DISUSUN OLEH :
Sri Rusminah
Mth. Dewi Lesmanawati
Nim : 010602041
Nim : 010602018
diastolic.
Takikardia yang berlangsung lama (> dari 10 -30 detik) sering menimbulkan
gangguan hemodinamik dan lebih sering memburuk menjadi fibrilasi ventrikel
(Tierney, et.al, 2002).
B. Pengertian Aritmia
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges,
1999). Sinus aritmia adalah gangguan irama, aritmia ini terjadi jika ada interval
RR pada strip EKG bervariasi lebih dari 0,12 detik, dari interval RR terpendek
sampai yang terpanjang (Hudak & Gallo, 1997). Disritmia atrium adalah
gangguan irama jantung yang pada gambaran EKG sering tampak gelombang P
terlihat premature dan bahkan dapat terbenam pada gelombang T terdahulu,
gelombang QRS tampak melebar atau kacau jika dihubungkan (Hudak & Gallo,
1997).
C. Etiologi
Sinus aritmia merupakan fenomena normal, khususnya terlihat pada orang
muda dengan frekuensi jantung yang lebih rendah, ini juga dapat terjadi setelah
peningkatan tonus vagal, misalnya setelah pemberian digitalis atau morfin (Hudak
dan gallo, 1997).
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti
aritmia lainnya
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung)
D. Patofisiologi
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada infark miokardium. Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi
sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai
perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price,
1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi,
1996). Disritimia ini karena ketidakteraturan pada muatan nodus sinus, seringkali
berhubungan dengan fase dari siklus pernapasan nodus sinus secara bertahap
dipercepat dengan inspirasi dan secara bertahap melambat dengan ekspirasi. Juga
terdapat bentuk non ekspirasi dari disritmia (Hudak & Gallo, 1997). Disritmia
atrial terjadi ketika terjadi kontraksi atrium premature yaitu ketika impuls atrial
ektopik keluar secara premature dan pada kebanyakan kasus, impuls ini
dikonduksi dalam gaya normal melalui sistem konduksi AV ke ventrikel.
Suatu aritmia jantung adalah percepatan atau perlambatan yang tidak tepat
dalam kecepatan penghantaran listrik pada sistem hantaran khusus jantung,
termasuk nodus sinus, nodus AV, berkas his, sistem purkinje atau pada jaringan
kontraktil miokardium. Takiaritmia terjadi akibat meningkatnya automatisasi dan
reentry, sementara mekanisme bradiaritmia adalah kegagalan pembentukan
impuls di nodus sinus atau kegagalan konduksi impuls dalam nodus AV pada
sistem His- Purkinje. Diagnosis aritmia didasarkan pada hasil rekaman EKG pada
saat istirahat, uji daya tahan latihan atau rekaman pemantauan Holter (Stein,
2001).
E. Manifestasi Klinik
1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit
nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit
pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung
menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
F. Pathways
Intoksikasi digitalis,
ASMI, jantung
reumatik
Takikardi
supraventrikuler
parokismal
Hipertiroidisme, jantung
reumatik, AMI, Gagal
jantung
Disritimia artrial
Sinus aritmia
Gelombang P premature
& terbenam dalam
Frekuensi jantung 150
Gelombang T
250 x/mnt, Gelompang
sebelumnya
P mendahului
gelombang QRS
G. Penatalaksaan Medis
Terapi medis : Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
Batuk
Hemoptisis
2. Breathing
Nafas pendek
3. Circulation
Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
4. Ability
Kelelahan umum
Pengkajian sekunder
1. Riwayat penyakit
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan
oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba
sama, status mental biasa
b. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
c. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.
Penanganan Primer
Kolaburasi :
-
Masukkan/pertahankan masukan IV
Penanganan Sekunder
Kolaborasi :
-
Kriteria hasil :
Beritahu
gejala
disritimia
yang
perlu
perhatian
medis
seperti
K. Referensi
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I
Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999
Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI ; 2001
Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik (terjemahan). Edisi VI.
Jakarta : EGC; 1997
Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih
bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ;
1994.
Swearingen. Seri Pedoman Praktis Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 2.
Jakarta : EGC; 2001
Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996
10