengatasi
Dexa 3X1 ampul infeksi
Furosemid 1 ampul Mengurangi tekanan
Siapkan klien untuk sidroma vena kava
tindakan radioterapi ke superior
Mengatasi /mengobati
kanker paru.
Gangguan pola Kebutuhan tidur Berikan kesempatan Aktivitas yang
tidur b/d terpenuhi untuk beristirahat, terprogram tanpa
Sesak nafas Kriteria : Atur periode/jadwal stimulasi yang berlebihan
Klien mengatakan kegiatan perawatan dapat meningkatkan
dapat tidur. waktu tidur.
Klien terlihat tidur Penguatan bahwa pasien
nyenyak Katakan pada pasien perlu tidur dan
. bahwa saat tertentu waktu mempertahankan
untuk tidur kestabilan lingkungan
Dengan memberikan
Berikan susu hangat agak tinggi protein
kental 15 menit sebel;um memudahkan klien untuk
saat-saat klien tidur tidur.
.
Resiko nutrisi Nutrisi kurang Catat ststus nutrisi pasien Berguna dalam
kurang dari tidak terjadi pada penerimaan, catat mengidentifikasi derajat
kebutuhan Kriteria : turgor kulit, berat badan kurang nutrisi dan
tubuh b/d Menunjukan dan derajat kekurangan menentukan pilihan
intake kurang, perubahan berat berat badan intervensi.
peningkatan badan. Pastikan pola diet pasien
metabolisme, Menunjukan yang disukai/tidak Pertimbangan keinginan
proses perubahan pola disukai individu dapat
keganasan & makan. Berikan porsi kecil tapi memperbaiki masukan
efek Hb. Albumin sering. diet.
radioterapi. dalam rentang Awasi Mengukur kefektifan
normal. pemasukan/pengeluaran nutrisi dan dukungan
dan berat badan secara cairan.
periodik
Selidiki mual, muntah, Mencari pemecahan
anoreksia dan catat masalah, untuk
kemungkinan meningkatkan pemasukan
hubungannya dengan nutrien.
obat
Berikan periode istirahat Membantu menghemat
sering. energi., khususnya bila
Berikan sari buah/juice kebutuhan metabolik
buah meningkat
Berikan perawatan mulut, Menurunkan perasaan tak
sebelum dan sesudah enak, bekas sputum,
tindakan pernafasan. obatmerangsang pusat
Berikan Diet TKTP. muntah..
Memaksimalkan masukan
Kolaborasi : nutrisi..
Awasi pemeriksaan lab.
( BUN, protein serum,
albumin Hb.) Nilai rendah menunjukan
Bila perlu berikan nutrisi malnutrisi
parenteral. .
Meningkatkan masukan
nutrisi adekuat.
Resiko terjadi Gangguan Kaji kulit dengan sering Efek kemerahan dan
gangguan integritas kulit thd. Efek samping terapi deskuamasi dapat terjadi
integritas kulit tidak terjadi. radiasi. pada tindakan radioterapi.
pada daerah Mempertahankan
sternum b/d Kriteria : Mandikan dengan air kebersihan tanpa
efek Jaringan kulit hangat dan sabun ringan mengiritasi kulit.
radioterapi tetap utuh Anjurkan klien untuk Membantu mencegah
tidak menggaruk atau friksi/trauma kulit.
menepuk kulit yang
kering.
Anjurkan klien untuk Meningktakn iritasi/reaksi
menghindari penggunaan secara nyata
krim, salep dan bedak.
Jangan menghilangkan Sebagai identifikasi tanda
tanda area radiasi area radiasi.
Berikan tepung kanji Membantu mengontrol
pada area sesuai dengan kelembaban.
kebutuhan 2X/hari
setelah radiasi selesai.
Tindakan Keperawatan

Nama Klien : Tn. Ir.

Ruang : Paru Laki


Hari, tanggal,
jam DX. Keperawatan dan Tindakan Keperawatan Nama Perawat
Senin, 1. Mengkaji keadaan klien
11-02-2002 2. Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda Rini Hendari
1030 vital
3. Mempertahankan kepatenan IV line,
dengan tetesan 14 tetes/menit
4. Memberikan /memperbaiki posisi pasien
dengan posisi duduk
5. Mengatur posisi bantal agar leher tidak
tertekuk.
DX. no. 2
11.30 Memberi kesempatan kepada pasien untuk
tidur
12.30 Dx. No. 3
1.Membantu pasien memenuhi kebutuhan
makan, klien disuapi istrinya.
2.Memberikan motivasi untuk menghabiskan
diet yang disediakan( klien hanya sanggup
porsi )
3.Mengklarifikasi apakah kurangnya nafsu
makan karena efek radiasi.Menganjurkan agar
makan buah segar ( pisang, jeruk atau apel )
4, Menganjurkan agar makan dalam jumlah
porsi kecil, dan sering.
Dx. No. 4
13.30 1.Melakukan pengkajian kulit, area radiasi.
2. Menganjurkan kepada keluarga saat melap
gunakan air hangat dan sabun halus.
3. Beritahu klien agar tidak menggaruk kulit
daerah radiasi.
Anjurkan klien jangan menghilangkan tanda
area radiasi.
Selasa, Rini Hendari
12-02-2002 DX. No. 1
14.00 1. Merapikan tempat tidur klien, sekaligus
membetulkan posisi klien, duduk dengan
sandaran bantal.
2. Mengisi tabung humidifier dengan aqua.
3. Melakukan pengecekan oksigen, apakah
sampai pada hidung klien.
16.00 4. Observasi vital sign ( RR. TD, Nadi dan
suhu )
5. Menyuntikan obat xefotaksim injeksi IV 1
gr. Dan Dexa 1 ampul.
DX. No. 2.
16.30 1. Memberikan kesempatan kepada pasien
untuk tidur, anjurkan minum susu hangat.
20.00 2. Memberi dorongan agar klien berusaha
untuk tidur, walaupun dalam posisi duduk,
menganjurkan agar klien selalu berdoa,
DX. No. 3
17.30 1.Menganjurkan untuk berkumur-kumur
terlebih dahulu sebelum makan.
2.Membantu klien memenuhi kebutuhan makan
dengan menyuapi klien
15.00 DX. No. 4
1. .Membantu menyiapkan personal hygiene
lap air hangat.
2 Menganjurkan jangan menggunakan talk
pada area radiasi.anjurkan gunakan tepung
kanji..( 2X/hari )
Rabu, Rini Hendari
13-02-2002 DX. No. 1.
07.30 1. Mengganti alat tenun , sekaligus merapikan
posisi duduk.
2. Mengisi tabung humdifier dengan air aqua ,
sekaligus mengecek kelancaran oksigen.
09.00 3. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (
TD, Nadi, RR, suhu )
4. Memberikan injeksi Furosemid `ampul IV.
Dx. No. 2
1. Menganjurkan kepada klien untuk
12.00 beristirahat ( pulang dari radiasi yang ke
4)
DX. No. 3
1.Menimbang brrat badan klien( 40 KG.)
08.30 2.Membantu klien memenuhi kebutuhan makan
.
3.Menganjurkan klien untuk minum air putih
yang cukup.
Kamis,
14-02-2002 1. Merapikan tempat tidur klien, sekaligus
08.00 mengatur posisi tidur ( duduk dengan
sandaran bantal )Mengecek oksigen dan
humidifier.
2. Melakukan observasi vital sign, TD 80/60
09.00 mmHg. Nadi kecil, cepat, 120X/menit,
suhu 36.C., RR, cepat 40X/menitdaerah
akral dingin ( tangan dan kaki ).lansung
lapor dokter yang merawat ( dr. Heti. )
3. Dicoba pasang infus tidak bisa, keadaan
09.30 pasien semakin payah, TD. 80/50
mmHg.,terlihat klien semakin sianotik.
4. Melakukan observasi vital sign intensif,
10.00 terlihat nafas pasien tidak teratur ( satu-satu
), TD. 70 /palpasi.nadi tak teraba, sangat
halus.
5. Keadaan umum terus memburuk, lapor
dokter .
6. Menganjurkan kepada keluarga ( istri )
10.30 untuk berdoa, dan membimbing doa pada
ke dua telinga klien, akhirnya penderita
meninggal tepat pada jam 11.05.disaksikan
kelurga, perawat dan dokter.

Evaluasi
Nama Klien : Tn. Ir.

Ruang : Paru Laki


Hari, tanggal, Diagnosa Keperaatan dan Evaluasi Nama Perawat
jam
Kamis Rini Hendari
14=02-2002 DX. No. 1
08.00 S. Mengatakan sesaknya makin bertambah,
klien menulis surat agar istrinya menghubungi
anaknya.
O.: RR. 40X/menit,TD. 80/60 mmHg., nadi
120X.menit, klien sianotik, akral dingin.
A. Gangguan Pola nafas, masih merupakan
prioritas.
P. Intervensi diintensifkan, lapor dokter yang
merawat.
DX. No. 2.
S. :Klien mengatakan sejak hari selasa malam,
mulai bisa tidur.namun kalau siang tidak bisa.
O. Pagi dan siang klien tidur sebentar ( 30
menit )
A. Perubahan pola tidur, masih harus
diperhatikan.
P. Intervensi dilanjutkan.
DX. No. 3
S. Klien mengatakan mau makan,
O. Klien disuapi perawat makannya habis.
A. Resiko gangguan nutrisi, sevbbagian
berhasil, tapi berat badan 40 Kg. TB.
165Cm.
P. Intervensi dilanjutkan.
DX. No. 4.
S. Klien mengatakan kalau diberi tepung kanji
daerah dadanya dingin
O. Gangguan integritas kulit tidak terjadi
A.Perhatikan terusd resiko kerusakan
integritas kulit.
P.; Intervensi dilanjutkan sampai program,
radiasi, selesai.

Anda mungkin juga menyukai